Jejak Karya

Jejak Karya

Tuesday, August 20, 2013

[Re-Post] MENUJU MUNAS FLP 2013, tulisan Mbak Sinta Yudisia

Tuesday, August 20, 2013 0 Comments

Menuju MUNAS FLP 2013, Bali 30 Agustus- 1 September

August 19, 2013 at 3:33am


            Masih ingat MUNAS FLP 2009 di Kaliurang?
            Hawa  dingin, makan bersama, mendaki lereng Merapi sembari berdiskusi seputar dunia literasi. Tak lupa bertemu penulis-penulis favorit, sang inspirator, sembari meminta tanda tangan dan foto bersama. Bagi saya pribadi, MUNAS FLP 2009 memiliki kenangan tersendiri saat Existere dikuliti habis-habisan oleh suhu kami, mas Joni Ariadinata.
            Demikian cepat waktu berlalu.
            4 tahun kemudian, para penulis terus mencoba eksis dengan cara masing-masing.
            Sebagian terus menulis buku, fiksi maupun nonfiksi. Sebagian lebih suka berkiprah di organisasi, menyelenggarakan event perbukuan semisal bedah buku sembari mengundang selebritis perbukuan –kang Abik misalnya. Sebagian lebih suka mendirikan indie publishing atau menjadi writer agency. Sebagian lebih suka mengamati, menjadi kritikus andal yang mencermati .karya-karya FLP.
            Bila FLP dianalogikan sebuah keluarga, kita dapat membayangkan bagaimana pola keluarga dengan anak-anak balita atau anak remaja. Memiliki anak-anak usia prasekolah dan SD misalnya, masih perlu dibimbing, disuapi, dimarahi sesekali dan si anak akan merunduk ketakutan. Menginjak remaja, anak-anak yang semakin berkembang menuju kematangan cortex prefrontalnya akan lebih mampu menimbang, menelaah, memutuskan sehingga seringkali timbul ketidak sefahaman dengan orangtua. Orangtua yang telah makan asam garam kehidupan seringkali ingin mengambil jalan cepat : jangan sampai si anak tertimpa kesulitan. Sementara anak remaja yang tengah dipenuhi gairah kehidupan, energi vitalitas beranggapan : memang kenapa kalau aku ambil pengalaman sebanyak-banyaknya, yang paling ekstrim sekalipun?
            FLP kini ibarat remaja.
            Elok nian. Paras rupawan, ranum, energik, imajinatif, melompat dari satu impian ke impian yang lain.
            Pernahkah pula melihat segerombolan anak balita dan anak remaja?
            Di pesta ulang tahun, anak-anak kecil akan diam sembari menggenggam balon, menyesap permen, menyaksikan badut pertunjukan. Di pesta ulang tahu si remaja akan ada clique, peer group, bunga pesta, saling lirik pesona atau lirik curiga. Bisik-bisik, kenapa dia mendominasi? Kenapa yang ini diam saja? Senggol, sikut, kelakar, atau juga tersinggung dan sesekali mungkin, adu kekuatan yang bisa diselesaikan dengan damai atau berlanjut lebih jauh : tawuran

Forum Lingkar Pena, anugerah untuk Indonesia
            Ini bukan sekedar kredo omong kosong. FLP memang anugerah bagi bangsa. Bila anda pernah bertemu dengan komunitas-komunitas sastra, biasanya mereka berisi 5-10 orang. Solid memang, mereka mengejar kualitas dan kuantitas. Target sasaran : tergantung. Koran, penerbit, film, dll.
            FLP? Aduh, ribet banget.
            Ada AD/ART. Ada  Galibu. Ada Munas yang berongkos besar. Ada aturan logo. Ada keputusan pusat. Padahal kan, menulis itu karya kreatif? Menulis itu imajinasi, sastra, karya seni, produk budaya dll dsb. Apalagi, FLP dibatasi frame ke-Islam-an. Bukankah seni untuk seni?
            Ah, indahnya FLP.
            Maka kita bukan hanya memburu produktivitas.
            “Eh, berapa sudah bukumu?”
            “Tahun ini aku terbit 4 buku,” sembari menyebut sederet penerbit kondang nasional.
            FLP, juga ranah belajar.
            Sama seperti ketika saya belajar kepada mas Joni Ariadinata tentang Existere.
            “Sinta, kamu menulis tentang pelacuran tapi tanggung banget! Kamu pingin menulis Dolly, tapi kamu nggak mau menuliskan tentang dunia remang-remangnya.”
            Saya, yang merasa harus mempertahankan nilai-nilai keIslaman sempat bersitegang.
            “Lho? Kan saya nggak mungkin menggambarkan adegan ranjang? Saya nggak mau menuliskan hal erotis, mengandung muatan pornografi.”
            Ah, ternyata ilmu saya masih sangat cetek dalam dunia literasi. Mas Joni Ariadinata dengan bijak menyebutkan sebuah novel bertema pelacuran, yang menggambarkan hubungan suami istri bukan seperti proses alat reproduksi pelajaran biologis . Hal yang dianggap tabu oleh penulis boleh dituliskan, dengan…simbolisasi. Saya ingat sekali mas Joni memberikan nasehat,
            “kamu kan bisa menggambarkan hubungan lelaki perempuan seperti setangkai bunga dan kumbang yang menghisap madu?”
            Ups, saya benar-benar terpana. Dan sungguh banyak belajar.
            Bila anda membaca Gadis Berbunga Kamelia – Alexander Duma Jr, sungguh tak ada adegan ranjang meski pekerjaan Margeurite adalah penjaja cinta. Pemuda yang jatuh cinta padanya dengan tulus – Armand Duval- mengantarkan Margeurite hingga pintu apartement. Disitu telah menunggu Count D., sang pelanggan. Margeurite menyapa Count dengan manis, meninggalkan Armand sendiri. Margeurite dan Count naik ke lantai atas, lalu mereka berdua mematikan lampu.
            Cukup disitu, dan kita mendapatkan gambaran bagaimana hubungan Margeurire dan para pelanggan cintanya.
            FLP.
            Saya belajar banyak dari orang-orang berilmu tentang bagaimana mengungkapkan dakwah indah dengan tulisan. Kita boleh membahas tema apa saja : cinta, pelacuran, hubungan sejenis, politik, pembunuhan, detektif, fantasi dll tetapi semua tidak meninggalkan ciri khas seorang penulis santun. Saat ia menyampaikan, tujuan kisahnya adalah untuk memberikan hikmah dan pengajaran, bukan mengajari kesesatan.
            Bagi saya pribadi, FLP memang anugerah bagi bangsa Indonesia.
            Berhimpun remaja, anak-anak, orangtua, yunior senior, menyebarkan semangat literasi. Ditengah kesulitan ekonomi dan apapun keputusan pemerintah, FLP terus bergerak dengan dakwah yang manis, menghibur, dan memberikan edukasi.

FLP dan organisasi
            Bacalah buku-buku tentang Steve Jobs dan kita akan temukan, kenapa Apple yang merajai, bukan Xerox. Saya kenal Xerox sejak kecil. Pendek kata, kalau mau fotokopi, orang akan berkata,
            “…di Serok aja.” (Xerox, maksudnya)
            Ternyata , si mouse ( alat yang sering kita genggam sebagai penunjuk cursor) semula ditemukan litbang Xerox. Steve Jobs berkunjung sebagai studi banding, belajar dari Xerox termasuk teknologi si mouse tikus. Terlepas dari kesan orang-orang bahwa Jobs mencuri teknologi “si tikus” , ada salah satu filosofi Jobs yang tidak dimiliki Xerox dan terbukti, hal itu menjadikan Xerox raksasa fotokopi yang ekslusif, hebat, tapi stagnan. Jobs selalu beranggapan yang intinya, semua teknologi yang ia dapatkan akan ia kembangkan dan bagikan untuk kesejahteraan ummat manusia (tentu, tidak mengesampingkan efek hak paten dan perolehan ekonomis J).
            (Baca tulisan saya Hasan Al Banna dan Steve Jobs).
            Bagi Steve Jobs, setiap manusia akan meninggalkan jejak di alam semesta ketika ia tidak henti-henti selalu berpikir untuk menyumbangkan hal terbaik bagi ummat manusia, apapun bentuknya.
            Saya, anda, bisa menjadi individu sukses tanpa bergabung di FLP. Toh Stephen King, JRR Tolkien, JK Rowling, dsb tidak bergabung di FLP. Mereka sukses juga. Tapi saya sangsi, apakah tanpa FLP saya dapat berbagi semangat kepenulisan hingga Sumenep atau Banyuanyar, Pamekasan sana – bertemu santri-santrai tradisional yang sangat sederhana? Toh dengan menjadi penulis terkenal dan punya cukup royalti, impaslah sudah semua jerih payah.

            FLP dan piramida Abraham Maslow
            FLP istimewa. Sangat, malah.
            Kalau di dunia ini secara manusiawi, hasrat manusia mengikuti piramida Maslow yang terbagi antara 5 atau 7 tingkatan. Paling bawah adalah kebutuhan fisiologis seperti makan, minum, bernafas dst hingga tertinggi adalah aktualisasi. Belakangan, Maslow mengubah 5 menjadi 7, bahwa tingkat tertinggi manusia adalah hasrat hubungan transendental. Artinya, manusia biasanya baru berpikir berbagi dan berpikir tentang Tuhan bila terpenuhi semua kebutuhan nya : makan, sex, keamanan, sosial.
            Pertanyaannya, adakah orang-orang yang hasrat hidupnya justru terbalik?
            Kata Maslow ada, orang-orang special macam bunda Theresa yang selalu berpikir tentang Tuhan dan orang lain, meski ia kekurangan.
            Saya, menemukan teman-teman FLP seperti piramida terbalik Maslow.
            Berpikir Tuhan, ketika mereka sendiri masih merintis bisnis, menapaki tertatih jalan awal kepenulisan, mahasiswa dengan kantong pas-pasan.
            Berpikir sosial dan orang lain, ketika kebutuhan individu mereka masih jauh dari tercukupi. Masih banyak teman-teman FLP yang harus berjuang untuk mencapai kemandirian financial, berusaha memenuhi kebutuhan primer, tetapi mereka tak segan menyumbang Galibu dan membeli karya teman-teman yang lain sebagai bentuk kepedulian.
            Steve Jobs adalah manusia unggul di abad ini, tapi ia sadar, tanpa kerja tim ia tak akan sesukses sekarang. 1977, ketika Apple di ambang kehancuran, Jobs mengumpulkan semua karyawannya dan berkata kuranglebih,” …yakinlah, bahwa orang dengan passion, dapat  mengubah manusia menjadi lebih baik.”
            Ingatlah nasehat Michaelangelo.
            “Bahaya bagi kebanyakan manusia bukan terletak pada menetapkan tujuan terlalu tinggi dan gagal, tetapi dalam menetapkan tujuan terlalu rendah dan mencapainya.”
            Kerja tim.
            Tujuan yang tinggi.
            Maka FLP tidak akan pernah sama dengan yang lain. Mirip mungkin, tapi FLP organisasi yang unik. Sebagai penulis mungkin seseorang bersikap individualis : mencari ide, membuat outline, mengejar deadline, menembus penerbit. What next? Jawabannya : kerja tim.
            Penerbit dan timnya merumuskan bentuk buku, membaca pasar, membuat produk, menyiapkan ilustrasi, menetapkan harga. FLP-FLP  di tempat lain menyiapkan komunitas, membantu meresensi, membantu mempromosikan, menyiapkan network. Di sisi lain, terketuk hati kita untuk berbagi semangat kepenulisan dan membangkitkan gairah literasi, bahwa Islam pernah mencapai masa keemasan di ere medieval age karena setiap lapisan masyarakat mulai khalifah, wazir, ulama, umara, cendekiawan, masyarakat – semua tergila-gila buku dan ilmu.
            Maka, ayo tetapkan target unggul tentang anda dan FLP.
            Selain target tenggat buku, mari jadikan FLP sebagai organisasi yang rapi, solid, tangguh dan menjadi salah satu produk unggulan bangsa Indonesia. Kemana orang akan bertanya tetnang wawasan literasi mulai anak-anak hingga senior, jawabannya adalah FLP. Untuk hal tersebut, dibutuhkan kesadaran untuk berkerja layaknya tim dengan dengan otak computer tercanggih.
            Bukan kerja tim dengan lelet, lambat.
            Ayo, sambut SMS-SMS dari panitia, respons email-email panitia. Jawab dengan bersungguh-sungguh. Sumbang dana. Sumbang pemikiran. Sumbang alternative solusi. Tetapkan siapa yang akan berangkat mewakili wilayah dan cabang. Apa aspirasi anda, apa harapan anda untuk FLP dan Indonesia.
            Bersitegang? Berbeda pendapat? InsyaAllah, FLP adalah komunitas santun yang tak akan saling melemparkan kalimat-kalimat buruk yang dimurkaiNya dan tidak membawa keberkahanNya.
            Saya sendiri, tak sabar menanti MUNAS FLP 2013.
            Bersiap menjemput semangat magma literasi, bersiap merapikan organisasi, bersiap menyumbang dana terbaik yang kita bisa. Dan, tak sabar menimba ilmu dari suhu-suhu dunia literasi terbaik se jagad, insyaAllah.
            Dan, menulis adalah passion kita. Anda, saya, akan menjadi penulis yang meninggalkan jejak di alam semesta! Bukan sekedar menghasilkan produk-produk individual, tapi FLP akan menghasilkan produk-produk komunal, international, madaniyah, melintasi batas geografis dan masa! Bersiap menuju Bali, 30 Agustus -1 September 2013 J

Salam Pena
“Jadikan penamu, bagaikan tongkat Musa”
Sir Muhammad Iqbal

Thursday, July 25, 2013

Resensi Buku : "Menjadi PNS Sukses Dunia Akhirat"

Thursday, July 25, 2013 0 Comments
JUDUL: MENJADI PNS SUKSES: MENGHIAS MORALITAS PNS DAN BIROKRAT NEGARA DENGAN AKHLAK MULIA
PENULIS: Dr. MUSTHAFA LUTHFI, M.A.
HALAMAN: X+182 Hlm.
PENERBIT: WACANA ILMIAH PRESS
HARGA: Rp 30.000,-

Sungguh, jabatan yang diperebutkan dan tugas kedinasan yang percayakan negara, sejatinya adalah amanat berat; bukan kehormatan seperti penilaian banyak orang, sehingga dijadikan sebagai sarana untuk menunjukkan kewibawaan atau sarana untuk mencapai tujuan pribadi. Dalam alampost modern yang makin mengedepankan materi, sangat sedikit dari para pejabat dan karyawan yang benar-benar mencapai sukses ganda dalam melaksanakan tugas yang diembankan. Yakni sukses dalam melaksanakan tugas sesuai dengan “job description” atau peraturan kedinasan dan juga sukses melaksanakan tugas sesuai aturan syari‘at Allah dan Rasul-Nya. Atau dengan kalimat singkat “sukses  dunia-akhirat”.

Penulisan buku ini dilatarbelakangi oleh kanyataan masih banyaknya tindak-tindak penyelewengan oleh para pejabat negara, mulai dari pejabat tinggi hingga pejabat rendah, yang akhirnya dijadikan contoh oleh pegawai dan karyawan pada umumnya, yang tentu berdampak terhadap kondisi negara secara umum. Bahasan ini sengaja hanya menfokuskan pada pejabat negara, dalam artian pejabat yang diangkat oleh pemerintah. Karena, ibarat sungai, penyelewengan yang dilakukan pejabat negara adalah penyelewengan di hulu sungai. Apabila hulunya dapat dibersihakan maka hilirnya juga akan bersih. Yang dimaksud dengan hilir adalah perusahaan-perusahaan dan instansi-instansi non pemerintah.

Mengingat masih jarang buku yang secara khusus memberikan panduan moril bagi para pejabat negara dan PNS umumnya, maka buku yang ada di hadapan para pembaca budiman mencoba untuk memberikan penjelasan tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan oleh seorang pejabat negara dan karyawan lainnya dalam menjalankan tugas yang diamanahkan. Dengan demikian, diharapkan ia akan mampu mencapai sukses ganda dalam berbagai profesi yang diemban, selama profesi tersebut legal menurut syari‘at dan ketentuan kemanusiaan yang berlaku. Tidak dapat diragukan bahwa kualitas kerja dan iman para pejabat dan pegawai negeri akan sangat berpengaruh positif bagi kelangsungan hidup dan kemajuan suatu bangsa.

Buku ini sengaja dikemas sedemikian ringkas dan padat, agar mudah dicerna oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Selain dapat menjadi pegangan para pejabat dan karyaan pada umumnya, juga dapat menjadi salah satu rujukan bagi kaum Muslimin kebanyakan dalam upaya menciptakan social control atau public control bagi kinerja aparatur negara. Sebab, di tangan mereka sangat bergantung keberhasilan suatu kinerja dan kemajuan suatu bangsa secara umum.

Mengingat buku ini mengetengahkan masalah yang selalu up to date, maka penulis akan berusaha untuk memperbarui isinya dalam penerbitan berikutnya, bila dengan izin Allah ternyata peminatnya besar, terutama yang terkait dengan fatwa-fatwa kontemporer mengenai masalah pekerjaan di kantor yang perlu diketahui oleh kaum Muslimin dan para pejabat pada khususnya. Tujuannya adalah agar dalam melaksanakan tugas tidak terjadi kontradiksi antara pelaksanaan ketentuan di kantor dengan ketentuan syari‘at.

Dalam buku ini, penulis sengaja lebih menfokuskan rujukan pada penggalian mutiara-mutiara kandungan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi sebagai pegangan hidup kaum Muslimin di berbagai profesi yang dijalaninya, yang mungkin masih banyak diabaikan oleh sebagian besar umat Islam umumnya dan kalangan birokrat khususnya. Dengan menfokuskan pada dua rujukan utama umat Islam ini, juga diharapkan dapat memperkuat keimanan kita bahwa solusi kehidupan dari berbagai aspek telah diberikan oleh Allah dan Rasul-Nya melalui dua kitab suci, yakni Al-Qur’an dan Sunnah.

Sumber : http://www.alqowamgroup.com/

Renungan Ramadhan (1)

Thursday, July 25, 2013 0 Comments
Aku termenung dalam diam yang panjang..
Ya Allah, betapa waktu terus berjalan tanpa bisa kukekang...
Kini, tantangan baru terhadirkan
Dalam sebuah episode hidup yang tlah Engkau tuliskan

Duhai Allah, hanya kepadaMu-lah kami bergantung... 
Hanya kepadaMu-lah kami meminta kekuatan...
Hanya kepadaMu-lah kami memohon kemampuan..
Untuk menjalani setiap skenario yang telah Engkau catatkan..

Ya Allah, di bulan Ramadhan ini kembali Kau ingatkan..
Akan hakikat amanah yang penuh perjuangan
Semoga senantiasa diistiqomahkan
Di jalanNya yang penuh kebenaran

Ramadhan sudah hampir separuh perjalanan, kawan... 

Sebentar lagi kita akan ditinggalkan... 
Macam apakah jejak yang sudah kita torehkan di bulan penuh kemuliaan? 
Semoga berlimpah kebaikan tuk raih sejatinya ketaqwaan.. 

aamiin

Aisya Avicenna
Meja kerja, 24 Juli 2013

Monday, July 01, 2013

JULI : "Menyemai Cinta, Merajut Harmoni"

Monday, July 01, 2013 0 Comments
Ada apa di Bulan Juli?
Hmm, insyaAllah banyak momentum istimewa di bulan ini.
Pertama, tanggal 1 Juli (hari ini dong), saya kembali bekerja di Kementerian Perdagangan setelah 2 (dua) tahun cuti karena tugas belajar
Kedua, tanggal 9 Juli, insya Allah sudah memasuki bulan Ramadhan.. dan insyaAllah menikmati hari pertama Ramadhan bersama suami tercinta.. Yuk, ngisi Diary Ramadhan dengan penuh cinta!!!

Ketiga, tanggal 12 Juli, insya Allah saya akan wisuda S2 di ITB. What a Wonderfull Graduation!! Insya Allah keluarga dari Wonogiri akan datang ke Bandung dan tentunya wisuda kali ini sudah punya "PW", permanen pula! Halal! ^_^
Keempat, belum ada tanggal sih.. insyaAllah akan grand launching buku perdana suami tercinta yang berjudul "The Secret of Success"..

Hari Pertama Kembali Bekerja

Monday, July 01, 2013 0 Comments
Alhamdulillah, akhirnya kembali menginjakkan kaki di Kementerian Perdagangan RI. Setelah kurang dari 2 (dua) tahun ditinggalkan, betapa banyak perubahan yang terjadi di sini. Tak hanya perubahan secara infrastruktur, tapi juga struktur organisasi khususnya di Direktorat tempat saya bekerja.

Saya tidak akan menceritakan secara detail apa saja yang terjadi hari ini. Akan tetapi, ada 2 (dua) buah berita yang cukup membuat diri ini tercenung cukup lama. Pertama, salah seorang rekan kantor (sebut saja "mbak A") telah hamil 4 (empat) bulan, kehamilan anaknya yang kedua. Kedua, salah seorang rekan {sebut saja "mbak B"  yang mengalami keguguran di usia kandungannya sudah memasuki 8 (delapan) bulan. Dua kabar yang bertolak belakang, yang satu kabar bahagia, yang satu kabar duka.

Saya sungguh bahagia tadi ketika mendapat kabar kalau Mbak A hamil lagi. Karena setahu saya anak pertamanya baru berusia 1 (satu) tahun lebih. Subhanallah, kalau Allah sudah berkehendak, manusia tidak ada yang bisa menolak. Pun demikian dengan kabar duka yang saya terima dari Mbak B. Sungguh mengejutkan, tatkala janin dalam kandungannya yang sudah berusia 8 bulan tiba-tiba tak bernyawa, terpaksa harus dikeluarkan dari rahim. Alangkah menyedihkannya. Innalillahi wa inna ilaihi roji'uun... Semoga Mbak B dan keluarga senantiasa diberikan ketabahan dan kesabaran. Semoga mendapat ganti dari Allah yang lebih baik. Aamiin..

Begitulah kawan. Kabar bahagia dan duka datang silih berganti dalam hidup kita. Kelahiran dan kematian pun menjadi ritme rutin dalam keseharian kita. Hal yang penting bagi kita sebagai seorang muslim adalah keikhlasan dalam bersabar dan keteguhan dalam bersyukur yang harus kita hujamkan dalam diri kita, apapun skenario-Nya yang menimpa kita. Jadikan setiap peristiwa itu sebagai sarana untuk meningkatkan rasa sabar dan syukur dalam diri kita, agar kita semakin menjadi pribadi beriman yang menakjubkan! Seperti hadist berikut.

"Sungguh menakjubkan orang beriman,semua urusannya baik bagi dirinya. Dan itu tidak akan terjadi kecuali pada orang beriman. Apabila diberi sesuatu yang menyenangkan, ia akan bersyukur, dan apabila diberi musibah/sesuatu yang tidak menyenangkan, ia akan bersabar. Dan kedua-keduanya baik baginya” (Hadits Riwayat Muslim)


Jakarta, 010713
Masih di kantor ^_^
Aisya Avicenna