Jejak Karya

Jejak Karya

Wednesday, September 30, 2009

Pribadi 360°, Pribadi Utuh

Wednesday, September 30, 2009 0 Comments

Merendahlah…
Engkau kan seperti bintang-gemintang
Berkilau dipandang orang
Di atas riak air dan sang bintang nun jauh tinggi
Janganlah seperti asap
Yang mengangkat diri tinggi di langit
Padahal dirinya, rendah hina…

(Ust. Rahmat Abdullah)

Untuk menjadikan diri kita sempurna, kita harus mengikuti hukum kesempurnaan itu. Kita harus berputar 360°. Caranya dengan mendirikan shalat. Shalat ibarat sebuah bangunan, yaitu bangunan kesempurnaan. Dengan mendirikan shalat kita akan menghasilkan bangunan kesempurnaan itu, bangunan 360°, INILAH PRIBADI UTUH!!!
Perputaran itu mengakibatkan adanya keseimbangan dalam hidup kita, seperti keseimbangan yang dihasilkan oleh rotasi bumi. Kita harus bergerak untuk tetap hidup, dan mengorbit untuk mendapatkan kesempurnaan. Konsekuensinya, harus adamusim kemarau dan penghujan, ada juga yang harus mengalami musim gugur dan semi, atau musim panas dan dingin. Ini seperti kehidupan kita. Ada saat bekerja dan ada saat beristirahat. Tegasnya, ada keseimbangan antara fisik, spiritual, intelektual, dan social.

Hanya saja, banyak orang yang memilih untuk keluar dari orbit; mereka tidak mengorbit sesuai jalurnya dengan mendirikan shalat, tidak mengikatkan dengan titik pusat: ALLAH. Bagaimana mendapatkan bangunan shalat jika ia sendiri tidak mendirikannya?? Bagaimana mendapatkan pelajaran shalat, jika kita tidak pernah belajar dari “sekolah” shalat?? Orang yang keluar dari jalur itu tidak seimbang, rentan terhadap permasalahan, rentan terhadap tabrakan.

Orbit berputar sejauh 360°. Sudut 360° sama artinya dengan sudut 0°. Ia memiliki criteria yang sama, karena sesungguhnya 360° adalah 0°, dan 0° adalah 360°. Perputaran selalu mengarah pada titik awal. Sudut penuh 360° sama dengan sudut awal itu (0°). Seperti kehidupan kita, awal diciptakan oleh Allah, kembali lagi pasti kepada Allah. Dengan kata lain, perputaran itu adalah perputaran kesadaran, untuk selalu mengingatkan kita kepada Allah.

Perputaran 360° menggambarkan sebuah KERJA YANG UTUH, menunjukkan KESEMPURNAAN BERAKTIVITAS, juga menyatakan PENCAPAIAN YANG PENUH!!! Perputaran itu membentuk sebuah LINGKARAN dan lingkaran itu MENGINSPIRASI BANYAK HAL!!!
Shalat menjadi inspirasi untuk melakukan yang TERBAIK!!!


Karena itu :
1. Shalatlah, engkau akan dekat dengan Sang Pencipta !!!
2. Shalatlah, engkau akan memperoleh kesuksesan dunia dan akhirat !!!
3. Shalatlah, engkau akan mendapatkan energy berlipat !!!
4. Shalatlah, agar engkau tercegah dari perbuatan keji dan mungkar !!!
5. Shalatlah, untuk senantiasa perbaiki dirimu !!!
6. Shalatlah, agar engkau mendapatkan kemenangan !!!
7. Shalatlah, agar engkau berputar 360°, menjadi pribadi yang sempurna !!!
8. Shalatlah, agar engkau menjadi pemimpin yang baik !!!
9. Shalatlah, jadilah engkau khalifah yang membanggakan !!!
10. Shalatlah, jadilah engkau rahmat bagi semesta alam !!!

Tepat jam 08:00 di Zona Inspirasi SUPERTWIN. Pasca KRP di NH IC, jemari ini mencoba menuliskan kembali resume dari buku “SUCCESS with SHALAT” sebagai SEMANGAT di penghujung Bulan September…

Saatnya melakukan EVALUASI!!! Sudahkah aku merealisasikan TEMA “kepingan puzzle inspirasi-Q” di Bulan SEPTEMBER???
“SEPTEMBER CERIA : KERJA YANG UTUH, KESEMPURNAAN BERAKTIVITAS, PENCAPAIAN YANG PENUH, dalam rangka membentuk PRIBADI 360°…..,FULL MANFAAT, HEBAT , DAN DAHSYAT…!!!!
[sebuah kalimat yang berisi tekad (untuk bisa merealisasikannya) yang pernah ku tempel di dinding Zona Inspirasi SUPERTWIN tepat satu bulan yang lalu….]

“Setiap air mata ku mengalir…Allah aku lemah dan tiada berarti…
Setiap derai tangis membasahi…Allah jangan tinggalkan aku lagi…
Aku sayang Allah….Aku rindu Allah…AKU CINTA ALLAH

(Lepito-Q pas muter ‘nasyid’ ini…”WALI-AKU CINTA ALLAH”….then lanjut “Kitaro_KOI”…hiks…sangat mendukung MUHASABAH-Q di penghujung September!!!)
Ya Rabbi, dalam hitungan detik sebelum SEPTEMBER berlalu …semoga masih ada kesempatan bagiku untuk memaksimalkan “TEMA” itu..Semoga…

(Di penghujung bulan SEPTEMBER…Saatnya ber-MUHASABAH!!! Semoga hari ini dapat INSPIRASI untuk ‘menyempurnakan’ TEMA BULAN OKTOBER!!! SEMANGAT!!!)

Tuesday, September 29, 2009

Sabarlah, Kita Akan Kembali Pada-Nya

Tuesday, September 29, 2009 0 Comments
Dalam surat Al-Baqarah, Allah dua kali menggandengkan kata ”sabar” dengan keyakinan akan kembalinya kita kepada Allah SWT. Yang pertama ada pada ayat ke 45 & 46.
”Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (QS 2: 45-46).
Dan yang berikutnya ada pada ayat 155-156.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. (QS 2 : 155-156). Arti Innalillahi wa inna ilaihi raaji’un itu seperti yang sudah kita ketahui bersama: ”Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali.” Kalimat itu dinamakan kalimat istirja’ yang disunatkan dibaca ketika mendapat musibah.
Kalimat tersebut tentu saja bukanlah sebuah mantra yang dibaca tanpa makna. Tapi kalimat itu sendiri adalah kalimat mendalam yang memberikan kesejukan, hiburan, kekuatan, dan sugesti ketika musibah datang. Sugesti itu tidak akan datang sendirinya tanpa kita memahami dan menghayati maknanya.
Kesadaran bahwa kita akan kembali pada-Nya memang merupakan sebuah penyejuk. Dalam surat Az-Zumar ayat 10 Allah berfirman, ”… Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” Janji Allah tentang pahala tanpa batas ini tidak akan terealisasi kecuali setelah kita kembali pada-Nya. Selama kita masih di dunia, kematian menjadi batas bagi pahala yang kita dapat. Tapi setelah kita kembali pada-Nya, dalam kehidupan surga yang abadi (QS 98 ayat , itulah saat yang mungkin pahala tanpa batas terealisasi.
Dan ingat juga tentang apa yang telah Allah janjikan bagi orang yang sabar,”Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An-Nahl : 96)
Kita akan kembali pada Allah yang kekal, meninggalkan segala sesuatu yang akan lenyap. Karena itu, kenapa kita bersedih atas apa yang akan binasa? Kenapa kita tidak mengharapkan pahala yang kekal dan yang lebih baik dari yang kita kerjakan?
Maka sabarlah, kita akan kembali pada-Nya.

Friday, September 11, 2009

Abi dan Ummi

Friday, September 11, 2009 0 Comments
Dulu, sebelum terlahir, aku takut turun ke dunia ini
Dunia adalah sesuatu yang asing bagiku
Yang mungkin bisa menjerumuskanku
Atau bahkan membinasakanku

Aku takut karena aku lemah
Aku takut karena aku buta
Aku takut karena aku tak berdaya

Lalu kuadukan semua gundahku pada Tuhanku

Kata Tuhanku, aku tak perlu takut
Karena Dia telah mengutus dua malaikat untukku

Kata Tuhanku, merekalah yang mengemban penuh amanah atas diriku

Merekalah nanti yang akan mengajari dan menuntunku
Merekalah jua nanti yang akan menjaga dan melindungiku
Bahkan mereka rela mempertaruhkan apapun
Demi amanahnya padaku

Abi, Ummi, tahukah kalian siapakah mereka itu ?

Mereka adalah engkau wahai Abi dan Ummi ku...

Ya... kalian berdualah malaikatku

Ajari aku apapun yang seharusnya aku tahu ...
Jangan ajari aku apa yang tak seharusnya aku tahu ...

Ajari aku mengenal Tuhanku
Agar aku bisa berterima kasih pada-Nya

Aku masih lemah Abi, maka kuatkanlah diriku ...
Aku masih buta Ummi, maka bukalah mata hatiku ...

10 hari terakhir RAMADHAN..

Friday, September 11, 2009 0 Comments
Bulan Ramadhan merupakan momentum peningkatan kebaikan bagi orang-orang yang bertaqwa dan ladang amal bagi orang-orang shaleh. Terutama, sepuluh hari terakhir Ramadhan.

Sebagian ulama kita membagi bulan ini dengan tiga fase: fase pertama sepuluh hari awal Ramadhan sebagai fase rahmat, sepuluh di tengahnya sebagai fase maghfirah dan sepuluh akhirnya sebagai fase pembebasan dari api neraka. Sebagaimana diriwayatkan oleh sahabat Salman Al Farisi: "Adalah bulan Ramadhan, awalnya rahmat, pertengahannya maghfirah dan akhirnya pembebasan dari api neraka."

Dari ummul mukminin, Aisyah ra., menceritakan tentang kondisi Nabi saw. ketika memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan: "Beliau jika memasuki sepuluh hari terkahir Ramadhan, mengencangkan ikat pinggang, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya."

Apa rahasia perhatian lebih beliau terhadap sepuluh hari terakhir Ramadhan? Paling tidak ada dua sebab utama:

Sebab pertama, karena sepuluh terkahir ini merupakan penutupan bulan Ramadhan, sedangkan amal perbuatan itu tergantung pada penutupannnya atau akhirnya. Rasulullah saw. berdo'a:

"اللهم اجعل خير عمري آخره وخير عملي خواتمه وخير أيامي يوم ألقاك"

"Ya Allah, jadikan sebaik-baik umurku adalah penghujungnya. Dan jadikan sebaik-baik amalku adalah pamungkasnya. Dan jadikan sebaik-baik hari-hariku adalah hari di mana saya berjumpa dengan-Mu Kelak."

Jadi, yang penting adalah hendaknya setiap manusia meangakhiri hidupnya atau perbuatannya dengan kebaikan. Karena boleh jadi ada orang yang jejak hidupnya melakukan sebagian kebaikan, namun ia memilih mengakhiri hidupnya dengan kejelekan.

Sepuluh akhir Ramadhan merupakan pamungkas bulan ini, sehingga hendaknya setiap manusia mengakhiri Ramadhan dengan kebaikan, yaitu dengan mencurahkan daya dan upaya untuk meningkatkan amaliyah ibadah di sepanjang sepuluh hari akhir Ramadhan ini.

Sebab kedua, karena dalam sepuluh hari terakhir Ramadhan di duga turunnya lailatul qadar, karena lailatul qadar bisa juga turun pada bulan Ramadhan secara keseluruhan, sesuai dengan firman Allah swt.

إنا أنزلناه في ليلة القدر

"Sesungguhnya Kami telah turunkan Al Qur'an pada malam kemulyaan."

Allah swt. juga berfirman:

شهر رمضان الذي أنزل فيه القرآن هدى للناس وبينات من الهدى والفرقان

"Bulan Ramadhan,adalah bulan diturunkan di dalamnya Al Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan dari petunjuk dan pembeda -antara yang hak dan yang batil-."

Dalam hadits disebutkan: "Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan di dalamnya ada lailatul qadar, malam lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa diharamkan darinya maka ia diharamkan mendapatkan kebaikan seluruhnya. Dan tidak diharamkan kebaikannya kecuali ia benar-benar terhalang -mahrum-."

Al qur'an dan hadits sahih menunjukkan bahwa lailatul qadar itu turun di bulan Ramadhan. Dan boleh jadi di sepanjang bulan Ramadhan semua, lebih lagi di sepuluh terakhir Ramadhan. Sebagaimana sabda Nabi saw.:

"التمسوها في العشر الأواخر من رمضان".

"Carilah lailatul qadar di sepuluh terakhir Ramadhan."

Pertanyaan berikutnya, apakah lailatul qadar di seluruh sepuluh akhir Ramadhan atau di bilangan ganjilnya saja? Banyak hadits yang menerangkan lailatul qadar berada di sepuluh hari terakhir. Dan juga banyak hadits yang menerangkan lailatul qadar ada di bilangan ganjil akhir Ramadhan. Rasulullah saw. bersabda:

"التمسوها في العشر الأواخر وفي الأوتار"

"Carilah lailatul qadar di sepuluh hari terakhir dan di bilangan ganjil."

"إن الله وتر يحب الوتر"

"Sesungguhnya Allah ganjil, menyukai bilangan ganjil."

Oleh karena itu, kita rebut lailatul qadar di sepuluh hari terakhir Ramadhan, baik di bilangan ganjilnya atau di bilangan genapnya. Karena tidak ada konsensus atau ijma' tentang kapan turunya lailatul qadar.

Di kalangan umat muslim masyhur bahwa lailatul qadar itu turun pada tanggal 27 Ramadhan, sebagaimana pendapat Ibnu Abbas, Ubai bin Ka'ab dan Ibnu Umar radhiyallahu anhum. Akan tetapi sekali lagi tidak ada konsensus pastinya.

Sehingga imam Ibnu Hajar dalam kitab "Fathul Bari" menyebutkan, "Paling tidak ada 39 pendapat berbeda tentang kapan lailatul qadar."

Ada yang berpendapat ia turun di malam dua puluh satu, ada yang berpendapat malam dua puluh tiga, dua puluh lima, bahkan ada yang berpendapat tidak tertentu. Ada yang berpendapat lailatul qadar pindah-pindah atau ganti-ganti, pendapat lain lailatul qadar ada di sepanjang tahun. Dan pendapat lainnya yang berbeda-beda.

Untuk lebih hati-hati dan antisipasi, hendaknya setiap manusia menghidupkan sepuluh hari akhir Ramadhan.

Apa yang disunnahkan untuk dikerjakan pada sepuluh hari akhir Ramadhan?

Adalah qiyamullail, sebelumnya didahului dengan shalat tarawih dengan khusyu'. Qira'atul qur'an, dzikir kepada Allah, seperti tasbih, tahlil, tahmid dan takbir, istighfar, do'a, shalawat atas nabi dan melaksanakan kebaikan-kebaikan yang lainnya.

Lebih khusus memperbanyak do'a yang ma'tsur:

وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : قُلْت : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، أَرَأَيْت إنْ عَلِمْت أَيُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ ، مَا أَقُولُ فِيهَا ؟ قَالَ : قُولِي : اللَّهُمَّ إنَّك عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

Seperti yang diriwayatkan oleh Aisyah, bahwa beliau berkata: "Saya berkata: Wahai Rasul, apa pendapatmu jika aku mengetahui bahwa malam ini adalah lailatul qadar, apa yang harus aku kerjakan? Nabi bersabda: "Ucapkanlah: "Allahumma innaka afuwwun tuhibbul afwa fa'fu 'anni." (Ya Allah, Engkau Dzat Pengampun, Engkau mencintai orang yang meminta maaf, maka ampunilah saya." (Ahmad dan disahihkan oleh Al-Albani)

Patut kita renungkan, wahai saudaraku muslim-muslimah: "Laa takuunuu Ramadhaniyyan, walaakin kuunuu Rabbaniyyan. Janganlah kita menjadi hamba Ramadhan, tapi jadilah hamba Tuhan." Karena ada sebagian manusia yang menyibukkan diri di bulan Ramadhan dengan keta'atan dan qiraatul Qur'an, kemudian ia meninggalkan itu semua bersamaan berlalunya Ramadhan.

Kami katakan kepadanya: "Barangsiapa menyembah Ramadhan, maka Ramadhan telah mati. Namun barangsiapa yang menyembah Allah, maka Allah tetap hidup dan tidak akan pernah mati."

Allah cinta agar manusia ta'at sepanjang zaman, sebagaimana Allah murka terhadap orang yang bermaksiat di sepanjang waktu.

Dan karena kita ingin mengambil bekalan sebanyak mungkin di satu bulan ini, untuk mengarungi sebelas bulan selainnya.

Semoga Allah swt. menerima amal kebaikan kita. Amin

تقبل الله منا ومنكم صالح الأعمال.

Monday, September 07, 2009

TANYAKU TENTANG MALAM DAN SIANG

Monday, September 07, 2009 0 Comments
Belum cukup ku bertanya kepada bulan...
Tentang makna kehadiran malam...
Baginya, malam tetap menghadirkan selaksa cinta
Dalam hamparan langit yang terkadang kelam, tertutup awan
Malam baginya menjadi isyarat tuk tetap membagi untaian senyum
Dalam guratan sabit yang tercipta dari dirinya...

Siang dalam definisi mentari...
Adalah saat dia mulai memadukan gelora warna semangat yang terpancar sampai ke bumi
Merekahkan kuncup bunga...bermekaran elok nan rupawan...

Siang menjadi saat tuk kembali merangkai asa
Meski letih terkadang tercipta...
Tapi inilah hakikat perjuangan sesungguhnya!!!!

Siang bukanlah saat di mana nafas harus tersengal
Bukan pula saat raga menjadi lemah dan payah....
Tapi siang ibarat keberanian seorang ’penunggang kuda’ yang terus memacu kuda putihnya, meski di padang gersang
Membentang luas sekalipun...
Menatap arah langkah ke depan
Menggapai suatu tujuan...
Tegar hadapi segala rintangan yang menghadang

Siang-malamku....
Bukanlah saat dimana ku menghamburkan waktuku
Tapi, siang-malamku adalah waktu terbaikku
Untuk senantiasa mengabdi pada Rabb-Ku...

(Minggu, 19 Juli 2009...dalam perjalanan ke Bulevard UNS)

20 ciri gagal dibulan RAMADHAN

Monday, September 07, 2009 0 Comments
1. Tidak mempersiapkan diri semaksimal mungkin jauh hari sebelum Ramadhan
2. Gampang mengulur shalat fardhu
3. Malas menjalankan ibadah-ibadah sunnah
4. Kikir dan rakus pada harta benda
5. Malas membaca Al-Qur’an
6. Mudah mengumbar amarah
7. Gemar bicara sia-sia dan dusta
8. Memutuskan tali silaturohim
9. Menyia-yiakan waktu
10. Labil dalam menjalani hidup
11. Tidak semangat mensyiarkan Islam
12. Khianat terhadap amanah
13. Rendah motivasi hidup berjamaah
14. Tinggi ketergantungannya pada makhluk
15. Malas membela dan menegakkan kebenaran
16. Tidak mencintai kaum dhuafa
17. Salah dalam memaknai akhir Ramadhan
18. Terlalu sibuk mempersiapkan lebaran, sementara I’tikaf diabaikan
19. Menganggap dan menjalani Idul Fitri sebagai hari kebebasan berbuat Jahiliyah lagi
20. Tidak mengalami peningkatan keharmonisan dalam keluarga


Nah, dari ke-20 ciri-ciri gagal di bulan Ramadhan. Apakah salah satu dari ciri-ciri tersebut ada pada diri kita? Hanya diri kita sendiri yang bisa menjawabnya. Dan apakah pada ramadhan tahun ini kita juga mendapat maghfirah(ampunan)-Nya? Yah semua itu yang bisa menjawab hanya diri kita masing-masing. Dan kitapun berharap pastilah Ramadhan kali ini lebih baik dari Ramadhan tahun kemarin.

Tuesday, September 01, 2009

TARBIYAH RAMADHAN

Tuesday, September 01, 2009 0 Comments
Ramadhan adalah bulan tarbiyah. Bulan ini bagaikan madrasah kolosal yang mendidik hamba-hamba Allah yang mu'min untuk menjalani tarbiyah islamiyah mutakamilah (pendidikan Islam yang sempurna); meliputi tarbiyah ruhiyah (ruhani), aqliyah (intelektual), dan jasadiyah (phisik). Tarbiyah ramadaniyah diikuti seluruh kaum muslimin; dari pejabat hingga rakyat, kaya atau miskin, tua ataupun muda, remaja maupun dewasa . tidak memandang suku bangsa warna kulit atau pun bahasa, semua yang mengaku beriman sama-sama mengikuti perintah Allah berpuasa Ramadhan.
Esensi utama dari tarbiyah ramadhan adalah menghubungkan manusia dengan Rabbul Alamin. Menghidupkan hati nurani dan mengisi jiwa dengan nilai-nilai keimanan yang tinggi. Melalui dua program utama: Taqarrub ila-Llah (mendekatkan diri kepada Allah) dengan ibadah total siang dan malam hari, serta Taqarrub ila minhajillah (mendekatkan diri dengan konsepsi Allah) dengan interakasi yang intensif dengan Al Qur-anul karim. Gelar kesarjanaan yang akan diperoleh mereka yang mengikuti program pendidikan ini adalah "Taqwa". Firman Allah,
"Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa." (Al Baqarah: 183)
Karunia Yang Maha Pendidik Ramadhan adalah karunia istimewa dari Allah Rabbul Alamin. Salah satu sifat Allah yang tercermin dalam nama-Nya, "Ar Rabb" adalah "Yang Maha Mendidik".
Mendidik adalah menumbuh kembangkan dengan bimbingan dan pimpinan sedikit demi sedikit hingga mencapai kesempurnaan. Allah memberikan pimpinan, bimbingan, untuk tumbuh bagi seluruh makhluqnya yang ada di alam semesta. Setiap makhluq telah diprogram sedemikian rupa sehingga mencapai kesempuranaan dalam melaksanakan peran hidupnya. Sebatang pohon mangga telah ditentukan kejadiannya mulai dari tumbuhnya benih, biji, batang , cabang, ranting.

Allah menentukan jumlah daunnya yang rimbun dan buah mangga yang akan dihasilkannya. Bahkan di mulut siapa mangga tersebut akan berkhidmat telah ditentukan Allah. Itulah taqdir kauni (ketentuan Allah) di alam semesta yang ukuran-ukurannya pasti.
Secara fisik manusia pun memperoleh bimbingan rabbaniyah ini. Dia tumbuh berkembang seperti halnya makhluk Allah lain. Dari setetes airmani yang berisi jutaan spermatozoa, terjadi zygote pada sel telur ibu, tumbuhlah embrio manusia. Di dalam rahim ibu janin bayi hidup dan berkembang, kemudian menjadi bayi yang sempurna kejadiannya dan tidak sempurna. Setelah itu bayi pun dilahirkan Allah dari perut ibunya. Bayi mungil itu terus tumbuh berkembang menjadi kanak-kanak, selanjutnya menjadi remaja, kemudian dewasa. Seiring perkembangan phisik, intelektualitas pun berkembang sehingga manusia kian dewasa kian pintar.

Manusia yang dipanjangkan usianya kelak menjadi tua, kemudian sangat tua sehingga pikun. Kemampuan akalnya pun berkurang. Tidak ada yang kekal dan bertahan hidup terus. Pada akhirnya dia harus menghadap Allah untuk mempertanggung-jawabkan semua perbuatannya. Kesemuanya dalam program Ilahiyah yang sangat akurat. Namun manusia bukan hanya makhluk yang bersifat jasmani dan fikiran belaka. Dia merupakan paduan jasmani ruhani. Bimbingan Allah dan tarbiyahnya untuk membangun ruhani khas dan istimewa. Itulah tarbiyah rabbaniyah (ketuhanan) yang disampaikan Allah berdasarkan wahyu yang diturunkan-Nya kepada hamba-hamba pilihan yaitu para Nabi dan Rasul Alaihimus Salaam.

Dengan Al Islam, Al Qur-an, Sunnah, dan warisan peradaban Islam - Allah mendidik manusia mencapai kesempurnaan hidupnya. Wahyu Allah sebagai pedoman hidup mempunyai keistimewaan sebagai pembimbing hati dan jiwa manusia mencapai derajat mulia yaitu taqwa.
Al Qur-an adalah kitabut tarbiyah wal hidayah yang tiada bandingnya dalam membentuk akhlaq dan pekerti manusia. Telah terbukti selama 15 abad lamanya. Al
Qur-an merupakan pedoman hidup orang bertaqwa. Bersifat universal, berlaku sepanjang masa untuk setiap manusia di seluruh penjuru Dunia.
"Dengan Kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan-jalan keselamatan, dan dengan Kitab itu pula Allah mengeluarkan orang-orang itu dari kegelapan kepada cahaya yang terang benderang dengan seidzin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. " (Al Maaidah: 16)
Allah mendidik manusia secara khas dengan dua cara:
Pertama : tarbiyah talqiniyah dengan mengutus Jibril untuk mengajarkan Dien-Nya kepada hamba-hamba pilihan (para Nabi dan Rasul). Secara talqiniyah Jibril memahamkan pada hati Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wa Sallam pengertian ayat yang diturunkan kepada beliau.
"Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya, Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaan itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasan ayat-ayat itu." (Al Qiyamah: 17-20)
Kedua: tarbiyah khafiyah, yaitu proses kehidupan yang dipenuhi aneka ragam pengalaman batin yang mematangkan hidup para utusan Allah dan para pengikut mereka yang setia yaitu hamba-hamba Allah yang mu'min. Nabi Yusuf misalnya, sampai menjadi pemimpin suatu negara setelah mengelami ujian penderitaan. Dicampakkan ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya, dijadikan budak belian, lulus dari godaan wanita cantik dan kaya, serta masuk penjara. Pengalaman adalah guru yang terbaik. Apalagi pengalaman para Nabi dan Rasul,
"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur-an itu bukan cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman." (Yusuf: 111)

Nabi Muhammad ditempa Allah dengan tarbiyah khofiyah dalam berbagai situasi dan kondisi yang mematangkan jiwa beliau sehingga pantas menerima hidayah untuk disampaikan kepada segenap manusia. Bentuk tarbiyah kepada Nabi ini menjadi lebih istimewa tatkala Al Qur-an telah diturunkan dan ditalqinkan kepada beliau oleh Malaikat Jibril. Kadang-kadang Allah pun mendidik langsung Rasul-Nya dengan menurunkan wahyu tanpa perantaraan Jibril.

Hakikat Madrasah Ramadhaniyah

Puasa Ramadhan adalah tarbiyah khafiyah dan talqiniyah yang sangat istimewa dalam membangun kesempurnaan jiwa manusia. Ramadhan bagaikan madrasah, dimana Allah sendiri bertindak sebagai Guru Maha Pendidik yang mengarahkan setiap murid menuju kesempurnaan ruhaniyah. Madrasah ini berlangsung selama sebulan penuh, maksimal 720 jam atau 2.592.000 detik. Setiap detiknya sangat berharga sehingga dapat berlipat ganda antara 10 sampai 700 kali lipat.
Bahkan di setiap Ramadhan ada malam Lailatul Qadar (kl 12 jam) yang lebih baik nilainya dari 1000 bulan atau dari 720.000 Jam. Ini artinya setiap 1 jam pada malam itu lebih baik dari 60.000 jam, atau setiap 1 detiknya lebih baik dari 60.000 detik dalam timbangan Allah. Jika anda saat itu berdzikir dengan sekali mengucapkan "Laa ilaha illa-Llah" secara ikhlas, maka nilainya lebih baik dari mengucapkan dzikir yang sama 60.000 kali di hari yang lain.
Cobalah hitung bila itu merupakan sholat atau membaca Al Qur-an.
Tarbiyah khafiyah rabbaniyah diberikan dengan latihan intensif menahan lapar dan haus, dan hal-hal yang membatalkan puasa. Tidak itu saja, ruhani mu'min diisi dengan menjauhi maksiat seluruh anggota tubuh; mata, telinga, mulut, perut, dan lain-lain yang mengurangi nilai keutamaan puasa. Kemudian mengisi diri dengan ibadah wajib dan sunnah, sholat-sholat fardhu, rawatib, qiyamul-lail, memperbanyak sodaqoh, infaq, dan melakukan amal khairat (kebaikan) sebanyak-banyaknya. Maka akhlaq yang mulia diharapkan menjadi tumbuh berkembang.
Sifat-sifat yang baik menjadi menetap dan sifat buruk pun lenyap.
Dalam Madrasah ini Allah menghendaki setiap mu'min yang mengikuti program Ramadhan ini meningkatkan interaksinya secara maksimal dengan Al Qur-an. Mereka harus membaca Al Qur-an sebanyak-banyaknya, mentadabburkan isinya seolah-olah Allah berbicara langsung kepada dirinya, kemudian mengamalkannya sekuat kemampuan. Jadikan amaliyah Ramadhan sebagai titik mula pelaksanaan ibadah yang kelak akan menjadi aktifitas yang berkesinambungan dan terpelihara.
Al Qur-an yang ditalqinkan kepada Nabi Muhammad dahulu kini berada di hadapan kita. Tinggal memahaminya dengan tafsir Al Qur-an, hadits, ataupun peri kehidupan Rasulullah dan para sahabatnya. Baik dengan mengkajinya sendiri atau pun dengan bertalaqqi kepada ahlinya. Karena itulah Bulan Ramadhan disebutkan sebagai bulan turunnya Al Qur-an.
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan Al Qur-an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dengan yang bathil)." (Al Baqarah: 185)

Turunnya Al Qur-an ke dalam jiwa kita hanya akan menjadi kenyaatan manakala dalam kondisi berpuasa dan di malam hari Ramadhan kita menempa diri dengan Kitabullah.
Oleh Rasulullah Shollallahu Alaihi Wa Sallam Bulan Ramadhan dibagi tiga fase. Sepuluh hari pertama dilimpahi dengan rahmat (kasih sayang) Allah yang tiada terhingga. Sepuluh hari berikutnya dipenuhi dengan lautan ampunan bagi hamba-hamba Allah yang taat dan bertaubat. Sedangkan sepuluh hari terakhir merupakan saat-saat pembebasan dari api neraka.
Semakin hari keberkahan Ramadhan semakin kentara. Terutama bagi mereka yang benar-benar mengikuti program tarbiyah rabbaniyah. Namun orang-orang yang mengikutinya pun semakin terseleksi. Para peserta tarbiyah ramadaniyah mulai dapat dibedakan, mana yang sungguh-sungguh dan mana yang sekedar ikut-ikutan.
Pada sepuluh malam terakhir, Nabi mengencangkan ikat pinggang (menjauhi istri) dan mengkonsentrasikan diri di Masjid untuk beri'tikaf di dalamnya. Nabi menjadikan masjid sebagai pusat aktifitas beliau sehingga melakukan apa pun di masjid selama 10 hari.
Beliau lebih khusyu dalam shalatnya, lebih banyak membaca Kitabullah, lebih banyak bersedekah kepada fakir miskin.
Beliau selalu menganjurkan Ummatnya untuk beri'tikaf, bahkan dalam hadits-hadits tentang lailatul Qadar, beliau bersabda, "Sesungguhnya pernah ditampakkan kepadaku lailatul qadr, kemudian dijadikan aku lupa, atau aku lupa kepadanya, maka hendaklah kalian mencarinya pada sepuluh yang akhir; di malam-malam yang ganjil. Dalam riwayat yang lain hendaklah kalian mencarinya pada tiap-tiap malam yang ganjil". (Bukhari Muslim).
Rasulullah menekankan pentingnya mencari Lailatiul qadr karena bila seseorang beribadah di malam itu dengan ikhlas dan khusyu nilainya sama dengan beribadah 60.000 kali di bulan yang lain. Siapa saja yang bersungguh-sungguh mencapai puncak penghambaan tentu akan berusaha mendapatkan nilai tertinggi yang dapat mengangkat derajatnya di sisi Allah. Maka Nabi dan para sahabat beliau telah mencapai gelar muttaqin karena mendaya gunakan peluang Ramadhan untuk beramal seikhlas mungkin.

Si Kancil dan Siput

Tuesday, September 01, 2009 0 Comments
Pada suatu hari si kancil nampak ngantuk sekali. Matanya serasa berat sekali untuk dibuka. “Aaa....rrrrgh”, si kancil nampak sesekali menguap. Karena hari itu cukup cerah, si kancil merasa rugi jika menyia-nyiakannya. Ia mulai berjalan-jalan menelusuri hutan untuk mengusir rasa kantuknya. Sampai di atas sebuah bukit, si Kancil berteriak dengan sombongnya, “Wahai penduduk hutan, akulah hewan yang paling cerdas, cerdik dan pintar di hutan ini. Tidak ada yang bisa menandingi kecerdasan dan kepintaranku”.

Sambil membusungkan dadanya, si Kancil pun mulai berjalan menuruni bukit. Ketika sampai di sungai, ia bertemu dengan seekor siput. “Hai kancil !”, sapa si siput. “Kenapa kamu teriak-teriak? Apakah kamu sedang bergembira?”, tanya si siput. “Tidak, aku hanya ingin memberitahukan pada semua penghuni hutan kalau aku ini hewan yang paling cerdas, cerdik dan pintar”, jawab si kancil dengan sombongnya.

Siput“Sombong sekali kamu Kancil, akulah hewan yang paling cerdik di hutan ini”, kata si Siput. “Hahahaha......., mana mungkin” ledek Kancil. “Untuk membuktikannya, bagaimana kalau besok pagi kita lomba lari?”, tantang si Siput. “Baiklah, aku terima tantanganmu”, jawab si Kancil. Akhirnya mereka berdua setuju untuk mengadakan perlombaan lari besok pagi.

Setelah si Kancil pergi, si siput segera mengumpulkan teman-temannya. Ia meminta tolong agar teman-temannya berbaris dan bersembunyi di jalur perlombaan, dan menjawab kalau si kancil memanggil.

Akhirnya hari yang dinanti sudah tiba, kancil dan siput pun sudah siap untuk lomba lari. “Apakah kau sudah siap untuk berlomba lari denganku”, tanya si kancil. “Tentu saja sudah, dan aku pasti menang”, jawab si siput. Kemudian si siput mempersilahkan kancil untuk berlari dahulu dan memanggilnya untuk memastikan sudah sampai mana si siput.

Kancil berjalan dengan santai, dan merasa yakin kalau dia akan menang. Setelah beberapa langkah, si kancil mencoba untuk memanggil si siput. “Siput....sudah sampai mana kamu?”, teriak si kancil. “Aku ada di depanmu!”, teriak si siput. Kancil terheran-heran, dan segera mempercepat langkahnya. Kemudian ia memanggil si siput lagi, dan si siput menjawab dengan kata yang sama.”Aku ada didepanmu!”

Akhirnya si kancil berlari, tetapi tiap ia panggil si siput, ia selalu muncul dan berkata kalau dia ada depan kancil. Keringatnya bercucuran, kakinya terasa lemas dan nafasnya tersengal-sengal.

Kancil berlari terus, sampai akhirnya dia melihat garis finish. Wajah kancil sangat gembira sekali, karena waktu dia memanggil siput, sudah tidak ada jawaban lagi. Kancil merasa bahwa dialah pemenang dari perlombaan lari itu.

Betapa terkejutnya si kancil, karena dia melihat si siput sudah duduk di batu dekat garis finish. “Hai kancil, kenapa kamu lama sekali? Aku sudah sampai dari tadi!”, teriak si siput. Dengan menundukkan kepala, si kancil menghampiri si siput dan mengakui kekalahannya. “Makanya jangan sombong, kamu memang cerdik dan pandai, tetapi kamu bukanlah yang terpandai dan cerdik”, kata si siput. “Iya, maafkan aku siput, aku tidak akan sombong lagi”, kata si kancil.