Sekilas tentang DNA WRITING CLUB
DNA Writing Club adalah sebuah komunitas literasi yang diperuntukkan bagi anak-anak usia SD dan SMP yang berdiri sejak November 2013. DNA Writing Club menjadi sebuah wadah sekaligus sarana untuk mengasah keterampilan menulis khususnya bagi anak-anak dan remaja di Kota Semarang, Jawa Tengah. DNA Writing Club didirikan dengan berbekal tiga buah cita-cita yang diharapkan ada dalam diri anak-anak dan remaja yang bergabung dalam komunitas yang memiliki motto “Creative writer wanna be…” ini, yakni :
- Dapat meningkatkan rasa percaya diri pada anak-anak karena percaya diri merupakan salah satu modal awal anak-anak dalam menemukan dan meningkatkan potensi serta produktivitas amal dalam diri dan kehidupannya.
- Anak-anak semakin termotivasi untuk lebih berprestasi serta semakin cinta akan ilmu dan senantiasa meningkatkan kompetensi dirinya.
- Anak-anak semakin semangat untuk menjadi pribadi yang gemar membaca, bercerita, dan berkarya lewat rentetan kata.
DNA singkatan dari Dream‘N Action, di mana dalam komunitas ini anak-anak diajak untuk berani
bermimpi setinggi langit sekaligus beraksi secara nyata untuk mewujudkan impian-impian
tersebut, terutama impian di dunia literasi.
22 Ide Kreatif Praktik Baik Literasi
Baca-Tulis ala DNA WRITING CLUB
Read Aloud (membacakan buku dengan suara nyaring/lantang)
Ayah-Bunda dapat memilihkan buku sesuai usia anak,
seperti picture book, cerpen atau
dongeng, lalu menyampaikan isi buku/teks, kata demi kata dengan intonasi yang
menarik dan penuh ekspresi. Tujuan kegiatan ini diantaranya :
- Mendekatkan anak dengan keindahan bahasa tulis sekaligus seni visual (gambar/ilustrasi yang ada di dalam buku)
- Mengenalkan unsur-unsur dan elemen cerita, seperti judul, tokoh, karakter, alur/jalan cerita, dialog/percakapan yang terjadi di antara tokoh-tokohnya, deskripsi, serta bagaimana sebuah ketegangan/klimaks/masalah dibangun. Hasilnya, muncul ketertarikan pada anak-anak dengan buku, juga aktivitas membaca dan menulis.
- Selain mengasah keterampilan literasi anak, kegiatan ini juga dapat meningkatkan bonding orang tua dan anak.
Membaca buku cerita secara mandiri.
Menurut Prof. DR. Henry
Guntur Tarigan, membaca adalah bagian dari empat komponen keterampilan berbahasa
meliputi : keterampilan menyimak (listening
skills), keterampilan berbicara (speaking
skills), keterampilan membaca (reading
skills), dan keterampilan menulis (writing
skills). Membaca bukanlah sekadar
meningkatkan keterampilan berbahasa. Membaca adalah sebuah proses pembaruan
pikiran, di mana seseorang akan menerima suatu hal yang dapat membantu
terbentuknya sel otak baru dalam setiap penyerapan informasi. Membaca banyak sekali manfaatnya bagi anak-anak.
Belajar menulis
sinopsis/ringkasan cerita
Ayah-Bunda dapat mengajak anak membaca buku/naskah
yang dipilihkan Ayah-Bunda atau ketika anak sudah level mampu ‘membaca secara
mandiri’, anak bebas memilih buku/naskah sendiri sesuai persetujuan orang tua.
Anak-anak lalu diminta menuliskan kembali apa yang telah dibaca dengan kalimat
mereka sendiri, tanpa intervensi dari Ayah-Bunda. Setelah itu, jadikan
sinopsis/ringkasan cerita yang telah anak-anak buat tersebut sebagai bahan
diskusi yang seru dan menyenangkan.
Belajar
menulis resensi buku: kelebihan dan kelemahan buku.
Menulis sinopsis menjadi unsur atau bagian dalam
penulisan resensi. Dalam kegiatan ini, difokuskan hanya mencari kelebihan dan
kelemahan isi buku, bisa dilihat dari penokohannya, alur ceritanya, konfliknya,
membandingkan dengan buku dengan tema sejenis, redaksional/tata penulisannya,
dll.
Story Telling (Mendongeng)
Ayah-Bunda dapat menuturkan cerita dengan
bahasa lisan secara menarik dan interaktif, bisa dengan alat peraga (boneka,
wayang kertas, dll), maupun tanpa
alat peraga. Ayah-Bunda dapat menyampaikan cerita yang dimodifikasi dengan
intonasi suara/vokal, ekspresi/mimik wajah, gesture
(gerak tubuh), dan dramatisasi yang memikat. Anak-anak yang biasa didongengi
akan cenderung terampil bercerita dan berbicara, juga lebih percaya diri dalam
menyampaikan ide dan pendapatnya. Kegiatan mendongeng juga sangat bermanfaat
untuk menanamkan karakter positif pada anak melalui cerita-cerita sederhana
namun penuh makna.
Kegiatan story telling di DNA Writing Club |
NOTE : Pada kegiatan read aloud dan mendongeng, anak-anak tidak hanya sekadar dibacakan atau diceritakan. Namun juga mengajak anak-anak berdiskusi tentang isi buku/cerita yang disampaikan. Ayah-Bunda dapat merangsang dan menumbuhkan 'critical thinking' (keterampilan berpikir kritis) pada anak-anak, seperti bertanya mengenai tokoh, alur cerita, konflik dalam cerita. Ayah-Bunda juga dapat mendiskusikan tentang kata-kata yang mungkin tidak dimengerti/tidak dipahami oleh anak-anak. Anak-anak juga bisa diminta menceritakan pengalamannya yang berkaitan dengan persoalan atau peristiwa dalam cerita tersebut. Jadi, kegiatan literasi (khususnya literasi baca) di sini tidak hanya sekadar kegiatan membaca, namun lebih dari itu, dengan berdiskusi tentang teks/naskah cerita dan mengaitkannya dengan pengalaman anak-anak.
Belajar
Mendongeng
Anak-anak belajar menciptakan 3 warna suara sebagai
modal awal: suara rendah, suara tinggi, dan suara netral (suara asli yang
dimiliki anak). Lalu anak-anak belajar menciptakan tokoh dan alur cerita
sederhana. Berimajinasi sesuai kemampuan anak-anak. Bisa juga Ayah-Bunda
membuatkan panggung boneka sesuai kreativitas masing-masing. Kegiatan ini dapat
melatih rasa percaya diri anak dan bisa menjadi aktivitas yang sangat seru
namun edukatif dan rekreatif.
Bermain peran (role playing)
Role playing merupakan kegiatan di mana anak-anak akan memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan
berkolaborasi untuk merajut sebuah cerita bersama bersama saudara atau
Ayah-Bunda. Bagi anak-anak yang memainkan peran sebagai
orang lain, maka ia dapat menempatkan dirinya sendiri seperti watak dari
karakter yang dimainkan itu.
Kegiatan role playing dan bermain boardgame |
Kegiatan ini dapat menjadi sarana mengenal jenis-jenis karakter tokoh, mendalami berbagai ekspresi emosi, mengasah kemampuan verbal/lisan, mengasah empati dan meningkatkan rasa percaya diri ketika seorang anak mampu belajar mendalami karakter tertentu. Ayah-Bunda bisa memberikan penjelasan mengenai pembagian peran, deskripsi masing-masing tokoh yang harus diperankan, bahkan bisa melakukan riset sebelumnya untuk mendalami karakter tokoh masing-masing.
Kegiatan
ini bisa dengan alat peraga dan benda penunjang, misalnya dengan menggunakan
boneka puppet, boneka jari, topeng, dan kostum tertentu. Bisa juga tanpa
menggunakan alat peraga dan benda penunjang.
Belajar
menulis puisi
IBU
Karya : Fathiyah Amatullah Alfirdausi
Ibu…
Kau menyayangiku dari kecil
Kau membesarkan diri ini dengan cinta
Kau yang merawatku ketika sakit
Kau yang selalu ada untukku
Menjadi malaikat penjagaku
Ibu…
Aku tidak akan melupakan cinta dan kasih
sayangmu
Aku tidak akan pernah bisa membalas semua
jasamu
Ibu…
Aku sangat mencintaimu
Semoga kau sehat selalu
Semoga aku bisa membuatmu bangga
Semoga aku pun bisa membuatmu bahagia
Puisi di atas adalah salah satu puisi karya anak DNA
Writing Club.
Ayah-Bunda dapat memberikan contoh puisi yang bisa
didapatkan dari majalah (seperti Majalah Bobo) atau bisa buatan Ayah-Bunda
sendiri atau bisa browsing di internet dengan tetap mencantumkan nama
penulisnya. Belajar menulis puisi dapat memacu kreativitas anak-anak dan
berlatih membuat diksi/pilihan kata yang indah. Puisi yang ditulis nanti bisa
kok dikirim ke media, seperti Majalah Bobo atau koran lokal.
Belajar
menulis pantun
Pantun
merupakan jenis puisi lama yang berasal dari kata patuntun. Jadi pada dasarnya, kata-kata yang terangkai dalam pantun diharapkan
dapat menjadi penuntun hidup bagi orang yang mendengar maupun membacanya. Tidak
hanya sekadar berisi nasihat bahkan ada yang bersifat hiburan (pantun jenaka),
penyampaian pantun pun memiliki ciri khas. Pernah
lihat Jarjit di Upin-Ipin saat berpantun, kan? Hihi. Nah, kurang lebih gaya
berpantun seperti itu.
Adapun
ciri-ciri pantun, yaitu: satu bait
terdiri dari empat baris, satu baris terdiri dari 8-12 suku kata, baris pertama
disebut sampiran, dan baris kedua disebut isi.
Contoh
pantun karya Abdul Majid Miftahurroyan (Royyan, anak DNA Writing Club):
BELAJAR
IPA PENUH SUKA CITA
Di belakang rumah terdapat kolam
Kolam diisi dengan ikan lohan
Mari kawan belajar di alam
Agar kita lebih mengenal Tuhan
Tokoh wayang lima namanya Pandawa
Janaka anak nomor tengah
Metamorfosis sangat istimewa
Telur jadi kupu-kupu, sungguh indah
Warung Bu Lis jual aneka masakan
Warungnya unik di atas sampan
Belajar IPA sungguh menyenangkan
Jadi ilmuwan di masa depan
Selamat berpantun ria
bersama anak-anak tercinta ya, Ayah-Bunda!
Belajar
menulis surat
Pasti kalau libur sekolah seperti sekarang ini,
anak-anak akan merindukan suasana belajar di sekolahnya maupun keseruan bermain
di sekolah bersama teman-temannya. Nah, Ayah-Bunda dapat mengajak anak-anak
menulis surat yang ditujukan untuk sahabat, guru, maupun siapa saja yang
dikehendaki anak. Ayah-Bunda dapat menjelaskan tata cara penulisan surat dan
bagian-bagian surat, seperti gambar di bawah ini:
Bagian-bagian surat pribadi |
Belajar
menulis dengan mengoptimalkan panca indra
Anak-anak
belajar mensyukuri kelima panca indra yang telah dianugerahkan oleh Allah
Subhanahu wata’ala dalam hidup mereka. Mata untuk melihat, telinga untuk
mendengar, hidung untuk mencium atau membau, kulit untuk meraba, dan lidah
untuk merasakan. Dalam kegiatan ini, Ayah-Bunda dapat menjelaskan jenis-jenis
panca indra dan fungsinya. Lalu, anak-anak diajak mengamati rumah dan seisinya untuk
mengasah kepekaan panca indra mereka dengan “membaca lingkungan terdekatnya”.
Lalu ditulis apa yang berhasil mereka temukan dengan panca indra masing-masing.
Seru sekali, bukan?
Belajar menulis dengan mengenal dan mengasah
emosi
Ayah-Bunda
dapat menggunakan kartu emosi (bisa browsing printable emosi ya, Ayah-Bunda)
untuk mengenalkan jenis-jenis emosi kepada anak-anak, seperti senang, sedih,
marah, takut, terkejut, semangat, kecewa, malu, penasaran, dll. Setelah itu, Ayah-Bunda
bisa mengarahkan anak-anak untuk melakukan identifikasi dan ekspresi emosi
dengan mempraktikkan lalu menuliskannya. Seperti :
- Emosi senang, ciri-cirinya: tersenyum ceria, matanya berbinar, loncat-loncat kegirangan.
- Emosi sedih, ciri-cirinya: meneteskan air mata, wajahnya tampak murung, menangis tersedu-sedu, dan lain-lain.
Kegiatan selanjutnya, anak-anak dapat menulis
cerita pengalaman yang tak terlupakan, seperti pengalaman menyenangkan saat
liburan bersama keluarga, pengalaman menyedihkan saat bertengkar dengan teman,
pengalaman yang membuat kecewa karena kalah dalam suatu perlombaan, dan lain
sebagainya.
Belajar melakukan identifikasi emosi |
Belajar menulis artikel sederhana
Menurut Wikipedia, artikel adalah karangan faktual
secara lengkap dengan panjang tertentu yang dibuat untuk dipublikasikan di
media online maupun
cetak (melalui koran, majalah, buletin, dsb) dan bertujuan menyampaikan gagasan
dan fakta yang dapat meyakinkan, mendidik, dan menghibur. Ada beberapa
cara/teknik penulisan artikel.
Ayah-Bunda dapat mengenalkan salah satu teknik
penulisan artikel yakni deskripsi. Deskripsi berisi
gambaran mengenai suatu hal/keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat,
mendengar, atau merasakan hal tersebut. Penulisan artikel dengan teknik
deskripsi adalah dnegan memberikan penjelasan secara detail. Ayah-Bunda dapat
menentukan tema artikel, misalnya: permainan tradisional, Ayah-Bunda dapat
membantu melakukan riset pustaka tentang pengertian permainan tradisional,
jenis-jenisnya, tata cara permainannya, dll.
Kolaborasi membuat mading
Mading
singkatan dari Majalah Dinding. Ayah-Bunda dapat memberikan penjelasan kepada
anak-anak segala hal tentang mading. Mading merupakan salah satu jenis media tulis
yang paling sederhana dan digunakan untuk komunikasi seperti media massa. Media
ini disebut majalah dinding karena penyajian mading biasanya
ditempel pada dinding.
Contoh mading karya anak DNA Writing Club |
Ayah-Bunda dapat menyiapkan karton besar atau
styrofoam sebagai alas menempel karya anak-anak. Ayah-Bunda dapat melakukan
diskusi terlebih dahulu bersama anak-anak mengenai tema mading, rubrik mading
seperti: bahasan utama sesuai tema, cerpen, cerita mini, komik, tips, puisi,
pantun, artikel, gambar, dll. Ayah-Bunda juga dapat membantu merancang layout
atau tata letak dalam penyajian karya anak-anak pada mading tersebut serta
menentukan bahan-bahan yang akan dipakai untuk menghias mading, misalnya dengan
memanfaatkan majalah bekas atau barang bekas untuk membuat hiasan mading. Wah,
asyik sekali pastinya!
Belajar membuat scrapbook
Scrapbook
adalah seni menempel foto atau gambar di media kertas, dan menghiasnya hingga
menjadi karya kreatif. Scrapbook juga
bisa diartikan sebagai seni mendekorasi foto, bahan cetakan dan memorabilia
dalam sebuah album dekorasi. Kegiatan ini sangat mengasyikkan yang merupakan
penuangan ekspresi anak-anak dan perpaduan ketrampilan seperti menggunting, menempel
kertas, menempel foto dan gambar, membuat hiasan-hiasan dengan bahan tertentu,
dikolaborasikan dengan seni memadukan warna, motif, dan bentuk/layout sesuai
kreativitas anak-anak. Ayah-Bunda dapat membantu menyiapkan alat dan bahan-bahan
yang diperlukan, yakni: kertas background, foto-foto yang akan ditempel, perekat/lem,
gunting craft, pemotong kertas, spidol warna-warni, pena kaligrafi dan brush
pen (kalau ada), pelubang, berbagai aksesoris untuk hiasan seperti stiker,
stempel, pita, renda, sticky note, tali warna-warni, dan lain sebagainya sesuai
kebutuhan. Bisa juga menggunting gambar dan huruf/kata yang menarik dari
majalah bekas. Langkah-langkah membuat scrapbook:
- Menentukan tema scrapbook.
- Mencetak foto sesuai tema. Foto bisa dicetak dalam berbagi ukuran, bisa juga divariasikan ada foto black and white, ada juga foto full colour. Atau gunakan foto yang sudah tersedia di rumah.
- Menyiapkan bahan-bahan yang tersedia di rumah, seperti renda yang tidak terpakai, kain perca, kancing, daun kering, kertas/majalah bekas, manik-manik, dan masih banyak lagi.
- Ayah-Bunda dapat membimbing anak-anak untuk menggunting foto sesuai keinginan dan menempelnya pada kertas yang lebih besar, seperti HVS warna, karton bekas minuman/makanan, atau bisa juga dengan alas koran atau majalah bekas.
- Hias pinggiran kertas. Bisa dipotong dengan gunting craft atau bisa juga dihias dengan bahan-bahan yang sudah disiapkan.
- Terakhir, satukan tiap halaman dengan pita atau tali.
Belajar membuat scrapbook bersama DNA Writing Club |
Belajar membuat scrapbook
pasti sangat menyenangkan.
Belajar
membuat ‘Origami Berkisah’
DNA punya kegiatan seru
yang saya beri nama ‘Origami Berkisah’. Origami adalah seni melipat yang
berasal dari Jepang. Bahan yang digunakan adalah kertas atau kain. Kali ini,
cukup dengan menggunakan bahan kertas lipat warna-warni, atau kalau tidak ada
bisa menggunakan koran bekas atau kertas bekas yang tersedia di rumah. Banyak tutorial
sederhana untuk membuat origami di media sosial. Ayah-Bunda bisa mempelajarinya
terlebih dulu baru mempraktikkan bersama anak-anak.
Contoh 'Origami Berkisah' |
Mengapa namanya ‘Origami
Berkisah’? Karena selain membuat origami yang bermanfaat untuk mengasah motorik
halus, anak-anak juga belajar menulis cerita dari origami yang telah dibuat.
Bahan yang diperlukan: kertas lipat, karton tebal atau kertas buku gambar untuk
menempelkan origami yang telah dibuat. Misal, kalau mau membuat fabel (cerita
yang tokoh-tokohnya hewan/tumbuhan), Ayah-Bunda dapat mengajak anak-anak
membuat origami seperti ikan, burung, kupu-kupu, gunung, pohon, dll. Lalu origami itu bisa dijadikan tokoh cerita
atau setting tempat (misal : membuat origami rumah). Aha! Seru sekali, bukan?
Bermain
kata
Ayah-Bunda dapat
menjelaskan tentang 3 jenis kata (sebenarnya ada banyak jenis kata): kata
benda, kata sifat, dan kata kerja. Ayah-Bunda lalu menuliskan di beberapa
potongan kertas: 10 kata benda, 10 kata sifat, dan 10 kata kerja (jumlahnya
boleh lebih dari 10). Lalu, anak-anak diminta menyortir kata-kata itu sesuai
kategori masing-masing, bisa dengan cara ditempelkan di papan atau tembok. Kegiatan
lain bisa dengan sortir kata berdasarkan abjad. Ayah-Bunda dapat menuliskan
beragam kata yang diawali huruf A-Z, lalu anak-anak diminta mengumpulkan
kata-kata itu sesuai abjadnya. Variasi permainan ini, setelah anak-anak
mengumpulkan kata-kata, anak-anak juga bisa belajar merangkai kata itu menjadi
kalimat sederhana, bahkan bisa dikembangkan menjadi cerita sederhana. Misal:
memilih kata benda, kata sifat, dan kata kerja masing-masing satu kata
secara acak. Lalu 3 kata yang dipilih itu dirangkai dalam kalimat-kalimat atau
dirangkai menjadi cerita sederhana.
Menulis
diary (catatan harian)
Ayah-Bunda, menulis diary
itu banyak sekali lo manfaatnya:
- Membuat hati dan pikiran lebih tenang.
- Sarana berlatih mengontrol emosi secara positif.
- Memudahkan untuk berekspresi, terutama mengekspresikan perasaan yang terpendam dan mengeksplorasi emosi. Manfaatnya anak-anak akan lebih mudah memberi makna kepada peristiwa-peristiwa yang terjadi dan lebih mudah mengenal diri sendiri.
- Mempertajam ingatan dan melatih fokus. Dengan menulis diary, tidak hanya otot tangan yang bekerja saat menulis, tapi saraf otak juga akan terlatih dan akan semakin kuat. Saat proses menulis, anak-anak akan recalling (mengingat kembali) rangkaian peristiwa yang mereka alami secara berurutan. Hal ini akan melatih anak-anak untuk berpikir secara rapi dan terstruktur.
- Mengembangkan kreativitas. Dengan menulis diary, anak-anak akan termotivasi untuk berekspresi tanpa batas sehingga akan menstimulus timbulnya ide-ide kreatif.
Kegiatan menulis diary ini tidak harus selalu dengan
menggunakan tulisan tangan atau kata-kata, kok. Ayah-Bunda bisa mengajarkan
anak-anak untuk ber-diary dengan menggunakan berbagai ekspresi yang diinginkan
seperti menggambar atau hanya sekadar coretan-coretan tangan. Yuk, semangat
menulis diary dari sekarang!
Belajar
membuat komik
Ayah-Bunda dapat menyiapkan
buku-buku komik sebagai referensi atau contoh, seperti Komik KKPK, WHY?, Komik Serial
Ana, komik-komik Islami yang bisa dinikmati anak-anak, dan lainnya. Langkah-langkah
pembuatan komik, Ayah-Bunda dapat mempelajarinya di sini. atau tonton prosesnya di You Tube (klik saja)
Ayah-Bunda dapat menyiapkan buku khusus (buku sketsa) agar komik yang
anak-anak buat dapat tersimpan rapi atau bisa juga nanti dipajang dalam
kegiatan ‘pameran karya’ yang Ayah-Bunda adakan di rumah. Uhuy, keren, kan?
Belajar membuat komik di DNA Writing Club |
Belajar menjadi Reporter Cilik
Kegiatan ini bisa menjadi
sarana pengenalan salah satu profesi kepada anak-anak, yakni: reporter atau jurnalis/wartawan.
Adapun penjelasan dan cara belajar menjadi reporter cilik dapat dibaca di sini.
Narasumber yang diwawancarai
bisa Ayah-Bunda saja, atau keluarga terdekat yang berada di rumah, bisa kakak
atau saudara yang lain.
Belajar
membuat poster secara manual
Poster adalah suatu media
publikasi yang memadukan antara gambar, tulisan, bahkan grafis untuk menyampaikan
berbagai informasi. Biasanya poster bersifat persuasif atau mengajak. Nah, Ayah-Bunda
dapat membantu anak-anak menentukan tema poster, misalnya poster tentang
kesehatan, peduli terhadap lingkungan, semangat belajar, dll. Alat dan bahan
yang harus disiapkan untuk membuat poster, yaitu: kertas gambar atau karton
manila putih, pensil untuk menggambar, alat mewarnai (bisa cat poster, crayon,
pensil warna, cat air, spidol, brush pen, dll.)
Contoh poster |
Belajar
menulis cerita pendek
Menulis adalah cara terbaik bagi anak-anak
untuk mempelajari hal-hal baru dan mengingatnya. Anak-anak yang belajar menulis
cerita sejak dini akan mampu belajar dengan mudah, efektif, berpikir secara
sistematis, dan lebih percaya diri.
Salah satu kegiatan fun writing yang dilakukan oleh DNA Writing Club adalah menulis
dengan teknik free writing. Dalam
metode free writing, anak-anak
menulis secara bebas. Apa yang sedang terlintas di hati dan pikiran mereka,
anak-anak bebas menuangkan dalam bentuk tulisan maupun cerita bergambar. Anak-anak
tidak perlu pusing dan berpikir tentang seperti apa kalimat mesti disusun, kata
apa yang ingin dipilih atau apakah penempatan tanda baca sudah benar. Ayah-Bunda
juga dapat menentukan topik tulisan, lalu anak-anak diajak menulis
selepas-lepasnya dan sebebas-bebasnya, namun dengan menetapkan batas waktu.
Kegiatan ini dapat melatih kemampuan dan keterampilan menulis anak-anak.
Sebenarnya, masih banyak
ide kegiatan yang bisa dilakukan, seperti membuat kliping, membuat kolase
cerita, membuat jurnal literasi, dan lain sebagainya.
Ayah-Bunda, penanaman budaya
literasi baca-tulis yang senantiasa diupayakan melalui beragam kegiatan juga menjadi
salah satu alternatif cara menghindarkan ketergantungan anak-anak terhadap
gawai atau televisi. Dengan semakin banyak bahan bacaan yang variatif dan
menarik (yang disesuaikan dengan perjenjangan usia), membuat anak-anak akan
semakin kaya kosakata dan ide-ide yang dapat dituangkannya dalam komunikasi
lisan dan tulisan.
Horeee, meskipun sedang liburan di rumah, banyak
kegiatan seru yang bisa mengasah keterampilan literasi baca-tulis untuk
anak-anak. Semangat ya semuanyaaa! Semoga tulisan ini dapat bermanfaat. Selalu jaga kesehatan dan tak henti langitkan doa, semoga 'badai Corona' segera berlalu.
Salam
literasi!
Jika ada pertanyaan, bisa hubungi DNA Writing Club di 085647122033.
MasyaAllah senang banget kalau lihat anak-anak rajin membaca dan bisa berkreasi,.. sukses terus ya mba.. dan semoga wabah cepat selesai..Aamiin
ReplyDeleteBanyak sekali ya kegiatan literasi yang bisa dilakukan. Ini mah bisa jadi ide belajar selama di rumah. Aku nggak kepikiran kalau hasil origami bisa juga untuk bercerita, ya. Terima kasih banyak, Mbak. Aku tiru dan inovasikan ntar kalau sudah masuk sekolah nih.
ReplyDeleteDuh. Keren sekali keg2 di DNA ini. Sayang jauh, andai dekat pengen deh ngusulin ponakan tuh bisa belajar di sini..
ReplyDeleteWah, ternyata menulis diari byk manfaatnya ya..anakku jg suka nulis diari
ReplyDeleteKeren ih ide2nya mumpung lagi stay at home mo aku praktikkan sama.si kakak. Pengen ngajakin dia read aloud sama bikin review ala2 gtu
ReplyDeleteaku pengen belajar mendongeng, hehehe ini yang belum bisa bange mba norma
ReplyDeletepengen kapan-kapan aku diajarin ya, hehehe biar bisa dongeng ke anaku nantinya.
Makasih, Mbak... langsung aku bookmark nih... beberapa tips cocok banget buat kegiatan Hasna :) Biar ada selingan kalau dia lagi males belajar baca.
ReplyDeleteLengkap bangett ini Mba, seandainya bisa dijadikan buku panduan pasti asyik jadi bisa dibaca bareng2 sama anakku juga...dia lagi tertarik dgn dunia tulis menulis
ReplyDeleteAsyik banget nih ide kreatifnya. Sampai saat ini untuk anak lanang baru sampai tahap menulis resensi buku. Itu aja ngopyak-ngopyake sehari sampe ping suwidak rolas. :)) Kudu sabar emang. Tiap anak beda-beda kesukaannya.
ReplyDeleteternyata banyak banget ya ide kreatif untuk praktik baik literasi, aku izin mraktekkin ke Ifa ya mbak? Pengen sesekali ngajak Ifa ikut kelas DNA, tapi selalu emoh... pengennya sama bundanya melulu. Sukses terus untuk DNA.
ReplyDeleteWah, komunitasnya menarik sekali nih mba. Jadi pengin ngajakin anakku ikutan kelas DNA juga. Tapi nanti bbrp tahun lagi, karena sekarang umurnya blm cukup euy.Semoga makin sukses untuk DNA.
ReplyDeleteterima kasih mb idenya keren origami berkisah boleh tuh saya contek tuk program disekolah, heheheh
ReplyDelete