Jejak Karya

Jejak Karya
Showing posts with label jejakQ. Show all posts
Showing posts with label jejakQ. Show all posts

Wednesday, November 24, 2010

Aisya Avicenna feat. Tere Liye

Wednesday, November 24, 2010 0 Comments

Sabtu, 6 November 2010
Pagi yang luar biasa. Pukul 07.30 dengan mengenakan kostum merah hati melenggang menuju kampus STIS. Hmm, mau ngapain coba?
Sampai di depan kampus, langsung telepon salah satu panitia. Alhamdulillah, dia langsung menjemput dan mengantar ke ruangan. Mau ngapain sih?

Pukul 08.30 acarapun dimulai. Hmm, ceritanya hari ini jadi trainer untuk pelatihan corel draw buat adik-adik ROHIS STIS (yang akhwat). Didampingi Nisa sebagai moderator, akupun beraksi! Akhirnya, bisa cuap-cuap lagi setelah sekian lama “off” sejenak dari dunia training karena masa transisi dari kampus ke kantor. Sekitar 30-an peserta begitu antusias mengikuti acara ini. Kebanyakan dari mereka adalah pengurus akhwat pada buletin ROHIS STIS.

Pukul 09.50, saat tengah asyik menjelaskan materi pada peserta, tiba-tiba ada seorang laki-laki masuk ke ruangan itu. Dengan mengenakan kaos hitam, jaket putih dan celana jeans, lelaki itu duduk di bangku kosong paling depan didampingi seorang mahasiswa STIS.
“Mbak, Tere-Liye tuh!” bisik Nisa di sampingku.
Hah… konsentrasiku sedikit buyar. Wow!

Sejurus kemudian Bang Tere berdiri dan meninggalkan ruangan. Sepertinya salah tempat.
Memang sih, beliau mau mengisi sharing penulisan dengan adik-adik UKM Media jam 10, di ruangan yang tengaha aku pakai.
Jam 10, akhirnya selesai sudah. Wah, pengin banget ketemu Tere-Liye. Mencari-cari di luar ruangan tapi tidak ada. Ya sudah, akhirnya setelah selesai dan pamitan pada panitianya. Aku dan Nisa turun dari lantai 6.

Eits, di dekat pintu masuk gedung utama STIS, ada Bang Tere dengan kaos hitamnya yang melepas jaket. Hmm, akhirnya ketemu juga. Trus kita saling menyapa dan membicarakan “sebuah misi” di group FB. Iseng-iseng aku mengajak foto beliau. Ternyata memang benar kata teman-teman, beliau memang jarang mau diajak foto. Beliau bilang, “Saya tidak mau difoto.”.

Dingin. Kaku. Lugas. Misterius. Itulah kesan pertamaku bertemu beliau.

Tapi it’s so amazing!

Bertemu Bang Tere adalah salah satu impianku karena beliau adalah salah satu novelis favoritku.

Aisya Avicenna

Wednesday, October 27, 2010

Melanggar Jam Malam

Wednesday, October 27, 2010 0 Comments

Senin, 25 Oktober 2010. Hari ini jadwalku stand by di Unit Pelayanan Perdagangan (UPP). Minimal seminggu sekali, kami (beberapa staf baru Direktorat Impor) memang mendapat jatah tugas untuk menjadi front liner (layaknya di bank). Tugas kami cukup signifikan dalam menentukan proses importasi. UPP adalah “pintu utama” keluar masuknya perizinan impor di Kementerian Perdagangan. Kami biasa bertugas dari jam 9 sampai jam 5 sore. Semuanya serba online.
Hari ini, rencananya setelah tugas di UPP mau langsung pulang. Tapi ternyata hujan turun dengan lebatnya. Akhirnya, aku naik saja ke lantai 9 (Direktorat Impor). Malah dapat tugas untuk menjawab surat dari importir. Berbahasa Inggris pula. A good challenge for me! Habis Maghrib, jawaban untuk surat itu tinggal editing saja. Setelah pekerjaan selesai, aku putuskan untuk pulang meski air masih terus dimuntahkan dari langit. Saat itu pukul 18.30.
Awalnya mau naik taksi saja karena perut ini tak bisa diajak kompromi. Desminor, hari pertama! Menunggu di dekat pintu gerbang kantor, tapi taksi selalu berisi penumpang. Akhirnya, berjalan menuju tempat biasa menanti Kopaja 502. Subhanallah, banyak juga ‘pesaing’nya. Ternyata sejak tadi mereka juga menunggu kedatangan Kopaja 502. Tak seperti biasanya, Kopaja 502 jarang lewat. Sekalinya lewat, sudah tak ada sisa ruang untuk mengangkut kami yang masih berjajar di sepanjang trotoar. Menunggu dan terus menunggu. Taksi kosong yang sliweran di depanku tak mau berhenti saat aku mencoba menghentikannya. Ada apa ini? Aku merapal doa.
Satu jam berlalu. Kaki rasanya sudah kaku. Perut serasa diremas-remas. Kesabaran dan kekuatan (terutama fisik) tengah diuji! Ya Rabb, semoga hamba kuat. Lahaula walaquwwata ila billah... Berdzikir, sesekali bernasyid lirih...
Di sini aku mengharap ridho-Mu
Di sini aku mengiba rahmat-Mu
Di sini aku tambat munajatku
Di sini aku kembali
(Izzatul Islam)
Ibuk SMS. Mencemaskan keadaanku setelah beliau melihat berita di TV tentang banjir dan kemacetan yang melanda ibukota. Aku ceritakan keadaanku, bukan bermaksud menambah cemas beliau, tapi aku mengharapkan doa terbaik dari bunda tercinta. Tiba-tiba… Brakkk! Di depanku ada empat motor yang tabrakan dan jatuh. Pengendara motor yang tahu kalau motornya agak rusak, langsung marah-marah pada pengendara yang menabrak. Hmm, akhirnya aku berjalan ke arah utara beberapa meter, takut kalau berlama-lama di situ. Tapi sepertinya tidak sampai terjadi perkelahian.
Saat itu masih gerimis. Alhamdulillah, akhirnya bertemu dengan Mbak Prima, teman kantor. Jadi ada teman ngobrol. Mbak Prima mengenalkanku dengan seorang temannya, Mbak Neny. Ternyata Mbak Neny juga mengarah ke daerah Kampung Melayu. Berhubung tidak ada Kopaja 502 yang bisa dinaiki, maka aku dan Mbak Neny sepakat naik bajaj sampai ke Senen. Alhamdulillah, dapat ‘bajaj biru’, jadi cukup nyaman. Mbak Prima pulang berjalan kaki karena kostnya memang dekat dengan kantor.
Alhamdulillah, sampai juga di Senen. Eh, ongkosnya dibayar Mbak Neny dan tak mau diganti. Rezeki di kala hujan! Subhanallah, tambah terkejut lagi karena di Senen jumlah orang yang menunggu angkot juga sangat banyak. Ramai sekali. Awalnya, aku dan Mbak Neny sepakat untuk naik taksi saja. Tapi ternyata tak satu juapun taksi yang mau berhenti saat kami ‘STOP’. Mbak Neny memutuskan untuk naik busway. Aku tak mengikutinya karena jarak shelter busway ke kostku cukup jauh. Aku tetap menunggu angkot atau taksi yang lewat. Angkot 01 tak kunjung lewat. Naik bajaj saja sampai ke Kampung Melayu. Begitu pikirku. Tak lama kemudian, ada ‘bajaj biru’ yang berhenti di depanku. Mau menawarnya, keduluan seorang ibu muda yang berdiri di sampingku.
“Jatinegara berapa, Pak?” tanya ibu itu.
“Dua puluh lima ribu!” jawab sopir bajaj.
Aku mendekati sang ibu, “Ibu mau ke Jatinegara? Saya mau ke Kampung Melayu! Bareng saja Bu!” Ibu itu mengiyakan.
“Pak, ke Kampung Melayu ya? Berapa?” tanyaku pada sang sopir.
“Empat puluh ribu!” jawabnya.
“Tiga puluh ya Pak!” tawarku.
“Tiga lima deh!” jawab sang soper, final!
Sepakat. Tiga puluh lima ribu sampai terminal kampung Melayu. Di dalam bajaj, aku berkenalan dengan ibu muda yang bernama Dina itu. Mbak Dina ternyata akan dijemput suaminya di Kampung Melayu. Wah, enak juga ya kalau dah punya “jemputan”. Hehe... batinku!
But, the fight must go on....!!! Hujan sudah reda, tapi masih menyisakan dingin yang merasuk. Dan tentunya, kemacetan yang kian menggila.
Pak sopir mengambil jalan alternatif saat bajaj sudah memasuki kawasan Salemba. Sampai juga di Matraman. Subhanallah, sepanjang jalan banyak orang yang menunggu angkot. Tak sedikit juga yang berjalan kaki. Setelah melewati Gramedia Matraman, tiba-tiba bajajnya berhenti. Macet. Berulang kali pak sopir berusaha menyalakan, tapi tak kunjung bisa. Akhirnya, aku dan mbak Dina mau tak mau turun di situ. Tiga puluh ribu melayang. Wow, perjalanan masih jauh untuk bisa sampai di terminal Kampung Melayu. Sudah hampir pukul 22.00. Ya Rabb... jadi teringat semasa di Solo. Jam 20.00 sudah tidak boleh ‘berkeliaran’. Melanggar jam malam nih! Deg-degan juga...
Tak ada satupun angkot 01 yang lewat. Akhirnya kami memutuskan untuk jalan kaki. Alhamdulillah, kaki ini masih kuat untuk melangkah. Kami long march dari Matraman sampai Gang Kelor. Lumayan juga ‘jalan-jalan’nya! Alhamdulillah, di Gang Kelor kami bertemu dengan angkot 06 yang masih kosong dan akhirnya naik angkot itu. Sampai di kampung Melayu, Mbak Dina turun. Masih dengan angkot 06, aku menyusuri jalan Otista yang juga macet. Beberapa penumpang yang mobilnya terjebak di jalur busway, keluar dari mobilnya. Pukul 22.30 sampai jua di dekat ATM BCA Otista. Aku turun di situ.
Aku masih harus berjalan melewati gang-gang kecil untuk bisa sampai di kost. Saat aku menengadah ke atas, ada senyum purnama bertahta di singgasana langit. Subhanallah, indahnya. Jalanan sepi. Aku mempercepat langkah. Ada cemas sekaligus harap, semoga jalan samping kost tidak tergenang banjir. Alhamdulillah, Allah menjawab doaku. Bersyukur sekali ada penjual nasi goreng yang masih mangkal. Akhirnya, aku membeli sebungkus nasi goreng dulu. Lapar nian! Setelah itu, aku masuk gang menuju kostku. Masya Allah, ternyata sore tadi banjirnya parah. Beberapa warga masih terjaga. Mereka membersihkan rumah yang sempat kemasukan air. Ternyata kostku juga. Lantai 1 kebanjiran. Dua kamar milik sahabatku terpaksa ‘dievakuasi’ barang-barangnya. Alhamdulillah kamarku (Redzone) berada di lantai 2, jadinya aman-aman saja. Jam dinding merah bermerk “Ummi” tepat menunjukkan pukul 23.00 saat aku memasuki Redzone. Alhamdulillah... langsung telepon Ibuk. Ternyata Babe dan Ibuk masih terjaga menunggu kabar dariku. Setelah itu makan malam bersama my supertwin yang tengah kelaparan menanti makanan yang aku bawa. Afwan ya!
Subhanallah walhamdulillah, kisah yang luar biasa hari ini! Semoga bisa mengambil hikmahnya. Terus bersabar dan senantiasa bersyukur ya! Allah akan selalu bersama kita... aamiin...

Redzone, 27 Oktober 2010
Aisya Avicenna

Monday, October 25, 2010

Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

Monday, October 25, 2010 1 Comments

Pukul 02.00 dini hari aku kembali terjaga saat “For The Rest of My Life”-nya Maher Zain terlantun dari ‘mesin ketik mini’ kesayanganku. Ah, tertanya netbook itu lupa dimatikan oleh seseorang. Seseorang yang waktu aku terbangun tadi, dia masih terlelap. Pulas. “Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin”-nya Tere Liye masih terpegang di kedua tanganku. Tapi kini posisinya sudah telungkup. Ternyata aku ketiduran saat tengah membacanya semalam. Membaca sambil tidur, bukan kebiasaanku memang, tapi jangan ditiru!
Teringat petualangan kemarin. Pukul 09.00 aku menjemput seseorang di stasiun Jatinegara. Setelah itu, dia kuajak ke kost kemudian kami berdua bertandang ke Masjid Amir Hamzah, Taman Ismail Marzuki. Pertemuan dengan rekan-rekan FLP Jakarta memang selalu berbuah kesan. Termasuk pertemuannya kali ini, untuk pertama kalinya pula! Setelah dari situ, kami menyempatkan diri untuk makan siang. Baru setelah cukup energi, kami melanjutkan perjalanan ke Gramedia Matraman. Inilah program bulananku : BBG (Baca Buku Gratis). Dia kubiarkan berkeliling mencari buku pilihannya. Oh ya, "dia" adalah saudari kembarku. Kini, kami tengah dipertemukan-Nya dalam sebuah perjalanan hidup yang kelak entah akan membawa kami ke kisah yang seperti apa. Hanya Allah yang Maha Tahu kelanjutan dari kisah yang tengah kami lakoni ini.
Aku bergerilya dari satu rak ke rak lainnya untuk mencari sebuah buku yang tepat untuk kubaca siang itu. Penasaran dengan sinopsis yang tertulis di halaman permulaannya, terambillah sebuah novel baru karya Tere Liye. Judulnya "Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin”. Berikut rentetan tulisan yang kumaksud di atas :

Dia bagai malaikat bagi keluarga kami. Merengkuh aku, adikku, dan Ibu dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan makan, tempat berteduh, sekolah dan janji masa depan yang lebih baik.
Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami, Memberikan kasih sayang, perhatian dan teladan tanpa mengharap budi sekalipun. Dan lihatlah aku membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini.

Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas. Maafkan aku, Ibu. Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan bahkan sejak rambutku masih dikepang dua.

Sekarang, ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang adik yang tidak tahu diri, biarlah.. Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun dan yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggut dari tangkai pohonnya.
***

Aku penasaran. Tertarik, lantas mengambil novel yang sudah terbebas dari plastik pembungkusnya. Aku menuju ke tempat baca, ternyata kursi baca sudah ditempati semua. Tersisalah sebuah dinding kaca di dekat kursi baca itu. Punggung ini kusandarkan pada dinding, kemudian bab pertama novel bersampul hijau itu aku buka.
Saat sedang khusyuk membaca, ada pengumuman dari operator,
"Kepada segenap pengunjung yang berada di areal buku, diharapkan untuk tidak duduk di lantai"
Beberapa pengunjung yang duduk di lantai langsung berdiri. Aku yang tengah bersandar di dinding kaca (jadi inget lagu masa kecil : thicko.. thicko di dinding... hehehe, salah ding!) dan masih asyik dengan novel itu mendadak terusik dengan gerak-gerik seseorang yang berada 1 meter sebelah kiriku. Awalnya dia duduk di lantai, setelah ada peringatan itu, dia memang beralih posisi. Dari duduk menjadi JONGKOK! Dia jongkok dan kembali fokus membaca. Cuek! Ahihihi... jadi tertawa dalam hati.
Menjelang pukul tiga sore, novel setebal 256 halaman itu belum jua kubaca sampai setengahnya! Lha baca novelnya sambil YM-an sih! Kebetulan waktu asyik baca, ada YM yang masuk, dari seseorang yang baru saja membuka blogku. Seorang akhwat. Namanya Kartika. Mirip namaku. Biasa dipanggil Twika. Serasa buku-buku yang terbujur kaku di rak-rak itu menjadi saksi terkoneksinya kami. Ukhti Twika ternyata lolos ujian tertulis CPNS Kementerian Perdagangan RI. Beliau diskusi denganku terkait pengalamanku saat psikotes dan wawancara. Jadinya ya baca buku sambil YM-an deh. Alhamdulillah, lewat blog, aku jadi punya banyak saudara baru.
Berhubung ada urusan yang harus kami selesaikan, aku pun mengembalikan novel yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama itu ke singgasananya semula. "Suatu saat aku ke Gramedia Matraman lagi saja, merampungkan novel ini. Toh, hampir tiap bulan aku ke sini", batinku. Akhirnya, aku membeli "Bidadari-Bidadari Surga"-nya Tere Liye. Saudari kembarku membeli sebuah buku juga. Setelah kami turun ke lantai 1, sempat aku membeli beberapa peralatan kantor yang aku butuhkan. Saat itulah ada yang berkecamuk dalam hatiku, PENASARAN! Ya, aku masih penasaran dengan kelanjutan kisah Tania dalam novel yang tadi belum selesai kubaca. Setelah bayar di kasir, aku bergegas ke lantai 3, tempat novel itu. Akhirnya, "Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin" resmi menjadi penghuni baru di Al-Firdaus, perpustakaan pribadiku. Menjadi rencanaku, bahwa aku ingin mengoleksi semua novelnya Tere Liye. Aku masih penasaran dengan penulisnya juga. Sampai detik ini belum ada kesempatan untuk bertemu!

Pulang dari Gramedia Matraman, saat sang mentari hampir sampai di tempat peraduannya, kami masih mencari rental komputer yang bisa mencetak warna. Hasilnya NIHIL!

Selang beberapa saat kemudian...
"Ada mbak..." sebuah SMS balasan dari seorang adik mahasiswi STIS saat kutanya apakah di kostnya ada yang punya printer warna dan malam ini bisa digunakan. Sehabis Maghrib, aku dan saudari kembarku langsung meluncur ke kostnya. Subhanallah, sambutan yang luar biasa dari adik-adik STIS karena mereka 'terkejut' dengan kehadiran duplikatku. Hmm... heboh! ^^v
Misi supertwin sukses!
Menjelang tidur, ada rasa penasaran yang masih belum terjawab. Akhirnya aku membaca novel Tere Liye yang sempat 'terpending' sore tadi. Ternyata, malah tertidur saat tengah membacanya. Alhamdulillah, novel itu selesai setelah sahur keesokan harinya!
***

Novel itu berkisah tentang sepasang kakak beradik yang sehari-harinya bekerja sebagai pengamen jalanan, Tania dan Dede. Suatu hari, saat sedang mengamen di sebuah bus, mereka bertemu dengan seseorang yang kemudian menjadi malaikat dalam kehidupan mereka. Dia menolong Tania yang kakinya tertusuk paku payung. Seterusnya, dialah penopang kehidupan Tania, Dede dan ibunya. Pertemuan dengan seseorang itu juga mengajarkan Tania sebuah perasaan baru. Tania yang saat itu berusia 11 tahun tanpa sadar sudah berkenalan dengan rasa cemburu saat seseorang itu mengenalkannya dengan Ratna.
Hari-hari setelah kehadiran seseorang itu merupakan sebuah awal baru dalam kehidupan Tania. Dia dan adiknya bisa bersekolah kembali, mereka bisa tinggal di tempat tinggal yang lebih layak, dan ibunya bisa memulai usaha yang dulu diidam-idamkannya. Sayangnya kebahagiaan itu terganti dengan duka. Dua tahun berselang, ibu Tania meninggal dunia. Ada sebuah pesan ibu Tania yang sekaligus menjadi janji yang terpatri dalam diri Tania. Janji apakah itu???
Setelah 'resmi' menyandang status sebagai yatim piatu, Tania dan Dede kembali diselamatkan oleh seseorang yang menjelma menjadi malaikat bagi mereka.
Seseorang itu ternyata penulis, penyuka warna biru, dan pengunjung setia sebuah toko buku. Sosok yang misterius. Aku sangat suka dengan karakter misterius seperti seseorang dalam novel ini. Keren!!
Waktu terus berjalan. Tania yang cerdas berhasil mendapat beasiswa untuk bersekolah di Singapura. Kok bisa? Lantas, bagaimana dengan nasib Dede dan seseorang itu? Apa ia jadi menikahi Ratna? Bagaimana akhir kisah cinta Tania? Apa ia berani berkata jujur bahwa ia mencintai seseorang bak malaikat itu? Ada rahasia terpendam yang akhirnya terungkap. Rahasia apakah itu???
Untuk urusan bercerita, Tere Liye memang tak perlu diragukan lagi. Dilihat dari segi sudut pandang, penokohan, alur, setting, ahhh... pokoknya jadi tak mau berhenti membaca kelanjutan dari setiap bab. Rasa penasaran mendera untuk segera meloncat ke bab berikutnya. Secara keseluruhan, novel ini cukup menarik untuk dibaca. Sayang, rasa penasaran itu masih saja menggelayut sampai akhir kata dalam novel ini. Tere Liye masih menyisakan pertanyaan di akhir novel seharga Rp 32.000,00 tersebut.

Apa ya kalimat yang dibisikkan seseorang itudi telinga Tania di akhir cerita itu?


***
Beberapa baris tulisan yang mengesankan bagi saya.

“Tania, kehidupan harus berlanjut. Ketika kau kehilangan semangat, ingatlah kata-kataku dulu. Kehidupan ini seperti daun yang jatuh... Biarkanlah angin yang menerbangkannya...” (70)
“Dalam urusan perasaan, di mana-mana orang jauh lebih pandai ‘menulis’ dan ‘bercerita’ dibandingkan saat ‘praktik’ di lapangan. (174)
“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Bahwa hidup harus menerima... penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti... pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami... pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Tak ada yang perlu disesali. Tak ada yang perlu ditakuti. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawanya pergi entah ke mana. Dan kami akan mengerti, kami akan memahami... dan kami akan menerima” (197)
“Lebih baik menunggu. Kau tidak ingin terjebak oleh kebaikan itu sendiri. Ada banyak kebaikan yang justru berbalik menikam, menyakitkan pemberinya.” (213)
“Pria selalu punya ruang tersembunyi di hatinya. Tak ada yang tahu, bahkan percayakah kau, ruang sekecil itu jauh lebih absurd daripada seorang wanita terabsurd sekalipun.” (213)
“Dia memandang lamat-lamat sepotong kehidupan itu. Menjahitnya. Membuat pakaian masa depan yang rapuh dari semua masa lalu yang getas" (221).
“Orang yang memendam perasaan sering kali terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian di sekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta" (227)

***
Novel ini memang betul-betul akan mengaduk perasaan. Terharu dan bisa memecah benteng pertahanan air mata kita! Sama sekali tidak ada rasa kecewa saat berhasil menyelesaikan novel ini dalam waktu yang tak lama. Novel yang menyuguhkan sebuah kisah cinta yang sederhana, dibalut dengan gaya tulisan yang sangat indah, serta jalan cerita yang tak mudah ditebak. Tentang cinta, kepedulian, optimisme, dan kasih sayang pada sesama.

Kalau ingin menyelami kisah "CINTA DALAM DIAM", belilah novel ini! Kemudian, bacalah! Kalau tak mau membeli, pinjam ke aku juga boleh! ^^v

Selamat membaca dan terinspirasi karena novel ini!

Jakarta, 251010_15:57
Aisya Avicenna

Thursday, October 14, 2010

101010

Thursday, October 14, 2010 1 Comments

Hari yang istimewa. Triple Ten euy! Subhanallah walhamdulillah, banyak kisah istimewa pula pada hari ini.
From Monas with Love
Kalau biasanya ba’da Subuh sampai jam 06.00 pagi aku ‘berkhalwat’ dengan si T-ONE (nama netbookku), kali ini aku bersiap-siap untuk pergi. Tas punggung “bodypack” aku keluarkan dari almari. Aku isi dengan mushaf, mukena coklat keemasan, sebotol air mineral, snack “egg drops”-nya Monde, sekotak susu Anlene coklat, notes kecil, bolpoin “Faster”, kamera digital, dua bateray “Alkaline” sebagai cadangan, jaket “IHMSI”, dan buku “Dalam Dekapan Ukhuwah” yang rencananya mau kuberikan kepada seorang kakak tingkat yang memesannya beberapa waktu silam. Ada yang kurang! Ya, payung! Payung merah hatiku rusak karena patah saat diterjang angin.
Pukul 06.30, aku keluar kost untuk membeli sarapan. Aku mampir sejenak di warung dekat kos. “Mbak, nasinya sudah ada?” Saat mendapat jawaban “sudah” dari pemilik warung, aku lantas berujar. “Ya sudah, nanti mampir lagi. Mau ke indomaret dulu”. Aku pun melangkah ke Indomaret yang terletak lumayan jauh dari kost. Alhamdulillah, masih ada sebuah payung yang tersisa. Sayang warna biru. Aku kan suka warna merah! Hehe, tak apalah, yang penting punya payung! Habis dari Indomaret, aku membeli dua bungkus nasi uduk. Satu untukku, satunya untuk Izzah. Sampai di kost, aku makan berdua dengan Izzah.
Pukul 06.00 aku, Izzah, dan Yuni keluar dari kost menuju kost Adzkiya menjemput dua sahabatku. Akhirnya kami berlima menuju Jalan Otista Raya. Hari sudah semakin siang. Tujuan kami : Patung Kuda Monas. Kami berlima sepakat untuk naik taksi. Hehe, untungnya patungan! Jadi tidak terlalu mahal dan lagi bisa lebih cepat sampai. Sampai di Patung Kuda Monas, sudah nampak ramai. Ada ondel-ondel, barongsai, marawis, dll. Seru! SMS kakak tingkatku yang rencananya mau mengambil pesanannya (buku DDU), ternyata beliau tidak jadi datang karena sakit. Hmm, semoga cepat sembuh!
Maher Zain melantunkan “For the Rest of My Life”-nya dari HP. Pertanda ada telepon yang masuk. Dari Mbak Ratna Unsoed. Beliau juga sudah sampai di tempat itu, hanya saja masih mencari tempat keberadaanku. Aku mengarahkan beliau menuju tempatku. Akhirnya kami bertemu juga. Selama ini kami hanya berkomunikasi lewat SMS. Beliau baru saja hijrah di Jakarta. Awalnya, aku mendapat nomor Mbak Ratna dari seorang kakak tingkat yang juga bekerja di Jakarta. Mbak Ratna ingin cari kost. Alhamdulillah, akhirnya Allah mempertemukan kami di sini. Saat tengah asyik mengobrol dengan Mbak Ratna, tiba-tiba pandangan mataku tertuju pada seorang akhwat berjilbab biru! Beliau berjalan mendekatiku. Allahu akbar! Ukhti Herlina. Alhamdulillah, aku bisa bertemu kembali dengannya. Pertama kali bertemu saat kami mengikuti DM II KAMMI yang diselenggarakan di Solo beberapa tahun silam. Beliau dari UNNES, jurusan Pendidikan Biologi angkatan 2005. Sekarang bekerja di Bank Muammalat cabang Rawamangun, Jakarta Timur. Tidak menyangka, Allah mempertemukan kami di Jakarta. Alhamdulillah, semakin banyak saja sahabat-sahabat perjuanganku di kota ini. Aku juga mendapat kenalan baru, namanya Dek Ita, mahasiswi UNJ angkatan 2010.
Tak lupa aku memperkenalkan Mbak Ratna, Ukhti Herlina, dan Dek Ita kepada keempat sahabatku yang lain. Setelah cukup lama bercakap-cakap, aku berpisah dengan Ukhti Herlina karena beliau harus membersamai temannya. Sempat bertukar nomor HP juga. Rabb, Engkau memang konektor yang luar biasa!
Pukul 08.30 acarapun dimulai. Banyak kesenian khas Jakarta dan modern yang turut meramaikan acara pagi ini. Ondhel-ondhel, Gambang Kromong, Marawis, Marching Band, Barongsai, dll. Ada pula penampilan nasyid “Gondhes” yang sangat menghibur karena lirik nasyidnya tak jauh-jauh dari sindiran untuk para bujang. Hehe... Kami melakukan ‘jalan santai’ dari Monas sampai Bundaran HI. Kebetulan tanggal 10 Oktober 2010 juga ditetapkan sebagai “Hari Jalan Kaki Sedunia”. Meski panas, tapi tak menyurutkan semangat! Pukul 09.30 sampai jualah di Bundaran HI. Foto-foto sejenak dengan ondel-ondel, kemudian pulang. Aku berpisah dengan Mbak Ratna dan Dek Ita karena mereka akan naik busway, sedangkan aku dan yang lain mau naik taksi saja. Pukul 10.00 aku sudah harus sampai di Masjid Amir Hamzah, Taman Ismail Marzuki untuk pertemuan rutin FLP Jakarta.
Alhamdulillah, impianku untuk “long march” dari Monas sampai Bundaran HI akhirnya terwujud juga!
Jalan Cinta Para Penulis
Pukul 10.00, sampai jualah di pintu gerbang TIM. Yuni, Nia, dan Wulan juga ikut turun dan berganti naik Kopaja 502. Izzah tadi sudah izin pulang duluan karena ada agenda lain. Aku masih harus berjalan masuk untuk sampai ke Masjid Mimaza. Alhamdulillah, 10 menit kemudian (jadinya tepat tanggal 10, bulan 10, tahun ‘10, jam 10 lebihnya 10 menit) sampai jua di sana. Bersamaan dengan Kang Taufan E.Prast (kepala suku FLP Jakarta) dan istrinya (Mbak Era). Teman-teman Muda 14 FLP Jakarta sudah banyak yang datang. Hmm, aku langsung bagi oleh-oleh dari Garut! Serbu!!!
Koordinator Muda 14, yakni Kang Ervan juga sudah datang. Akhirnya, pertemuanpun dimulai. Agenda pertemuan kali ini adalah pemilihan kelas untuk bimbingan dua pekanan angkatan Muda. Untuk kelompok fiksi akan dibagi menjadi kelas novel, cerpen, skenario, dll. Sedangkan untuk kelas nonfiksi akan dibagi menjadi kelas tulisan “how to”, inspirasi, artikel, dll. Pengadaan kelas akan disesuaikan dengan jumlah peserta yang berminat mengikutinya. Pada kesempatan kali ini, beberapa penulis senior yang sudah berpengalaman turut sharing informasi terkait dunia kepenulisan yang pernah mereka jalani. Ada Mbak Era, Mbak Dala, Mbak Astri, Mbak Iecha dan Kang Taufan. Setelah acara selesai, eh.. dapat buku gratis dari Mbak Iecha, judulnya “Don’t Touch Me!”. Alhamdulillah, buat tambahan koleksi di perpus Al-Firdaus. Tak lupa minta tanda tangan dari para penulisnya yang kebetulan ada 4 orang yang datang (Mbak Era, Mbak Dala, Mbak Astri, Mbak Iecha).
Pukul 12.00, saat hendak mengambil wudhu di dekat mushola, eh.. ketemu dengan Dhek Ita yang tadi pagi ikut jalan-jalan bareng dari Monas sampai HI. Surprise juga! Ternyata Dhek Ita sedang mengantar temannya yang siang itu ada acara di Masjid Amir Hamzah, TIM. Hmm, sekali lagi aku tuliskan... Allah memang konektor terbaik! Atas kehendak-Nya pula kami dipertemukan kembali.
Saatnya Berburu!!!
Setelah sholat Dhuhur berjamaah, kami (khususnya Muda angkatan 14) berdiskusi bersama. Hmm, diskusi yang seru! Setelah itu, aku dan beberapa rekan-rekan FLP Jakarta (Mawah, Fitri, Mbak Yathi, Mbak Nunung, Mbak Dwi, Mbak Nain, Soson, Arief, Ikal, Azzam, Naufal, dan Sumarlan) makan siang bersama di kantin samping planetarium TIM. Kemudian sebagian dari kami berangkat ke Indonesia Book Fair 2010 di Gelora Bung Karno. Rombongan pertama aku, Mbak Yathi, Fitri, Mbak Nain, dan Azzam. Kami naik Blue Bird. Hehe, patungan! Trus, rombongan kedua Soson, Ikal, Naufal, dan Sumarlan. Mereka naik angkot. Weleh... Sampai di IBF bertemu dengan Mbak Anisa dan Deasy yang memang sudah berangkat duluan naik motor. Setelah sholat Asar, kedua rombongan tadi baru bertemu. Lanjut hunting buku bareng deh! Eh, selain ketemu Upin dan Ipin (badutnya), kami juga ketemu rekan-rekan FLP Jakarta juga (Kang Taufan, Mbak Era, Mbak Iecha, dan Pak Arya).
Hasil hunting buku hari ini : My Wife My Princess, Be Pede Please!, Asmaul Husna untuk Anak, Juz Amma untuk Anak, 75 Celoteh Anak, Serial Lazuardi : Ketika Bumi Menangis, Serial Lazuardi : Langit Merah Saga, Buku Tes CPNS, dan Bright Mom. Mmm, memang sedang pengin nambah koleksi buku tentang anak dan parenting. Sebenarnya pengin beli Riyadhus Shalihin jilid 2, tapi sayang penerbitnya ternyata tidak turut serta dalam IBF kali ini, nunggu Jakarta Islamic Book Fair aja kali ya!
Pukul 17.00, pulang bareng Mbak Nain. Rekan-rekan yang lain juga pulang ke istana masing-masing.
Alhamdulillah, hari yang luar biasa!
Jakarta, 141010_05:55
Aisya Avicenna

Curhat Jalan Raya : Hampir Saja!

Thursday, October 14, 2010 0 Comments

Selasa, 12 Oktober 2010, ba’da Isya aku baru bisa pulang karena ada satu pekerjaan yang harus diselesaikan, yakni rekapitulasi data importir yang jumlahnya ribuan! Alhamdulillah, karena dibantu seorang mahasiswa yang sedang magang., akhirnya selesai juga. Pukul 19.30, aku berjalan keluar kantor sendirian, sudah sepi. Akhirnya ada Kopaja 502 juga, tapi tetap saja aku tidak dapat tempat duduk. Sampai di daerah RSCM, baru ada seorang penumpang yang turun dan tempat duduknya bisa aku pakai. Alhamdulillah…
Tumben malam ini tak ada satupun pengamen yang mengadakan konser di Kopaja ini. Aku sedikit mengantuk. Tapi aku paksa mata ini untuk tetap terbuka. Kopaja 502 ini melaju dengan sangat kencang. Sampai di daerah Gang Kelor.. Bruk!!! Sepertinya Kopaja ini menabrak sesuatu. Benar saja, ada motor yang terserempet di sebelah kiri badan Kopaja. Untung tidak sampai jatuh. Dua orang pengendara sepeda motor itu mengumpat sambil teriak-teriak. Astaghfirullah, kontan semua pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang Gang Kelor berdiri dengan penuh emosi. Mereka turut memaki-maki. Aku panik, kurapalkan doa memohon perlindungan-Nya. Kopaja tetap berjalan, meski massa hampir saja mengamuk. Alhamdulillah, Allah masih menyelamatkan kami karena akhirnya Kopaja yang aku tumpangi tidak jadi diamuk massa.

Rabb, lindungi hamba-Mu ini ya… selalu!
Aamiin…
Hamba-Mu yang lemah,
Aisya Avicenna

Wednesday, September 08, 2010

080910

Wednesday, September 08, 2010 0 Comments

Assalamu’alaykum. Wr.Wb…
Angka yang istimewa di hari yang istimewa…
Alhamdulillah, sampai kantor tepat pada waktunya meski semalam habis begadang di Istiqlal. Subhanallah, pagi ini disuguhkan pemandangan langit yang luar biasa mempesona. Sekitar pukul 06.00 tadi langitnya mendung, tapi saat perjalanan ke kantor langit begitu cerah.
Alhamdulillah, Allah masih memberikan kesempatan buat saya untuk sekedar menuangkan tulisan di sini.. Syukur tak terhingga atas kenikmatan-Nya yang tak akan mampu kita kalkulasikan… Allahu akbar!!!
Sholawat dan salam semoga tercurah kepada Sang Teladan terbaik kita, Rasulullah SAW, semoga kita termasuk dalam barisan umat yang mendapat syafaat dari beliau.
RAMADHAN!!! Semoga Allah memberikan ridho dan berkah pada hari-hari di bulan suci yang telah kita lalui ini. AAMIIN!!!!
Gimana kabar Ramadhannya???
Semoga berkah Ramadhan, terutama Lailatul Qadr bisa kita dapatkan… AAMIIN!!!!!! Banyak kisah luar biasa yang terjadi dalam hidup saya di bulan ini. Ramadhan pertama saya di Jakarta ini memang terasa berbeda. Sangat berbeda. Betapa Allah memberikan saya banyak kesempatan dan pengalaman berharga. Terima kasih Ya Allah…
Selama 30 hari mencari cinta di bulan Ramadhan tahun ini, hari-hari saya selalu ditemani sebuah buku merah kecil yang saya namai “DIARY RAMADHANQ”. Nah, targetan + capaian amal yaumi, murajaah hafalan Qur’an dan hadist, tausyah, materi kajian dan kisah-kisah yang saya alami di bulan Ramadhan 1431 H ini terangkum manis dalam diary mungil itu. Tahun lalu saya juga punya diary serupa. Tujuan saya membuatnya karena saya ingin bisa mengisi Ramadhan tahun ini dengan lebih baik berdasar pengalaman Ramadhan setahun silam. Dan buku “DIARY RAMADHANQ” tahun ini bisa menjadi salah satu parameter untuk Ramadhan tahun depan. Semoga masih ada kesempatan untuk bertemu lagi dengan Ramadhan tahun depan… aamiin Yaa Rabb… Insya Allah, beberapa inspirasi yang sudah saya dapatkan di Ramadhan tahun ini akan saya tuliskan… Ditunggu ya…!!!


Oh ya, saya pamit… Siang ini akan pulang kampung…
Wonogiri… I’m coming!!!
Semerbak mewangi kasih ibunda…
Setegak langit cinta ayahanda..
Selaksa kasih kakak dan adik tercinta …
Kotaku yang kurindukan…
SEMANGAT MUDIK!!!
Ehm, special buat pembaca tulisan ini…
Telah datang untuk kita
Hari yang membukakan gerbang kemenangan
Hari di mana kita meneteskan air mata
Karena berlalunya Ramadhan yang suci
Hari di mana kita tersenyum menyambut
Rahmat dan cinta-Nya yang berlimpah..
Semoga kita benar-benar menang di hari kemenangan..
Taqobballahu minna wa minkum..
Minal Aidin wal Faidzin…
Mohon maaf lahir batin yaaa
***
Detik-detik berlalunya Ramadhan…
Ya Allah… hamba kembali bermunajat kepada-Mu…
Hamba memohon ampunan dari-Mu
Atas khilaf hamba yang tak terkira banyaknya
Atas dosa-dosa hamba yang tak terhitung jumlahnya
Ampuni hamba Ya Rabb..
Ampuni hamba…
AMIIIN….
Wassalamu'alaykum. Wr.Wb..
Jakarta, 080910_08:46
Aisya Avicenna

Friday, September 03, 2010

3 September 2009 – 3 September 2010

Friday, September 03, 2010 0 Comments

3 September 2010, tanggal ini setahun yang lalu (3 September 2009), menjadi momentum bersejarah dalam hidupku. Bagi keluargaku juga. Alhamdulillah, hari itu namaku bertambah 3 huruf menjadi Etika Suryandari, S.Si. ^^v. WISUDA. Yaa, sebuah momentum bersejarah bagi setiap mahasiswa. Masih teringat jelas, pagi itu senyum bahagia terpancar jelas dari wajah ibuk, babe, kang dodoy, dan my supertwin. Kami kompak mengenakan kostum coklat. Hadiah terindah dariku pada mereka di Ramadhan tahun lalu. Senyum bahagia juga terpancar di wajah teman-temanku dan keluarga yang mengantar mereka. Pun juga dosen-dosenku. Pukul 07.30 kami sudah berjajar di depan rektorat bersama rekan-rekan wisudawan/wati UNS yang lain. Total wisudawan/wati pada periode September ini ada sebanyak 1388 orang. Prosesi wisuda pun dimulai sekitar pukul 08.00 pagi. Aku duduk di kursi nomor 3 baris T18 bersama rekan-rekan dari MIPA. Di sarang penyamun euy! ^^v. Setelah kucir topi togaku berpindah ke kanan (sudah resmi jadi sarjana science), jam 10.15 ke MIPA naik kereta kelinci. Lucunya...
Sampai di MIPA sudah banyak yang menyambut (berasa artis.com). Banyak yang ngasih bunga MAWAR (my favourite flower). Ada kejadian lucu waktu mau naik tangga di depan Gedung B (ulah my supertwin nih!). Di MIPA, dapat kenang-kenangan dari fakultas yang diserahkan secara langsung oleh Pak Kartiko, Ketua Jurusan Matematika. Alhamdulillah, sekitar jam 12.00 selesai sudah. Terima kasih ya Allah untuk hari itu... Wisuda di bulan Ramadhan, semoga full barokah... Ijazah sudah, semoga ijabsah segera menyusul. aamiin... ^^v
Sebelum wisuda, ada dua momentum bersejarah juga yang telah dilalui. Kedua momentum ini memberikan kenangan tersendiri yang tidak akan bisa dilupakan. Seminar skripsi dan pendadaran. Hmm, seru juga kalau diingat kisahnya. Berikut nih ceritanya...
***
Seminar Terdahsyat di Bulan Juli 2009

Jumat, hari ketiga di bulan Juli.. bulan dimana aku mengambil tema “SEMANGATKU… TAK TERBATAS WAKTU!!!”. Jumat ini, menjadi hari yang bersejarah untuk aku dan ketiga temanku (Novandry Widyastuti, Kurnia Lutfi Astuti, dan Ferry Harsi Purniawati). Kok bisa? Karena di Jumat ini, kita berempat menggelar seminar skripsi secara berurutan… Mulai dari jam 08.00-14.00 WIB. Momentum yang luar biasa. Bisa jadi bahan cerita untuk anak cucu kelak. Hihihi..
Sebelum mulai menceritakan kisah di hari “H”-nya, ada baiknya (menurutku sih), aku ingin berbagi cerita tentang sebuah kisah yang terjadi di antara kita (lho..maksudnya kita tuh..aku dan seminarku…hihi :D). Ku ambil setting waktu (kayak sutradara saja) di awal bulan juli saja ya (harus mau.. lha wong aku yang nulis). Simak nih!
1 Juli 2009
Hari ini hari Rabu… hari pertama SNMPTN… dan hari di mana aku harus menghadapi ujian. Ujian hidup tentunya (tiap hari sih). Maksudku, hari ini jam 09.00 aku harus mengikuti ujian tulis bahasa Jepang di salah satu lembaga pendidikan nonformal di kota rantauku. Kenapa aku belajar bahasa Jepang??? (RAHASIA!!! Eh, gak ding.. kapan-kapan aku akan sharing masalah ini). Ujian berlangsung jam 09.00-10.00. Ujian tulisnya tentang huruf HIRAGANA. Ya memang baru itu yang dipelajari. Alhamdulillah, mendapat peringkat 3 di kelas (angka yang kusuka) yang mengindikasikan aku sudah menguasai HIRAGANA di atas 80 %..gitu lah! No body’s perfect. RIGHT???!!! U must agree with me. Setelah ujian tulis, dilanjutkan materi oleh sensei (dosen)ku sampai jam 13.00. Ternyata hari ini pertemuan terakhir… hiks..sayonara!!! Setelah makan siang dll, janjian dengan Mega (tim KWU-ku) untuk memproduksi brownies di “rumah produksi KANOME” (nebeng dapurnya teman Mega). Rencana hari ini kita berdua akan memproduksi brownies isi selai sebanyak 3 loyang. Sebenarnya TIM KANOME ada 3 orang (etiKA, NOvi, dan MEga), tapi hari ini Novi berhalangan ikut. TIM KANOME adalah tim kewirausahaanku. Sebulan lalu aku dan 40-an mahasiswa UNS tergabung dalam KULIAH KEWIRAUSAHAAN LANJUT yang diselenggarakan UNS yang bekerjasama dengan DIKTI. Di KKL itulah aku bertemu dengan Mega dan Novi. Kamipun sepakat memulai rintisan usaha ini.. Brownies isi selai dan kripik tempe aneka rasa. Memang, bukan suatu usaha yang LUXURY!!! Ini hanya usaha mikro..tapi “PROSES”nya lah yang sangat “MAKRO” karena perjuangan selalu ada di setiap proses itu. Dan ini merupakan salah satu perwujudan impianku di tahun 2009 yang kuabadikan di DREAM BOARD buatanku di Semarang… Ada beberapa capaian yang ingin kuwujudkan di tahun 2009..dan salah satu impian itu adalah “Mempunyai rintisan usaha”. TERWUJUD!!!
Kembali ke.. BROWNIES!!! Pukul 14.00-16.30 aku dan Mega berkutat di dapur dan akhirnya brownies itupun jadi. Asyik juga…coz ini pengalaman kedua membuat brownies kukus (dulu pernah sih buat brownies bareng ma temen2 LQ meski dengan proses yang berbeda). Jadi koki 2,5 jam. Kanan pegang mixer, kiri pegang HP (facebook-an..hihihi). Kembali lagi ke brownies..setelah tiga Loyang sudah jadi, kita berdua menuju kost Mega..tahap selanjutnya..PENGEMASAN!! Maghrib baru selesai..sampai di kost ba’da Isya.. LUAR BIASA!!! Tepar deh..bangun tengah malam.. QL then baca buku diteruskan nyicil slide presentasi buat seminar skripsi. Meski hanya background dan awalan.. hihihi..
2 Juli 2009
Hari kedua di bulan Juli. Hari kedua SNMPTN juga. Tak terasa besok seminar skripsi! Slide belum jadi… artikel juga belum fix. Ada yang salah juga.. Hari ini harus selesai 100 %. SEMANGAT!!! Berangkat ke MIPA pukul 06:45 karena harus bertemu dengan Pak Trimo (ketua komisi TA), mau minta tanda tangan beliau untuk undangan seminar besok. Sambil menunggu kedatangan beliau, sempat ngobrol dengan salah satu peserta SNMPTN yang duduk di sampingku. Alhamdulillah, jam 07.00 tepat beliau tiba di MIPA. Tanda tangan sudah didapat. Ke mushola AZZAM-nya MIPA. Ruangan sejuk itu kosong.. akhirnya “mojok” untuk menyalakan laptop (stop kontak untuk nge-charge di pojokan mushola soale…). Mulai mengedit artikel dalam bahasa Inggris yang hari ini harus dikumpulkan. So, WAJIB SELESAI!!! Berteman winamp yang dengan rela menyajikan murottal dan lagu2 dahsyat yang memotivasi (mulai dari “Sang Pemenang”-nya Ippho Santosa, lagu Jepang “Mother”-nya SEAMO, “We are The Champions”-nya Queen, sampai “Bangkitlah Negeriku”-nya Izzis… pokoknya lagu-lagu yang haroki full hamasah….). Denting arloji mushola menunjukkan pukul 08.00 waktu setempat. SNMPTN pun dimulai. Aku pun mulai merevisi artikelku. Satu jam berlalu.. akhirnya SELESAI juga!!! Sekarang, cari tempat untuk nge-print. Tanya Imam, Presiden BEM FMIPA 2009..ternyata printer komputer BEM masih office 2003 (padahal yang aku butuhkan Office 2007). Akhirnya, ada adik tingkat yang memberitahu bahwa di sekretariat HIMATIKA bisa office 2007. Ke sekre HIMATIKA deh.. Ruangan itu memang SANGAT BERSEJARAH untukku… Aku “lahir dan besar” sebagai mahasiswa Matematika juga di situ.. Alhamdulillah, sudah ngeprint dengan sukses. Selanjutnya, fotocopy artikel untuk tiga pengujiku besok. Setelah ngopy, mencari tiga penguji. Alhamdulillah, bertemu dengan Bu Etik… Eh, malah diminta ngrekap nilai. Maklum, aku asdosnya. Sambil PDKT gitu lah.. ^_^. Pak Gi tidak masuk, so artikel aku taruh di meja beliau. Pak Trimo masih mengawasi SNMPTN… tapi akhirnya bisa bertemu juga. LEGA!!!
Pukul 13.00..back to Zona Supertwin, my boarding house. Editing slide. Baru 30 %..ngantuk! akhirnya tidur siang dulu. Sebelum tidur, ada firasat..listrik akan mati… Beneran!!! Waktu terbangun, listrik kost konslet… ada kabel listrik yang kena air. Astaghfirullah… padahal slideku belum selesai. Ba’da ashar, ke rental langgananku. KINSHA. Sempat update status di FB dulu “Hari ini Allah memberiku puzzle yang mengharuskan aku menyusunnya menjadi sesuatu yang indah. AKU PASTI BISA”. Yup, inilah puzzle itu..sebuah hambatan yang menjadi tantangan..yang berbuah kelegaan saat sampai di kesudahan. Menatap komputer di KINSHA sampai pukul 17.00.. Pedes juga mata ini… tapi LEGA!!! Alhamdulillah…senja menyambutku dengan benang jingganya yang indah… senyumku berkembang menatap senja sore itu..OPTIMIS!! BESOK PASTI BISA (padahal belum prepare + latihan presentasi).
Sampai di kost.. masih GELAP GULITA!!!
Ba’da isya, masih sempat latihan presentasi sebentar meski akhirnya si laptop kecilku meninggal dengan tenang karena kehabisan energy.. Ya sudahlah.. tetap SEMANGAT!! Akhirnya, di kegelapan malam itu (gelap karena listrik mati juga).. digelar rapat kost dadakan. Aku memimpin rapat itu (maklum, sudah 2 tahun ni jadi ketua kost PINK … PINKerz..kapan nih aku dilengserkan?????). Ada hal urgent yang harus dibahas. Hihihi.. Kebetulan hari itu ada mbak kost (Mbak Alfi) yang khusus datang lagi ke kost untuk mengantarkan undangan walimahannya. Yup, rapat malam itu membahas rencana “touring ke Cilacap”. Walimahan ke tempat Mbak Alfi sekaligus piknik kost.. Malam yang indah.. Kost ini memang memberiku kekuatan yang luar biasa…yang terbalut dalam indahnya nuansa ukhuwah yang semoga tak lekang oleh jarak dan waktu…
Setelah rapat kost, kembali ke Zona Twin. Menyalakan lilin (sempat ku foto juga lilin yang menerangi Zona Twin malam itu…) dan mulai membaca referensi untuk persiapan besok… Setelah mata ini tidak bisa diajak kompromi…kuputuskan untuk merangkai mimpi saja…
SEMOGA BESOK LEBIH LUAR BIASA!!!!
3 Juli 2009
Akhirnya datang juga!!! Hari ketiga di bulan Juli. Hari Jumat.. hari yang semoga full barokah… HP sudah lowbat! Laptop sudah mati. Jam 07.00 berangkat ke kost Nia dengan bawaan yang lumayan banyak. Hari ini aku memakai kostum favoritku…BATIK MERAH HATI.. WARNA YANG SELALU MEMBERIKU SEMANGAT DAN INSPIRASI. KAN KUBUKTIKAN MERAHKU!!! Kubawa referensi setebal 7 cm dan copyan artikel untuk peserta seminar. Di kost Nia, akhirnya bisa ngecharge dan latihan presentasi. Jam 07.30 berangkat ke kampus bersama Nova dan Nia. Mempersiapkan ruangan, laptop, LCD, dll. Nata kursi juga..karena habis dipakai SNMPTN. Ruang A.15 itu menjadi saksi bisu kisahku hari ini. Jam 07:55 ketiga dosen pengujiku tak kunjung tiba sementara peserta seminar sudah hampir memenuhi ruangan itu. Akhirnya aku turun ke lantai dua. Alhamdulillah, Bu Etik dan Pak Gi sudah ada, tinggal Pak Trimo. Beliau aku hubungi, tapi HP-nya tidak aktif… Selang berapa lama..beliau datang juga. Jam 8 lebih dikit…akhirnya mulailah seminar itu. Disaksikan sekitar 40-an lebih peserta (dari angkatan 2007 sampai 2005) aku presentasi sekitar 15 menit, dilanjutkan tanya jawab sampai pukul 09.00. Alhamdulillah lancar meski banyak hal yang harus direvisi. LEGA RASANYA!!!!! Jazakumullah khoir buat semuanya… TERIMA KASIH YA RABBI !!!! Setelah aku, Nova yang seminar, dilanjutkan Kurnia (teman satu risetku, hari ini aku dan Kurnia kompakan pake batik merah hati padahal gak janjan sebelumnya…sehati mungkin ya!), dan Nia (pukul 13.00). Alhamdulillah, pukul 14.00 semuanya selesai..Sempat foto-foto dulu then beres2 tempat.
Pukul 14.30 kembali ke kost, rencana awal mau pulang bareng Nova yang bawa motor..eh, waktu aku lagi asyik ngobrol dengan adik binaanku…Nova meninggalkanku… hiks, setelah ku SMS ternyata dia tadi lupa kalau aku mau pulang bareng dia… hihihi (dasar!!!). Jalan kaki deh... padahal bawaan berat banget.. SEMANGAT!!! Lha lagi seneng, jadi gak terasa!! Di tengah jalan, dapat tebengan juga… Alhamdulillah… Ya..itulah sekelumit kisahku…Semoga banyak hikmah yang bisa diambil (khususnya untukku)
SEKARANG!!! Saatnya revisi dan siap-siap ke proses selanjutnya…Menggoreng TELOR DADAR ISTIMEWA dengan bumbu : doa, semangat, kerja keras, pantang menyerah, positif thinking, dan tentunya restu orang tua…

Ayo Tik, akhiri kisah di kampus ini DENGAN INDAH!!!
060709_06:24
***
130 HARI BERSAMANYA
21 Juli 2009 menjadi hari yang SANGAT BERSEJARAH dalam hidupku. Pukul 13.00-14.26 (sekitar 1 jam 22 menit) aku “dieksekusi” untuk mempertanggungjawabkan skripsiku yang berjudul ESTIMASI FUNGSI TAHAN HIDUP VIRUS DEMAM BERDARAH DENGUE MENGGUNAKAN METODE KAPLAN-MEIER. Aku dieksekusi oleh 3 dosen penguji (Dra. Etik Zukhronah, M.Si, Dra. Yuliana Susanti, M.Si, dan Drs. Santosa, B.W., M.Si) ditambah 2 dosen pembimbing skripsiku (Drs.Sugiyanto, M.Si dan Drs. Sutrima, M.Si). Bertempat di Ruang Sidang I Lantai I Gedung A FMIPA UNS, aku mencoba memberikan yang terbaik untuk menyelesaikan amanah besar dari orang tuaku. Sebenarnya, kalau pendadaran di MIPA, sudah ada ruangan khusus di Gedung B, tapi berhubung mulai tanggal 21-31 Juli sudah di-booking untuk pendadaran jurusan Fisika akhirnya aku mendapat ruangan di Ruang Sidang I. Eksklusif sih! Masih ku ingat akan perjuangan mengurusi birokrasi perizinan meminjam ruangan ini. Membutuhkan kesabaran ekstra, tapi Alhamdulillah… pertolongan-Nya tak pernah berhenti menyertai langkah ini. Terima kasih banyak buat birokrat MIPA yang telah membantu!!!
Sehari sebelum hari H, banyak SMS yang masuk untuk memberikan dukungan. Terima kasih banyak ya saudara”ku!!! Ayah, bunda, dan Kang Dodoy pun tak henti memberikan support. Malam harinya, lebih banyak menenangkan diri (makasih juga untuk Dhek Nunk yang sabar membangunkan aku…). Betapa QL di sepertiga malam itu memberikan nuansa yang berbeda. Syahdu… Selepas QL, sempat belajar sambil mendengarkan murottal dan nasyid-nasyid pilihan. Tak lupa foto KYDEN (my lovoley family) selalu menemani. Foto itu aku letakkan di sebelah kanan laptop yang aku gunakan untuk belajar. Foto yang selalu aku bawa ke manapun aku pergi. Foto yang selalu memberikan kekuatan besar untukku. My family is my spirit!!!
Pada tanggal 21 Juli ini, teman satu risetku, Koryna Aviory juga ujian pendadaran jam 08.00. Jadi aku menungguinya dulu sambil membaca ulang beberapa referensi yang aku bawa. Sekitar pukul 10.00, Koryna dinyatakan LULUS!!! Selamat ya Sobat!!! Masih sekitar 3 jam lagi… Akhirnya aku memutuskan untuk “menenangkan diri” di Lantai 3 Gedung A FMIPA. Ruangan yang selalu memberiku kesejukan hati tatkala menginjakkan kaki di sana. Ruangan yang turut menjadi saksi “penggemblengan”ku dalam tarbiyah ini… Ruangan yang menjadi tempatku mengadu pada-Nya.. mushola Azzam!!! Saat itu, mungkin cuma aku yang ada di Lantai 3 secara otomatis juga cuma aku yang ada di Mushola Azzam ini (kayaknya lho…entahlah, ada makhluk yang lain atau tidak ^_^). Sehabis berwudhu, aku mencoba menenangkan diri dengan tilawah. Kemudian membaca surat favoritku (Q.S. Ar-Rahman : 1-13) sebanyak 3 kali. Alhamdulillah…sedikit tenang!!! Nokia 5300-ku juga turut berperan dalam menghadirkan ketenangan itu. Beberapa sahabat, memberikan SMS motivasi dan semangat ada juga yang meminta maaf karena tidak bisa menemaniku pendadaran. Setelah tilawah, aku mencoba mengulang kembali presentasiku dan menyiapkan beberapa jawaban yang mungkin akan ditanyakan dosen penguji. Pukul 12.00 adzan pun berkumandang.. Beri kemudahan Ya Rabb!!! Di mushola itu, aku bertemu dengan ibu Etik, salah satu dosen penguji. Ehm, ngobrol sebentar sambil bercanda… Meski agak grogi juga!!! Pukul 12.30, menyiapkan LCD, laptop, dll di Ruang Sidang I bersama beberapa sahabat tercinta. Makasih banyak ya sobat-sobatku… Oya, Dhek Nung (my supertwin) tadi juga mondar-mandir di sekitar Ruang Sidang I untuk memberikan roti untukku, berhubung sedang tidak nafsu makan, roti itupun hanya aku gigit ujungnya. Hihi… Pukul 13.00 satu-persatu para “eksekutor” datang juga. Dan 4 menit kemudian….MULAI!!!
Alhamdulillah, SUKSES!!! Betapa Allah memberikan aku begitu banyak kemudahan. Alhamdulillah, pertanyaan demi pertanyaan yang diberikan dosen penguji bisa aku jawab. Suasana pendadaran juga tidak terkesan “seram”, bahkan begitu santai layaknya percakapan biasa. Dosen penguji sepertinya sangat menikmati pendadaran ini. Demikian halnya aku!!!
Sekitar pukul 14: 26 akhirnya resmi dinyatakan LULUS!!! Alhamdulillah, pendadaran ini selesai jauh lebih cepat dari waktu idealnya yakni 2 jam, tapi bisa selesai dalam waktu 1 jam 22 menit… so amazing for me!!! Satu per satu dosen penguji mengucapkan selamat. Saat kelima dosen penguji sudah keluar ruangan, satu per satu sahabat yang menunggui masuk ruangan dan turut mengucapkan selamat. TERHARU!!! BAHAGIA!!! BERSYUKUR BANGET!!! TERIMA KASIH YA RABBI!!!
Akhirnya, PENANTIAN ITU BERAKHIR INDAH… HAPPY ENDING.. dan semoga FULL BAROKAH… AMIN!!!
NB : Skripsi ini aku selesaikan kurang lebih selama 130 hari (terhitung mulai 13 Maret 2009). Alhamdulillah, meski sedikit melenceng dari “GRAND PLANNING” yang aku buat (selesai 4 bulan..tapi faktanya 4 bulan lebih dikit…), namun tak menjadi masalah buat aku karena salah satu impian yang aku tulis di DREAM BOOK, DREAM BOARD, dan THE JOURNEY IN MY LIFE “TAHUN INI” bisa aku coret yang berarti aku telah mewujudkan impian dan target itu. Alhamdulillah, bisa lulus dalam waktu tiga tahun sebelas bulan ^^v

***
3 September 2009
Kebahagiaan yang terangkum hari itu menjadi penawar hati dalam penantian selama ini. Tiga tahun sebelas bulan meniti tangga demi tangga perjuangan yang penuh dengan tantangan dan rintangan. Tapi, tantangan dan rintangan itu tak menjadi penghalang untuk terus melejitkan asa. Hari itu genap sudah perjalanan di kampus hijau, UNS tercinta. Tapi perjalanan belum berakhir, masih terus berlanjut. Setiap pahit getir yang dulu pernah dirasa memang menjadi bumbu penyedap ketika membuka kembali romantisme masa itu. Hari itu memang bukan akhir, tapi awal dari perjalanan yang sesungguhnya...
Buat rekan-rekan Matematika FMIPA UNS yang diwisuda 3 September 2009 (Kur2, Koryna, Nia, Nova, Saras, Sertia, Suli, Kirbani, Anto, Budi, Fajar, Mas Guritna, Mas Ari, Mas Ijal, dll ) : hari ini mari merenung, setahun yang sudah berlalu ini.. apa yang sudah kita kerjakan? Apa yang sudah kita hasilkan? Semoga Allah senantiasa memberikan kita kemudahan dalam setiap aktivitas kita. Yang pengin S2, moga bisa segera S2 trus S3. Yang belum nikah, semoga bisa segera nikah. Yang sudah nikah, moga segera diberi momongan. Yang sudah kerja, moga kerjaannya lancar. Aamiin... SUKSES BUAT KITA SEMUA!!! ^^v
Buat adik-adik dan sahabat-sahabatku yang tengah berjuang menyelesaikan skripsinya… terus bersemangat ya!!! Semoga senantiasa diberi kemudahan…aamiin..
Jakarta, 3 September 2010
Aisya Avicenna

Inspirasi 19 Ramadhan 1431 H

Friday, September 03, 2010 0 Comments

Ahad, 29 Agustus 2010
Pukul 05.30 mengeluarkan REDLIPET (nama sepeda lipatku yang berwarna merah) dari “singgasana”nya. Pagi ini berencana naik sepeda bersama Nuri, sahabat kostku. Awalnya aku naik sepeda sendirian, Nuri berjalan mengikutiku. Saat melewati jalan menuju Pasar Sawo, ada dua orang bapak yang menyeletuk, “Sepedanya cantik!”. Hehe, langsung mesem. Merah gitu lho! ^^v Awalnya bersepeda gantian, akhirnya boncengan. Saat aku dibonceng Nuri, tiba-tiba ada anak kecil yang bilang, “Mbak, ban sepedanya kempes!”. Walah, akhirnya aku turun dari boncengan. Dan benar saja, bannya sedikit kempes. Akhirnya Nuri yang mengayuh sepeda sendirian, aku berjalan di belakangnya. Kalau mau balik ke kost, nanggung. Sudah cukup jauh. Kami gantian naik sepeda menuju Taman Simanjuntak meski ban sepedanya sedikit kempes (nekat.com). Sampai di sana sudah cukup ramai. Kami memilih salah satu tempat duduk yang ada di taman itu untuk beristirahat sejenak. Wew... Astaghfirullah, ada beberapa remaja yang malah berdua-duaan, nongkrong sambil ketawa-ketiwi tidak jelas. Tiba-tiba ada seorang ibu paruh baya yang berdiri di depan kami. Awalnya aku tidak memperhatikan ibu itu. Aku asyik YM-an dengan seorang sahabat. Setelah beberapa saat, ibu itu berhasil mengalihkan perhatianku. Tiap ganti gerakan tubuh, ibu itu selalu melafazkan dzikir. “Subhanallah”, “Alhamdulillah”, “Allahu Akbar”. Berkali-kali. Aku menjadi tertarik. Ibu itu mendekatiku. Minta izin menggunakan bangku di sampingku sebagai pegangan tangannya. Beliau tak henti berdzikir. Ya Allah, basahilah lidahku dengan dzikir kepada-Mu seperti ibu ini, begitu doaku!
Akhirnya ibu itu mengajak aku dan Nuri bercakap-cakap. Ternyata beliau baru sembuh dari kelumpuhan. Sekitar empat bulan yang lalu, beliau terkena stroke. Bahkan sempat koma 4 hari. Kuburannya pun sudah dipersiapkan. Maha Besar Allah, ibu itu berhasil sembuh setelah menjalani perawatan. Beliau sempat menderita amnesia juga. Beliau banyak mengambil hikmah dari penyakitnya itu. Beliau sangat bersyukur karena diberi kehidupan baru. Setelah sadar dari komanya, beliau belajar merangkak, berdiri, dan berjalan lagi. Bahkan belajar mengeja huruf lagi. Beliau benar-benar memulai kehidupan barunya dari nol, tepat di usianya yang ke-50. Ibu itu menyadari bahwa selama ini beliau telah mengesampingkan ilmu agama. Beliau adalah seorang pengajar yang sering mengisi seminar-seminar di berbagai tempat. Kini beliau sadar bahwa ilmu agama memang tidak bisa dipisahkan dari ilmu-ilmu yang lain. Sebelum berpisah, ibu itu sempat berpesan pada kami. Jika memiliki ilmu agama, sebarkanlah ke orang lain. Sampaikanlah walau satu ayat. Trus, jangan melalaikan Allah sesibuk apapun kita. Pesan yang dalem banget.
Hmm, sebuah pertemuan yang luar biasa!!!! Alhamdjavascript:void(0)ulillah...
Jakarta, 19 Ramadhan 1431 H
Aisya Avicenna

Monday, August 30, 2010

Mari Berlomba Meraih Kemuliaan Lailatul Qadar

Monday, August 30, 2010 1 Comments

Tulisan di bawah ini adalah tulisan yang saya dokumentasikan di Diary Ramadhan saya pada Ramadhan tahun yang lalu. Berikut ini adalah rangkuman tausyah Ustadz Mahmud Mahfudz, LC yang disampaikan saat pembukaan i’tikaf di masjid kampus tercinta saya, Nurul Huda Islamic Centre (NHIC) UNS Surakarta pada tanggal 10 September 2009 (20 Ramadhan 1430 H). Semoga menjadi pengingatan dan motivasi bagi kita semua agar semakin bersemangat mengoptimalkan hari-hari terakhir di bulan Ramadhan.
"Inna anzalnaahu fii lailatil Qadr, Wa maa adraka maa lailatul Qadr. Lailatul Qadri khairum min alfi shahr. Tanazzalul malai-katu fii ha bi izni Rabbihim min kulli amr. Salaamun hiya hatta matla-il fajr."
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kami apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhan-nya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.“ (Q.S. Al-Qadr : 1-5)
1.Diawali kata “inna” => untuk menambah keyakinan terhadap pernyataan dan untuk menambah keyakinan bagi orang-orang yang ragu bahwa peristiwa ini sungguh-sungguh terjadi
2.Allah menggunakan kata “kami” => kata ganti orang kedua untuk mengagungkan diri-Nya, serta sebagai pertanda kalau ada keterlibatan pihak lain (malaikat)
3.“Anzalnaahu” => telah (pernah dilakukan), pasti terjadi
4.“Lailati” => gelap, malam. Kenapa tidak siang? Karena malam lebih istimewa, doa-doa akan mustajab di waktu sepertiga malam
5.“Lailatul qadr” diulang sebanyak kali, karena punya 3 keistimewaan :
a.Lebih baik dari seribu bulan
b.Turunlah malaikat (semuanya) untuk menghormati malam tersebut
c.Ada keselamatan, ketenangan, ketenteraman, kenyamanan di malam itu sampai waktu terbit fajar
Pengertian Lailatul Qadar
1.Malam kemuliaan dan keutamaan (lailatusy syarafi wal fadhli) => turunnya Al Qur’an
2.Malam perencanaan dan penetapan (lailatut tadbiri wat taqdiri) => untuk menentukan takdir setahun yang akan datang, semua di tulis di Lauhul mahfuzh (invetaris takdir)
3.Malam yang sempit, karena pada malam itu bumi dipenuhi oleh malaikat (Q.S. Al Qadr :5)
Makna Seribu Bulan
1.Dipahami benar-benar sama dengan 1000 bulan
2.Seribu menunjukkan jumlah yang banyak, satu hari di akhirat = 1000 tahun di dunia
Keutamaan Lailatul Qadar
1.Ibadah yang dilakukan lebih baik dari 1000 bulan
2.Hanya untuk umat Nabi Muhammad SAW => kita adalah umat yang istimewa
3.Malaikat turun dari bumi
4.Pintu langit dibuka dan Allah menerima taubat
Allah menghapus dosa kita secara berkala. Remisi dosa dari Allah ada 3 tahap :
a.Harian, pada waktu sholat 5 waktu
b.Pekanan, saat shalat Jumat/shalat dhuhur di hari Jumat
c.Tahunan, saat bulan Ramadhan
5.Allah mengampuni dosa yang telah lalu
“Seseorang yang shalat malam di malam Lailatul Qadar dengan dasar iman dan semata-mata mencari ridha Allah SWT, maka Allah mengampuni dosa-dosanya” (H.R. Bukhori, Muslim, dan Baihaqi).
Dosa > Pahala (dosa kita lebih banyak dari pahala yang kita peroleh), maka hapuslah dosa kita tiap waktu
Ciri-ciri Malam Lailatul Qadar
1.Tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak ada angin, tidak hujan, tidak berbintang
2.Kadang Lailatul Qadar disertai hujan
3.Pagi hari : matahari putihm tidak silau, terang, lembut
Waktu Lailatul Qadar
1.Pada malam-malam 10 terakhir di bulan Ramadhan
2.Pada malam-malam ganjil, dari tahun ke tahun pindah-pindah dari malam ganjil satu ke malam ganjil berikutnya.
Hikmah dirahasiakannya waktu Lailatul Qadar : agar amal ibadah kita semakin banyak
Cara menggapai Lailatul Qadar : Hidupkanlah 10 malam terakhir dengan amalan-amalan sebagai berikut :
a.Shalat malam
b.Memperbanyak doa di waktu malam
c.Memperbanyak sedekah
d.Memberi buka puasa
e.I’tikaf
f.Umroh bagi yang mampu
g.Memperbanyak doa dan dzikir

“Ya Allah, sesungguhnya engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia, Engkau menyukai pemaafan karena itu terimalah maafku.”
Semoga kita diberi kesempatan untuk mendapatkan kenikmatan dan kemuliaan malam Lailatul Qadar. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin…

Jakarta, 30 Agustus 2010 (20 Ramadhan 1431 H)
Aisya Avicenna

Monday, August 09, 2010

Ya Allah, Izinkan Aku Turut Menjaganya

Monday, August 09, 2010 0 Comments

Ibu kulihat tatapmu... amat merinduku
Ibu.. doakanlah daku.. yang menuntut ilmu...
Sinar wajahmu... bagai rembulan
Terangi langkahku
Untaian pesan engkau sampaikan
Harapanmu kepadaku
Doamu ibu.. selalu kunanti
Bagai mentari penyejuk nurani
Memagar diri mengukuh hati
Ridhomu ibu.. Ridho Illahi...
Cintamu ibu tak pernah terperi
Selembut sutera seputih melati
Sesejuk embun sesegar pagi
Temani hari tiada henti
**
Nasyid ini mengiringi 10 jemariku menuliskan sesuatu yang sedang membuncah di hati. Biarkan kata yang mewakili segala rasa. Sebuah SMS dari ibu kemarin sore, “Mbak.. terima kasih ya untuk semuanya, moga makin berkah dan makin memantapkan iman di hati. Luph you...” Tak kuasa diri ini menangis haru. Alhamdulillah... misi supertwin untuk membelikan Al Qur’an baru untuk ibu, babe (panggilan sayang kami pada bapak), dan Mas Dhody sebagai “sahabat terbaik” di Ramadhan tahun ini berhasil!!! Jadi pengin tilawah bareng di rumah...
Kemarin juga menjadi hari yang istimewa buatku. Kos Oscom (nama kosku di Jakarta), kedatangan anggota baru. Ibunya Aisah. Subhanallah, aku sangat terharu atas besarnya sayang Aisah pada ibunya. Ayahnya sudah meninggal. Mereka berasal dari daerah Jawa Barat. Aisah membawa ibunya untuk kos bersamanya karena ibunya terkena stroke dan tidak ada yang merawat. Ibu Aisah tertatih-tatih kalau berjalan. Tadi pagi aku sempat melihat beliau sholat sambil duduk di kursi waktu sholat dan menjadikan kasur sebagai tempatnya sujud. Haru...
Ya Allah, ibuku masih jauh lebih beruntung dari ibu Aisah... akupun demikian, karena masih memiliki ibu yang sehat. Maka, mudahkanlah diri ini untuk selalu memberikan yang terbaik untuk ibu tercinta..
Ya Allah, jagalah ibu Aisah. Ringankanlah sakit yang dirasakannya.. Ya Allah, izinkanlah aku turut menjaga ibu Aisah... Ya Allah mudahkanlah kami untuk merawatnya...
Aamiin...
Jakarta, 9 Agustus 2010_06:21
Aisya Avicenna

Wednesday, August 04, 2010

Semoga Masih Menjadi Rezeki

Wednesday, August 04, 2010 0 Comments
Surya kembali memancarkan cahayanya yang cerah. Pukul 07.00 seperti biasa Aisya melangkah ke Jalan Otista Raya untuk menunggu armada yang akan mengantarkannya ke tempatnya merangkai karya. Subhanallah, jam segini Jalan Otista Raya sudah sangat padat. Macet...
Dengan sedikit berlari Aisya menyeberang jalan sambil menerobos kendaraan yang sedang menunggu lampu merah berganti hijau. Alhamdulillah, bisa sampai seberang dengan selamat. Saat tengah asyik menunggu, Aisya sempat melihat Nita, sahabatnya di kantor yang tengah mengendarai Mio putihnya. Beberapa saat kemudian disusul Mbak Sulis yang juga rekan kerjanya dibonceng sang ayah. Aisya merenung, sebenarnya ia pengin juga sih naik motor ke kantor. Tapi ia teringat larangan orang tuanya. Sejak kecelakaan yang menimpa saudari kembarnya dulu, sejak itu pula supertwin dilarang naik motor. Yaaa... ga papa lah. Toh banyak hikmah yang bisa diambil. Terlebih di Jakarta ini, kalau dipikir-pikir ngeri juga kalau bawa motor. Rawan! Mending naik angkot, bisa duduk sambil baca buku atau merapal hafalan. Pokoknya, nurut aja deh sama nasihat orang tua!
Alhamdulillah, akhirnya ada Kopaja 502 yang bisa dinaiki. Sudah penuh. Aisya pun turut serta dalam deretan penumpang yang mengikhlaskan kakinya sebagai penopang. Berdiri plus berdesak-desakan! Wah, tidak bisa baca buku nih! Hmm, moment ini dimanfaatkan untuk berkontemplasi dan mencari inpirasi! Tak lupa Aisya tetap waspada dengan mendekap tas merah hatinya erat-erat.
Selang berapa saat Kopaja 502 berhenti di kawasan Gramedia Matraman. Terjadi kemacetan yang luar biasa. Brakk... sepertinya ada sepeda motor yang menyenggol Kopaja 502 itu dari sisi kanan. Tiba-tiba pak sopir yang berkaos hijau itu mengeluarkan tangan kanannya. Sejurus kemudian ia memukul kepala berbalut helm milik seorang bapak yang tengah mengendarai sepeda motor (Mukul helm apa ga sakit ya Pak???). Merasa diperlakukan seenaknya, bapak itu pun berusaha memukul balas. Apa daya tangan tak sampai, akhirnya hanya angin yang terkena bogem mentahnya. Tak berhenti sampai di situ, sumpah serapah dan semua isi kebun binatang beradu suara dari kedua bapak itu. Istri sang pengendara yang duduk di boncengan, berusaha menenangkan sang suami dengan menutup kaca helm merahnya dan mengguncang-guncang bahu sang suami agar tenang. Tapi upayanya tidak membuahkan hasil. Sang suami kembali menaikkan kaca helmnya dan mengeluarkan sumpah serapahnya. Kasihan tuh kaca helm, naik-turun terus (lucu juga...sang istri menurunkan kaca, sang suami menaikkannya... berulang kali). Akhirnya arus kembali stabil. Kopaja 502 melaju kencang meninggalkan sang pengendara yang pastinya masih dongkol luar biasa. Kejadian yang bikin miris. Astaghfirullah...
Sampai di Patung Tugu Tani, posisi Aisya masih terjepit di tengah penumpang lainnya. Ia bersiap turun, akhirnya ia merangsek melangkah maju. Ia merasa ada yang memegang tasnya saat ia berada di dekat pintu. Sampai jualah di depan kantor Kementerian Perdagangan. Aisya berhasil turun. Tiba-tiba dari arah belakang ada yang memanggil... "Mbak... mbak...". Aisya menoleh. Seseorang menjulurkan tangannya lewat pintu dan menyodorkan sebuah charger.
Lantas, ia berjinjit mengambilnya. Ia tak sempat melihat si pemilik tangan itu. Aisya masih kaget yang baru saja terjadi. Saat sampai di trotoar, jantung Aisya berdegup kencang karena tas merah hatinya terbuka. Gantungan bergambar bendera Palestina berbentuk hati itu sudah berpindah ke tengah. Retlesting tas telah bergeser. Aisya menggeledah tasnya. Alhamdulillah, HPnya masih ada. Dompet merah bermotif mawar juga masih ada. Nah, hanya saja ada satu dompet yang tidak ada. Dompet itu berisi 5 flash disk. Flash disk pertama berkapasitas 8 GB yang berisi foto-foto dan file pindahan dari laptop supertwin-nya (flash disk ini milik Izzah, teman kostnya). Flash disk kedua berkapasitas 2 GB yang berisi peraturan bea cukai dan foto-foto waktu dinas ke surabaya (untungnya sudah di back-up filenya). Flash disk ketiga berkapasitas 2 GB juga berisi file-file kantor (alhamdulillah juga sudah di back up). Flash disk keempat berkapasitas 1 GB berisi tulisan-tulisan Aisya (alhamdulillah, sebagian sudah di back up di T-ONE -Aisya's red notebook-, tapi 3 tulisannya pagi ini yang ia tulis dari jam 3 sampai jam 6 pagi belum sempat dipindah ke T-ONE, tadi pagi langsung disimpan di flash disk. Hiks... semangat nulis lagi lah!!! Rencana hari ini upload 3 tulisan terpaksa dipending dulu). Flash disk kelima bukan sembarang flash disk, karena ini flash disk yang bisa dipakai internetan. Modem!!! Hiks, padahal masih banyak pulsa internetnya. Udahlah... nabung! Trus beli lagi... ^^v. Seingatnya, selain berisi 5 flash disk tadi, dompet coklat itu juga berisi Handy Clean mungil, minyak angin kecil, dan selembar kartu namanya.
Aisya berharap dompet coklat itu bukan diambil pencopet, tapi tertinggal di kostnya. Karena seingatnya, dompet itu sempat ia keluarkan dari tasnya pagi ini sebelum berangkat ke kantor karena ada 1 flash disk yang belum ia masukkan. Semoga saja dompet coklat itu tertinggal. Tapi, kalaupun dompet itu yang diambil pencopet, ia sudah berusaha mengikhlaskannya. Coba kalau yang hilang HP-nya atau dompet merahnya yang berisi 3 ATM (dua ATM Share Muamalat : yang satu berisi donasi untuk acara Ramadhan Berbagi LBQ Al Utsmani dan yang satu berisi tabungan masa depannya ^^v, serta satunya ATM BRI sebagai pintu masuk gaji bulanannya), KTP, serta sejumlah uang yang rencananya hari ini akan ditransfer ke rekening Muamalat... hmm...harus banyak-banyak bersyukur!!!
***
*Rasa kehilangan, hanya akan ada.. Jika kau pernah merasa memilikinya...(Letto)*
Semua adalah milik Allah, dan semua akan kembali pada-Nya...
***
Kalau memang dompet beserta isinya itu masih menjadi rezekiku, ia pasti 'kembali' atau Allah menggantinya dengan yang lebih baik. Aamiin...
Jakarta, 4 Agustus 2010
Aisya Avicenna

Monday, July 12, 2010

Aisya Avicenna dan Andrea Hirata

Monday, July 12, 2010 0 Comments

Sabtu, 10 Juli 2010 pukul 15.30 (ba’da Asar), mobil Toyota Yaris berwarna silver meluncur di kawasan Jalan Otista Raya. Mobil tersebut berisikan 4 orang muslimah yang baru saja menyelesaikan agenda rutin pekanannya. Empat sekawan itu meluncur menuju kawasan Senayan. Jakarta Book Fair tujuannya. Selly, sang pengemudi, seorang alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Izzah, duduk di samping Selly, seorang alumnus salah satu sekolah tinggi di Jakarta Timur. Nia, duduk di belakang Izzah, juga seorang alumnus salah satu sekolah tinggi di Jakarta Timur (teman sekelas Izzah). Aisya, duduk di samping Nia, seorang alumnus Universitas Nomor Satu di Surakarta.
Alhamdulillah, sore yang indah dalam balutan ukhuwah. Sepanjang perjalanan, sesekali mereka bercanda. Sesekali Aisya juga senyum-senyum sendiri. Wehh! Pasalnya (pasal berapa nih?), saat itu Aisya juga tengah membaca novel barunya, “THE LOST SIMBOK” karangan ‘Kawan-kawan dan Baim Lenon’ yang konon lucu banget. Mengisahkan petualangan seorang simbok yang tersesat. Novel ini merupakan novel plesetan dari buku “THE LOST SYMBOL”. Hehehe, benar-benar lucu! Wajib dibaca biar bisa senyum-senyum sendiri juga!
Sekitar pukul 16.00, mereka sudah memasuki kawasan Senayan. Sempat bingung juga mencari pintu masuk ke Gelora Bung Karno, akhirnya ketemu juga setelah muter-muter. Saatnya hunting buku!!!
Aisya langsung menuju stand Mizan. Sedangkan Izzah, Selly, dan Nia terpencar entah kemana. Novel “Padang Bulan” dan “Existere” langsung diambil Aisya. Kedua novel ini adalah titipan dari saudari kembar dan salah satu temannya. Ada SMS masuk dari Izzah, “Kalian ada di mana?”. Wehh, pada berpencar nih ceritanya! Aisya membalasnya. Kemudian, ia pun melanjutkan pencarian. BUKU!!! Alhamdulillah, buku-buku yang menjadi ‘sasaran tembak’nya berhasil didapatkan. Senja datang, Maghrib-pun menjelang. Dengan menenteng satu tas kresek besar berisi buku-buku setebal 5-10 cm plus menggendong tas punggung yang tak beda jauh isinya, Aisya menuju mushola. Bertemulah ia dengan Izzah dan Nia. Selly sudah pulang karena hendak ke Jogja sore itu.
Setelah sholat Maghrib, mereka sempat hunting buku lagi. Aisya juga sempat bertemu dengan Mbak Era (istri Kang Taufan) dan bundanya. Aisya sempat berujar, “Mbak, barusan saya beli buku ‘Doa-doa Enteng Jodoh’ lho! Hehe”. Mbak Era dan Kang Taufan adalah penulis dari buku itu. Asyik juga ya bisa menulis berdua, jadi terinspirasi ^^v!!! Setelah puas hunting bukunya, kami bertiga menuju panggung utama. Aisya surprise sekali tatkala ada sosok seseorang yang tak asing lagi baginya! IKAL!!! Tapi ini bukan Ikal-nya Andrea Hirata. Ikal yang rambutnya juga rada-rada ikal ini adalah salah satu sahabat perjuangan Aisya di Pramuda FLP angkatan 14. Ikal berada di divisi fiksi, kalau Aisya kan di divisi Nonfiksi. Ikal ternyata mendapat kesempatan untuk membacakan puisi Andrea Hirata di novel “Padang Bulan”. Saat sedang asyik menikmati puisi yang dibacakan Ikal, pandangan Aisya juga tertuju pada sosok yang juga begitu ia kenal, yakni Kang Taufan E. Prast (kepala suku FLP Jakarta nih!) dan Soson Rollin Pande (sahabat perjuangan Aisya di FLP juga).
Bulan di atas kota kecilku yang ditinggalkan zaman
Orang asing Orang asing Seseorang yang asing Berdiri di dalam cermin Tak kupercaya aku pada pandanganku Begitu banyak cinta telah mengambil dariku Aku kesepian Aku kesepian di keramaian Mengeluarkanmu dari ingatan Bak menceraikan angin dari awan Takut Takut Aku sangat takut Kehilangan seseorang yang tak pernah kumiliki Gila, gila rasanya Gila karena cemburu buta Yang tersisa hanya kenangan Saat kau meninggalkanku sendirian Di bawah rembulan yang menyinari kota kecilku yang ditinggalkan zaman Sejauh yang dapat kukenang Cinta tak pernah lagi datang (Padang Bulan, halaman 198)

Berdiri. Tempat duduk sudah penuh! Ya sudahlah. Padahal biasanya kalau ada acara semisal bedah buku atau launching buku, Aisya selalu memilih tempat duduk paling depan. Selain bisa lebih konsentrasi, ia bisa dengan cepat mengajukan pertanyaan atau mendapat doorprise. Hehe!
Setelah pembacaan puisi, sang MC yang ternyata bernama Dita itu mengatakan bahwa sebentar lagi Andrea Hirata akan hadir. Dan benar saja, dengan diiringi lagu “Cinta Gila”, lagu ciptaannya yang dinyanyikan bersama Ungu, Andrea Hirata memasuki panggung utama. Wah, Ikal bertemu Pak Cik Ikal juga tuh! Ikal turun dari panggung dan langsung bergabung bersama Soson dan Aisya yang berdiri di sebelah Mbak Era dan ibunya. Kang Taufan tadi kemana ya??? Sementara itu, Izzah dan Nia duduk di dekat taman.
Alhamdulillah, impian Aisya bertemu Andrea Hirata akhirnya tidak hanya sekedar impian. Dengan penampilan khasnya, berkaos plus topi yang bertengger di kepalanya, Andrea Hirata membuat nuansa Jakarta Book Fair semakin meriah. Penonton pun semakin banyak. Andrea Hirata menjelaskan secara singkat tentang novel terbarunya, Dwilogi “Padang Bulan” dan “Cinta di Dalam Gelas”. Saat sesi tanya jawab, banyak yang antusias untuk bertanya. Termasuk Aisya! Dari jawaban atas pertanyaan demi pertanyaan yang terlontar dari penonton, Aisya menjadi tahu beberapa ‘rahasia’ di balik novel dwilogi tersebut. Ternyata novel itu lahir setelah Andrea Hirata melakukan riset budaya Melayu selama 3 tahun! Meski waktu menulis novelnya hanya butuh waktu 3 minggu. Luar biasa! VISIONER. Itulah penilaian Aisya pada Andrea Hirata karena ternyata novel dwilogi ini sudah digagasnya saat pembuatan novel Laskar Pelangi! Andrea Hirata berujar bahwa novel dwilogi ini merupakan jawaban atas ‘kekecewaan’ pembaca akan novel “Maryamah Karpov”. Pada dwilogi ini pembaca akan tahu asal-muasal nama ‘Maryamah Karpov’ tersebut.
Di tengah-tengah acara, sempat Aisya, Soson, dan Ikal menginterpretasikan cover novel “Cinta dalam Gelas”. Aisya jadi tahu siapa saja 4 orang yang dimaksud dalam cover itu. Selain itu, rasa penasaran Aisya pada salah satu bab di novel “Cinta dalam Gelas”, yakni di halaman 196 akhirnya terjawab sudah! Tiga orang peserta maju untuk membaca halaman 196 dengan diiringi musik rap! Nge-rap euy!! Seru juga...Lucu!
Judul “Padang Bulan” ternyata terinspirasi dari nama sebuah lapangan di kampung halaman Andrea Hirata, sedangkan judul “Cinta dalam Gelas” terinspirasi dari ‘segelas kopi’. Hmm, baca aja deh novel dwilogi tersebut! BAGUS!!! SERIUS nih!
Subhanallah, pada bulan Ramadhan nanti Andrea Hirata akan meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan studinya di luar negeri (lupa nih nama univeristasnya). Andrea Hirata mendapatkan beasiswa untuk memperdalam sastra. Ia benar-benar ingin belajar tentang ‘menulis dan sastra’, begitu katanya! Dia berujar dirinya memang tidak mempunyai bassic sastra yang bagus, karena ia memang orang ekonomi. Padahal kan novel-novelnya tuh dah ‘nyastra’ banget ya! Hmm... Saat ini novel tetralogi Laskar Pelangi juga sudah diterbitkan dalam edisi internasional dan sudah beredar di beberapa negara. Sungguh luar biasa!
Berorientasi pada karya dan mempersembahkan yang terbaik pada pembaca, itulah visi Andrea Hirata! Saat menulis, ia akan ‘tenggelam’ di dalam tulisannya. Merasuk ke dalam jiwanya... Terbang bersamanya... ^^v
Sastra sungguh sebuah keindahan yang asing Seperti surga di dalam hutan Seperti sumur jernih yang ditinggalkan Seperti kekasih yang merindu...
Hmm, Andrea Hirata sempat berpuisi.
Setelah acara selesai, penonton diberi kesempatan untuk meminta tanda tangan dan foto bersama Andrea Hirata. Senangnya...

OPEN YOUR MIND! Pesan Andrea Hirata pada Aisya Avicenna. So inspiring! Makasih buat Andrea Hirata yang mau diajak berbicara meski begitu singkat. Aisya sempat menyampaikan salam dari saudari kembarnya, Keisya Avicenna!
Jakarta, 120710_03:40
Aisya Avicenna

Aisya Avicenna dalam ‘Perempuan-perempuan Menulis Cinta’

Monday, July 12, 2010 0 Comments

Sabtu, 3 Juli 2010 pukul 09.00 Aisya keluar dari Alfamart di Jalan Otista Raya dengan membawa bungkusan berisi sebotol aqua dan sebungkus roti. Kemudian ia menunggu bus 921 di bawah pohon yang ia tak tahu namanya. Sambil mengeluarkan mushaf kecil, ia melanjutkan hafalannya yang harus disetorkan hari ini. Ia akan berpetualang ke Jakarta Book Fair. Sendirian.
Aisya berkata dalam hati, kalau pukul 09.15, bus 921 tak kunjung datang, ia akan naik taksi. Meski harus merogoh Rp 25.000,- untuk sampai ke Gelora Bung Karno, tak masalah baginya. Asal cepat sampai. Karena ba’da Dhuhur ada agenda yang sangat penting sehingga waktu terasa sangat berharga. Alhamdulillah, selang berapa lama bus tua impor dari Jepang bernomor 921 akhirnya menunjukkan batang hidungnya di Jalan Otista Raya (emangnya bus punya hidung ya? Hehe). Aisya tak mendapat tempat duduk. Sekitar waktu berjalan selama 20 menit, Aisya turun di depan Senayan. Ahh, tempat ini mengingatkannya tatkala tes CPNS Kemendag akhir September 2009 silam.
Sampai jualah di Jakarta Book Fair. Senangnya! Hunting buku dimulai. Sedang asyik hunting buku di stand Mizan, Aisya bertemu dengan Mas Ratno Fadilah. Dia adalah ‘foto model’ di novel ‘Ayat Amat Cinta’. Wajahnya memang rada mirip dengan Fahri. Hehe. Mas Ratno pernah menjadi pembicara waktu pertemuan di Masjid Amir Hamzah, TIM. Waktu menunjukkan pukul 11.00. Sudah puas hunting buku. Aisya melangkah menuju panggung utama untuk mengikuti talkshow “Perempuan-Perempuan Menulis Cinta”. Seperti biasa, duduk di depan dan bersiap dengan pulpen dan note kecil.
Sebelum dimulai, sang MC yang ternyata adalah Bang Boim Lebon menantang penonton untuk mengomentari Novel “2012-an” dan menyampaikan apa yang akan dilakukannya jika 2012 akan kiamat. Aisya salah satu penonton yang kena tunjuk Bang Boim. Apa yang akan dilakukan Aisya Avicenna kalau kiamat terjadi tahun 2012. Ditanyakan sendiri saja ya (Aisya lagi pengin bikin penasaran!).
Ada 4 pembicara yang dihadirkan dalam acara ini. Mereka adalah :
1.Ifa Avianty (penulis novel “Facebook on Love”)
2.Sinta Yudisia (penulis novel “Existere”)
3.Nova Ayu Maulita (penulis novel “Sakura”)
4.Tria Barmawi (penulis novel “A Message of Love”).
Penasaran seperti apa isi novelnya??? Baca sendiri aja ya!!! ^^v
Saat sesi tanya jawab, Aisya mendapat kesempatan menjadi penanya terakhir meski tangannya sudah terangkat sejak dulu. Lhoh! Sejak MC mulai mempersilahkan penonton untuk bertanya, gitu maksudnya.
Ada 3 pertanyaan yang diajukan Aisya
1. Selain sebagai seorang penulis, tentunya keempat pembicara di depan juga memiliki aktivitas lain. Bekerja, mengurus rumah tangga, dan lain sebagainya. Nah, bagaimana memanajemen waktu antara aktivitas menulis dengan aktivitas tersebut?
Keempat pembicara itu memiliki jawaban yang hampir sama, yakni menyediakan waktu khusus untuk menulis dan memanfaatkan waktu luang di tengah-tengah aktivitas mengurus rumah tangga untuk menulis. Hmm, semoga nanti bisa memanajemen waktu dengan baik saat sudah berumah tangga, batin Aisya! Pokoknya, menulis jalan terus!
2. Tertuju kepada Mbak Nova Ayu Maulita, penulis novel Sakura. Kan tadi Mbak bilang, Mbak bisa ke Jepang salah satunya berkat doa Bang Boim. Aisya juga minta didoain ya biar bisa ke Jepang! Hehe... Bang Boim pun ikutan menyeletuk dan mendoakan. Makasih Bang!!!
3. Tertuju kepada Mbak Ifa Avianty. Kalau Mbak Ifa menjadikan Facebook sebagai setting untuk novelnya. Nah, Aisya berencana membuat blog sebagai setting novelnya. Novel itu bercerita tentang sebuah kejadian yang ia alami karena adanya blog tersebut. Tapi, Aisya bingung mencari ending kisahnya karena kisahnya juga belum sampai pada endingnya. Nah, bagaimana ya membuat endingnya?
Mbak Ifa pun menjawab, itu adalah otoritas penulis dalam membuat ending kisahnya. Kalau menunggu ending dari kisah nyatanya, lalu kapan novel itu akan jadi? Intinya, terserah penulis untuk membuat ending kisahnya seperti apa.
Hmm, tapi kayaknya memang harus nunggu ending kisah ini dulu deh (minimal 1 tahun lagi), karena sampai sekarang belum ada inspirasi bikin endingnya seperti apa. (hehe... ^^v moga HAPPY ENDING). Dan lagi juga harus banyak berlatih menulis fiksi. Karena Aisya tuh kalau nulis fiksi masih terlalu ‘lugas’, diksinya kurang ‘cantik’. Hehe.. Yaaa… begitulah! Setiap proses harus dinikmati!

Senangnya, Aisya bisa berdiri di samping Bang Boim dan keempat penulis itu. Aisya pun mendapat kesempatan memilih hadiah. Dan pilihannya tertuju pada novel Sakura. Mbak Nova secara langsung menyerahkan novel itu pada Aisya. Ia juga mendapat sebuah pin Existere dari Mbak Sinta Yudisia.
Acara pun selesai. Aisya kembali ke atas panggung untuk menyapa keempat pembicara lagi. Meminta tanda tangan dan kata inspiratif dari mereka.
Turun dari panggung, eh... ada Fatih Beeman (sempat ngobrol dan minta tanda tangan plus kata inspiratif dari penulis “Beginilah Seharusnya Hidup” dan “Beginilah Seharusnya Cinta” ini), Azzura Dayana, dan Kang Taufan E. Prast! Ketemu lagi dengan Mas Ratno Fadilah. Sempat juga minta tanda tangan di novel “2012-an” pada Kang Taufan dan Mas Ratno. Begitulah kalau para penulis lagi kumpul. Rame!!!
Waktu sudah menunjukkan pukul 13.00. Segera kembali ke Otista. Alhamdulillah tidak terlambat!
Nice single adventure today!!!
Jakarta, 120710_06:11
Aisya Avicenna

Friday, June 18, 2010

Bumi Cinta Aisya…

Friday, June 18, 2010 1 Comments

Kamis, 17 Juni 2010 pukul 16.30 akhirnya Aisya berhasil keluar dari kantornya. Rencana awal jam 16.15 mau izin pulang, tapi mendadak pukul 16.00 kepala seksi meminta Aisya mengerjakan sebuah surat persetujuan impor sementara. Kaseksi berujar, kalau surat ini sudah selesai, kamu boleh pulang! Alhamdulillah, dalam waktu kurang dari 10 menit Aisya berhasil menyelesaikannya, padahal biasanya bisa memakan waktu lebih dari itu. Sekitar pukul 16.45 Aisya sudah berada di dalam bajaj menuju kantor Badan Pusat Statistik (BPS) untuk bertemu dengan sahabat SMA-nya. Wah, padahal janjian jam 16.30. Udah telat pake acara macet, jadinya tambah telat. Untungnya sahabat Aisya itu mau setia menunggu. Kemacetan lumayan parah terjadi di dekat shelter busway Pasar Baru. Sebenarnya Aisya ingin turun di situ saja. Tapi, sopir bajajnya melarang karena kalau turun di situ, harus mencari celah jalan dulu karena jalanan di daerah itu dibatasi oleh pagar terali. Aisya menuruti saran sopir bajaj.
Aisya turun di tempat sahabat SMA Aisya menunggu. Sebut saja namanya Nurul. Wahh... ternyata kalau mau naik busway antriannya panjang sekali. Akhirnya Aisya dan Nurul sepakat untuk naik taksi saja. Mereka pun meluncur menuju pusat kota Jakarta, melewati Masjid Istiqlal, Tugu Monas, dan Patung Selamat Datang di Bundaran HI sampai akhirnya tiba juga di Plaza Semanggi.
Awalnya bingung juga menuju lokasi digelarnya “Si Windu Expo 2010”. Setelah berjalan asal ke suatu tempat, akhirnya ditemukanlah beberapa tanda yang meyiratkan bahwa di sekitar situlah lokasi exponya. Tanda-tanda itu antara lain : spanduk berwarna putih-kuning-hitam yang berdiri berjajar, laskar kepanduan, dan pasangan keluarga samara yang berseliweran. Alhamdulillah, sampai jualah di tempat itu.
Aisya dan Nurul langsung mengunjungi beberapa stand di Expo itu. Stand yang berisi buku-buku tak luput dari jejak Aisya. Mulai dari stand Indiva, Al-I’thisom, dan Tarbawi Press. Akhirnya Aisya membeli 4 buah buku yang sangat inspiratif menurutnya. Keempat buku itu antara lain :
1. Beginilah Seharusnya Cinta! (buku ini buah karya dari Fatih Beeman, ketua FLP Jatinangor, harganya tidak sampai Rp 20.000,00 kok! Berisi kisah-kisah inspiratif)
2. Agar Pasangan Seindah Impian (Hmm, jangan tersenyum dulu! Aisya membeli ini bukan hanya karena harganya yang hanya Rp 10.000,00, tapi juga karena sampulnya berwarna MERAH, warna favoritnya! Hehe, selain itu juga karena setelah dilihat di daftar isi, materi yang disajikan buku ini insya Allah akan sangat bermanfaat di masa yang akan datang. Jika saat itu tiba... ^^v)
3. Sepuluh Bersaudara Bintang Al Qur’an (Hmm, buku yang satu ini harganya Rp 25.000,00. Kenapa Aisya membelinya? Karena buku ini berisi kisah inspiratif keluarga Ustadzah Wirianingsih dan Ustadz Tamim dalam mendidik buah hati mereka sehingga kesepuluh anaknya bisa menghafal Al Qur’an. Memberikan inspirasi tersendiri bahwa sebuah keluarga dakwah dengan banyaknya aktivitas yang dimiliki, tetap bisa menjadikan anak-anak sebagai bintang. Hmm, semoga suatu saat bisa demikian! Yang penting azzam sudah ada, tinggal ACTION!)
4. Membangun Ruh Baru (Nah, Aisya memang sudah sejak lama mengincar buku ini, alhamdulillah dipertemukan juga. Bahkan dengan harga yang sangat miring!)
Selain itu, waktu berkunjung ke stand Indiva, Aisya juga mendapat Majalah Gizone GRATIS! Rezeki euy... Alhamdulillah, pulang dengan membawa 5 koleksi baru di perpus pribadi Aisya, AL FIRDAUS (Semangat menuju 1000 koleksi di tahun 2010).
Pukul 19.30 Aisya dan Nurul sudah standby di aula. Awalnya mereka ragu apa memang benar akan ada bedah novel “BUMI CINTA” karena di ruangan itu masih sepi. Aisya pun memberanikan diri berjalan ke dekat panggung untuk bertanya kepada seorang panitia akhwat yang berdiri di dekat situ. Dari akhwat itu, Aisya mendapat informasi bahwa memang benar akan ada bedah novel “BUMI CINTA” di ruangan itu. Aisya dan Nurul akhirnya memutuskan untuk tetap berada di tempat, bahkan Aisya berhasil mengajak Nurul untuk duduk di garda terdepan. Hehe...
Pukul 19.45 akhirnya acara bedah novel-pun dimulai. Diawali dengan pembukaan oleh MC dan dilanjutkan dengan tilawah. Setelah itu, naiklah Habiburahman El Shirazy (Kang Abik) ke atas panggung. Lurus dengan posisi duduk Aisya. Strategis euy! Pada kesempatan ini, Kang Abik menuturkan sekilas tentang kisah dari novel “BUMI CINTA” tersebut.
“BUMI CINTA” menceritakan seorang mahasiswa asal Indonesia bernama Muhammad Ayyas yang mengadaan thesis di kota Moskow, Rusia. Lewat tokoh Ayyas beliau ingin menyampaikan konsep Ma’rifatullah yang beliau gambarkan saat Ayyas menjadi salah satu pembicara dalam seminar yang menafikan adanya Tuhan. Selain itu, novel ini juga menceritakan tentang Palestina lewat kisah Linor yang awalnya seorang penganut Yahudi, ternyata ia adalah keturunan Palestina. Lewat novel ini, Kang Abik ingin membuka wacana pembaca bahwa memang ada hubungan yang erat antara Palestina dan Rusia. Sekarang ini, penduduk yang berada di Israel adalah orang-orang Yahudi yang dulunya hijrah dari Rusia.
Hanya sekitar 10 menit Kang Abik memaparkan sekilas tentang kisah dari novel “BUMI CINTA” tersebut. Selanjutnya beliau lebih suka jika ada dialog interaktif saja. Akhirnya, dibukalah sesi tanya jawab. Aisya tak mau melewatkan kesempatan ini. Ia pun mengangkat tangan. Alhamdulillah, ia diberi kesempatan pertama untuk bertanya. Aisya mengajukan tiga buah pertanyaan. Apa pertanyaannya??? Beginilah jawabannya :
1. Dalam pembuatan novel, ada 3 jenis ending cerita yang digunakan :
a. Ending tertutup => semua kisah sudah diselesaikan, pembaca tahu secara jelas tentang akhir ceritanya
b. Ending terbuka => penulis memberikan kesempatan kepada pembaca untuk menyelesaikan sendiri kisah yang ada dalam novel tersebut. Pembaca diberi kebebasan berimajinasi untuk melanjutkan ceritanya.
c. Ending setengah tertutup => sebagian permasalahan diselesaikan oleh penulisnya, sebagian yang lain diselesaikan oleh pembaca.
Pada novel BUMI CINTA ini, Kang Abik menuturkan bahwa beliau menggunakan ending setengah tertutup. Sehingga pada akhir kisah di novel tersebut, tidak disebutkan lagi apakah Linor mati atau tidak, Ayyas jadi menikah dengan Linor atau tidak, dsb. Kata Kang Abik, kecenderungan pembaca di Indonesia menyukai ending kisah yang tertutup karena bisa mengikis rasa penasaran.
Atas pertanyaan pertama Aisya itu, Kang Abik akhirnya membuka kartu bahwa kemungkinan novel itu akan ada kelanjutannya. Tapi memang belum digarap. Mungkin juga akan dibuat dalam versi kisah yang lain. Tunggu saja!
2. Kang Abik menuturkan bahwa ide lahirnya novel “BUMI CINTA” ini berasal dari 2 sumber :
a. Masukan dari pembaca, terutama para ibu yang menginginkan anak-anak muda bisa membentengi dirinya dari pergaulan bebas
b. Saat kunjungan ke Jerman bersama seorang mahasiswa Indonesia yang berada di sana. Mahasiswa tersebut ternyata tinggal di sebuah asrama yang ditempati secara heterogen (bercampur) antara laki-laki dan perempuan. Akan tetapi, mahasiswa tersebut mampu menjaga keimanannya dan tetap memiliki ghiroh keislaman yang tinggi di tengah fenomena pergaulan bebas di negara Eropa.
Oleh karena itu, lahirlah tokoh Ayyas. Dari tokoh Ayyas tersebut, tentunya kita bisa mengambil hikmah yang besar. Ayyas, dengan godaan seperti itu (pergaulan bebas di Rusia) saja masih mampu mempertahankan izzah dan keimanannya. Lantas, bagaimana dengan kita? Harusnya kita lebih mampu mempertahankan keimanan dan kesucian Islam kita.
Kata Kang Abik, beliau sering ditanya oleh pembaca, “Adakah orang seperti Ayyas?”. Beliaupun menjawab, “Ada.”
3. Sebagai jawaban atas pertanyaan ketiga dari Aisya, Kang Abik bercerita bahwa hikmah besar yang beliau dapatkan ketika menulis novel ini adalah beliau tergembleng untuk lebih bersabar. Beliau menuturkan bahwa penulisan novel ini paling berat di antara novel-novel beliau sebelumnya. Kok bisa terberat? Berikut pengakuannya.
a. Pada novel Ayat-ayat Cinta (AAC), Kang Abik begitu mudahnya menjadikan Mesir sebagai setting tempatnya karena beliau sudah 7 tahun tinggal di sana. Beliau mengaku, saat pulang ke Indonesia beliau lebih hafal setiap sudut kota Kairo daripada kota kelahirannya. Pada saat penulisan AAC, Kang Abik belum menikah, sehingga beliau mempunyai waktu 24 jam untuk menulis, 24 jam bersama Fahri, 24 jam bersama Aisha (bukan Aisya Avicenna lho!), dan 24 jam bersama Maria. Nah, pada novel “BUMI CINTA” ini, Kang Abik harus melakukan riset selama 6 bulan, karena beliau memang belum pernah ke Moskwa, Rusia. Akhirnya beliau mencari orang yang pernah tinggal di Moskwa, bahkan beliau terbang ke Malaysia untuk menemui seorang guru dari Indonesia yang pernah mengajar di Moskwa selama 6 tahun. Dari riset tersebut, Kang Abik merasa seolah-olah sudah pernah ke sana.
b. Novel “BUMI CINTA” ini ditulis di tengah-tengah kesibukan penyelesaian film Ketika Cinta Bertasbih (KCB), sehingga novel ini terselesaikan dalam waktu 1 tahun. Saat sedang melaksanakan haji, Kang Abik juga sempat menyelesaikan novel ini. Ketika sedang berada di Mina, setelah lempar jumroh, Kang Abik lebih memilih berdiam diri di maktab untuk menulis daripada hanya sekedar jalan-jalan. Sekitar 20% dari novel ini dikerjakan di Mekah dan Madinah.
Kang Abik berpesan : menulis adalah suatu jenis pekerjaan yang biasa dilakukan dalam kondisi sepi! Menulis memberikan pelajaran bahwa penulisnya harus mampu menertibkan diri, membuat jadwal, dan mampu menentukan kapan tulisannya selesai. Menulis butuh KONSENTRASI dan KESENDIRIAN!
Aisya sangat puas dengan jawaban Kang Abik. Penanya selanjutnya adalah seorang ikhwan bernama Yogo Pandito. Lewat pertanyaan dari Akh Yogo, Kang Abik kembali membuka kartu bahwa pada bulan Ramadhan nanti akan ada KCB versi sinetron yang akan mengisahkan kehidupan rumah tangga Azzam dan Anna pasca menikah. Hmm, jadi penasaran! Kang Abik juga menyampaikan bahwa saat ini sudah ada Production House (PH) yang menawari beliau untuk memfilmkan “BUMI CINTA”. Akan tetapi, masih perlu banyak pertimbangan, terutama masalah setting tempat.
Lanjut ke penanya ketiga. Seorang ikhwan yang tidak menyebutkan namanya. Dari pertanyaan beliau, Kang Abik menjawab bahwa dalam membuat novel, penulis harus mampu menguasai ceritanya dari awal sampai akhir. Setelah cerita itu menyatu utuh dalam pikiran, maka langkah selanjutnya adalah menuliskannya... SAMPAI SELESAI!!!
Hmm, lagi-lagi Kang Abik buka kartu! Beliau menceritakan bahwa novel original Ayat-ayat Cinta karya beliau adalah mahar yang beliau berikan pada sang istri. SO SWEET banget ya! Maharnya sebuah maha karya! Beliau memberikan mahar berupa novel tersebut karena terinspirasi oleh kisah seorang ulama yang memiliki seorang putri yang sangat sholihah dan cerdas, bahkan ilmunya serupa dengan sang ayah. Ulama tersebut berpikir keras, siapa ya pemuda yang pantas untuk menjadi pendamping putrinya. Di antara sekian banyak pemuda yang menjadi muridnya, ada seorang pemuda pendiam yang ternyata secara diam-diam pemuda itu mensyarahkan kitab yang ditulis gurunya (ulama tersebut). Suatu hari si pemuda menyodorkan hasil karyanya pada sang guru untuk dimintai koreksi beliau. Ulama tersebut sangat terperanjat karena murid pendiamnya ternyata sangat cerdas, bahkan ulama tersebut merasa belajar lebih banyak lagi dari tulisan yang dibuat pemuda itu. Akhirnya ulama menawarkan untuk menikahkan putrinya dengan pemuda itu dengan mahar tulisan yang telah dibuatnya. Pemuda itu pun tak menolaknya. Hmm, so inspiring!
Kang Abik sangat meyakini akan janji Allah, bahwa Allah akan memberikan banyak rezeki setelah menikah. Iyyakunu fuqara yughnihimullahu min fadhlihi wallahu waasi’un aliim, jika mereka miskin Allah akan mampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui (Q.S. An-Nur: 32)
Sebelum menikah, Kang Abik mempunyai sepeda motor Jupiter Z hasil kredit. Setelah menikah, ternyata novel Ayat-ayat Cinta yang awalnya hanya diterbitkan oleh Republika dalam bentuk potongan-potongan kisah, malah menjadi MEGA BEST SELLER di mana-mana. Istri Kang Abik pun mengatakan bahwa maharnya adalah mahar yang termahal dan sangat luar biasa! MAHAR SEBUAH MAHA KARYA! So AMAZING!!!
Pertanyaan selanjutnya datang dari seorang ikhwan lagi. Beliau menanyakan mengapa novel Kang Abik selalu menggunakan kata “CINTA”. Kang Abik pun menjawab bahwa menurut Ibnu Qayyim, “CINTA ADALAH SALAH SATU KEBUTUHAN DASAR MANUSIA”. Semua orang ingin dicintai. Orang sejahat apapun pasti perlu cinta. Semua orang juga ingin mencintai. Sasaran utama novel ini adalah para remaja. Tema cinta adalah tema yang paling bisa membuat remaja tergerak untuk memperhatikan.
Sesi tanya jawab sudah selesai. Weh, Aisya jadi satu-satunya penanya akhwat nih! Dasar.. ^^v! Kang Abik pun turun dari panggung bersama sang moderator. Aisya dan Nurul membuntuti. Hmm, akhirnya setelah tiba di salah satu stand yang menjual novel “BUMI CINTA”, Kang Abik berkenan berbagi tanda tangan.
Aisya sempat berfoto dengan Kang Abik. Beliau juga berkenan memberikan tanda tangan dan tulisan berupa pesan inspiratif di blocknote milik Aisya. Aisya saat itu tidak membawa novel “BUMI CINTA” karena pada awalnya ia tidak mengetahui kalau akan ada bedah novel di expo itu. But, it’s OK, never mind!
Kang Abik berpesan pada Aisya :
“JADILAH MUSLIMAH YANG BERPRESTASI”
Mantap euy! Terima kasih Kang Abik...
Alhamdulillah, segala puji hanya tertuju bagiMu Ya Allah...
Satu lagi impian Aisya terwujud!!
Semakin bersemangat untuk terus berkarya dan menjadi muslimah yang berprestasi!

TARBIYAH MADAH HAYAH!!!
KEEP FIGHT!!!!
Backsong : BERGEGASLAH_SUARA PERSAUDARAAN
Ketika kudaratkan kaki di Hanadi
Kulihat ribuan wajah penuh cinta dan harapan
Kerinduan akan sebuah tempat persinggahan
Ditengah hiruk pikuk gemuruh panas pulau Batam

Pelabuhan hati - hati yang gersang
Dengan merindu kedamaian dan uluran kasih sayang
Peraduan jiwa - jiwa yang lelah
Sekedar melepas beban di dada yang terus bertambah

Duhai kawan kujaga slalu kuatkan azzam di hati
yang kini hidup mereka dalam curahan kasih Illahi
Duhai kawan agar tak lapuk usiamu
Sirna ditelan masa dalam lumpur debu anganmu

Jadikanlah Allah sebagai tujuan
Sandaran hati nurani agar terhempas keraguan
Jadikanlah Rasulullah teladan
Panutan hidup manusia hingga sampai akhir zaman

Jadikanlah ia sebagai Hajar
Jadikanlah ia sebagai Mariam
Jadikanlah ia sebagai Hathijah
Wanita perkasa penuh keaguangan

Jadilah dikau sebijak Lukman Hakim
Jadilah dikau setegar Ibrahim
Jadilah dikau sekasih Muhammad
Rosul akhir zaman panutan umat

Dalam penantian panjang… Menunggu senyuman mentari menghias pagi!
Jakarta, 170610_00:00 (midnight)
Aisya Avicenna