Jejak Karya

Jejak Karya

Monday, July 23, 2012

MELATI [3]: PENDAR CINTA DI HATINYA

Monday, July 23, 2012 0 Comments




"Bahagialah bila kau masih punya mimpi…

hidup hanya sekali…berikanlah yang terbaik…
merindukan purnama…bertahan walau di dalam duka…
bersyukurnyalah kita…masih banyak yang sayangi kita…
merindukan purnama…meraih cinta…
cinta yang menyatukan kita…”

Terdengar lantunan senandung seorang pengamen jalanan yang membuat Nayla sejenak menghentikan aktivitasnya membaca di dalam bus kota sepulang kuliah. Lagu itu sudah tidak asing lagi bagi Nayla karena akhir-akhir ini ia merasa ‘terbius’ dengan lagunya Judika yang menjadi soundtrack film Rindu Purnama itu.

Seorang pemuda memainkan gitarnya, dengan gurat wajah yang tegas namun tersirat kesedihan yang mendalam. Tapi tetap ada lukisan senyum yang menghiasi wajahnya. Dari segi penampilan, ia bisa dibilang tidak terlalu lusuh dibanding beberapa pengamen jalanan yang sempat Nayla lihat. Ia memakai kaos biru bertuliskan “Solo, The Spirit of Java”. Nayla langsung terpesona dengan performance-nya, apalagi ia membawakan lagu itu dengan baik, penuh penghayatan.
Saat melewati Nayla sambil menyodorkan kantong plastik bekas bungkus permen, pemuda itu tersenyum. Dan Nayla pun membalas senyumannya. “Semoga kapan-kapan bisa menikmati lantunan suaranya lagi," batin Nayla berharap.

***
Keesokan harinya, setiap pulang kuliah, Nayla kembali menikmati aksi pengamen itu, hari-hari berikutnya juga. Nayla jadi penasaran, kenapa ia selalu menyanyikan lagu itu. Pada hari kelima setelah pertemuan yang pertama, rasa penasaran Nayla sudah tidak bisa dibendung lagi. Maklumlah, jiwa peneliti Nayla yang selalu merasa ingin tahu lebih mendominasi. Akhirnya, setelah menyelesaikan ‘tugas’ nya di bis kota, pengamen itu turun dan Nayla berinisiatif turun juga mengikuti jejak langkah pemuda itu.

Nayla mengamatinya dari kejauhan. Sekitar pukul 17.00, pemuda itu pergi dari area ‘dinas’nya, berjalan menuju suatu tempat. Nayla mengikutinya dari belakang. Sampailah mereka pada sebuah rumah. Sederhana. Bahkan sepertinya tidak layak untuk disebut rumah. Bangunan berbahan triplek yang berbentuk kubus. Pemuda itu masuk, keriuhan pun terjadi. Terdengar suara anak-anak kecil yang memperebutkan sesuatu.

 “Eh, Ali, Budi, Ucik, Siti….jangan berebut ah...semua dapat satu-satu dari Kak Aan. Ayo, yang tenang ya, nanti nggak jadi Kakak bagi lho!” kata pemuda tadi.

“O…namanya Aan" batin Nayla. Ia bisa mengamati aktivitas di dalam rumah sederhana itu karena pintunya terbuka.
“Mbak, kenapa dari tadi berdiri di sana? Ada yang bisa saya bantu?” sebuah suara menghentikan lamunan Nayla. “Olala…kehadiranku ketahuan deh…”

“Oh…eh…kebetulan tadi saya lewat. Boleh saya masuk?”Nayla menyembunyikan rasa kagetnya. “Eh, kita belum kenalan. Nama saya Nayla.” kata Nayla sambil mengulurkan tangannya, mengajak bersalaman. Tapi pemuda di hadapannya itu hanya mengatupkan kedua tangan di depan dadanya.

“Iya boleh-boleh. Silahkan masuk Nayla…maaf tempatnya berantakan. Oya, namaku Aan." katanya. Nayla jadi sedikit kikuk. Tapi kemudian dia mencoba beradaptasi dan memulai percakapan. Ia ingin menemukan jawaban atas rasa penasarannya.

“Akhir-akhir ini tiap kali pulang kuliah saya sering melihat aksi Mas mengamen di perempatan Panggung, rasa penasaran saya memuncak tatkala tiap kali melihat aksi Mas selalu lagu itu yang Mas nyanyikan. Dan itu adalah lagu favorit saya. Makanya saya jadi penasaran dan jujur, saya tadi memang sengaja mengikuti Mas dan sampailah saya di sini. Kenapa Mas? Hm, maaf ya Mas. Saya kok jadi kayak wartawan gini. Hehe…," jelas Nayla sambil mengamati kondisi di dalam rumah itu. RUMAH PELANGI. Ada tulisan besar di atas sebuah rak buku.

“Nayla, aku terlahir di jalanan. Besar di jalanan, Aku hanyalah seorang anak yatim piatu. Tapi aku punya mimpi. Aku punya cita-cita besar untuk mengubah nasibku. Alhamdulillah, aku bisa sekolah sampai SMA. Rezeki dari Allah SWT yang Dia titipkan lewat tangan seorang dermawan yang menjadikanku anak asuhnya karena dulu aku tidak sengaja menemukan dompetnya yang terjatuh. Sekarang aku sudah bekerja di sebuah penerbitan di kota ini. Aku hanya ingin berbagi dengan para musisi jalanan itu.  Mereka sering dianggap ‘sampah’ oleh banyak orang. Aku dulu pernah merasakan masa-masa pahit itu. Sampai sekarang sulit bagiku meninggalkan profesi sebagai pengamen. Profesi yang sudah aku lakukan sejak usiaku masih 7 tahun. Jadi sepulang bekerja dari jam 15.00-17.00 aku sempatkan untuk mengamen dulu. RUMAH PELANGI ini kudirikan dengan harapan besar agar aku bisa sedikit meringankan beban mereka, meski itu tak seberapa. Dan lagu itu, lagu itu kunyanyikan untuk mereka.”  Nayla penuh perhatian mendengarkan penjelasan Mas Aan.

“Mereka jarang tersenyum bukan karena mereka enggan untuk tersenyum. Tapi hidup dan waktu seolah menuntut mereka menghabiskan sebagian besar kehidupan untuk bekerja keras sehingga terkadang mereka lupa bahwa ada waktu untuk tersenyum. Apa mereka lupa cara tersenyum? Atau karena mereka tak pernah menerima senyuman, makanya mereka tak tahu lagi bagaimana caranya tersenyum?”  kata Mas Aan yang membuat hati Nayla gerimis.

Ada desiran yang tidak biasa di hatinya, saat matahari menggelincir dari titik kulminasinya…

[Keisya Avicenna, lembar ketiga Ramadhan...]
NB: Teruntuk para musisi jalanan yang tlah menghiburku setiap hari dalam setiap perjalananku. Kalian adalah inspirasiku untuk lebih mensyukuri hidup. Semoga Allah Swt senantiasa menghadirkan bahagia di hati-hati kalian... *pengagumrahasia!

Sunday, July 22, 2012

MELATI [2]: Salam SD… [S]emangat [D]ahsyat!

Sunday, July 22, 2012 0 Comments


Welcome to the real world!
Kunci gerbang pasca kampus sudah aku pegang. Selanjutnya adalah saat yang tepat untuk membukanya kemudian bersiap memasuki “the real world” –dunia pasca kampus! Alhamdulillah, tidak perlu menjalani fase penantian terlalu lama untuk mendapatkan pekerjaan dan meningkatkan aktualisasi diri. Bulan Juli 2010 aku diterima kerja di dua tempat sekaligus (aku menerima kabar diterima pada dua pekerjaan itu dalam waktu yang bersamaan). Pertama, sebagai pengajar SD dengan status freelance di sebuah bimbingan belajar terbesar di Indonesia, Ganesha Operation dan sebagai penulis freelance di salah satu penerbit cabang  Jakarta. Ada banyak kisah seru euy…
***
Jauh-jauh hari sebelum mempersiapkan kelulusan, aku sudah mulai merancang apa saja yang harus aku persiapkan untuk memasuki dunia pasca kampus. Ada dua hal yang ingin aku tekuni, yaitu: menjadi PENGAJAR dan PENULIS.

Pasca menjalani episode “penceplokan” hari ke-19 di bulan Maret, aku masih menjabat sebagai asisten praktikum di MIPA sampai bulan Mei. Selain itu, aku  juga masih beramanah sebagai Ketua Divisi Research di SIM (Studi Ilmiah Mahasiswa) BEM UNS sampai bulan September 2010. Dan di bulan Mei ada momentum akbar yang diselenggarakan oleh SIM BEM UNS, yaitu FILM (Festival Ilmiah Mahasiswa). Otomatis, membutuhkan konsentrasi lebih juga! Sebelum wisuda Juni, aku sempat menuliskan road mapping untuk kehidupanku pasca kampus. Perencanaan disusun sedemikian rupa. Hingga tertulis, Insya Allah Juli sudah bekerja! Atas izin Allah Swt, apa yang pernah aku tuliskan itu menjadi kenyataan. Alhamdulillah…

Salam SD!
Bulan Juli aku mendapatkan panggilan tes tertulis di Ganesha Operation Solo. Akhirnya, aku memilih untuk mendaftar sebagai pengajar SD. Why??? Semula ada seorang kakak tingkat yang sudah terlebih dahulu bekerja di GO Solo mengabarkan kalau ada info lowongan kerja di GO, beliau menyuruhku untuk mendaftar menjadi pengajar Biologi SMA. Sempat bimbang, karena semula aku ingin merambah dunia anak-anak terlebih dunia pendidikan bagi mereka. Aku ingin belajar psikologi anak dengan terjun langsung ke dalam dunia mereka. Aku ingin mencoba sesuatu yang baru, sesuatu yang menantang! Ketika aku mengutarakan keinginan tersebut, beberapa orang ada yang menyangsikan, “Mendingan ngajar SMP/ SMA, ilmu Biologi-mu masih kepake…dsb”. Banyak deh yang berusaha menentang!

Sampai akhirnya di antara kebimbangan dan kebingungan, aku mencoba khusyuk istikharah, melibatkan-Nya dalam membuat sebuah keputusan: mengajar SD ataukah SMP/SMA? Menjelang registrasi ulang tes, sekaligus memilih tingkat apa yang akan aku masuki, ada kata-kata yang selalu berdengung di telinga dan bergemuruh mahahebat di hati ini. Hanya dua kata: Semangat Dahsyat! SD! Bismillah, semoga inilah pilihan yang TEPAT dan TERBAIK… Dan aku semakin memantabkan hati dalam menetapkan pilihan tersebut. “Aku senantiasa melibatkan-Mu, Ya Rabb… Semoga ini menjadi salah satu jalanku untuk menjemput rezeki dari-Mu!”

Pada tanggal 17 Juli 2010, aku melaksanakan tes tertulis di GO. Subhanallah, banyak sekali ya yang ikutan tes? Saat mencuri dengar obrolan mereka, kebanyakan yang mau ikut tes menjadi pengajar SD adalah lulusan dari PGSD UNS. Heuheu… Dalam hati, aku tetap OPTIMIS! Semuanya sudah dirancang Allah Swt dengan sangat indah dalam skenario-Nya yang luar biasa. Kewajiban manusia hanyalah ikhtiar maksimal dan berdoa sungguh-sungguh, selanjutnya tawakkal. Pokoknya, Semangat Dahsyat!!!

Soal tes tertulis seperti soal-soal olimpiade tingkat SD dan yang diujikan adalah semua mata pelajaran. Sempat kewalahan juga saat mengerjakan soal IPS dan PKN. Hehe… Tapi optimis bisa mengerjakan Matematika dengan OK! Aku sangat mencintai Matematika! IPA juga… Aku mengandalkan ingatan-ingatan zaman SD dulu. Hihi…

Menikmati detik-detik penantian, di sela menikmati pula saat-saat terindah yang selalu penuh surprise dari-Nya. Aku pun mendapatkan panggilan dari penerbit kemudian mulai berkarya…

Pada tanggal 23 Juli 2010, akhirnya aku mendapatkan panggilan dari GO untuk mengikuti tes microteaching pada tanggal 24 Juli 2010 (hari Sabtu keesokan harinya). Padahal malam itu aku ada mabit (malam bina iman dan taqwa) di masjid kampus. Ada amanah penting yang harus segera dituntaskan. Jadi, persiapanku untuk tes microteaching kurang maksimal. Bismillah, optimis sajalah… pasti Allah Swt memudahkan! Aku selalu teringat janji-Nya dalam Al Qur’an Surat Muhammad ayat 7, yang artinya:
“Jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”

Pada akhirnya, aku diterima di GO Solo. Alhamdulillah…
***
Tepat dan Terbaik!
Skenario Allah Swt memang sangat indah…
Tak terasa dua tahun sudah aku menempa diri di Ganesha Operation Solo. Banyak kenangan manis yang takkan terlupakan, tapi yang paling manis terekam dalam ingatan adalah saat aku terpilih menjadi pengajar SD dengan kategori “Tugas Terbaik” dalam Diklat Pengajar SD GO se-Jawa Tengah. Surprise luar biasa saat itu… Dan “penghargaan terindah” dari GO masih aku simpan dengan sangat baik.

Kini, jejak baru akan kembali aku ukir. Meski aku akan berpindah “gerbong” tapi kita masih berada dalam “rel” yang sama. Masih dengan GO…GO… I PEACE! yang menjadi jargon kita, yang semoga itu tidak hanya sekadar jargon tapi bisa mendarah daging dalam keseharian kita.
[I]ntegrity
[P]assion
[E]xcellent
[A]ssist
[C]oncistent
[E]nthusiasm

***
“Bahagia itu juga tentang ingatanmu akan kenangan saat pertama kali berjumpa dengan seseorang kemudian jiwanya bersemayam dalam hatimu. Hingga tiba masanya, ia mengucapkan kata ‘SAMPAI JUMPA’. Dan jika kelak ragaku pun tak lagi bersamamu, apa yang kemudian membekas di hati dan ingatanmu? Harapku, semoga kenangan terindahlah yang tertinggal dan ingatanmu tentang hari-hari kita yang penuh cinta dalam lukisan indah bianglala…”
[Keisya Avicenna]

NB: Untuk rekan-rekan hebatku para pengajar SD se-Solo, jika ada nama Bu NM yang disebut, semoga “Semangat Dahsyat” yang selalu teringat! Hehe… Aku pasti akan sangat merindukan kebersamaan kita di GO Mawar (tempat yang sering kita jadikan ajang nongkrong bareng_rapat.com!^_^). Mohon maaf atas segala salah dan khilaf yaa… Tetep jaga komunikasi dan jangan lupa undangannya kalau ada kabar-kabar bahagia (berlaku untuk yang masih berstatus “jomblo bahagia” dan kabar-kabar bahagia yang lain…). LUPH U ALL!!!

[Keisya Avicenna, Lembar Kedua di Bulan Ramadhan…]

Saturday, July 21, 2012

MELATI [1]: “SENYUMAN PALING CINTA”

Saturday, July 21, 2012 0 Comments


Alhamdulillah, di lembar pertama ini Nungma ingin mengucapkan “Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan”. Mohon maaf lahir dan batin, ya! Semoga Ramadhan tahun ini bisa kita jadikan momentum perbaikan diri untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. SELAMAT BERMETAMORFOSA!

Ada sebuah masa yang selalu istimewa di bulan puasa: mendengar suara ibu! Ya, suara ibu saat membangunkan kami makan sahur. Suara ibu yang khas, suara ibu yang membuat kami terjaga dalam suasana penuh cinta. Dan hari ini dan hari-hari ke depan selama Ramadhan Insya Allah suara penuh kasih sayang itu akan selalu menggema halus di gendang telinga ini. (Ah, kenapa diri ini selalu kalah cepat dari Ibu, ya? Hehe)

Ibu… diri ini merasa semakin bahagia, sangat bahagia. Keputusan final untuk mutasi ke GO Wonogiri dan tidak melanjutkan kontrak domisili di Solo sungguh mendatangkan suasana hati yang berbeda. Allah Swt memberikan banyak sekali kemudahan saat diri ini berazzam untuk semakin dekat dengan Babe dan Ibu sebelum akhirnya nanti ada AMANAH baru yang harus dijalani. 

***
Senyuman paling cinta…
Saat kita masih dalam buaian, dengan bersimbah keringat dan badan pegal-pegal, ibu bisa berjam-jam menggendong kita hanya agar jerit tangis terhenti, agar membias senyuman indah di bibir kita. Kala itu, rasa pegal-pegal di bagian punggungnya atau rasa sakit di pinggang dan lehernya, sudah tidak dirasakan lagi. Senyuman kita, bagi seorang ibu adalah hadiah mahal yang mau beliau bayar dengan apapun juga.

Saat usia sudah mulai menggerogoti kekuatan fisik seorang ibu, beliau menjadi orang tua yang serba pasrah menerima segalanya. Ibu hanya terus berharap, agar segala upayanya selama ini tidak sia-sia. Agar anaknya bisa hidup berbahagia dan lebih beruntung dari dirinya. Seorang ibu mungkin tidak pernah mengharapkan apa-apa. Namun di dalam lubuk hatinya, mungkin beliau teramat membutuhkan siraman kebahagiaan melalui tawa dan canda anak-anaknya.

Abdulah bin Amru, suatu hari datang menemui Rasulullah Saw. Isa berkata, ‘Duhai Rasulullah! Aku sangat ingin berhijrah bersamamu. Namun tadi, aku meninggalkan kedua orang tuaku dalam keadaan menangis. Apa yang harus kulakukan?’ Rasulullah Saw. bersabda, “Pulanglah. Buatlah mereka tertawa, sebagaimana engkau telah membuatnya menangis!” (Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Berupayalah untuk membuat ibu tertawa bahagia…
Sepucuk surat atau sms yang memuat doa hangat, sapaan santun dan sedikit basa-basi menceritakan kabar-kabar terkini sang anak, sudah cukup untuk membuat ibu menyunggingkan senyuman, bahkan terkadang memaksanya meneteskan airmata haru.

Berupayalah untuk membuat ibu tertawa bahagia…
Bisa jadi, terkadang kita harus merelakan biaya cukup besar dikuras dari kantong kita, hanya untuk bisa berjumpa dengan ibu. Bahkan, waktu berjam-jam mungkin malah berhari-hari, harus kita habiskan di perjalanan menuju kediamannya. Tapi sadarlah, bahwa kebahagiaan sang ibu adalah kebahagiaan kita juga. Sebesar apapun biaya itu tetap tak ada nilainya, bila dibandingkan doa tulus yang keluar dari hatinya,
‘Semoga kamu murah rezeki, Nak!’
‘Semoga kamu segera dapat suami sholeh, Nak!’
‘Semoga impian-impianmu menjadi kenyataan, Nak!’
Dan masih banyak lagi doa beliau untuk kita, anaknya…

Degh! Dentuman keras seperti membelah jantung. Saat kita sadar, bahwa do’a itu keluar dari mulut wanita agung. Luapan kasihnya yang tiada terbendung, membuatnya mampu untuk lebih mudah mengucapkan doa mulia tersebut, daripada kita!

Maka, berupayalah untuk membuat ibu tersenyum bahagia…
Di masa senja, ibu akan sangat membutuhkan hiburan kita, membutuhkan perhatian kita, membutuhkan dekapan hangat kita, membutuhkan senyuman kita, dan do’a-do’a kita…

Ibu…
Ketulusanmu adalah Maha Karya Tuhan yang tiada banding
Rerentet katamu laksana syair indah nyanyian syurga
Senyumanmu adalah senyuman paling cinta…

(Keisya Avicenna, [ME]nulis [LA]pangkan ha[TI] di Lembar Pertama Ramadhan)

NB: Dari ibulah diri ini belajar menjadi “manajer rumah tangga”. Hihi. Bahkan ibu pun sudah menyiapkan list menu buat kita, ibu sudah menyiapkan segala keperluan di Bulan Ramadhan jauh-jauh hari sebelumnya, ibu yang selalu rapi dalam administrasi, ibu yang selalu memberikan pelajaran hebat bahwa hidup itu butuh “PERJUANGAN, PENGORBANAN, dan TOTALITAS!”. Ibu yang mencintai melati, seperti aku! Love u, Mom… u’re my everything! Mumumu… :)

Monday, July 16, 2012

LOMBA RESENSI NOVEL THE LOST JAVA

Monday, July 16, 2012 0 Comments

Hai, kawan-kawan pecinta novel, apa kabar? Semoga kabar baik semuanya. Oiya, sudah baca belum novel The Lost Java karya Kun Geia? Ayo segera miliki novelnya dan tulis resensinya, karena kami Penerbit IG Press akan mengadakan lomba resensi dengan total hadiah sebesar Rp 3.000.000.

Syarat dan Ketentuan:
1. Lomba ini terbuka bagi setiap WNI dan peserta tidak dipungut biaya alias gratis.
2. Panjang resensi 5.000-15.000 karakter (termasuk spasi) atau 4-8 halaman.
3. Ukuran kertas A4, jenis huruf yang dipakai Times New Roman 12 pt, 1,5 spasi.
4. Resensi harus asli karya sendiri.
5. Resensi dikirim ke: improvegrowth@gmail.com.
6. Karya resensi boleh di-posting di website pribadi, blog, jejaring sosial facebook, dan sejenisnya.
7. Lomba ini dibuka mulai tanggal 20 Juli sampai 15 September 2012.
8. Resensi diterima paling lambat tanggal 15 September 2012.
9. Keputusan juri bersifat mutlak.
10. Pemenang akan diumumkan tanggal 1 Oktober 2012 di website: www.ig-press.com, fb: ig press, dan twitter: @ig press.
11. Info lebih lanjut silahkan hubungi IG Press di 0274 262 8550 (Salman).

Hadiah Lomba:
Pemenang pertama : uang tunai sebesar Rp 1.500.000 plus sertifikat.
Pemenang kedua : uang tunai sebesar Rp 1.000.000 plus sertifikat.
Pemenang ketiga : uang tunai sebesar Rp 500.000 plus sertifikat.

Ayo, tunggu apa lagi! Segera baca novelnya, bikin resensinya dan ikutkan dalam lomba ini! Siapa tau keberuntungan jatuh di tanganmu! Selamat menulis resensi, Kawan!

Info selengkapnya, kunjungi http://ig-press.com/info-lomba.html

Endorsement untuk The Lost Java

Monday, July 16, 2012 0 Comments



Alur cerita The Lost Java yang cepat dan mengalir membuatku habis membacanya dalam 3 jam. Semua terangkai dalam serunya kisah perjuangan ilmuwan dari berbagai negara yang bersatu untuk menaklukkan atap langit Antartika, hingga misi penyelamatan dunia dari mencairnya es di kutub selatan dan perlawanan terhadap konspirasi intelijen internasional. Tanpa terasa mengkuliahi, banyak informasi yang kudapat tentang ancaman pemanasan global yang menenggelamkan pulau-pulau kita.
Jika Habiburrahman El-Shirazy menulis tentang sains dan isu perubahan iklim dalam novelnya, inilah karya yang akan ditulisnya.
Hayunda - Jakarta
Penulis beberapa buku kimia

Luar biasa! Novel yang sangat pantas untuk diapresiasi. Keindahan ilmu pengetahuan, ketegangan dalam petualangan, serta ketulusan dari sebuah rasa cinta menjadi kekuatan menakjubkan dari novel The Lost Java. Kun Geia dengan lugasnya menyusun komponen-komponen itu hingga menjadi sebuah formula yang mampu membuat siapa pun yang membacanya penasaran dan ingin segera menyelesaikan hingga lembar terakhirnya.
Rasakanlah sendiri saat membacanya, kejutan-kejutan dalam cerita akan membuat jantungmu berdebar lebih kencang dan dadamu bergemuruh penuh haru.
Dila Saktika Negara - Lampung
Penulis beberapa buku antologi populer

Novel konspirasi memang seksi. Selalu memikat. Rangkaian kalimatnya menyihir pembaca untuk tak mau lepas dari awal hingga akhir. Novel ini, menurut saya, betul-betul mengaduk perasaan pembaca. Meresapinya, membangkitkan nasionalisme dan keimanan secara bersamaan. Kun Geia seolah kembali ingin menegaskan bahwa Zionis internasional adalah common enemy bagi semua manusia yang masih bernurani. Dengan alur yang cepat, adrenalin kita dipacu. Ditambah lagi konflik pribadi dan keluarga yang mengiringinya dengan dendam dan romantisme, membuat emosi kita diaduk-aduk.
Petualangan Dr. Gia dan kawan-kawan di Antartika benar-benar mendebarkan sekaligus memukau. Salut. Angkat topi untuk Kun Geia.
Anugrah Roby Syahputra - Aceh
Penulis di sejumlah media nasional dan lokal, juga penulis buku ‘GUE GAK CUPU’

Saya tidak terlalu suka dengan novel, namun The Lost Java membuat saya tidak bisa berhenti membaca hingga isinya habis hanya dalam 5 jam. Novel bergenre fiksi ilmiah ini mengangkat kisah para ilmuwan di Antartika dalam misi penyelamatan bumi dari efek pemanasan global.
Alur ceritanya cepat. Kental dengan adegan-adegan pemicu adrenalin yang membuat ketegangan tanpa henti di setiap lembarnya. Novel ini penuh dengan petualangan, benar-benar menyita ruang imajinasi. Kun Geia membingkai romantika cinta sebagai pelengkap di antara semua konflik yang disuguhkan.
Andaikan ada yang berani mengangkat The Lost Java ke layar lebar, tentunya kita akan lebih tahu bahwa bumi ini sedang di ambang kehancuran. Novel ini hanya untuk mereka yang peduli dengan kondisi bumi saat ini, esok, dan seterusnya.”
Lusia Seftie Arini - Medan

“Novel yang rumit, berat, dan memusingkan!” Bisa jadi itulah yang akan dirasakan para pembaca yang terbiasa mengonsumsi novel-novel romantis setelah membaca isi novel ini. The Lost Java bukan novel picisan yang melulu isinya cinta, cinta, dan cinta. Kun Geia membidik isu global warming sebagai sasaran puncak konflik. Bersama style genre thriller-nya, dengan berani ia mencoba mendobrak alur pemikiran para penulis novel tanah air untuk tidak hanya melahirkan karya yang berkutat di sekitar masalah percintaan saja. I called this one with smart, cool, and suspenseful novel.
Apakah The Lost Java merupakan karya terbesar Kun Geia? Read it! And just let your imaginations flow.
Rini Selly - Yogyakarta
Kandidat Master of Science, Universitas Gadjah Mada

Penulis mampu menghadirkan suasana yang membuat jantung berdetak lebih cepat. Konflik dan romansa cinta yang terbangun demikian bagus, hadir menguras emosi pembaca. Kepedulian akan ancaman terhadap keberlangsungan hidup manusia, kisah pendakian gunung es, persahabatan, serta bahasa-bahasa kimia benar-benar terangkai saling menguatkan dalam sebuah alur cerita yang luar biasa.
Novel plus pengetahuan ilmiah. Sukses untuk Kun Geia.
Rusmala Dewi Jayanti - Palembang

The Lost Java adalah bagian kecil science fiction terlangka karya anak negeri yang perlahan membuka layar akan kepedulian lingkungan. Permainan alur dan setting terasa nyata, membuat ingin menyentuh sendiri dinginnya salju abadi di Vinson Massif. Pesan saya, hati-hati dengan logika kimia yang dibangun oleh Kun Geia, bisa-bisa alam bawah sadar Anda tersihir.
Eadvin - EastBorneo

Sajian karya fiksi ilmiah dengan bumbu romantika cinta yang diracik dengan rapi, membuat pembaca tidak akan berhenti membaca hingga titik terakhir. Novel ini meyakinkanku bahwa pengidap asma pun bisa menaklukkan puncak tertinggi Gunung Vinson Massif di Antartika.
Rima Rosdiana H. Y. - Yogyakarta


Novel yang luar biasa, mengungkap konspirasi-konspirasi kaum Zionis. The Lost Java sukses menciptakan kejutan-kejutan yang tidak berhasil saya tebak sebelumnya. Saya pun tertipu mentah-mentah!
Novel ini sarat dengan nilai-nilai keislaman namun tidak terkesan menggurui, melainkan disampaikan secara apik oleh Kun Geia melalui keteladanan dan interaksi antar tokoh. Dr. Gia dan para ilmuwan lainnya yang menginspirasi kita untuk memberikan pembuktian pada dunia bahwa seorang cendekiawan Muslim pun mampu memiliki andil, kontribusi, dan kebermanfaatan bagi dunia.
Meina Fathimah - Yogyakarta

Awas hati-hati, novel ini adalah penjebak, penipu, dan pengecoh! Anda ingin tahu bagian-bagian mana saja yang akan menjebak, menipu, dan mengecoh? Maka pastikan Anda membaca novel ini sampai selesai. Namun yang pasti, Anda tidak akan terjebak, tertipu, dan terkecoh dengan membeli novel ini.
Wahu Sejati R. - Medan

Kun Geia piawai memainkan emosi pembaca. The Lost Java membuat saya tidak ingin berhenti membacanya sebelum tamat. Alurnya begitu cepat, konfliknya menguras adrenalin. Saya yakin dan berdoa, Kun Geia bakal menjadi novelis thriller yang sukses di dunia pernovelan Indonesia. Kalau boleh mimpi, jika The Lost Java suatu saat difilmkan, aku bersedia menjadi tokoh utamanya. ^_^
Ridwan Kharis – Purworejo
Novel karya Kun Geia ini berjudul The Lost Java. Mmm, kok dari judulnya kayak feel romance gitu yah. Eits, tapi jangan salah, novel ini malah menghadirkan sebuah genre fiksi ilmiah yang diramu dengan bumbu-bumbu yang apik di dalamnya. Ada cerita dari sisi keilmuan, berpadu dengan adegan ketegangan pemicu adrenalin plus sebuah kisah cinta yang memperapik novel ini.
Harian Pagi Padang Ekspres

Setiap kita punya gambaran masa depan tentang hidup kita sendiri, tentang karir, pendidikan, maupun keluarga. Namun tahukah kita masa depan Indonesia? Masa depan pulau Jawa? Siapa sangka jika di masa depan pulau terpadat di dunia ini akan tenggelam?
Novel The Lost Java menggambarkan bagaimana ilmuwan Indonesia di masa depan berjuang menciptakan sejarahnya sendiri, melawan hegemoni global dan diktatorisme barat. Dengan gaya bahasa lugas dan cerdas, Kun Geia membawa kita ke puncak Gunung Vinson MassifAntartika, ke Tel AvivIsrael, London, hingga ke perkampungan di Yogyakarta. Alur yang tajam dan latar yang kuat ditambah dengan data-data fantastis, membuat kita terus tertarik ke dunia petualangan seru.
Selamat, Anda telah menjadi pembaca berkualitas!
Ashif A. Fathnan, Taichung City - Taiwan
Penikmat sastra dan kandidat Master of Science
Asia University, Taiwan

The Lost Java, memadukan kemajuan sains dengan konspirasi politik global. Saya sangat menikmati konflik yang diangkat novel ini.
W. D. Yoga
Penulis novel fantasi ‘LEDGAARD’

Saat membaca tulisan awal novel ini, dua kata yang terlintas adalah cerdas dan detail. Scientific feel-nya sangat dapat. Dahsyat dan Menginspirasi. Sebagai seorang yang belajar sains, tulisan ini membawa ke ranah yang saya inginkan.
Nurma Yunita Indriyanti
Kandidat Doktor, Faculty of Chemistry and Pharmacy, University of Muenser, Germany