Jejak Karya

Jejak Karya

Thursday, February 01, 2018

TERMINAL PERENUNGAN : PENGHUJUNG 30

Thursday, February 01, 2018 0 Comments

Begitu banyak kesyukuran yang harus aku langitkan hingga detik ini. Pasalnya, mungkin sudah tak sanggup lagi aku menghitung nikmat serta beragam kebahagiaan yang tak pernah Allah salah alamatkan.  Allah Maha Baik, terlalu Baik malah. Terima kasih Ya Allah… meski hambaMu ini masih sering tak khusyuk sholatnya, lebih banyak pegang HP daripada waktu tilawahnya,… Astaghfirullah. Tapi, Engkau selalu mencukupkan kebutuhan hamba.

Hari ini, lembar pertama Februari. Dan Februari selalu menjadi bulan yang istimewa. Bulan untuk menjadi hakim pada diri sendiri. Bulan untuk bermuhasabah, atas berkurangnya usia, atas kehidupan yang telah terjalani sebelumnya, untuk bersiap menapaki hari-hari di ‘usia yang baru’ nantinya.

Hari ini adalah hari di mana akhir dari masaku menjalani 30 tahun usia. Esok, angka 0 itu akan menggelinding dan berganti angka 1. Ya, esok adalah 31 tahun usiaku. Selayaknya diri ini pantas merenung. Menciptakan sebuah terminal perenungan. Pencapaian apa yang sudah ada di tangan? Kontribusi kebaikan apa yang sudah dilakukan?

Kamis, 1 Februari 2018
Penghujung 30
#diaryUmma


Thursday, March 02, 2017

[Hari 2] : PENTINGNYA ISTRI MANDIRI SECARA FINANSIAL

Thursday, March 02, 2017 0 Comments
Kamis, 2 Maret 2017
Pentingnya Istri Mandiri Secara Finansial
Mandiri secara finansial berarti seorang individu dapat mengelola keuangannya sendiri. Jika individu tersebut memiliki anak, maka dia harus bisa mengelola keuangan untuk seluruh anggota keluarga, dengan atau tanpa pasangan.
Mengapa istri harus mandiri secara finansial? Berikut beberapa keuntungan mandiri secara finansial bagi istri:
1. Istri yang mandiri secara finansial dapat membantu keuangan keluarga.
Seorang istri yang memiliki penghasilan pribadi dapat mendukung rumah tangganya ketika suami kehilangan pekerjaan atau mengalami hal lainnya yang mengakibatkan kehilangan penghasilan.
2. Istri yang mandiri secara finansial dapat memberikan kontribusi finansial
Ketika harga barang dan biaya pendidikan melambung tinggi, istri yang memiliki penghasilan pribadi dapat menyokong keuangan keluarga sehingga kebutuhan anak tetap tercukupi.
3. Istri yang mandiri secara finansial dapat memberi motivasi bagi anak-anak mereka untuk bersikap mandiri
Istri dengan penghasilan pribadi bisa menjadi contoh bagi anak-anak mereka.
4. Istri yang mandiri secara finansial dapat mewujudkan ‘mimpi’ mereka
Terkadang kita hanya bisa bermimpi tanpa mewujudkannya karena terbentur masalah ekonomi. Entah itu membawa anak-anak liburan, menyekolahkan anak di sekolah yang baik, atau sekedar menyenangkan diri sendiri dengan melakukan perawatan pribadi di spa/salon.
Bukan Hanya Mandiri, Istri Harus Memiliki Rencana Keuangan
Jika istri sudah menyadari risiko-risiko yang dapat dialami sang suami, maka penting bagi dirinya untuk bisa berdiri sendiri dalam hal keuangan.
Apakah artinya istri harus bekerja kantoran?
Tidak. Istri bisa menjadi mandiri secara finansial tanpa bekerja konvensional sebagai karyawan. Jika kita adalah ibu rumah tangga, maka belajarlah menjadi ibu rumah tangga yang kreatif dan mampu menghasilkan pendapatan sendiri. Misalnya dengan usaha katering kecil-kecilan jika gemar memasak, atau bekerja sebagai penulis lepas jika  punya bakat menulis, dan sebagainya.
Semuanya tidak ada yang instan, semuanya harus melewati proses belajar yang konsisten.
Dengan ‘aman’ secara keuangan dan mandiri finansial, artinya kita akan tahu batasan gaya hidup seperti apa yang sesuai dengan kantong kita sendiri.  Satu hal yang menjadi tujuan kenapa banyak sekali istri ingin mandiri secara keuangan adalah ingin punya waktu untuk pribadi, keluarga dan organisasi  serta berinteraksi/berkontribusi dengan masyarakat lebih banyak lagi, ingin berbagi dan sedekah lebih banyak lagi, dsb.




Wednesday, March 01, 2017

[Hari 1] : MENJADI ISTRI YANG "MANDIRI FINANSIAL"

Wednesday, March 01, 2017 0 Comments

Rabu, 1 Maret 2017
MELATIH KEMANDIRIAN#1 : MENJADI ISTRI YANG "MANDIRI FINANSIAL"

Menurut Ust. Tri Asmoro Kurniawan, secara umum manusia itu nyaman dengan kebiasaan-kebiasaan, maka satu hal yang sering dikhawatirkan adalah adanya fase-fase perubahan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru. Dan pernikahan adalah fase perubahan dari kebiasaan-kebiasaan masa lajang menuju kebiasaan-kebiasaan rumah tangga.
Nikah adalah kemandirian. Sepasang suami istri hendaknya tidak terlalu menggantungkan dirinya pada orang lain seperti teman, saudara atau orang tua. Meskipun pengertian mandiri bukanlah berarti hidup sendiri tanpa membutuhkan campur tangan orang lain. Tetap saja dibutuhkan peran orang lain dalam porsi sewajarnya. Mengingat manusia adalah mahluk sosial yang saling bersimbiosis mutualisme. Demikian halnya dalam kehidupan berumah tangga, kewajiban mencari nafkah memang ada di pundak suami, tapi tak ada salahnya istripun berupaya untuk tetap mandiri dari segi finansial.
Ini yang sejak awal juga saya komunikasikan kepada suami. Saya minta pendapatnya tentang istri yang bekerja di luar rumah. Setahun pertama kita menikah, saya masih berstatus sebagai “istri pekerja”, meskipun jam kerjanya hanya siang sampai jelang Isya’ karena saya ngajar di bimbingan belajar. Sampai akhirnya saya memutuskan untuk resign. Saya dan suami pun sering terlibat obrolan, apa yang bisa saya lakukan dengan menjadikan rumah sebagai kantor, tetap bekerja meskipun dari rumah, tetap berpenghasilan meskipun dari rumah. Akhirnya tercetuslah ide dan kami mendirikan sebuah bimbingan belajar dan tempat pelatihan menulis untuk anak-anak dan remaja : DNA WRITING CLUB. Alhamdulillah, jatuh bangun kami memulainya. Dari yang awalnya 1 murid, 3 murid, bertambah jadi 5 murid, sekarang sudah lebih dari 50 anak.
Suami yang bekerja sebagai pegawai swasta benar-benar menjadi supporter dalam proses pengembangan DNA. Sampai sekarang pun, saya masih terus belajar untuk mengatur keuangan rumah tangga. Penghasilan yang saya dapatkan pun lumayan. Bisa saya tabung dan untuk keperluan pribadi saya (misal untuk beli buku yang saya inginkan, tanpa harus mengusik uang belanja atau meminta suami).
Kemandirian memang bukan perkara yang mudah, namun banyak cara untuk memupuk karakter tersebut, salah satunya dengan menggali potensi diri dalam berkreativitas. Saya menemukan potensi diri saya : MENULIS dan MENGAJAR. Maka, lahirlah DNA WRITING CLUB dan karenanya saya berusaha menjadi seorang istri yang  mandiri dari segi finansial dengan terus mengasah skill yang saya miliki. Karena pada dasarnya, setiap permasalahan memerlukan kemandirian dan cara–cara yang kreatif untuk menyelesaikannya. Semakin banyak permasalahan yang bisa diatasi dan semakin besar kebutuhan yang harus dipenuhi, maka semakin terasahlah kreativitas dalam diri seseorang. Semoga…





Sunday, February 05, 2017

[Hari 10] : SAAT HARUS “JAUH DI MATA, DEKAT DI HATI”

Sunday, February 05, 2017 0 Comments
Jaga komunikasi


I miss you so much... 

Ahad, 5 Februari 2017

Sejak hari Kamis kemarin, Mas Sis sudah bilang kalau Sabtu malam mau njemput Ibuk (mertua saya) ke Klaten sama Lia (adiknya Ani). Sekalian nanti nganterin Mas Dhody dan Wahono, juga njemput Ibuk Wonogiri. Setelah berstatus jadi “bumil” saya memang suka baperan kalau posisi di rumah sendirian atau ditinggal Mas Sis –suami- pergi ke luar kota.

“Tenang, Say. Nanti Riza nemenin adik kok,” katanya, menenangkan, “kan Minggu sore paling juga sudah sampai Semarang. Riza itu ponakan yang sekarang ikut tinggal bersama kami karena sedang kuliah di UNISSULA.

“Baiklah…” 

Selama hamil ini, paling jauh dan paling lama ditinggal suami waktu beliau mengikuti training di Jakarta dari Senin-Kamis, lanjut ikut Aksi Damai 212. Dan baru sampai Semarang lagi hari Sabtu sore. Ditinggal hampir seminggu dalam posisi lagi hamil, benar-benar kerasa baper luar biasa.

Kemarin pun saya kembali belajar kalau sedang dalam posisi “jauh di mata, dekat di hati” alias LDR (Long Distance Relationship), kuncinya :
  1. Jaga komunikasi (bisa lewat telepon, WA atau video call)
  2. Lepas kepergiannya dengan doa dan senyuman
  3. Mencoba berdamai dengan perasaan. Hehe.
  4. Memanfaatkan waktu sebaik mungkin dengan hal-hal yang positif


Akhirnya, Mas Sis berangkat jam 01.15 dini hari tadi, sebelum berangkat, sempat ngajak ngobrol debay di perut, “Abi tinggal njemput Simbah dulu ya, Dik. Baik-baik di rumah sama Umma…” ^_^ lalu menciuminya dengan sepenuh cinta.


#hari10
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip