Jejak Karya

Jejak Karya

Tuesday, November 19, 2013

[Resensi Buku] : "12 INSPIRASI DALAM 12 MENIT" [Santi Artanti]

Tuesday, November 19, 2013 0 Comments

12 Inspirasi dalam 12 Menit

August 18, 2013 at 10:26am
BismillahirrahmanirrahiimWuih, udah lama banget ya ga bikin note di fb.. kayaknya sejak menjamurnya 'secret group' itu deh :DKali ini posting review buku aja deh :)

Tulisan ini juga bisa diakses di blog saya http://dreamyhollic.blogspot.com/2013/08/12-inspirasi-dalam-12-menit.html

[12 Inspirasi dalam 12 Menit]

“Bayangkan, Jakarta. Kota yang sekarang tak terjangkau tangan kalian. Bayangkan ribuan orang dari kota itu bersorak-sorai untuk kalian. Bayangkan ribuan orang di stadion besar itu mengentak-entakkan kakinya meminta kalian tampil lagi. Pernahkan kalian membayangkan, kalian menjadi pahlawan bagi ribuan orang ini. Ribuan orang yang tak kalian kenal satu juga. Kemenangan kalian akan membuat mereka sadar, bahwa siapa saja bisa menjadi pahlawan.”
-Rene-

Novel difilmkan, itu sudah biasa. Tapi kalau skenario film dinovelkan, sepertinya itu masih jarang. Dan 12 Menit, berhasil menjadi salah satunya. Oka Aurora mampu mengadaptasi skenario film yang dituliskannya menjadi naskah novel. Sebuah novel yang terinspirasi dari tim Marching Band Bontang Pupuk Kaltim, yang berhasil menjadi juara umum 10 kali sampai tahun 2011 di perhelatan GPMB (Grand Prix Marching Band). GPMB diadakan setiap tahun di akhir bulan Desember, diikuti oleh tim marching band ternama dari seluruh Indonesia. Tentu akan menjadi luar biasa, jika kemenangan itu diraih oleh sebuah tim yang berasal dari daerah. 12 Menit, kisah yang akan meyakinkan kita pada kekuatan mimpi dan keteguhan berusaha.

Rasanya tidak berlebihan jika 12 Menit dinobatkan sebagai novel inspiratif yang memukau. Jalinan cerita di dalamnya adalah gambaran tentang kehidupan yang ada di sekitar kita, rasanya begitu dekat. Oka menyajikannya dengan bahasa yang fresh, renyah dan mudah dipahami. Oka juga lihai menempatkan karakter sesuai tokohnya, tak terjebak dalam keakuannya sebagai pengarang. Banyaknya tokoh yang ia ciptakan sepertinya tidak menghambatnya dalam mengotak-ngotakkan sesuai dengan ciri khasnya masing-masing. Semua karakter mengalir begitu saja, mengikuti ke mana arah penyelesaian masalah dari masing-masing tokoh itu harus bermuara.

Sebagai novel inspiratif, tentu banyak nilai moral yang bisa kita petik di dalamnya. 12 Menit merangkumnya dalam jalinan cerita dan interaksi di antara tokoh-tokohnya. Menjadi pembelajaran yang berharga, mulai dari proses perjuangan meraih kemenangan itu. Suka duka, jatuh bangun, rintangan yang harus dihadapi sampai pada jalan setapak impian yang siap terbentang di hadapan. Dan inilah taburan inspirasi itu:

  1. Semangat.
Semangat adalah roh kehidupan yang menjiwai manusia. Semangat itu berasal dari diri sendiri. Nilai semangat dari novel ini diwakili oleh hampir seluruh tokohnya yang sangat variatif. Masing-masing mempunyai garis nasib yang berbeda. Masing-masing mempunyai semangat dalam menjalani hari dan lika-liku yang menyertainya.

2. Perjuangan

Perjuangan adalah kerja keras tanpa kenal lelah dalam meraih sesuatu. Nilai perjuangan ini juga diwakili oleh hampir semua tokohnya. Masing-masing mempunyai impian. Masing-masing berusaha memberikan porsi usaha terbaik demi pencapaian impian itu.

3. Disiplin

Mereka telah mengorbankan sebagian waktu yang dimiliki demi latihan itu. Ribuan jam telah mereka lewati hanya untuk 12 menit penentuan. Tanpa disiplin yang ketat, ketahanan dan keuletan, mustahil keberhasilan itu akan diraih. Kedisiplinan mengajarkan mereka untuk fokus pada tujuan utama. Menjadi pemenang, menjadi kebanggaan.

4. Kebersamaan

Tanpa kerja sama yang baik antar anggotanya, sebuah tim marching band tidak akan terlihat kompak. Mereka bersatu padu menciptakan formasi terbaik yang bisa mereka persembahkan. Saat ada satu celah saja yang kosong, akan terlihat timpang dan tidak menarik. Kebersamaan itu dibutuhkan untuk melengkapi semuanya.

5. Persahabatan

Interaksi antar sesama tokoh itu akhirnya menumbuhkan bibit persahabatan. Tanpa adanya jalinan rasa itu, mustahil akan diperoleh jiwa kebersamaan. Sesuatu yang memberi ‘nyawa’ pada permainan marching band mereka. Walau ada beberapa perbedaan status sosial, itu tak menjadi masalah dalam merajut persahabatan.

6. Kekeluargaan

Kehadiran keluarga sangat berarti. Ketiadaannya seakan menghapus separuh asa dalam diri. Arti penting keluarga itu tercermin dalam interaksi antara Tara, oma, opa dan ibunya yang akhirnya luluh dan kembali dalam rengkuhan. Juga terlihat dalam permasalahan Elaine, ibu dan ayahnya, yang akhirnya menyadari bahwa keberhasilan anak adalah kebahagiaan orang tua. Tak ketinggalan, interaksi antara Lahang dan bapaknya juga menunjukkan bahwa dukungan keluarga sangatlah penting untuk penggapaian cita.

7. Kesederhanaan

Ada nilai kebersahajaan yang dibangun oleh tokoh Lahang. Hidupnya yang sangat sederhana tidak menghalanginya untuk menyulam impiannya, untuk hidupnya yang lebih baik di masa mendatang. Meskipun banyak aral coba melintang, tapi keyakinannya terpatri kuat. Impian sederhana bagi banyak orang, tapi spektakuler bagi seorang Lahang. Impian ‘warisan’ almarhumah ibunya yang coba ia sambung. Ya, Bagi Lahang, Monas bukanlah sekadar tugu bersejarah yang wajib dikunjungi. Monas adalah perlambang. Lambang perubahan hidup. Jika ia bisa mencapai monas, ia punya kemungkinan lebih besar untuk mencapai tugu-tugu di kota lain. Atau mungkin juga di negara lain. Dan untuk mewujudkannya, Lahang harus berpacu dengan waktu yang ternyata tak bisa berkompromi dengan detak-detik nafas bapaknya. Sebagian isi novel yang akan mengaduk emosi dan menguras air mata pembaca ada di sini.

8. Pantang Menyerah

Elaine, tumbuh dengan tahu persis apa minatnya. Ia begitu mencintai musik. Biola sudah menjadi bagian kesehariannya. Kepindahan keluarganya ke Bontang mengharuskannya melepas kecintaannya itu. Tapi bukan berarti ia menyerah pada keadaan. Di Bontang, ia mengalihkan minatnya pada marching band, sesuatu yang masih berhubungan dengan musik. Dengan perjuangan yang tidak mudah, ia hampir berhasil menjadi field commander. Tiba-tiba ia dihadapkan pada dilema, pilihan antara mengikuti timnya maju ke GPMB atau mengharumkan nama sekolah dengan mengikuti olimpiade fisika. Keadaan semakin sulit, karena ia harus berhadapan dengan ayahnya yang tak pernah menyetujui kegiatan marching bandnya. Tapi, ia tak menyerah begitu saja. Ia punya kemauan kuat, yang akhirnya mengalahkan keraguannya. Dan ia telah menentukan keputusan yang tepat.

9. Keterbatasan bukan halangan untuk maju dan berprestasi

Tak mudah menjadi seorang Tara. Ia kehilangan hampir seluruh pendengarannya dalam sebuah kecelakaan, yang juga merenggut kehidupan ayahnya. Ia hanya tumbuh bersama oma dan opanya. Sementara ibunya ‘menjauh’ demi keegoisan mewujudkan impiannya sendiri. Marching band adalah solusi tepat untuk Tara. Setidaknya, itulah yang omanya pikirkan. Karena semakin sering Tara bergaul dengan banyak orang, ia akan semakin cepat mandiri. Dan Tara berhasil menukar keterbatasannya dengan berprestasi sebagai seorang pemain snare drum yang handal. Sesuatu yang mustahil, tapi nyatanya Tara mampu menaklukkan tantangan itu.

10. Sikap percaya diri

Rene adalah gambaran dari kata ambisius, tegas dan keras kepala. Tapi justru itulah yang menumbuhkan kepercayaan dirinya. Sebagai lulusan fakultas Music Education and Human Learning, ia terbiasa latihan keras dan panjang. Ia berhasil menjadi anggota Phantom Regiment, sebuah corps kelas internasional. Mulai dari anggota snare, section leader hingga menjadi salah satu instruktur. Itu semuanya membentuknya menjadi seorang pelatih yang disiplin dan sedikit kaku. Tapi sisi baiknya, ia peduli dengan impian anak-anak asuhnya. Misinya sebagai pemimpin adalah membawa mereka dikenal seluruh Indonesia. Itu berarti harus menjadi yang terbaik. And she did her best. Ia berusaha keras menularkan semangat percaya dirinya, benih dari kemenangan itu.

11. Keselarasan

Komposisi yang selaras dalam permainan marching band adalah cermin keseimbangan dalam harmoni kehidupan. Jika semua nada pas dalam melodinya, akan tercipta kombinasi keindahan suara dalam keteraturan. Dan lagu kehidupanpun akan berdenting dengan syahdunya. Salut dengan kelihaian Oka, mampu menggambarkan hal-hal yang berhubungan dengan marching band dengan begitu rapi dan detail.

12. Dreaming is believing

Mimpi adalah awal dari segalanya. Percayalah pada mimpimu, lalu yakinkan hati untuk mewujudkannya. Beranilah bermimpi! Seperti pesan bapak Lahang pada putra semata wayangnya, “Berapa pun waktu yang diberikan, tak seharusnya dihabiskan dengan ketakutan. Karena ketakutan, tak akan pernah menyambung hidupmu. Yang akan menyambung hidupmu hanyalah keberanian.”

Vincero! Dan kemenangan itupun membayang di pelupuk mata. Sebuah pencapaian yang luar biasa. Bukti, bahwa prestasi bisa menjadi milik semua orang. Tak peduli siapapun atau dari manapun ia berasal. Sepanjang ia berusaha keras, kelak ia akan memetik buah manisnya.

12 Menit adalah inspirasi untuk semua. 12 Menit adalah novel untuk segala usia. Nantikan juga kehadiran filmnya. Segera, siap menghentak bioskop di seluruh Indonesia!




Judul Buku          : 12 Menit
Pengarang          : Oka Aurora
Penerbit              : Noura Books
Tebal                     : xiv + 348 Halaman; 14x21 cm
Terbit                    : Mei 2013
ISBN                      : 9786027816336


Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Resensi 12 Menit: Dreaming is believing!Info http://nourabooks.blogspot.com/2013/05/lomba-menulis-resensi-novel-12-menit.html

[Resensi Beauty Jannaty] : Menghadirkan Pesona Bidadari

Tuesday, November 19, 2013 0 Comments

Menghadirkan Pesona Bidadari

Foto: santi
Manakala jiwa telah disirami takwa, karakter seorang muslimah tidak lagi mudah terdesak oleh dorongan nilai-nilai duniawi. Sikap rohaninya akan mengatur untuk selalu mendekatkan diri pada ridha-Nya dan menjauhkan diri dari segala yang dimurkai-Nya.”

Bangsa yang maju dan kokoh terbentuk dari akumulasi kehidupan keluarga yang harmonis dan tertata. Keluarga yang harmonis dan tertata tidak lepas dari peran seorang wanita. Ia berkewajiban menjadi istri yang taat pada suaminya. Ketika perannya bertambah sebagai ibu, ia diharapkan menjadi tonggak pendidikan awal bagi anak-anaknya. Pun ketika masih single, seorang wanita harus memiliki ilmu yang cukup sebagai bekal menyongsong peran-peran mulia itu. 

Peran multi fungsi itu menuntut seorang wanita untuk mengasah potensi dalam dirinya. Memang, wanita identik dengan kelembutan. Tapi bukan berarti, ia tidak bisa tampil dengan karakter kuat. Untuk mendapatkan karakter kuat itu, dibutuhkan perjuangan yang tidak mudah. Pondasi dari pembentukan karakter itu berupa takwa. Ia senantiasa melaksanakan yang wajib dan menghindari hal terlarang. Hari-harinya dihiasi keikhlasan dan kebersahajaan. Ia mampu menjaga dirinya dari hal-hal buruk. Ia tidak mudah tergoda oleh tipu daya dunia yang kadang melenakan. Semua itu akan menghadirkan citra positif seorang muslimah.

Pribadi yang telah memiliki citra diri positif, selanjutnya akan mudah mengembangkan sebuah kepribadian mulia dalam dirinya. Jika mendapat kebaikan, mereka pandai bersyukur, tidak sombong dan tidak melupakan orang lain. (Halaman 120)

Muslimah smart juga harus pintar menempatkan dirinya dalam kehidupan sosial. Ia mampu menjaga ukhuwah dalam masyarakat. Ia tidak larut dalam kegiatan sia-sia, seperti bergosip. Ia dihormati karena lisannya selalu terjaga. Ia menjauhkan diri dari fitnah yang akan memerangkapnya dalam kehancuran. Ia fokus, memeriksa kekurangan dan aib yang ada pada dirinya sendiri. Itu membuatnya tidak mempunyai waktu lagi untuk memeriksa dan mencari kekurangan orang lain.

Kemuliaan akhlak terwujud dengan memberikan apa yang dipunyai kepada orang lain, menahan diri sehingga tidak menyakiti dan menghadapi gangguan atau tekanan dengan penuh kesabaran. Hal itu akan bisa digapai dengan membersihkan jiwa dari sifat-sifat rendah dan tercela, kemudian menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji. 
Kecantikan seorang wanita juga terpancar saat ia mampu menjaga kesehatan dan merawat raganya. Wajahnya berseri-seri karena dipoles dengan senyuman. Ia bahkan bisa bersyukur melalui hal-hal kecil seperti berkebun dan memasak.

Memasak tidak hanya sekedar kegiatan meramu bumbu dan bahan makanan hingga terciptalah masakan lezat yang siap santap. Namun, memasak juga bisa menjadi media kita untuk memikirkan dan mensyukuri semua nikmat yang telah Allah berikan pada kita. (Halaman 261) 

Ketika takwa dan syukur telah menghias hari-hari seorang muslimah, inner beautynya akan mengemuka. Cantik itu bukan hanya tentang fisik semata. Kecantikan luar bisa luntur seiring waktu. Tapi kecantikan yang terpancar dari dalam akan menghadirkan pesona abadi. Pesona yang kelak akan membuat bidadari surgapun cemburu. Muslimah jelita, keberadaannya laksana embun yang menghadirkan kesejukan.

Buku ini berisi panduan lengkap yang akan memberi bekal pemahaman lebih dalam memandang hakikat kecantikan. Banyak tips-tips asyik menjadi muslimah cantik lahir batin. Baca, resapi dan praktikkan! Dan menjelmalah muslimah  jelita yang dirindukan surga. 

“Seandainya seorang bidadari dari surga menampakkan diri kepada penghuni bumi, haya tubuhnya dan bau harumnya akan memenuhi ruang antara langit dan bumi, serta kerudung rambutnya lebih indah dan bernilai daripada dunia dan seisinya.”
(HR Bukhari)

Judul Buku  : Beauty Jannaty: 99 Bekal Istimewa Menjadi Muslimah Jelita Dambaan Surga
Penulis  : Keisya Avicenna
Penerbit  : Tinta Medina (Creative Imprint of Tiga Serangkai)
Terbit  : Agustus 2013
Tebal  : xx+412 Halaman
ISBN  : 9786029211870
Harga  : Rp. 48.000,-
 
Resensor : SANTI ARTANTI
http://www.nabawia.com/read/2201/menghadirkan-pesona-bidadari#.UntSOt2CwoI.facebook

 

NULIS CERITA ANAK YUKZ

Tuesday, November 19, 2013 0 Comments

NULIS CERITA ANAK YUKZ

By Wuri Nugraeni on Sunday, January 1, 2012 at 8:59pm
Buat mak2 dan mbak2 yang belom bisa hader, jangan sedih, apalagi sampe nangis guling-guling kayak anak kecil enggak dibelikan permen. ”Terima kasih buat mba Dian, mba Aan, dan mba Fitria yang sudah rela berbagi ilmu tentang pictorial book, membuat cerita anak, hingga menulis di media keluarga,” *megang piala Citra*. Mulai dari teori, praktek, tips, tanya jawab, makan siang, promosi dagangan berlangsung serius tapi santai.


PICTORIAL BOOK
Buku untuk anak usia 4-6 tahun. Umumnya, jumlah halamannya kelipatan 8, misal : 8 halaman, 16 halaman, 24 halaman, dst. Buku anak biasanya terdiri dari 4 paragraf, antara lain : Opening, Konflik, Klimaks, Ending. Setiap paragraf terdiri dari 6-8 kalimat. Setiap kalimat sekitar 5-6 kata saja.  Kalau buku anak, tentu bahasanya yang ringan dan mudah dimengerti anak.

Tips agar kita tahu, apakah kalimat yang kita tulis cocok untuk anak-anak, yaitu : bacalah naskahmu! Kalau kita bacanya berasa ngos-ngosan (duh, bahasa Indonesia apa ya?) berarti perlu dipenggal. Contoh : Di negeri Pidelton ada raksasa baik hati yang berwarna ungu dan suka kentut untuk menyuburkan sawah-sawah. #ngos-ngosan. Baiknya diganti : Di negeri Pidelton ada raksasa baik hati. Raksasa ungu yang suka kentut. Kentut raksasa dapat menyuburkan sawah-sawah.

Untuk mengirim ke penerbit, perlu ilustrasi (kalo nggak bisa gambar) bisa bikin penjelasan ilustrasi.

tujuannya adalah memudahkan penerbit memahami imajinasi Anda.
Contoh :
Di negeri Pidelton ada raksasa baik hati. Raksasa ungu yang suka kentut. Kentut raksasa dapat menyuburkan sawah-sawah.
Ilustrasi : badan raksasanya besar, warnanya ungu, matanya merah, cuma pake celana pendek merah yang sedang berdiri di atas sawah-sawah hijau.


MEDIA KELUARGA
Anda dapat mengirim naskah ke Parenting, Ummi, dll. Lebih baik, beli majalah terbaru / baca di perpus, sehingga kita tahu rubrik apa yang terbuka bagi penulis lepas. Menurut cerita mba Fitria dan mba Aan, dulu tuh Majalah Parenting punya 2 rubrik, tapi sekarang hanya 1 rubrik, yaitu rubrik “Cerita Anda” tentang aneka pengalaman bersama anak. Bisa juga buka web momsguideindonesia.  Pilihan lain, koran Jawa Pos ada rubrik “For Her” yang menerima tulisan sekitar 750 kata, tapi dapetnya souvenir bukan honor *moto ijo*.
Tips : baca dahulu dan kenali karakter medianya yah, baru ngirim.


Semoga tulisanku ini mudah dipahami, maklum, bukan dosen.  Kalo ada yang salah ato kurang, silahken di-edit.
Ayooo... serbu penerbit/media anak *pinjem pecutnya cat woman* cetaaarrr *pecut diri sendiri*.

Sunday, November 17, 2013

Nulis Esai Inspiratif Yuk :) [IIDN Semarang]

Sunday, November 17, 2013 0 Comments

Nulis Esai Inspiratif Yuk :)

Alhamdulillah,

Sabtu kemarin menggembirakan. Rumahku ramai teman-teman IIDN Semarang ngumpul. Tak hanya yang dari Semarang, tapi juga teman-teman grup penulis Ambarawa, dari Amabarawa, Temanggung, wow! Terharu!

Jadi, dalam rangka menyukseskan program IIDN Pusat yaitu memberdayakan rumah sebagai tempat belajar. Biasanya, sih kami memang ngumpul di rumah anggota bila kopdar. Namun, rasanya ingin mengajak teman-teman perempuan di seputar Ungaran untuk belajar nulis bareng. Dakuw berhasil mengajak 2-3 orang teman di Ungaran untuk belajar. 

Tak disangka, teman-teman yang rumahnya jauh ikut gabung. Why not?

Dan..Sabtu tanggal 16 November adalah pertemuan perdana. Diiringi rasa deg-degan karena mendung menggelayut di langit. Semoga saja hujannya malam, doaku hehe.

Alhamdulillah, ngumpul juga. Suasananya syahdu karena dingin dingin gitu hehe.

Untuk kali pertama, membahas gimana sih menulis esai inspiratif itu? Esai sepanjang 2-3 halaman ini relatif mudah ditulis. Dan pengalaman pertamaku menulis di media dulu kebanyakan mengirimkan esai inspiratif dan cerpen.

Apa sih esai inspiratif itu?
Ya, itu sebutan untuk tulisan ala serial Chicken Soup For The Soul ala Jack Canfield yang super mega booming *lebaynyaa, hehe.

Redaksi media massa biasanya mengirim naskah kiriman pembaca berupa esai ini selain cerpen dan puisi. Majalah yang menerima tulisan sejenis ini misalnya Femina untuk Rubrik Gado-Gado, Majalah Ummi, Annida, Kartika, Kartini dan Sekar yang kini sudah almarhumah, hiks. Tinggal kita mengirim naskah  yang tepat untuk tiap majalah karena mereka memiliki visi misi berbeda. Misalnya Ummu, esainya tentu islami dan parenting dll.

Saat ini, juga masih ada tren menulis antologi. Walau agak surut ya setelah beberapa waktu lalu booming. Bertebaran antologi ini itu dari berbagai penerbit. 

 Nah, naskah yang dibutuhkan biasanya berbentuk tulisan ala Chicken Soup. Seperti antologi andalan IIDN A Cup of Tea yang terdiri dari banyak seri dan cukup laris di pasaran. 

Jadi, tak ada salahnya kita mengupas esai ini yaa. Saya tuliskan lagi, Insya Allah lebih lengkap karena kemarin banyak diselingi ngobrol, nyari Alde yang ngacir entah kemana dan demam panggung kikikik.

1. Esai ala Chicken Soup ini agak mudah ditulis karena relatif cukup pendek. Untuk majalah, biasanya hanya 2-3 halaman saja. Untuk antologi, biasanya maksimal 8 halaman seperti esai dalam buku-buku Asma Nadia. Tulisan saya beberapa kali nongol di buku Mbak Asma seperti La Tahzan For Brokenhearted Muslimah dll. 

2. Selain itu, berdasarkan pengalaman pribadi atau orang lain. Jadi based on true story, nggak pakai mengkhayal seperti menulis cerpen. Walau, boleh saja dibumbui agar cerita lebih cantik atau nendang.

3. Ada pesan moral yang ingin disampaikan. Tapi, jangan too explicit. Nanti terkesan menggurui. Cerita Anak Kos Dodol sebisa mungkin ada pesannya misal jangan begadang, jangan malas, jangan nyontek, nanti bla bla..tapi ditulis dengan kocak biar menghibur dan nggak merasa diceramahi motivator hihi.

4. Kalimat pembuka atau judul, kudu menarik perhatian redaksi. Rajin latihan yuk, nulis pembuka yang seru. 
Misal untuk tema kesetiaan dalam rumah tangga. Bisa dimulai dengan pertanyaan: Apakah anda yakin suami anda setia? Jgerr..hehe. Ah, lupa kasih contoh ini kemarin hihi maap..maap. Bisa juga dimulai dengan angka statistik atau penelitian misalnya 75% suami tidak jujur kepada istrinya. Uhuy..jangan lupa riset dulu yaa hihi.

5. Hm..agar tidak monoton, tulisan kita sepanjang 7-8 halaman jangan los begitu saja. Deskripsi melulu. Selipkan percakapan walau tidak banyak karena ini bukan cerpen. Tulisan bisa dibagi-bagi menjadi sub bab. Agar lebih enak dibaca. Penulisan seperti ini disukai oleh Mbak Asma Nadia. 

6. Sesuaikan naskah anda dengan gaya bahasa redaksi/penerbit. Bukan berarti menghilangkan ciri khas tulisan teman-teman lho. Misalnya majalah Ummi bahasanya santun, Gado-Gado Femina kocak dan ekspresif tapi memakai kata wanita dibanding perempuan, penerbit Gradien bahasanya kocak dan cenderung tabrak EYD asal tak berlebihan hehe. Jangan naskah bak pidato kenegaraan dikirimkan ke penerbit Gradien, nggak nyambung :)

7. Setiap audisi menulis, tentu saja ada tema. Nah, misalnya tema curhat bunda, ASI, Long Distance Relationship dll. Kebayang kan, satu tema itu ditulis oleh puluhan bahkan ratusan peserta. Teh Lygia saat menjadi PJ A Cup of Tea pernah mengeluh kenapa cerita mudik atau backpackeran yang dikirimkan peserta kok serupa? Ya, temanya universal, bisa dialami semua orang. 

Tapii, jangan mau standar aja. Ntar naskah kita dijadikan bola dan dilemparkan ke keranjang! 

Tuliskan cerita ngekos, travelling ke Lombok, apa saja pengalaman kamu dari angle yang berbeda. 

Kudu unik, out of the box! 

Misalnya nih, cerita LDR kawan yang jauhan dengan suami yang tugas di Jepang. Tiap jam makan suaminya, mereka online di Skype, berhadapan dengan makanan masing-masing dan makan bareng. Padahal, beda waktu Jakarta-Tokyo berapa jam ya? Hehe. Tapi, itu seru untuk ditulis.

Kemarin juga membahas keunikan naskah Mbak Hartini di Rubrik Gado-Gado Femina. Tentang lomba cerdas cermat Ibu-Ibu di RT.Para ibu panik dan belajar dari buku anak-anaknya. Pengetahuan umum dll. Pesimis bakal menang karena merasa tidak berpendidikan tinggi. Tapi, apa yang terjadi? Pertanyaan lomba malah seputaran lingkungan mereka. Misalnya Pak A anaknya berapa? Siapa yang tinggal di blok ini? Hihihi. Seru. Dan menarik perhatian redaksi untuk dimuat.

8. Ide dari mana saja. Buka mata buka telinga. Baca status FB orang, catat curhatan teman, dari buku, film dll.

9. Jika menuliskan pengalaman orang lain, usahakan identitas seperti nama, daerah tinggal, pekerjaan dll disamarkan. Tidak mau kan dituntut karena tulisan kita dianggap pencemaran nama baik? Hiiy..

10. Menulislah sepenuh hati, tulisan itu akan sampai ke hati pembaca.

11. Kudu tega mengedit naskah kita. Buang, potong, boleh! Ngalor-ngidul menulis hingga naskah hingga melewati syarat penerbit atau redaksi? Oh, tidak.Naskah panjang belum tentu keren. Baca berulang kali, apakah tulisan kita enak dibaca? Fokus pada tema? Atau masih ngalor-ngidul? :) 

12. Taat pada satu alur, karena ini bukan cerber atau novel dengan tokoh dan plot rumit, hehe. Jangan keasyikan bercerita. Cukup satu topik dalam naskah.

Hm, apa lagi yaa? 
Yuk, tambahkan hehe..
Jangan lupa tugasnya kemarin yaa, bikin satu esai inspiratif..tema bebas! 
Ayo, bisaa :) 

Reportase Mak Dedew

Too Much Worries Will Kill The Fun Part Of Parenthood

Sunday, November 17, 2013 0 Comments
Sabtu kemarin, ada sebuah event seru yang diadakan di Sekolah Cikeas. Para orang tua dan anak-anaknya sejak pagi, sudah bersiap dengan sepeda-sepeda mereka . Siap berpetualang menyusuri track yang sudah dipersiapkan.

Sebagian 'track' tersebut akan menyusuri jalan-jalan tanah perkampungan. Yang kondisinya becek dan lengket akibat hujan semalam. Seruuu sekali mendengar cerita2 dr para peserta dan panitia yang ikut nge-gowes. Apalagi, kebanyakan anak-anak yang ikut itu, adalah anak-anak SD yang imut-imut. Beberapa bahkan mengendarai sepeda roda empatnya.

Namun bukan hal itu yang ingin kuceritakan, karena kebetulan aku tidak ikut serta. Hari itu tugasku, tetap tinggal di sekolah bersama beberapa teman-teman lain, melayani para tamu di stand PMB ( penerimaan murid baru ).

Walau bertugas di meja PMB SMP, namun pada akhirnya banyak sekali para tamu / calon ortu murid yang berkonsultasi untuk anak- anak mereka yang hendak.masuk PG/ TK / SD.

Pertanyaan yang berulang-ulang ditanyakan sebenarnya standar saja. Tentang konsep sekolah alam, tentang kurikulumnya, tentang mekanisme jalur penerimaan murid baru, dll.

Kesemua pertanyaan tersebut, terjawab dengan penguasaan 'product knowledge' para penunggu stand PMB.

Namun, dari beberapa orang tua yang kulayani, aku mencatat sebuah pola. Pola tentang kekhawatiran yang terlalu jauh.

Jujur aku khawatir pada para orang tua tersebut... Sangat khawatir. Mereka bisa kehilangan momen-momen menyenangkan dalam pengasuhan anak jika memperturutkan kekhawatiran tersebut.

Singkat cerita: Sehebat-hebatnya sebuah sekolah dengan beragam fasilitas, beragam program dan sejumlah besar SDM pendidik berkualitas. Tetap saja, yang namanya sekolah itu adalah lembaga pendidikan, bukan sebuah bengkel.

Lembaga pendidikan tempat seorang anak bisa mengembangkan potensi dirinya sesuai kondisi emosi, fisik, dan logika berfikirnya.

Bukan bengkel, dimana anak yang dianggap 'kurang /rusak' dititipkan. Lalu karena sudah membayar sejumlah besar uang, maka nantinya anak-anak itu harus dikembalikan dalam keadaan 'benar'.

"Disini itu kan ada program character building kan? Jadi nanti anak-anak sudah tahu mau kerja apa? Mereka tahu kalau, mereka tidak harus jadi karyawan kan? Mereka bisa jadi wiraswasta ?"

Lebih dari satu pasang orang tua yang menanyakan hal ini kepadaku... Dan anak-anak mereka baru akan masuk TK atau SD.

Aku berulang kali menghela nafas.

Jika aku memperturutkan ego sebagai 'marketer', aku sangat bisa memberikan jawaban-jawaban yang memuaskan hati mereka.

Namun disaat yang sama, aku juga seorang pendidik. Yang melihat ada yang salah dalam pertanyaan tersebut.

Pertama-tama, jangan terlampau merisaukan hendak menjadi apakah anak kelak. Rizki anak itu sesuatu yang berada dalam kekuasaan Allah swt.


Serahkan keputusan itu di tangan anak dan di dalam doa-doa kita.

Biarkan mereka menjadi apa yang mereka inginkan. Berjuang dan menjalani profesi yang mereka cintai. Entah akhirnya menjadi wiraswasta atau profesi lain. Bahkan jika anaknya itu perempuan dan cita-citanya, adalah menjadi Ibu rumah tangga yang baik bagi anak-anaknya kelak .

Kemudian, yang namanya 'character building' itu adalah sebuah proses panjang nan berjenjang. Proses ini sangat erat terkait dengan keharmonisan komitmen sebuah lembaga pendidik, dengan apa-apa yang juga si terapkan di rumah.

Jika anak-anak itu masih kecil. Masih di bawah 7 tahun. Maka program 'character building'nya bukan untuk mempersiapkan mereka untuk tahu mau bekerja apa kelak. Bukan juga untuk mengisi otak kiri mereka dengan beragam pembelajaran kognitif ( calistung, dll).

Tugas jiwa-jiwa kecil itu...
Program 'character building' mereka adalah membangun kecerdasan emosional dan membangun kecerdasan logika berfikirnya dengan BERMAIN.

BERMAIN adalah cara mereka belajar. Cara sel-sel saraf otak mereka sambung menyambung. Cara mereka belajar 'team work', cara mereka mendewasakan hati mereka, dll.

Program 'character building'nya, dalam membangun kemandirian adalah dengan mengulang-ulang berbagai SOP . SOP makan sendiri, SOP merapikan mainannya sendiri, SOP ke kamar mandi sendiri, dll.

Sekali lagi;

'Character building' itu adalah sesuatu yang 'real', terukur, bertahap, berkembang dan berkelanjutan. 

Lalu, kala program itu terlaksana. Karena kita sudah menentukan tujuan dan memvisualisasikan hasilnya, InsyaAllah kita akan lebih rileks dan menikmati kebersamaan pengasuhan bersama anak.

Contoh di kelas-kelas playgroup dan TK. Biasanya para fasilitator kelas, memiliki target selama 3 bulan pertama untuk melatih kebiasaan dan kemandirian anak-anak dalam: 
1. Melepaskan sepatu dan meletakkan sepatu di rak seorang diri.
2. Meletakkan tas dan barang-barang lain di tempatnya seorang diri.
3. Makan dengan mandiri ( menyendok sendiri makanannya, kemudian merapikan box makanannya ke dalam tas, dan merapikan kotoran yang tertinggal di meja). 
4. Belajar berbaris, mengantri dan berjalan dalam barisan.
5. Dan banyak lagi program 'character building' lainnya.

"Tidak mudah itu! "

"Well, tidak ada yang bisa menjanjikan kalau 3 bulan pertama itu mudah! Namun, bukan berarti mustahil!

Modifikasi perilaku itu sesuatu yang memungkinkan ."

Dan indahnya, dalam proses itu, apabila kita siap berlelah -lelah. Maka tidak hanya karakter anak-anak yang akan berkembang. Namun juga karakter kita, para orang tuanya ( baik orang tua di sekolah maupun orang tua di rumah ).

***
Menjadi pendidik ( guru dan ortu ) itu dasarnya memang selalu diliputi kekhawatiran.

Dimana kekhawatiran dengan porsi yang tepat, akan menjadi motivasi kita untuk melakukan yang terbaik bagi anak-anak.

Namun yang berbahaya adalah kekhawatiran yang berlebihan. Dimana hal itu akan menjauhkan kita secara emosional dengan anak-anak, dan menghilangkan kesempatan kita untuk menikmati momen pengasuhan anak. Momen yang cepat sekali berlalu.


 [Yuni Khairun Nisa]