Jejak Karya

Jejak Karya

Thursday, July 01, 2010

Jodoh Tidak Akan Pernah Tertukar

Thursday, July 01, 2010 0 Comments



Aku teringat kisah seorang teman...
Ia adalah seorang muslimah yg senantiasa terjaga. Hari-harinya senantiasa diisi dengan kegiatan bermakna.. Apalagi kalau bukan mengisi kajian, membaca buku, menulis tausyah dan sebagainya.
Suatu hari, ia memiliki permasalahan dakwah yg begitu besar. Bahkan ia bingung, kepada siapa ia harus meminta bantuan... Tak ayal, dia hanya bisa memohon dalam sujud panjangnya agar segera diberi jalan keluar terbaik.
Tak berapa lama... Ia dikenalkan dengan seorang ikhwan, tepatnya terpaut 6 tahun yg pada saat itu, ikhwan tersebut memberikan bantuan berupa masukan-masukan serta solusi mengenai problema dakwah yg sedang dialami temanku itu.
Saat itu temanku benar-benar berterima kasih serta mengucap rasa syukur sedalam-dalamnya... Karena perlahan problema dakwah yg sedang dihadapi menemui titik terangnya.

Namun, setelah titik terang ditemui.. ternyata menambah sebuah problema baru. Bagaimana tidak, kedekatannya dengan sang ikhwan tersebut.. ternyata memunculkan benih-benih cinta dalam hatinya.

Sungguh, sebenarnya temanku itu tak mau memiliki rasa seperti itu, ia pun ingin membuang jauh-jauh bayangan tentang ikhwan tersebut yg sebenarnya sudah dianggap oleh temanku itu sebagai seorang kakak. Ya! hanya sebatas kakak.
Tapi, apa mau dikata... rasa kagum karena kefahaman ikhwan tersebut akan ilmu agama serta keshalihannya ternyata mampu mengalihkan keimanan temanku itu. Ia selalu uring-uringan dan pada akhirnya hidupnya jadi tak bersemangat lagi.. Kalau dulu, ia bersujud panjang karena rasa khouf-nya yg ada.. kini dalam sujud panjangnya selalu terhadirkan genangan air mata, ingin disatukannya ia dengan ikhwan tersebut.
Sampai suatu hari, ia menceritakan semuanya padaku... dan aku pun mencoba menenangkannya. Ia terus menangis dan menangis sejadi-jadinya. Ia sudah tak tahan lagi terhadap kegalauan perasaannya. Ia takut rasa itu akan semakin mencengkeramnya dengan kuat dan akhirnya terbius oleh hawa nafsu syaitan.

Aku pun mencoba memberikan saran, untuk coba berterus terang terhadap ikhwan tersebut akan perasaan temanku ini yg sebenar-benarnya. Malah kalau perlu langsung menawarkan diri untuk minta dinikahinya. Bukankah Siti Khadijah juga menawarkan diri kepada Rasululloh, hanya saja melalui seorang perwakilan? Apakah menawarkan diri ini disampaikan melalui perwakilan atau secara langsung oleh diri sendiri terserah, asalkan caranya baik & sesuai dengan syariat Islam. Bila ingin maju tanpa perwakilan tentu harus siap dengan satu syarat: harus siap mental!.

Temanku akhirnya paham dan memberanikan diri untuk menawarkan diri terhadap ikhwan tersebut, tentu minta untuk dinikahi.. bukan untuk dipacari. Dan ia sudah siap dengan berbagai kemungkinan yg akan terjadi. Tapi bismillah saja lah, pikirnya. Toh aku bukan meminta pada ikhwan tersebut tapi sebenar-benarnya aku meminta pada Sang Pemilik ikhwan tersebut (red. Alloh), kata temanku.

Dan setelah beberapa lama, aku kehilangan kabar temanku ini. Entah apa yg telah terjadi, namun rasa keingintahuanku begitu membuncah.. Sampai pada akhirnya, aku mendapat kabar darinya.. bahwa ikhwan tersebut telah menikah, dengan akhwat yg lain.
Aku ikut bersedih, tentu ada rasa kekecewaan yg hadir terhadap diri temanku tersebut. Tapi, ketika aku menemuinya, ia begitu tegar.. dan mengatakan "Aku sudah menawarkan diri pada ikhwan tersebut, tapi ikhwan tersebut justru menyerahkan undangan pernikahannya padaku. Aku mungkin telat menawarkan diriku padanya, tapi sungguh aku yakin bahwa jodohku tak akan pernah tertukar oleh siapapun".
Degg... tiba-tiba aku terlemas. Kata-katanya begitu menghujam dalam kalbuku. Ia sungguh wanita sholehah.. Aku yakin, ia akan mendapatkan jodohnya yg terbaik kelak.
Setelah pertemuan itu. Aku tak bertemu lagi dengan temanku tersebut... Kita benar-benar loss contact sama sekali.
***
Kita kembali dipertemukan.. tepatnya ketika aku berkunjung ke toko buku. Ia masih tampak seperti yg dulu, setelah pertemuan terakhirku dengannya setahun yg lalu. Ia pun menghampiriku dan menyapaku, lalu mengajakku untuk mampir ke sebuah rumah makan yg tak jauh dari toko buku itu. Disanalah kita berbincang kembali... kemudian ia menceritakan padaku, bahwa ia sempat ta'aruf namun gagal hingga kedua kalinya. Dengan hanya karena sebuah alasan, bahwa temanku itu adalah seorang "Aktivis".
Aku tak habis pikir mendengar ceritanya, wanita seperti dia, bisa ditolak ikhwan hanya karena alasan itu??!! Huhh..!! aku emosi sekali. Jarang-jarang kan ada wanita yg seperti ini, sudah cantik, sholehah, pemahaman ilmu agamanya banyak dan aktifis dakwah pula. Apalagi sih yg dicari dari para ikhwan tersebut?!
Ahh, itu pasti karena ikhwan tersebut takut menyeimbangi kafaah yg dimiliki temanku ini. Belum maju ke medan perang, ehh.. udah mundur selangkah demi selangkah. Capekkk dah!!

Tapi sekali lagi, tak ada rasa kekecewaan yg muncul dari temanku ini.. meski aku yakin, namanya juga manusia, tentu temanku merasakan sakit yg terdalam di hatinya mengenai kegagalannya berkali-kali dalam menuju gerbang pernikahan
***
Itu dulu.. ketika 1,5 tahun yg lalu kita bercerita... Tapi lihatlah kini, surat undangan pernikahan berwarna merah telah berada di genggaman tenganku. Akhir dari sebuah perjalanan seorang temanku.

Ia akan menikah 4 Juli 2010 mendatang... dan ia mendapatkan pendamping seorang akitivis dakwah pula, seorang dokter yg terpaut usianya 7 tahun. Kini, aku benar-benar bisa merasakan kebahagiaannya. Bersabar akan penantian tersebut ternyata membuahkan hasil yg istimewa. Dan sungguh benar janji Alloh, "Perempuan-perempuan yg keji adalah untuk yg keji pula dan laki-laki yang keji untuk wanita-wanita yg keji, sedangkan wanita-wanita yg baik untuk laki-laki yg baik dan laki-laki yg baik juga diperuntukkan bagi perempuan-perempuan yg baik…” (QS. An-Nur: 26).

Ternyata apapun yg telah Alloh tetapkan bagi manusia merupakan hak-Nya, pasti ada hikmah besar di dalamnya, tergantung bagaimana kita menyikapi.
Dan sebuah pembelajaran bagiku, bagi seorang Deasy Lyna Tsuraya.. tentu aku harus yakin seperti temanku ini, keyakinan bahwa "Jodoh tidak akan pernah tertukar". Insya Alloh


~DLT

TEPAT dan TERBAIK (poem_version)

Thursday, July 01, 2010 0 Comments



Waktu yang selalu TEPAT melaju…
Mengajak diri lakukan aktivitas TERBAIK

Kudengar sendiri hela nafas TEPAT satu-satu
Dalam deguban TERBAIK kerja si jantung

Jiwa yang terbalut rapuh, TEPAT di dasar hati
Mencoba mengerti apa artinya cinta TERBAIK

Aku kutip semua serpihan-serpihan rindu dengan TEPAT
Berserakan di singgasana TERBAIK para perindu

Mimpi indah TEPAT beriringan terus semalam
Melewati hari-hari dan malam-malam hanya dengan harapan TERBAIK

Jiwaku melanglang buana menari-nari, TEPAT seirama simfoni alam
Membumbung tinggi, menembus sunyi, bermuara pada dekapan TERBAIK sang malam….

Ketika menebar senyum dan matanya tertuju TEPAT di hati
Sebuah bayangan kerinduan : kau yang nun entah dimana, di tempat TERBAIK pastinya…

Saat bayangan itu TEPAT terpantul di cermin kehidupan
Saat itulah suatu masa TERBAIK yang tlah Dia siapkan…

Teriring cahaya TEPAT benderang, tampak sebuah sinaran nan suci
Menuju kembara TERBAIK kerinduan hakiki

Tujuan yang TEPAT, indah tanpa tepi
Labuhkan diri didetik akhir perjalanan TERBAIK ini….

Desahkan nafas kerinduan, TEPAT hentikan jeritan jiwa
Di puncak TERBAIK, berteman keheningan

Isyarat itu TEPAT terbaca sebagai petunjuk arah
Menghentikan laju ini pada dermaga TERBAIK, saat pemberhentian tiba

Berenang dengan TEPAT separuh nafas, dalam samudera rindu yang berpeluh
Ungkapkan rasa, menitipkannya bersama hujan dalam tetesan TERBAIK

Saat kepak sayapku TEPAT lengkap, sempurna….
Cinta-Nya lah yang menjadi penawar TERBAIK sayap yang dulunya terluka

Suara lembut itu TEPAT menggema di lorong hatiku…
Menerjemahkan dengan TERBAIK rindu yang mulai terkikis oleh waktu…

Saat sang waktu tertatih berjalan, rinduku menyelinap TEPAT di palung hati
Tangan ini pun menggenggam erat pena dan menulis surat cinta TERBAIK untuknya….

Mata, hati dan jiwa meniti baris demi baris kata merangkainya dengan TEPAT
Berteman kesunyian TERBAIK yang tak pernah ia kenal sebelumnya…

Bagi jiwa yang selalu TEPAT merindu, membuka selaksa kenangan yang pernah tercipta dahulu…
Terdengar alunan simfoni TERBAIK laksana nyanyian surga

Saat cinta-Nya TEPAT ‘berbicara’…
Dalam rukuk dan sujud tanda pengabdian TERBAIK sang hamba…

[Keisya Avicenna : TEPAT dan TERBAIK, dua kata “SUPER INSPIRATIF” yang sangat saya cintai akhir-akhir ini, dua kata yang mengajarkan kepada diri ini bahwa “MENCINTAI ITU MENGINSPIRASI”…(mbak Thicko, ini MEGA PROYEK kita selanjutnya!!! OK???hehe…)….WE ARE SUPERTWIN!!! ^^v. Bahagianya di ISTANA KYDEN, 20 Juni 2010…21:00 WIB]

MENDAKI PUNCAK KERINDUAN

Thursday, July 01, 2010 0 Comments



Malam kembali menenggelamkan kita dalam pekatnya yang tersirat rindu
Membawa nurani pada gelap yang rindukan cahaya
Cinta kembali penuhi taman-taman hati para perindu
Menyemaikan rindu
Ramaikan suasana pecahkan keheningan malam yang dirindukan

Rinduku kembali menghiba pada angin
Tiupannya membawa pesan rindu
Ingin kukatakan, betapa perjalanan ini adalah cermin puncak kerinduanku
Seketika luruh segala letih yang terasa merindu
Tersapu butiran gerimis kecil, dendangkan nada rindu…
Puncak kerinduan yang merindukan dentingan simfoni rindu nan syahdu…


-13 kata rindu untukmu…-
“Di luar sana hujan,cinta…tetap sandarkan kepalamu di bahuku…” ^^v
[Keisya Avicenna,18 Juni 2010 : ”Pulang Kampung Supertwin”…menembus pekat malam bersama Bus HAGE Solo-Baturetno, Wonogiri 19:00-21:00 WIB. Akhirnya Keisya dan Aisya bertemu juga…”Puisi untuk Aisya dari Keisya”…hihihi…so sweet…^^v]

”MENCARI CELAH LANGIT” [Sebuah Petualangan Intelektual]

Thursday, July 01, 2010 0 Comments
Ahad, 13 Juni 2010
Ahad pagi yang penuh semangat!!!

Reportase pagi dari Istana KYDEN serta kawasan Wonogiri dan sekitarnya :
Ketika tengah asyik menyelesaikan pekerjaan rumah, Babe ngajak ke Plaza Wonogiri (kawasan wisata di are Waduk Gajah Mungkur Wonogiri). Biasanya kalau Ahad pagi rame n banyak pedagang macem2 gitu. Seru...perjalanan pagi yang begitu menyenangkan. Udara pagi yang begitu segar memenuhi alveolus dalam paru-paru ini. Sampai lokasi, memang benar2 rame. Apalagi bersamaan dengan acara sosialisasi PROGRAM ”AKU CINTA WONOGIRI”...padat merayap euy....tapi tetap bahagia bisa mengagumi keindahan alam ciptaanNya. Ketika melihat aliran air tiada yang bisa saya rasakan selain kedamaian yang menyeruak...semua terasa begitu indah...mentari pun menyemarakkan dengan terpaan kehangatan sinarnya. Di lokasi itu, sempat surprise juga karena bisa dipertemukan dengan ikhwah-ikhwah Wonogiri. Wow, dah bawa jundi-jundi kecilnya semua...selamat ya mas, mbak...^^v (pengen, mode:ON). Ketemu guru waktu masih di bimbel NURIS dulu...minggu pagi yang menyenangkan euy....

Sekitar jam 07.15 Babe ngajak beli sarapan...yadah, kita beli pecel dan sambal goreng pluz tempe bacem, jajanan pasar, dan gorengan. Tak lupa saya pun beli jamu gendhong. Biar tambah sehat!!! Hehe....

Singkat cerita sampai rumah, sarapan tyuz bersiap balik ke Solo. Coz rencananya pagi ini Tyo dari Semarang mau ke kostan nganter doralepito. Ibu juga mau ta’ziyah ke Palur. Babe nanti sore juga mau pergi kerumah simbah. Yadah, istana KYDEN sepi....jam 9 saya berangkat dianter Mas Dhody sampai cegatan biz. Menikmati perjalanan Wonogiri-Solo. Sang waktu saya habiskan untuk membaca majalah Hadila. Isinya bagus-bagus. Alhamdulillah, sampai kost juga. Masuk Zona Inspirasi Supertwin. Tyo mengabarkan kalau dia batal ke Solo. Coz di kawasan Banyumanik terjadi kecelakaan beruntun yang bikin macet mpe berkilo-kilo. Yadah, petualangan siang ini ma Tyo batal deh....tapi saya dah punya rencana lain. Tetap berpetualang, tapi dengan mbak Fadhil. Rehat siang dulu, jam 13.00 petualangan kita mulai.
Naik angkot 03-ATMO-turun Diamond. SOLO BOOK FAIR dan FRANCHISE juga...hyaaa...kalo ada pameran kayak gini jadi laper mata karena haus akan ilmu...wkwkwk...(liat daftar list buku yang harus dibeli karena BUTUH!!!!). Alhamdulillah, dapat 9 buku yang sangat bermanfaat untuk bekal “pasca kampus”. Menambah koleksi perpus Keisya Avienna juga...Hehe...SEMANGAT MEMBACA, MEMAHAMI, dan semoga bisa MENGAPLIKASIKAN dengan sebaik-baiknya, dan dalam tempoe yang sesingkat-singkatnya. Hehe. Amin. [2 keyword : TEPAT dan TERBAIK!!!]

Setelah cukup puas hunting bukunya, saya dan Mbak Fadhil bergegas meninggalkan lokasi (setelah sebelumnya makan Krebby Petty dulu...^^v. Laper euy....e, ketemu Pak Tanto dan keluarganya. Salut deh sama bapak!!!)

Naik Damri turun Gramedia, sholat Ashar dulu, lanjut lihat Pameran Grafis di Balai Soedjatmiko. Dan penikmat seni ini pun beraksi..Menikmati goresan warna dan garis yang pastinya sarat akan makna...

PAMERAN GRAFIS karya A T Sitompul, seorang seniman asal Yogyakarta. Karya-karya yang sungguh luar biasa....(nggumun, mode : ON). Setiap coretannya meski terkesan “abstrak” tapi sarat makna. Ni hasil reportase Keisya Avicenna sore itu :
1. Encourage your faith as big as your wishes (Besarkan keyakinanmu sebesar keinginanmu)
2. Tolerance (Toleransi)
3. Semua ada masanya
4. dll…..poko’nya unik-unik….(catatan di hape kok hilang ya????huhu)

Puas lihat-lihat kita pun segera meninggalkan lokasi. Jam di N5300 saya sudah menunjukkan pukul 16.30. kita naik Damri, turun Pedaringan....kemudian mbecak sampai gerbang surya....^^v. HAPPY ENDING deh!!!

Dalam perjalanan menuju Kost Pink Penuh Cinta, jemari ini begitu lincah menggabungkan aksara demi aksara di N5300, hingga akhirnya terciptalah sebuah puisi yang berjudul : ”MENCARI CELAH LANGIT”. Terinspirasi saat diri ini menengadah menatap langit sore ini....(menatap langit sambil jalan..Awas!! hati-hati nabrak....hehe)

”Aku bersandar pada dinding harap...
Menengadah dalam ratap
Pada celah langit tanpa atap...
Semua tampak indah dalam imajiku
Meski warna cerah kadang tertutup awan kelabu
Tapi semua itu tak buatku sendu...
Mencoba tetap tersenyum meski kadang hati tersayat sembilu...
Mendobrak ruang pekat di kepala
Karena lirih kegelisahan yang menggema

Sinar matahari sore terbias dan berkilat di mata
Sinarnya terang menghalau sisa-sisa siang....
Ku seperti melihat ”bayangannya”
Bak siluet di tengah sebuah benda bulat merah jingga

Ini sore terindah yang pernah kusaksikan!!!
Mencari celah langit
Mengeja pinta...
Sampaikan harap....
Pintalkan doa....
Hingga senja kembali menyambutku...
Hingga sang malam kembali menjelang
Dalam untaian kharismanya yang tak kan menghilang....


[Keisya Avicenna, 13 Juni 2010....”Hari ini adalah hari yang penuh petualangan intelektual, mengoptimalkan otak kanan, otak tengah, dan otak kiri. Hehe...”]

JULI = [J]ejak-jejak [U]ntuk [L]edakkan [I]nspirasi

Thursday, July 01, 2010 0 Comments

REFLEKSI JUNI
Bulan Juni menjadi bulan penuh “sensasi” bagi saya. Pasalnya, banyak kejadian yang membuat diri ini semakin tertempa dan semakin menyadari akan mahalnya sebuah keistiqomahan. Jujur saja, di akhir bulan Juni, saya sempat dihadapkan dalam sebuah suasana yang membuat diri ini “terpojok”, terpukul, dan jatuh sakit. Semuanya berakar dari sebuah perbedaan! Peristiwa itu sempat menguji keteguhan. Diri ini mencoba untuk tegar dan tak terusik dengan lingkungan yang belum sepenuhnya menerima dan mengerti tentang indahnya perbedaan. Ya Rabb, istiqomahkan hamba… itulah asa dari seorang hamba yang sedang berusaha mempertahankan dirinya. Saya teringat akan kisah yang pernah saya baca di buku “Beginilah Seharusnya Hidup”.
Suatu hari, masyarakat kodok mengadakan sayembara. Sayembaranya berupa lomba lari dan diakhiri dengan menaiki menara yang cukup tinggi. Setelah beberapa hari dipublikasikan, beberapa kodok akhirnya mendaftarkan diri. Mereka banyak yang mendaftar karena tergitu dengan dengan hadiah yang besar. Setelah melalui beberapa tahap penyeleksian, akhirnya hanya sepuluh ekor kodok yang dibolehkan mengikuti perlombaan.
Pada hari yang telah ditentukan, kesepuluh ekor kodok ini berkumpul di alaun-alun. Penonton yang datang, bukan main banyaknya. Para peserta lomba diliputi perasaan tegang. Tegang karena harga diri keluarga dan suku ikut dipertaruhkan. Wasit bersiap-siap meniup peluit. Para peserta lomba bersiap mengambil ancang-ancang. Masing-masing telah siap dengan segala yang akan terjadi. Kalau perlu, untuk memenangkan perlombaan, segala macam cara akan dilakukan.
Priiittt!!!
Setelah peluit berbunyi, masing-masing kodok melompat-lompat berpacu untuk menjadi yang terdepan. Jarak lari sebelum naik menara lumayan jauh. Mereka harus menguras energi untuk sampai ke menara. Sedangkan finish dari lomba itu adalah di puncak menara. Barangsiapa yang berhasil menaiki menara dan meraih bendera di atasnya, dialah pemenangnya.
Kini, kesepuluh ekor kodok itu hampir mendekati menara. Penonton terdengar riuh rendah bertepuk tangan dan memberikan dukungan. Namun, di antara penonton itu tak sedikit pula yang menciutkan nyali peserta lomba.
“Wah, mana mungkin kodok bisa naik menara. Lomba ini hanya menguras tenaga saja!”
Beberapa peserta lomba yang sedang lari mendengar celetukan itu. Di dalam hati mereka membenarkan celetukan itu. Mereka pun akhirnya berhenti berlari. Adapun sisanya terus berlari. Empat ekor kini berada di bawah menara, sementara seekor kodok yang kecil masih berada jauh dari menara. Ia memang menjadi peserta yang tidak diunggulkan.
Keempat ekor kodok yang berada di bawah menara tengah berpikir. Apakah mereka akan terus memanjat menara tersebut, atau cukup sampai di situ. Di tengah kebimbangan yang melanda mereka, beberapa penonton banyak yang menyarankan agar menyerah saja. Karena tidak mungkin menara itu dapat dipanjat. Beberapa ekor di antara peserta lomba itupun banyak yang ciut nyalinya. Satu per satu mereka menyerah. Hanya tinggal satu peserta lagi yang masih jauh dari menara. Ia adalah peserta yang benar-benar tidak diunggulkan.
Kodok itu hampir mendekati menara. Namun, beberapa komentar yang menciutkan nyali tak digubrisnya, ia terus berlari.
“Woi, sudah berhenti saja. Yang lain juga berhenti, karena tidak mungkin kodok bisa memanjat menara!” begitulah beberapa celetukan penonton.
Akan tetapi, kodok kecil itu tetap berlari. Sedikitpun ia tidak meladeni omongan para penonton. Ia terus berkonsentrasi pada perlombaan yang tengah ia ikuti. Sampailah kodok itu di bawah menara. Dengan susah payah kodok itu melompat-lompat, memanjat menara yang memiliki banyak cabang.
Para penonton yang mengeluarkan kata-kata penciut nyali itu heran, karena kodok kecil ini sedikit demi sedikit mampu menaiki menara. Beberapa lama kemudian, sampailah kodok ini di puncak menara. Dengan hati-hati, diambilnya bendera. Kemudian, gemuruh penonton menyoraki kodok kecil yang berhasil menaiki menara dan memenangkan pertandingan.
Setelah turun, kodok itu disambut meriah dan sukacita oleh keluarga dan sukunya. Tak lama setelah itu, panitia menyerahkan hadiah. Wartawan kodok kemudian mengerubungi sang juara serta mewawancarainya. Namun, karena kelelahan kodok itu tak mau diwawancarai. Ia diwakili oleh keluarganya menghadapi pertanyaan dari para wartawan.
“Apa kunci keberhasilan kodok kecil itu sehingga menjadi juara?” tanya salah satu wartawan.
“Tentu saja banyak latihan!”
“Selain itu?”
“Banyak makan makanan yang bergizi, dan tak lupa berdoa.”
“Lalu, motivasi apa yang adan berikan kepada kodok kecil itu, sehingga ia tidak berhasil diruntuhkan mentalnya oleh para penonton?”
“Maksud Anda?”
“Yah. Tadi, ketika lomba sedang berlangsung banyak dari para peserta yang mundur karena ciut nyalinya setelah mendengar omongan para penonton.”
“Ooo, itu. Kodok kecil itu tidak terpengaruh dengan omongan yang meruntuhkan mental karena ia tidak mendengar omongan itu.”
“Maksudnya?”
“Kodok kecil itu tuli, jadi ia tidak mendengar apa yang diomongkan.”
Kisah kodok kecil itu mirip dengan yang saya alami. Saya pun berusaha ‘menulikan’ diri terhadap hujan kata yang ‘memojokkan’ itu. Biarlah. Saya tetap menghargai, karena setiap orang berhak menilai. Tapi menurut lubuk hati saya yang terdalam, penilaian terbaik hanya datang dari Allah Yang Maha Kuasa. Bukan berarti saya acuh, tapi biarlah saya memilin benang-benag filter dalam diri saya lebih kuat, lebih rapat sehingga saya mampu menyaring inputan yang positif dan membuang ampas-ampas negatif yang turut menyertai inputan itu.
Perbedaan, dalam hal apapun, kadang selalu menjadi polemik, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Manusia sebagai anak keturunan Adam, makhluk ciptaan Allah yang diberikan kelebihan oleh-Nya dibandingkan dengan makhluk lainnya. Menjadikan manusia mampu menyikapi perbedaan dengan bijak. Memang seharusnya seperti itu.
Ibarat sebuah bangunan, yang dibangun dari berbagai macam bahan, yang membuatnya kokoh berdiri, satu sama lain saling melengkapi dan memperkuat sehingga menjadi sebuah bangunan yang utuh. Satu dengan yang lainnya fokus dengan fungsi dan kemampuan masing-masing. Namun, semuanya berlandaskan pondasi yang sama.
Dalam Islam, pondasi itu adalah Tauhid, yang wajib kita yakini bahwa Allah adalah satu, menyakini dan mengimani semua sifat-Nya, nama-nama-Nya yang agung, menyakini semua penciptaan-Nya. Dalam setiap shalat kita, meng-ESAkan-Nya, bahwa tiada Tuhan Selain Allah. Berlandaskan tauhid inilah, perbedaan yang ada, mampu disikapi dengan bijak, bahwa kita adalah setetes air dalam samudera ilmu-Nya, tidak layak kita menyombongkan diri, merasa menjadi yang paling berilmu dan merendahkan yang lainnya, yang sama-sama menempuh jalan-Nya.
Merendahkan hati kepada sesama, semakin berisi semakin merunduk dan bersifat tawadhu, sikap-sikap seperti ini yang seharusnya dikembangkan, dan tentunya akan lebih baik memeriksa kesalahan diri sendiri, daripada mencari-cari kekurangan orang lain. Paling tidak itulah hikmah yang saya ambil. Setiap kita mengucapkan salam setelah sholat, maka kita mendoakan sesama ummat yang ada di samping kanan dan kiri kita, semoga selalu ada dalam keselamatan, rahmat-Nya dan berkah-Nya, maka jika dengan sadar kita melakukannya, dengan penuh keikhlasan, sudah selayaknya kita mampu menyikapi perbedaan dengan bijak. Karena jika seorang Muslim, menempuh Jalan-Nya, dan berupaya mengharapkan ridho-Nya dalam perjalanan hidupnya, pasti akan mendapatkan petunjuk-Nya, selama itu menjalankan semua perintah dan menjauhi semua larangan-Nya.
“Barangsiapa yang Allah menghendaki padanya kebaikan maka Dia akan menjadikannya mengerti masalah agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Terima kasih Ya Allah karena menyajikan bulan Juni yang begitu berarti.
Sebuah sugesti positif : Saat ‘SENDIRI’ di tengah ‘hutan belantara’ dengan berjuta bahaya yang siap menerkam, jangan pernah merasa SENDIRI! Allah bersamamu dan akan melindungimu dengan penjagaan terbaik-Nya. Allah Maha Kuasa, Dia pun bisa mengirimkan manusia-manusia terpilih untuk menjadi sahabat dan pelindung dalam ‘KESENDIRIAN’mu.

RESOLUSI JULI
Tidak ada yang tahu pasti bagaimana masa depan kita. Satu hal yang saya percayai adalah, semakin banyak kita berbuat kebaikan, semakin indah juga hidup kita. Semakin banyak kita memberi, semakin banyak pula yang kita dapatkan. Semakin keras kerja kita, semakin besar kesuksesan kita. Semakin kita berani mengambil resiko untuk menyambut peluang, semakin besar pula keberuntungan yang akan kita dapatkan. Insya Allah.
Jangan hanya MENUNGGU, tapi BERGERAK dan BERJUANGLAH meraih apa yang diinginkan!!!
JULI = [J]ejak-jejak [U]ntuk [L]edakkan [I]nspirasi
Bismillahirrahmanirrahim…
Yakin... yakin... yakin... SIAP MELANGKAH!!! Diri ini semakin tahu setiap detail yang diinginkan... Tapi Allah Maha Tahu lebih detail dari setiap apa yang PANTAS untuk diberikanNya pada hamba-Nya ini…
Kebaikan bukanlah memiliki harta melimpah dan anak banyak. Akan tetapi, kebaikan adalah jika amalmu banyak, ilmumu luas dan engkau tidak menyombongkan diri kepada orang lain dengan ibadahmu kepada Allah SWT. Jika berbuat baik, engkau segera bersyukur kepada Allah SWTdan jika berbuat buruk segera memohon ampun kepada-Nya
~Sayyidina Ali Bin Abi Thalib~
Jakarta, 1 Juli 2010
Aisya Avicenna

THE POWER OF “GIVING”

Thursday, July 01, 2010 0 Comments
Sedekah adalah penolak bala, penyubur pahala, dan melipatgandakan rezeki; sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat. Masya Allah!

Sahabat, betapa dahsyatnya sedekah yang dikeluarkan di jalan Allah yang disertai dengan hati ikhlas, sampai-sampai Rasul sendiri membuat perbandingan. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda, “Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun menciptakan gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut.

Kemudian mereka bertanya, ‘Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?’.
Allah menjawab, ‘Ada, yaitu besi’.
Para malaikat pun kembali bertanya, ‘Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari besi?’.
Allah menjawab, ‘Ada, yaitu api’.
Bertanya kembali para malaikat, ‘Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari api?’.
Allah menjawab, ‘Ada, yaitu air’.
‘Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?’ tanya para malaikat.
Allah pun menjawab, ‘Ada, yaitu angin’.
Akhirnya para malaikat bertanya lagi, ‘Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?’.

Allah yang Mahagagah menjawab, ‘Ada, yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya tidak mengetahuinya’.”

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya diadakan-Nya jalan keluar baginya dan memberinya rejeki dari jalan/pintu yang tidak diduga-duga(QS Ath Thalaq : 2-3).

Wednesday, June 30, 2010

Perempuan Cahaya di Taman Dzikir

Wednesday, June 30, 2010 0 Comments

By : Faliq


Panas matari, hujan air mata rindu
Menyemai taman dzikir, taman doamu
Mawar-mawar yang
Dia kirimkan padamu
Tumbuh merekah, hiasi sajadah
Yang terus memanjang pada sisa kala


Di taman dzikir, taman hening yang mawar itu
Kau temui ribuan perempuan cahaya
MenjelangNya memohon untuk merengkuhmu
Oh sahaya, yang resah merindu


Tlah kau tumpukan penuh awan-awan asa
Dan kau dekap pelangi mahabbahNya
Kau fana yang memanjati langit ma’rifatNya


Di taman dzikir, taman do’a dan nafasmu
Di tengah perempuan-perempuan cahaya
Kau menjaga dengan air mata
Di taman dzikir, taman do’a dan nafasmu
Di tengah perempuan-perempuan cahaya
Nyala masa yang tersisa
Demi hasrat abadiitu


Sungguh telah Dia fanakan dirimu itu
Tetapi tidak cintamu kepadaNya
Sebab di taman dzikir, doa dan nafasmu
Oh cintamu dan
Kekasih adalah baka

Tuhan, bila sujudku padaMu,
Karena aku takut Neraka
Bakar aku dengan apinya
Bila sujudku padaMu,
Karena damba Syurga
Tutup untukku Syurga itu
Namun bila sujudku demi Kau semata
Jangan palingkan wajahMu
Tuhan, aku rindu menatap KeindahanMu


[lagi senang denger nasyid ini]

Thursday, June 24, 2010

DIAM…

Thursday, June 24, 2010 0 Comments

Sesungguhnya setiap titik pada lintasan hidup kita adalah dalam rencana indahNya. Setiap lintasan, setiap persimpangan, dan setiap pilihan adalah dalam kehendak dan rencanaNya yang sempurna dan paripurna. Setiap perjumpaan, kebersamaan, dan perpisahan bukanlah ketidaksengajaan. Takdir kita adalah hasil dari bertumpuknya ketetapan yang saling berhubungan dengan sarana sebab akibat. Kita merasa memilih dengan pengetahuan dan akal kita, tapi dalam ke-Maha Tahu-anNya, semua "pilihan" adalah titik semata. Hanya titik!
Rencana dan ketetapan-Nya tidak mungkin bisa ditolak oleh siapapun, juga tidak akan bisa dihalang-halangi oleh apapun. Kita boleh saja menolak adanya malam dan siang, namun malam tetap akan menjelang, meski kita membencinya, begitu pula siang. Keduanya tetap akan datang bagaimanapun sikap kita. Kita boleh saja menolak akan musibah yang menimpa kita, tapi itu sudah menjadi skenario yang telah dituliskan-Nya, terindah untuk kita. Begitulah takdir akan terus berjalan, suka atau tidak suka. Mau atau tidak mau.
Jangan menolak apapun yang telah ditetapkan-Nya, karena kita akan binasa, bahkan iman kita akan sirna, hati kita akan kotor ternoda. Bisa saja! Jangan memberontak atau meronta, karena nurani kita akan nelangsa. Tapi, jangan pernah menyerah pada keadaan! Kita bisa berubah, asal kita mau!!! Asal kita mampu mengendalikan diri kita untuk mau membuat keadaan berubah!
Memohonlah kepada-Nya agar membuat kita ridha dengan keputusan-Nya dan sabar dengan apa yang kita alami. Penderitaan, kesalahan, dan ketersesatan adalah jalan sebab kepada rasa butuh kita, sehingga kita mau bertaubat dan berdoa kepada-Nya, menangis dan mendamba kedekatan serta perhatianNya. Bersikap tenanglah di hadapan takdir.
Diam… Bukan berarti tak bergerak untuk berubah atau mengubah!
Diam… Niscaya akan kita saksikan keajaiban-keajaiban terungkap!
Diam... Maka akan kita saksikan bagaimana Gusti Allah mengubah kita, membolak-balik diri kita dan mengurai KEINDAHAN dari balik semua yang berlaku pada diri kita...

Jakarta, 210610_17:53
Dalam sepi… dalam diam… untuk sebentuk perubahan
Ya Allah, aku ingin melewatinya setenang kepompong yang hendak berproses menjadi kupu-kupu... dalam diam menuju keindahan! HENSHIN!!!
Aisya Avicenna

Setegar Mawar

Thursday, June 24, 2010 0 Comments

Saudariku, pasti kau tahu bunga mawar. Bunga yang sering menjadi lambang dari cinta, romantisme, bunga yang warnanya tegas, jika ia berwarna merah, maka ia akan berwarna merah darah, pekat!

Bunga mawar beraroma harum, kelopak-kelopaknya begitu tertata, banyak, dan melindungi benang sarinya dengan seksama. Mawar juga tidak mudah menggugurkan mahkota-mahkota bunganya, betapa mawar tetap bermahkota dan berkelopak meskipun mungkin bila ia dipetik dengan tangkainya dan ia diletakkan tanpa air, ia mungkin layu, tapi mahkotanya tidak gugur! Bunga itu masih lagi dilindungi kelopaknya yang tak kalah teguh. Bukan itu saja! Kau tahu, saudariku? Mawar begitu sulit terjangkau! Ya! Kita harus berhati-hati memetiknya sebab tangkainya yang meskipun kecil namun kokoh itu berduri.

Begitulah. Setiap bagian dari mawar sempat kuamati. Setiap bagian bunganya begitu mantap dan teguh, selain bentuknya yang indah dan baunya yang harum. Mawar begitu mempesona.
Mawar begitu misterius, elegan . Bentuk dan aromanya yang mempesona, semua membuat orang ingin menikmatinya, memetiknya, memilikinya. Tapi, ternyata tidak mudah mendapatkannya. Untuk memetiknya kita harus berhati-hati agar durinya tidak melukai. Tidak sembarangan kita bisa sambil lalu memetiknya, bila kita tidak ingin’diserang’ oleh durinya. Tangkainya juga tidak mudah dipatahkan. Bila kalian pernah mengalami, kita harus menggunakan alat (gunting, pisau) untuk memotongnya. Iya kan ?

Hmm, begitulah. Mawar. Kau tau saudariku, bahwa ada wanita-wanita seperti mawar. Tapi, mungkin tidak banyak. Dan seorang muslimah yang seperti mawar??? Wah tentu lebih sedikit lagi. Aku tidak sedang membicarakan kecantikan fisik, meskipun jika itu ada dalam diri seseorang, kita tak bisa menyangkal untuk memujinya. Wanita atau muslimah yang seperti mawar, begitu enak dipandang. Kecantikannya terpancar dari sebuah keteguhan yang dalam. Kalaupun dia memang dianugerahi kecantikan fisik oleh Allah, dia akan semakin cantik. Kalaupun secara fisik dia tidak tergolong ‘begitu cantik’ namun dia memancarkan kecantikan yang lain. Kecantikan yang membawanya pada sebuah derajat yang begitu tinggi. Elegan.

Wanita yang seperti bunga mawar memiliki keteguhan prinsip, dia mengerti setiap detil dari dirinya begitu berharga, untuk itulah dia menjaganya, melindunginya dengan seksama. Lihat betapa banyak ‘senjata’ yang dimiliki mawar untuk melindungi putik dan benang sarinya. Itulah , perempuan apalagi perempuan Islam, dituntunkan untuk selalu menjaga dirinya, karena setiap bagian jasad, ruh dan akalnya memiliki potensi keindahan.

Wanita atau perempuan yang berkarakter mawar juga sangat teguh pendiriannya. Dia tidak mudah meluruhkan harga dirinya untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan jalan prinsipnya. Lihat, betapa mawar tidak mudah menggugurkan mahkota bunganya meskipun ia layu. Perempuan-perempuan seteguh mawar tidak akan meluruhkan kehormatannya . Dia akan menjaganya meskipun ia harus berjuang untuk itu. Keadaan tidak membuatnya cengeng. Satu lagi, saudariku. Mawar tidak mudah dipetik. Perempuan-perempuan yang teguh dan meneguhkan, cerdas dan mencerdaskan, baik dan memperbaiki akan memancarkan banyak energi. Semua orang tahu bahwa dia memiliki banyak pesona. Namun pesona itu tidak membuatnya pongah. Pun begitu, perempuan-perempuan berkarakter mawar selalu memancarkan keramahan, kebaikan. Tapi untuk mendapatkannya? Nanti dulu! Bukan jual mahal, tapi ia memiliki izzah (harga diri, kehormatan, rasa PD, bangga bukan karena dirinya tapi ‘bangga’ karena ia memegang teguh Islam dan segala peraturannya).

Pesona mawar membuat orang tidak berani mempermainkannya. Pesona karakter ‘mawar’ akan menyeleksi siapa yang beruntung mendapatkannya dengan cara yang baik, bukan menyerobot apalagi memetiknya dengan paksa! Sebab jika itu dilakukan, Sang Mawar akan melukai tangan pemetiknya yang kasar dan tidak beradab, iya kan?

Maka, siapapun yang ingin memetik mawar-mawar muslimah itu, ia haruslah seorang yang memiliki keteguhan dan daya juang! Ia harus meminta mawar-mawar muslimah itu dari pemiliknya. Siapa pemiliknya? Sang pencinta mawar itu dan pemilik kebun mawar yang sejak kecil merawat dan menjaga Sang mawar agar tumbuh menjadi muslimah yang teguh.

Saudariku, semoga kalian bergegas untuk menjadi kuntum mawar terindah di kebun rumah orang tua kalian. Jika kalian seorang laki-laki, seorang muslim, dan sedang ‘mengagumi’ salah satu kuntum mawar itu, bersiaplah untuk menjadi pemetiknya yang ‘sekufu’, bukan karena hal-hal yang tampak, tapi dari cara kalian memetiknya!

Ketuklah pintu pagar di mana mawar itu tumbuh, datangi keluarga dimana mawar itu tumbuh dan terjaga (jangan asal slonong apalagi merusak dan memaksanya!) kemudian mohonlah pada Sang Pencipta mawar itu karena Dialah pemilik dan pemeliharanya yang hakiki. Mohonlah agar Ia berkenan menjadikan kalian sepasang insan yang menebarkan kebaikan di taman bumi dan mengetuk surga dengan keagungan yang terjaga!

Dalam sebuah perenungan…
Dalam diam…
Ya Rabb… jadikan hamba seteguh sang mawar!
Jakarta, 22 Juni 2010
Dalam sebuah peristiwa yang sempat menguji keteguhan, saat diri ini mencoba untuk tegar dan tak terusik dengan lingkungan yang belum sepenuhnya menerima dan mengerti tentang indahnya perbedaan. Ya Rabb, istiqomahkan hamba… aamiin
Roseholic,
Aisya Avicenna

Tuesday, June 22, 2010

Mendekatlah Lebih Dekat Lagi

Tuesday, June 22, 2010 0 Comments



Buat saudaraku yang meyakini bahwa pengorbanan tenaga, waktu, harta benda, pikiran, tulisan adalah persembahan minimal yang kita berikan kepada agama ini, agama yang benar, paling akhir, sempurna, lengkap dan diridhoi Allah SWT.

Buat saudaraku yang meyakini bahwa pengorbanan jiwa raga di jalan Allah, berjihad di jalan-Nya adalah puncak persembahan tertinggi kita untuk menyeru manusia kepada-Nya.

Mari mendekat kepada Allah
Lebih dekat lagi….
Agar tunduk disaat yang lain sibuk
Agar teguh disaat yang lain angkuh
Agar tegar disaat yang lain terlempar

Setiap muslim bisa memilih, sejauh mana tingkat keislaman dan keimananya. Pilihan itu ibarat anak tangga yang menapak ke atas, lalu tinggi menjulang bahkan serasa tanpa batas, maka ada yang merasa cukup berdiri di tangga terbawah. Tetapi ada juga yang tidak puas dan ingin terus menaiki tangga-tangga keislaman dan keimanan tersebut dengan dorongan jiwa yang besar, tidak ada kamus istirahat bagi orang-orang seperti itu, mereka sadar, MILITANSI dalam makna yang sebenarnya adalah HARGA MATI UNTUK SURGA YANG MAHAL…

Kekuatan itu kini sedang bangkit, untuk itu pegang erat Al-quran, dekap kuat Sunnah Rasul tercinta, agar Islam kuasa menjadi satu-satunya aturan di dunia …..

Allah, eratkan tautan hati-hati kami, kuatkan semangat juang kami, di dunia manapun kami berada….