Jejak Karya

Jejak Karya
Showing posts with label beauty jannaty. Show all posts
Showing posts with label beauty jannaty. Show all posts

Thursday, February 01, 2018

TERMINAL PERENUNGAN : PENGHUJUNG 30

Thursday, February 01, 2018 0 Comments

Begitu banyak kesyukuran yang harus aku langitkan hingga detik ini. Pasalnya, mungkin sudah tak sanggup lagi aku menghitung nikmat serta beragam kebahagiaan yang tak pernah Allah salah alamatkan.  Allah Maha Baik, terlalu Baik malah. Terima kasih Ya Allah… meski hambaMu ini masih sering tak khusyuk sholatnya, lebih banyak pegang HP daripada waktu tilawahnya,… Astaghfirullah. Tapi, Engkau selalu mencukupkan kebutuhan hamba.

Hari ini, lembar pertama Februari. Dan Februari selalu menjadi bulan yang istimewa. Bulan untuk menjadi hakim pada diri sendiri. Bulan untuk bermuhasabah, atas berkurangnya usia, atas kehidupan yang telah terjalani sebelumnya, untuk bersiap menapaki hari-hari di ‘usia yang baru’ nantinya.

Hari ini adalah hari di mana akhir dari masaku menjalani 30 tahun usia. Esok, angka 0 itu akan menggelinding dan berganti angka 1. Ya, esok adalah 31 tahun usiaku. Selayaknya diri ini pantas merenung. Menciptakan sebuah terminal perenungan. Pencapaian apa yang sudah ada di tangan? Kontribusi kebaikan apa yang sudah dilakukan?

Kamis, 1 Februari 2018
Penghujung 30
#diaryUmma


Friday, July 15, 2016

CANTIK DARI HATI, BIKIN CEMBURU PARA BIDADARI

Friday, July 15, 2016 0 Comments

"Jadilah wanita dunia yang layak dicemburui para bidadari surga" (Beauty Jannaty)
#cantikitudarihati #HalaldariAwal

Cantik itu…
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, cantik memiliki arti : indah, jelita, elok, dan molek. Dewasa ini, arti tersebut mengalami perluasan makna. Ada kecantikan luar (outer beauty) yang menyangkut fisik, seperti wajah, kulit, dan bentuk. Ada juga kecantikan dalam (inner beauty) yang berhubungan dengan kepribadian yang dimiliki seseorang, dimensi psikis rohani, dan memiliki sifat yang lebih abadi. Namun, kecantikan luar dan kecantikan dalam memiliki nilai serta makna tersendiri dan keduanya tidak bisa diabaikan.

Shalihah, Sudah Cantik-kah Engkau Hari Ini?
Bagi seorang perempuan atau muslimah, kecantikan adalah suatu hal yang menjadi dambaan. Bahkan bisa memengaruhi tingkat kepercayaan diri seseorang. Namun sayang, banyak yang menganggap cantik itu hanya dilihat dari fisik saja, lahiriah saja. Berkulit putih, hidung mancung, jemari lentik, bibir sensual, postur tubuh tinggi, dan segala yang dinilai dari yang tampak di luar saja. Sebenarnya, cantik itu relatif bagi setiap orang. Namun kenyataannya saat ini –secara sadar atau tidak sadar- banyak yang mengusik pola pikir seorang muslimah tentang definisi “perempuan cantik” karena pengaruh media, lingkungan sosialnya, adanya berbagai kontes kecantikan, dan lain sebagainya.

Padahal sesungguhnya, kecantikan hati dan perilaku ‘levelnya’ jauh lebih di atas kecantikan fisik. Kecantikan fisik tidaklah kekal. Seiring berjalannya waktu, usia yang semakin menua, kulit yang dulunya kencang perlahan menjadi berkeriput. Beda halnya dengan kecantikan hati dan kecantikan perilaku, sifatnya jauh lebih kekal dan memberikan dampak positif dalam kehidupan. Karena itu, aspek ruhaniah seseorang atau inner beauty harus lebih diutamakan. 

Cantik dari hati adalah kecantikan sesungguhnya, yang harus bisa memberikan energi positif untuk dirinya sendiri, terlebih untuk orang-orang di sekitarnya dan lingkungannya. Sehingga harapannya, yang semula memberikan definisi kalau cantik itu berkulit putih, tinggi dan langsing akan berubah menjadi seorang perempuan yang memiliki prestasi yang membanggakan, kreativitas tinggi, keterampilan unik yang mampu memberikan manfaat. Selain itu, ia memiliki akhlak yang baik, peduli terhadap sesama, ringan tangan, gemar bersedekah, dll. Inner beauty itu dengan sendirinya akan terpancar dari diri seorang perempuan yang dalam tingkah laku kesehariannya mampu memberikan perubahan positif dan sebesar-besarnya manfaat untuk lingkungan dan orang-orang di sekitarnya.

Maka Saudariku Shalihah, bersihkan hatimu, perbaiki akhlakmu, lebih dekatkan dirimu pada Al-Qur’an, dan biasakan menjalankan sunnah Nabi dalam keseharian, insya Allah setiap hari engkau akan semakin cantik. Mengingat, cantik hari ini seolah telah menjadi sebuah kebutuhan. Kebutuhan akan pengakuan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri. Namun yang terpenting, niatkanlah semua hanya karena Allah semata, bukan mengharapkan pujian dan penilaian dari manusia.

"Tjantik-nya tuh di HATIMU..."
(Tjantik = Cantik)

Pancarkan Pesona Cantikmu!
Bukan suatu hal yang baru jika seorang muslimah yang benar-benar sadar akan ajaran agamanya sangat memerhatikan pakaian dan penampilannya serta berparas menawan tanpa harus dengan tabarruj (bersolek), tidak juga berlebih-lebihan, yang menyenangkan jika dilihat suami (khusus bagi yang sudah menikah), anak-anaknya, muhrimnya, serta para muslimah lainnya. Ia tidak akan pernah memperlihatkan diri kepada orang-orang  yang diperbolehkan melihatnya dengan paras acak-acakan dan serba semrawut. Tetapi sebaliknya, senantiasa berdandan  dengan rapi dan berparas menarik sesuai dengan yang diajarkan Islam yang senantiasa mengajak kepada penampilan baik dan menarik serta berhias diri dengan tidak berlebih-lebihan.

Saudariku Shalihah, perbaikilah penampilan! Hendaklah seorang muslimah memperbaiki penampilannya untuk menampakkan nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepadanya. “Sesungguhnya Allah senang melihat tanda nikmat yang diberikan kepada hamba-hambaNya.” (HR. Tirmidzi dan Hakim)

Sudah menjadi salah satu fitrah seorang wanita untuk terlihat anggun sesuai kodrat kewanitaannya. Tapi keinginan ini jangan sampai menjadikan kita terlena hingga diri berlebih-lebihan dalam berhias. Nah, berhias bagi wanita ada 3 macam, yaitu berhias untuk suami, berhias di depan wanita dan lelaki mahram (orang yang haram dinikahi), dan berhias di depan lelaki bukan mahram.

Seorang muslimah diperbolehkan untuk menghiasi dirinya dengan hal-hal yang mubah misalnya mengenakan sutra dan emas, mutiara dan berbagai jenis batu permata, celak, menggunakan inai (pacar) pada kuku dan menyemir rambut yang beruban –bukan dengan semir warna hitam-, menggunakan kosmetik alami atau kosmetik yang tidak mengandung zat berbahaya dengan tidak berlebihan. Dan tentu saja berhias di sini bukanlah dengan maksud mempercantik diri di hadapan lelaki yang bukan mahramnya.

Shalihah, Pilihlah Kosmetik yang Halal untuk Kecantikanmu yang Penuh Berkah
Seorang muslimah harus pandai merawat dan memerhatikan tubuhnya. Kecantikan luar memang bisa terlihat secara langsung, misalnya pada wajah, paras, bentuk, dan kulit. Karenanya, kulit -terutama kulit wajah- banyak yang memperlakukannya bagaikan sebuah tanaman, di mana perlu dipelihara, disiram, dan diberi pupuk supaya subur. Tentu saja dengan cara memakai kosmetik yang aman, sehat dan halal. Saat ini, semakin banyak muslimah yang menyadari pentingnya menggunakan produk kosmetik yang aman, sehat, dan halal.

Adapun kriteria kosmetik yang aman, sehat, dan halal bisa dilihat dari :
1.      Label halal dari MUI dan legalitas produk dari BPOM
Kehalalan suatu produk bisa kita cross check ke Halal MUI. Selain itu, produk kosmetik yang legal ditunjukkan dengan dicantumkannya nomor pendaftaran di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
2.      Komposisi bahan
Biasakan selalu mengecek komposisi bahan yang digunakan. Pastikan bahan produk tidak menggunakan zat seperti diambil dari lemak babi atau zat tidak halal lainnya. Hati-hati saat mengecek produk karena terkadang istilah mengandung babi bisa diganti dengan istilah lain. Baca kode makanan yang mengandung daging babi dan dapat ditanyakan pada ahlinya serta cari informasi melalui internet tentang sumber bahan-bahan tersebut.
3.      Cara produksi
Bukan hanya soal bahan pembuat produk, kita juga harus memastikan produk tersebut dibuat dengan cara yang halal
4.      Mudah dibersihkan
Hendaknya, saat wudhu tidak boleh ada kosmetik yang menghalangi air membersihkan tubuh.
5.      Nama dan alamat produsen tercantum dengan jelas
Nama dan alamat jelas produsen harus jelas tercantum pada label kemasan yang mengindikasikan mudahnya akses bagi konsumen untuk memperoleh informasi lanjutan mengenai produk bersangkutan.

Nah, untuk mengetahui daftar produk kosmetik halal yang telah mendapat sertifikasi LPOM MUI, Saudariku Shalihah bisa dilihat pada tautan berikut: http://www.muslimconsumergroup.com/cosmetic.html

Ini kosmetika halalku, mana kosmetik halalmu?
WARDAH, #HalaldariAwal

Hijab Hati, Hijab Diri Bekal Meraih Kecantikan Surgawi
“Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutup kain kerudung ke dadanya…" 
(QS. An-Nuur [24]: 31)

Hidup berisi dengan aneka macam peristiwa. Peristiwa yang menghadirkan silih berganti perasaan yang mengisi jiwa. Maka, kokohkanlah keimanan saat perjalanan membuat kita bertanya, saat membuat kita meragu dan kecewa. Yakinlah, skenario Allah SWT tengah berlangsung dan jadilah penyimak yang baik dengan penuh sangka yang baik pada-Nya. Tanamkan dalam diri kita Allah Mahatahu yang tepat dan terbaik bagi hamba-Nya!

Sesungguhnya Allah menjadikan seluruh tubuh seorang wanita ini perhiasan dari ujung rambut hingga ujung kaki. Segala sesuatu dari tubuh seorang wanita yang terlihat oleh orang yang bukan mahromnya, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah kelak.

Hakikat jilbab adalah hijab lahir dan batin. Hijab mata kita dari hal-hal yang mendatangkan murka Allah, jagalah pandangan dari hal-hal yang dilarang. Hijab lidah kita adalah menjauhkan diri dari ghibah dan perkataan yang sia-sia, usahakan selalu basahi lisan kita dengan berdzikir kepada Allah. Hijab tangan kita adalah ringan berbuat tatkala ada orang lain yang membutuhkan bantuan. Hijab kaki kita adalah saat kita gunakan menapak di jalan-jalan kebaikan. Hijab pikiran kita adalah saat kita mampu berpikir visioner jauh menatap masa depan serta menjauhkan pikiran kita dari hal-hal negatif. Hijab hati kita untuk selalu meletakkan nama Allah di tingkatan tertinggi, kemudian Rasulullah, orang tua, dan seterusnya.

Kecantikan surgawi, kecantikan yang membuat cemburu para bidadari, perwujudan cita-cita menjadi bagian dari para perempuan langit, para perempuan yang dirindukan surga.

Mereka yang dalam diam tiada henti menyebut nama Allah. Mereka yang selalu giat menghafalkan Al-Qur'an demi mendapat keridhoan Allah. Mereka yang hendak memberikan mahkota penuh cahaya untuk kedua orang tua kelak di surga nanti. Mereka yang bersikukuh mengenakan hijab sebagai bentuk kecintaan kepada Allah. Walau ‘diancam’ akan kehilangan pesona dunia, mereka tiada gentar untuk tetap bertahan. Mereka yakin bahwasanya perhiasan sejati seorang muslimah itu adalah dari amal ibadah dan akhlaknya yang jernih, bukan berasal dari moleknya tubuh yang mengundang nafsu dan syahwat. Ya, mereka adalah perempuan langit!”

Bismillah… Karena seorang muslimah itu indah dan mulia, seperti sejarah para ummul mukminin dan para shohabiyah. Semoga senantiasa mampu menjadi muslimah shalihah yang dirindu Jannah. Aamiin…

“Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik. Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan.”
(QS. Al Waqi’ah [56]: 22-24).

Pasti kita semua ingin menjadi muslimah secantik dan sejelita bidadari surga, tidak sekadar cantik dari segi fisik, namun cantik dari hati yang lebih utama, karena bidadari surga adalah gambaran kesempurnaan pesona seorang wanita dan kita pasti mendambakannya. Maka dari itu, milikilah pribadi cantik dari hati, dan buatlah cemburu para bidadari!

“Dunia ini adalah perhiasan,
dan sebaik-baik perhiasan adalah muslimah yang shalihah.”

[HR. Muslim]



Sunday, January 10, 2016

HIJAB, MAHKOTA SURGA TERINDAH

Sunday, January 10, 2016 0 Comments
Menikmati deburan ombak di Pantai Pacitan


Ajaibnya sang waktu, masa lalu yang menyakitkan
lambat laun bisa menjelma menjadi nostalgia romantis yang tak ingin dilupakan…

Serpihan Kenangan Masa Silam
Juli 2003. Tak terasa sudah 11 tahun lalu, tapi peristiwa itu selalu melekat dalam memori otakku. Saat ini, aku seperti memutar kembali sebuah rekaman skenario kehidupan yang telah dituliskan-Nya dengan luar biasa dan pastinya sarat akan makna.
Waktu itu, aku adalah seorang gadis remaja yang tengah asyik menikmati masa putih abu-abu. Juli 2003, aku naik kelas 2 SMA. Seperti biasa, tahun ajaran baru selalu identik dengan MOS (Masa Orientasi Siswa). Aku berangkat pagi ke sekolah, bertemu dengan teman-teman baru di kelas yang baru. Aku memutuskan untuk duduk satu bangku dengan Ifang.
“Ifang, ayo kita ke bawah! Aku pengin lihat MOS anak-anak kelas satu,” ajakku pada Ifang.
Sebelum bel masuk berbunyi, aku dan Ifang serta beberapa teman yang lain ke lapangan upacara. Kami ingin melihat murid-murid kelas satu yang di-MOS oleh para senior yang kebanyakan dari pengurus OSIS. Aku menyaksikan MOS tengah ‘panas-panasnya’ berlangsung. Peraturan senior masih sama: “Pertama, senior selalu benar. Kedua, jika terjadi kesalahan, kembali ke peraturan pertama!” Hah, peraturan macam apa ini? Tiba-tiba…
 Dejavu! Aku mengalami suatu hal yang membuat diriku seolah kembali ke masa MOS satu tahun silam. Setahun lalu, aku memang pernah mengalami kejadian yang sangat tidak menyenangkan saat MOS. Ketika melihat MOS adik kelas, aku merasa seperti ‘di-MOS’ lagi. Ya, mungkin ini yang disebut trauma. Trauma MOS! Mendadak kepalaku pusing bukan main. Aku benar-benar tidak bisa berkonsentrasi dengan kegiatan pengenalan kelas, pelajaran pertama Biologi, dan semua hal yang seharusnya aku nikmati pada hari pertama masuk sekolah. Di telingaku berdengung suara-suara para senior yang berteriak-teriak, membentak-bentak, marah-marah seperti kejadian MOS yang aku alami satu tahun silam. Ketika di rumah pun, aku mengalami hal-hal yang membuat seisi rumah kebingungan.
Pada akhirnya, aku ambruk. Aku mengalami sebuah guncangan psikologis yang cukup hebat. Hasil Computerized Tomography Scan (CT-scan), menunjukkan ada yang bermasalah dengan syaraf otakku. Rasa trauma ini bukan hal yang biasa, terlalu rumit untuk dijelaskan dengan istilah kedokteran.
Cobaan yang cukup berat dialami keluargaku. Waktu itu, rumahku tengah direnovasi. Tapi, karena aku harus opname dan menjalani perawatan di rumah sakit, dengan terpaksa renovasi dihentikan dan dialihkan untuk biaya pengobatanku. Biaya rumah sakit, biaya obat, biaya terapi, semuanya tidak murah. Puncak cobaan terberat itu adalah saat tim dokter memutuskan bahwa aku harus cuti sekolah selama satu tahun. Saat itu menjadi saat paling rapuh dan terpuruk dalam hidupku. Tapi keberadaan keluarga mampu membuatku belajar untuk bisa kuat dan tegar. Karena Allah SWT pasti sudah menyiapkan  hikmah di balik setiap peristiwa.



Al waqtu juz’un minal ‘ilaj: “Waktu adalah sebagian dari proses penyembuhan.
Detik merangkak menjadi menit, sang jam berlalu menggulung hari demi hari, bulan demi bulan pun berganti. Tak terasa, sudah memasuki tahun ajaran baru. Alhamdulilah, aku sudah sembuh total. Aku sudah bertekad tahun ajaran 2004/2005 akan kembali masuk sekolah. Pada suatu malam di sepertiga bagiannya, aku sempat mengalami kejadian luar biasa saat sholat Tahajud. Allah SWT benar-benar menunjukkan kebesaran-Nya kala itu.
Ada sebuah azzam di hatiku. Ketika naik kelas tiga nanti aku mampu membuktikan dengan berprestasi masuk peringkat tiga besar -yang itu artinya aku sudah benar-benar sembuh dari sakit-, aku akan mengenakan jilbab. Sebuah azzam untuk merealisasikan gambaran peristiwa unik dalam mimpiku malam itu. Aku tersenyum damai saat mengenakan mahkota bercahaya, mahkota yang akan menjaga hati, jiwa, dan ragaku. Begitulah mimpiku.
Aku menjalani masa-masa kelas 2 SMA dengan sangat menyenangkan dan berprestasi gemilang. Aku pun mulai dikenalkan oleh sahabat-sahabatku dengan organisasi ROHIS (Kerohanian Islam) dan aku pun mulai aktif di mentoring. Aku selalu tersenyum saat mengenang masa jahiliyah-ku dulu ketika kelas 1 SMA. Gaulnya dengan anak-anak basket dan pernah memprakarsai aksi membolos satu kelas saat pelajaran Bahasa Inggris.
Perjuangan Hijab Cintaku
18 Juli 2005
“Dee, hari ini adalah hari baru bagiku. Keinginanku untuk berhijrah dan berhijab akhirnya terealisasikan. Ya Allah, istiqomahkan aku untuk selalu berada di jalan-Mu. Semoga ini menjadi salah satu ikhtiarku untuk senantiasa memperbaiki diri. Ya Allah, sujud syukur atas segala hal terindah yang telah Engkau berikan dalam hidupku…” [Catatan harianku]
Hari ini MOS hari pertama. Hari pertama pula aku menjadi siswa kelas 3 SMA. Pukul 5 pagi aku diantar Ayah ke kost Gestin, sahabat dekatku. Mereka berangkat bersama ke sekolah. Hari ini aku mendapatkan amanah menjadi panitia MOS. Subhanallah, dulu aku pernah sakit akibat trauma MOS dan sekarang harus mengemban amanah menjadi senior MOS. Skenario Allah SWT yang sangat luar biasa!
Ketika bertemu para panitia MOS, mereka langsung mengucapkan selamat dan mendoakanku semoga senantiasa istiqomah.
Aku sempat merasa terkejut ketika ada SMS masuk, ternyata dari seorang ikhwan yang menjabat sebagai Wakil Ketua ROHIS SMA sekaligus Ketua II OSIS. Ardi namanya. SMS itu berbunyi: “Alhamdulillah, Subhanallah…Allahu Akbar! Barokallahu ya ukhti, selamat karena telah berjilbab, semoga istiqomah. Be A Good Muslimah! Your Brother.” SMS pertama, yang menjadi pemula SMS-SMS lain.
Hari-hariku pun semakin ceria. Meski ada kejadian yang mengusik ketenangan hatiku. SMS-SMS itu! SMS dari Ardi. Semula hanya bertujuan untuk sharing, diskusi, dan menguatkan semangat. Tapi berlanjut menjadi ajang curhat pribadi, SMS-SMS tidak penting, bahkan ungkapan kekaguman. Astaghfirullah, aku tahu kalau kedekatanku dengan Ardi sudah melampaui batas. Tapi, aku pun menyadari muncul benih-benih cinta di dalam hati ini.
“Ya Rabbi, di saat hamba ingin memulai kehidupan yang baru, kenapa ujian yang Engkau berikan justru semakin berat dan menyesakkan hati? Ujian cinta!” jerit batinku kala itu. Mungkin inilah salah satu bukti bahwa manusia adalah insan fluktuatif. Tegar, namun terkadang rapuh...
Sampai akhirnya, ada SMS dari seorang sahabat untukku:
“Bukanlah hal yang aneh jika manusia futur. Tapi, yang aneh adalah manusia yang membiarkan dirinya tetap futur. Bahkan ada yang tertawa, tersenyum senang saat futur, walau hanya diwujudkan di hati. Pernahkah membaca firman-Nya,”Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati akan dimintai pertanggungjawabannya.” (QS.Al-Isra’:36).”
Belum selesai aku baca, linangan air mata sudah menciptakan jejak di pipiku. Aku lanjutkan membaca SMSnya…
Betapa ruginya jika manusia hatinya berkurang keimanannya dan hanya terisi dengan nikmatnya menjalani kehidupan dunia. Maka Allah memberikan tawaran: surga atau neraka, taat atau ingkar! Tapi jangan takut! Jangan bersedih! Tidak ada yang lebih indah dari tetap berharap akan ampunan dari Yang Maha Sempurna. Dia-lah pemegang masa depan dan takdir kita. Tak ada yang lebih baik dari pemberian-Nya. Kembali ke jalan-Nya adalah sebaik-baik ibadah. Karenanya, terhapuslah dosa terdahulu. Sahabat, tiada lain ini hanyalah nasihat. Tapi sahabat yang baik itu saling menasihati, bukan hanya saling memuji. Semoga tetap dalam lindungan-Nya dan ini diambil manfaatnya. Afwan jiddan…”
Aku menangis sejadi-jadinya. Betapa selama ini aku begitu terlena! Terlalu lama aku berkubang dalam lumpur dosa. Astaghfirullah…
“Terima kasih Ya Rabb, diri ini seketika tersadar, keistiqomahan itu mahal harganya! Jilbabku, hijabku, izinkan aku memperbaiki semuanya dan membuka lembaran baru dengan hati yang baru…” ratapku dalam tangisan taubatku.

Dream ‘N Action : Hijab, Cinta, dan Cita-Cita
“Setiap orang harus memiliki  cita-cita besar, mimpi yang tinggi dan harapan yang ideal. Namun, dalam menghadapi realitas keseharian, berpikir dan bertindaklah secara sederhana. Gak usah neko-neko! Karena kebahagiaan adalah  sesuatu yang harus diperjuangkan. Energi kasih sayang harus terus dinyalakan, agar visi untuk mengetuk pintu surga dapat terus diupayakan.”

Atas skenario-Nya yang indah, lulus SMA aku diterima di Universitas Sebelas Maret, Solo. Aku sangat bersyukur karena tidak satu kampus dengan Ardi. Ardi diterima di Universitas Diponegoro, Semarang. Aku belajar untuk cepat beradaptasi di lingkungan baru.
Setelah agenda orientasi mahasiswa selesai, aku mulai disibukkan dengan jadwal kuliah dan praktikum yang cukup padat. Aku menimba ilmu di jurusan Biologi, Fakultas MIPA.
Tak disangka, Ardi masih saja mencoba menghubungiku. Tapi aku acuhkan semuanya. Aku sudah bertekad untuk benar-benar membentengi diri dan menjaga hati. Aku terus berusaha menyadari bahwa Allah SWT sedang memberikan ujian dan terkadang Allah SWT menguji pada titik terlemah dari diri seorang manusia.
Ya Rabb, selalu kupinta tunjukkan padaku jalan terindah menuju keridhoan-Mu…
Aku putuskan untuk bergabung di kerohanian Islam. Aku ingin memperbaiki diri, belajar untuk menjadi seorang muslimah yang shalihah. Aku harus memperbaiki caraku berhijab, baik secara fisik terlebih hati. Terus memperkaya diri dengan ilmu. Tekadku, hijab tidak akan menghalangiku untuk bisa berprestasi!
Sempat muncul rasa minder pada awalnya. MIPA terkenal sebagai pesantrennya kampus. Banyak muslimah yang sudah mengenakan hijab secara syar’i. Adab-adab pergaulan dengan lawan jenis pun sangat diperhatikan. Ada sedikit rasa canggung saat bergaul dengan mereka. Tapi, menjadi pribadi yang lebih baik itu butuh perjuangan.
“Ya Allah, Engkaulah yang Maha Kuasa. Jika Engkau menghendaki sesuatu, tiada sesuatu pun di bumi dan di langit yang menghalangi-Mu. Apapun yang Engkau kehendaki akan terjadi. Jika Engkau menghendaki untuk memudahkan suatu urusan, tidak ada seorang pun yang mampu menyulitkan-Mu. Engkau berkuasa atas segala sesuatu.”
Pada suatu hari, usai mengikuti sebuah training motivasi di kampus, aku tuliskan semua impianku di sebuah buku yang aku beri nama “Dream Book”.  Sebenarnya, malu rasanya tatkala menuliskan impian nomor 44 yaitu MENIKAH. Aku tuliskan lengkap visi dan misi pernikahanku serta kriteria calon pendamping hidupku. Ada sosok sholeh yang kurindukan. Tapi, saat aku merindukan sosok itu aku merasa tak pantas, karena diri ini belumlah shalihah.
Dan sederet impian lainnya, lulus kuliah dengan IPK cumlaude, jadi penulis, jadi trainer muslimah, jalan-jalan keliling Indonesia dan dunia, umroh, naik haji bersama keluarga, bertemu sosok-sosok inspiratif dengan kisah luar biasa mereka tatkala memutuskan untuk berhijab (Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, Oki Setiana Dewi, Alyssa Soebandono, Meyda Safira, dll.) dan masih banyak lagi impian yang kutuliskan. Aksara-aksara yang menjelma jadi doa. DNA! Dream N Action! Tekadku waktu itu, kita boleh bermimpi sebanyak-banyaknya, setinggi-tingginya, tapi harus dibarengi dengan aksi nyata yang hebat, pantang menyerah, yakin Allah SWT selalu melihat usaha kita dan Allah SWT pasti akan menjawab setiap doa kita.

Tidak ada yang tidak mungkin jika KUN FAYAKUUN-Nya telah bekerja sepenuh energi CINTA.
Namun adakah yang layak untuk ditangisi kalau semua dijalani dengan semangat tinggi dan niat yang bersih? Tidak ada kesusahan bagi orang yang menempuh perjalanan dengan keikhlasan. Karena Allah tidak pernah ingkar dengan janji-Nya. It can be a MIRACLE if you believe. Tepat dan terbaik!
Semakin membara semangat dalam hati ini untuk memperbaiki diri dan terus menyempurnakan hijab ini, aku rasakan semakin dahsyat pula cara kerja Allah SWT dalam mewujudkan impian-impian yang pernah aku tuliskan itu.
Alhamdulillah, aku  lulus kuliah dalam waktu 3,6 tahun dengan prestasi yang sangat memuaskan. Aku langsung kerja sambil terus belajar menulis dari para mentorku. Aku harus punya buku. Buku yang best seller! Mengapa harus best seller? Karena semakin banyak yang membeli, semakin banyak yang membaca, Insya Allah akan semakin banyak kebermanfaatan yang tersampaikan. Jika satu kalimat saja yang aku tulis itu bisa membuat kehidupan atau pribadi seseorang menjadi lebih baik, pasti Allah SWT telah menyiapkan hadiah istimewa juga buatku, entah di dunia atau di akhirat sana. Aksara-aksara berdaya yang bisa menjelma menjadi tabungan jariyah kelak. Aku ingat, dulu waktu sakit saat SMA, salah satu terapi yang aku jalani adalah MENULIS. Karena itu, akupun menulis! Menulis bisa menjadi terapi jiwa bahkan bisa bermanfaat buat sesama.
Ada kisah baru yang akan dimulai, ada kisah lain yang menunggu untuk segera diakhiri. Ini bukan cinta yang terbungkam oleh diam tapi cinta yang terlanjur malu untuk menngungkapkan. Bukan karena apa atau siapa, menjawab kapan atau mengapa, bertanya bagaimana atau mencari tahu ada di mana? Bukan, bukan tentang itu semua! Semestinya pikirmu tahu dan hatimu semakin mengamini, bahwa dirimu adalah milik-Nya dan dirinya juga milik-Nya. Jadi, biarkan saja Sang Pemilik Jiwa berkehendak sesuka atas apa yang menjadi milik-Nya. Semuanya tak akan tertukar, maka tetap tersenyumlah biar segalanya semakin indah, mudah, dan full barokah…”
Impian menikah tanggal 10-11-12 yang aku tuliskan di Dream Book pun menjejak nyata atas izin-Nya. Proses dapat tawaran untuk menikah (tanggal 27 September) sampai (H-1) aqad nikah total 44 hari dan MENIKAH itu impian yang aku tulis di nomor 44. NIM (Nomor Induk Mahasiswa) ku ketika kuliah pun M0406044. Allahu Akbar! Benar janji Allah, laki-laki yang baik diperuntukkan untuk wanita yang baik. Maka, aku akan terus memperbaiki diri. Terus memantaskan diri di hadapan-Nya. Perjuangan menjadi muslimah shalihah, istri shalihah, dan nanti ibu shalihah baru saja dimulai.
Dan kini… Alhamdulillah, sudah lebih dari 10 buku yang aku tulis. Salah satunya berjudul “BEAUTY JANNATY”. Buku yang berisi motivasi untuk para muslimah agar menjadi wanita dunia yang layak dicemburui para bidadari surga. Sebuah buku istimewa buah dari perjuangan panjang. Sebuah buku istimewa yang menjadi pengingat dan penyemangat bagi diri ini. Sebuah buku istimewa yang terbit setelah aku menikah. Sebuah buku istimewa yang membuatku bisa berbagi inspirasi sekaligus traveling di berbagai kota di Indonesia dengan mengisi bedah buku, seminar, dan talkshow. Hingga terwujud pula impianku bertemu sosok-sosok inspiratif yang dulu aku tuliskan di Dream Book. Aku bulatkan tekad, aku akan terus menulis, terus berkarya. Karena aku tidak ingin, jika kelak jatah hidupku di dunia ini habis, aku hanya dikenang orang dari tiga kalimat saja : nama, tanggal lahir, dan tanggal wafat. Tapi, harus ada warisan karya yang bisa aku tinggalkan. Maka, aku harus terus menulis, aku harus terus berkarya, aku akan terus berusaha menjadi pribadi yang inspiratif, produktif, dan kontributif.

Mahkota Surgaku Kini Hingga Nanti
“Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutup kain kerudung ke dadanya…" (QS. An-Nuur [24]: 31)
Hidup berisi dengan aneka macam peristiwa. Peristiwa yang menghadirkan silih berganti perasaan yang mengisi jiwa. Maka, kokohkanlah keimanan saat perjalanan membuat kita bertanya, saat membuat kita meragu dan kecewa. Yakinlah, skenario Allah SWT tengah berlangsung dan jadilah penyimak yang baik dengan penuh sangka yang baik pada-Nya. Tanamkan dalam diri kita Allah Mahatahu yang tepat dan terbaik bagi hamba-Nya!
Sesungguhnya Allah menjadikan seluruh tubuh seorang wanita ini perhiasan dari ujung rambut hingga ujung kaki. Segala sesuatu dari tubuh seorang wanita yang terlihat oleh orang yang bukan mahromnya, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah kelak.
Hakekat jilbab adalah hijab lahir dan batin. Hijab mata kita dari hal-hal yang mendatangkan murka Allah, jagalah pandangan dari hal-hal yang dilarang. Hijab lidah kita adalah menjauhkan diri dari ghibah dan perkataan yang sia-sia, usahakan selalu basahi lisan kita dengan berdzikir kepada Allah. Hijab tangan kita adalah ringan berbuat tatkala ada orang lain yang membutuhkan bantuan. Hijab kaki kita adalah saat kita gunakan menapak di jalan-jalan kebaikan. Hijab pikiran kita adalah saat kita mampu berpikir visioner jauh menatap masa depan serta menjauhkan pikiran kita dari hal-hal negatif. Hijab hati kita untuk selalu meletakkan nama Allah di tingkatan tertinggi, kemudian Rasulullah, orang tua, dan seterusnya.
Akupun bertekad, segala hal yang aku torehkan di dunia sebagai bagian dari perwujudan cita-cita menjadi bagian dari para perempuan langit, para perempuan yang dirindukan surga. Teringat nasihat seorang sahabat, “Mereka yang dalam diam tiada henti menyebut nama Allah. Mereka yang selalu giat menghafalkan Al-Qur'an demi mendapat keridhoan Allah. Mereka yang hendak memberikan mahkota penuh cahaya untuk kedua orang tua kelak di surga nanti. Mereka yang bersikukuh mengenakan hijab sebagai bentuk kecintaan kepada Allah. Walau ‘diancam’ akan kehilangan pesona dunia, mereka tiada gentar untuk tetap bertahan. Mereka yakin bahwasanya perhiasan sejati seorang muslimah itu adalah dari amal ibadah dan akhlaknya yang jernih, bukan berasal dari moleknya tubuh yang mengundang nafsu dan syahwat. Ya, mereka adalah perempuan langit!” Dan aku ingin menjadi bagian dari mereka.
Bismillah… Semoga istiqomah untuk menjaga hati dan diri dengan mengenakan mahkota surga terindah. Karena menjadi seorang muslimah itu indah dan mulia, seperti sejarah para ummul mukminin dan para shohabiyah. Semoga senantiasa mampu menjadi muslimah shalihah yang dirindu Jannah. Aamiin…