Jejak Karya

Jejak Karya

Sunday, September 19, 2010

“MENSYUKURI CINTA” BERSAMA PARA PENULIS FLP SOLO RAYA

Sunday, September 19, 2010 0 Comments



GORESAN PENANTIAN

Sang waktu terus membawaku dalam suatu masa yang membuatku harus selalu bertanya, ‘Kapan penantian ini usai?’
Dan ternyata....detik masih merangkak menjadi menit, menit pun berjalan. Satu jam terlewati. Jam berlari, tak terasa satu hari berganti… begitulah waktu…
Penantian memang menjadi bagian dari sebentuk ujian. Ujian kesabaran dan juga ujian kesetiaan. Penantian yang ku alami saat ini menjadi suatu fase penuh makna karena ku bisa ‘belajar lebih banyak’ untuk mengisi dan mematangkan ‘masa’ itu…Masa yang penuh dialektika, sarat akan untaian cinta, ‘masa’ yang kehadirannya kan slalu kurindukan sepanjang masa…’Masa’ dimana kuterus mencari dan memaknai setiap detik yang kulewati. Masa dimana ketegaran dan keistiqomahanku diuji. Sabar dan tawakal menjadi teman setia, mendampingi ikhtiar dan doa yang tak pernah terputus mengiringinya..
Betapa penantian menyuguhkan berjuta cerita…
Kedewasaan yang kan menjadi penengah dari semua sikap yang ‘mungkin’ pada awalnya mengedepankan emosi dan ego semata.
Karena aku masih disini, dalam sebuah penantian…
Apapun yang terjadi, jiwa ini selalu yakin…Allah pasti akan menjawab dengan lebih indah, di saat yang TEPAT dan TERBAIK!!!
Karena ku yakin, aku akan menemukan “SEBERKAS CAHAYA CINTA” di ujung penantian ini…
OPTIMISLAH!!!
[Keisya Avicenna, 16 September 2010…13:40 WIB]


Hehe…ngetik ulang tulisan yang sempat nyasar di Buku DNA [Dream ‘N Action] nya [NO]stalgia [R]o[MA]ntic alias buku catatan harian saya…bkin ketawa lagi. Tulisan sekitar 7 menitan tanpa berhenti, tanpa coretan apalagi tipexan…(nulis aja gitu gak putus…) di atas hanya sekedar ungkapan isi hati saat menunggu kehadiran seseorang…hoho… (menunggu Erny lho bukan yang lain).
Tulisan ini akan membawa saya kembali –flashback- pada sepenggal kisah yang sempat terekam dalam jejak kehidupan seorang Keisya Avicenna…

Kamis, 16 September 2010

Pagi di Istana KYDEN sudah terjadi kesibukan yang luar biasa…sempet bercengkerama ma Babe juga saat asyik ngasih makan ternak2nya yang gemuk dan lucu-lucu..beres2 rumah dan packing coz mau ‘boyongan ke Solo’ part 1..(bawa buku-buku dulu, pakaian dkk..bersambung di part2).

Hari ini ada Pesta Demokrasi pilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Wonogiri. berangkat nyoblos dulu ma Babe n Ibu ke TPS sebelum pergi ke Solo..jari kelingkingku jadi ungu deh…Semoga WONOGIRI semakin SUKSES!!!

Usai nyoblos, masih sedih euy…si cakep masih terkapar tak berdaya karena diracun orang…(hmmm, semoga Allah SWT memberikan balasan setimpal kepada orang yang tega ngasih racun kucing yang cakep dan lucu itu. Paling gak tega waktu liat ekspresi wajah si Bundel…gurat kesedihan tampak jelas di muka lucunya tatkala melihat sang kakak sudah diambang sakaratul maut…hiks…T T)

Akhirnya, menikmati perjalanan kembali ke Solo…Ada kejadian lucu waktu naik NUSA. Nungma duduk sebelahan ma simbah2..(mbah putri). Nungma taksir usianya 70+ lah…E, beliau malah curhat macem2..hihi, mulai dari kisah petualangannya, anak, putu, buyut, deelel..sempet juga menunjukkan jemari tangan kirinya yang ternyata ada 3 buah cincin yang melingkar di 3 jarinya itu. Hoho..beliau juga sempet crita kalau tadi baru aja beli cincin (beliau sambil menunjukkan cincinnya itu yang terpasang di jari tengahnya)..cegluk, Nung mbatin…”Nung aja belum pake cincin di jari jemarinya mbah, lha kok njenengan ada 3…gak berat ya mbah?? xixixi..mbahe jan gaul tenan”. Mbahnya baik juga euy, ngasih Nung sawo satu biji…tu simbah asyik cerita sambil maem sawo gaya ‘mbah-mbah’…(selamat membayangkan). Yang jelas, kalau pas lagi ada cerita seru tu mbah sempet2nya menepuk bahu Nungma, hihi…nakal ni simbah..ngelap tangannya ke jaket MITI-nya Nung. Tu simbah hobi berpetualang deh kayaknya. Kemana-mana sendiri (anak-anaknya merantau semua), ternyata simbah itu nanti mau turun palur then naik bis ke Karanganyar. Atos2 kemawon nggih mbah….Nungma hanya bisa mengungkapkan 1 kata : Salut!!! ^^v. terima kasih sawonya…^^v

Agenda siang ini mau menghadiri Acara Halal Bihalal Keluarga Besar FLP Solo Raya di Rumah Mas Aries Adenata (Ketua FLP Solo Raya). Kemarin2 sempat di SMS Mas Aris El Durra ngasih petunjuk…berhubung belum ‘ngeh’ dengan SMS dari Mas Aris, Nung sempet SMS minta petunjuk ke tuan rumahnya langsung. Hehe…

Jam 13.00 Erny ternyata masih di rumah. N dy mengabarkan kondisi di Sragen cuaca kurang bersahabat. Mendung banget gitu deh. Solo juga kok. Yadah, Nung menunggu…[sambil menunggu ±1 jam penantian…Nungma nulis “GORESAN PENANTIAN” itu deh..hoho…daripada ngalamun..tyuz sempet baca2 buku juga…intinya mengoptimalkan waktu penantian itu dengan hal-hal yang bermanfaat…]

Akhirnya, jam 14.06 Erny sampai juga di kost pink…dan kita pun berangkat. Bismillah, semoga tidak hujan…baru beberapa menit, ada SMS masuk n bertengger di inbox N5300-ku…dari mas Aris El-Durra. SMS yang sangat singkat, nanyain :”Km dtg gk to dik?” [14:14:08]…hehe, otw boz!!! Tenang, buku pesenan njenengan “RABITHAH CINTA” sudah saya bawa…

Hm, jalanan siang menjelang sore ini memang cukup ramai, apalagi jalan slamet riyadi cukup padat merayap. Akhirnya, sampai juga di Goro AsSalam, belok, lewat pabrik tyfountex, ada lapangan, ke kanan…terus…n endingnya ketemu juga, coz banyak motor yang dah parkir disitu…hyaa, Alhamdulillah belum bubar…disambut oleh tuan rumah, Mas Aries Adenata (sang penulis buku “BUANGLAH PACAR PADA TEMPATNYA”. Punya usaha jualan batik juga ya Mas??? Sip…), kemudian kita berdua gabung dengan rekan-rekan yang lain… dah sesi diskusi kayaknya…meski ilmu yang di dapat dari Mas Sakti Wibowo [penulis skenario sinetron Ketika Cinta Bertasbih] yang bisa saya tangkap cuma segelintir tapi lumayanlah dapat charger spirit untuk terus bersemangat dalam berkarya dan mencetak sejarah!!! Sempet barteran buku juga dengan Mas Aris El Durra, hehe…dipinjemi Topan Marabunta1-nya Mbak Afifah Afra dan bukunya Mas Joni Ariadinata “Aku Bisa Nulis Cerpen”. Sip, buku yang lagi Nungma butuhkan nih… {huaayoooooo, Mas Aris El Durra…reportasenya mana??? Saya tunggu!!! Nungma kan telat…^^v}
Ending yang paling saya suka : photo-photo..heehee…

Abiz salam-salaman then pulang…(“rasa-rasanya singkat amat ya Er??? perasaan baru aja kita datang dah pulang lagi…ahihihihi…tapi yang jelas, meski singkat, namun sangat berkesan, full manfaat n penuh semangat!!!…^^v”)

Flashback usai…

Ngomong-ngomong masalah judul tulisan saya di Buku DNA itu, inget…tadi pagi ada yang SMS…endingnya tanya : “….anti kapan?” (waduh, pertanyaan yang sensitif namun motivatif dan inspiratif..ahihihi..*ketawa khas bernard)

“Tidak ada siapapun yang tahu dimana ujung dari HITAM-PUTIH PENANTIANNYA, maka selalu berbaik sangkalah pada-Nya, buat Dia selalu tersenyum karena kita…’TEPAT dan TERBAIK!!!’ Segera, tapi tidak tergesa-gesa, mungkin itu jawaban saya…^^”

Jadi ingat, salah satu penggalan kalimat di buku Jalan Cinta Para Pejuang-nya Ust. Salim A. Fillah…

“Jika kita menghijrahkan cinta : dari kata benda menjadi kata kerja maka tersusunlah sebuah KALIMAT PERADABAN DALAM PARAGRAF SEJARAH. Jika kita menghijrahkan cinta : dari JATUH CINTA menjadi BANGUN CINTA, maka cinta menjadi sebuah ISTANA, TINGGI MENGGAPAI SURGA!!!”

Jadi ingat juga salah satu status ‘myinspiring ustadz’ :
“Lima titik rawan yang berpotensi mengubah haluan hidup : LULUS KULIAH, MULAI BEKERJA, PINDAH DOMISILI, MENIKAH dan MENJADI PEJABAT PUBLIK” [Ust. Wiranto]
Subhanallah…So, KEEP ISTIQOMAH!!!


[Zona NOstalgia RoMAntic, 19 September 2010…”MENSYUKURI CINTA” Cinta dapat mempertajam pena para pengarang, mendatangkan kegembiraan dalam jiwa dan perasaan. Cinta menjadi nikmat yang harus disyukuri. Cinta sebagai energi keshalihan dalam menuju keridhoan Allah SWT…-Keisya Avicenna-]

Friday, September 17, 2010

Plan and Action

Friday, September 17, 2010 0 Comments
Plan and action to be a good muslimah, honest statistician, inspirative writer, great trainer, and brave adventurer!!!

~”Plan to be” is the way to plan what we have to action~

Thursday, September 16, 2010

Bidadari Surga Terindah

Thursday, September 16, 2010 1 Comments

Ia mutiara terindah dunia
Bunga terharum sepanjang masa
Ada cahaya di wajahnya
Betapa indah pesonanya
Bidadari bermata jeli pun cemburu padanya
Kelak, ia menjadi bidadari surga
Terindah dari yang ada
Ia adalah wanita shalehah
***
Pagi ini, sekitar pukul 05.00 aku teringat sebuah cerpen dari seorang sahabat yang kemarin dikirimkan ke emailku. Dia memintaku untuk mengkritik cerpen itu. Ada sebuah percakapan dalam cerpen itu yang paling aku suka.
“Ehhmmm…. Sudah waktunya aku memberikan hadiah kepada ibu. Tapi siapa wanita itu?” ucapku dalam hati.
“Siapapun wanita itu yang penting dia cinta sama Allah dan Nabi-Nya, baik akhlaknya, ra neko-neko”.
Dari percakapan di atas, terbersit sebuah harapan sederhana tapi sangat mulia dari seorang ibu yang mendambakan seorang wanita shalehah yang selayaknya menjadi pilihan terbaik bagi anaknya. Membicarakan tentang wanita shalehah, seringkali dihubungkan dengan bidadari.
Apa yang terbayangkan jika mendengar kata “bidadari”? Bidadari yang bermata jeli, yang sangat indah dan jelita. Percakapan antara Rasulullah Saw dan Ummu Salamah ra berikut akan memberikan gambaran tentang sifat-sifat bidadari yang bermata jeli.
Imam Ath-Thabrany mengisahkan dalam sebuah hadist, dari Ummu Salamah ra. dia berkata, “Saya berkata, ‘Wahai Rasulullah, jelaskanlah kepadaku firman Allah tentang bidadari-bidadari yang bermata jeli’.”
Beliau menjawab, “Bidadari yang kulitnya putih, matanya jeli dan lebar, rambutnya berkilau seperti sayap burung nasar.”
Saya berkata lagi, “Jelaskan kepadaku tentang firman Allah, ‘Laksana mutiara yang tersimpan baik’.” (Q.S. Al-Waqi’ah : 23)
Beliau menjawab, “Kebeningannya seperti kebeningan mutiara di kedalaman lautan, tidak pernah tersentuh tangan manusia.”Saya berkata lagi, “Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik’.” (Q.S.Ar-Rahman : 70)
Beliau menjawab, “Akhlaknya baik dan wajahnya cantik jelita”
Saya berkata lagi, Jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Seakan-akan mereka adalah telur (burung onta) yang tersimpan dengan baik’.” (Q.S. Ash-Shaffat : 49)
Beliau menjawab, “Kelembutannya seperti kelembutan kulit yang ada di bagian dalam telur dan terlindung kulit telur bagian luar, atau yang biasa disebut putih telur.”
Saya berkata lagi, “Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Penuh cinta lagi sebaya umurnya’.” (Q.S. Al-Waqi’ah : 37)
Beliau menjawab, “Mereka adalah wanita-wanita yang meninggal di dunia pada usia lanjut, dalam keadaan rabun dan beruban. Itulah yang dijadikan Allah tatkala mereka sudah tahu, lalu Dia menjadikan mereka sebagai wanita-wanita gadis, penuh cinta, mengasihi dan umurnya sebaya.”
Saya bertanya, “Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?”
Beliau menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak tampak.”
Saya bertanya, “Karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?”
Beliau menjawab, “Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata, ‘Kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali, kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.’.”
Saya berkata, “Wahai Rasulullah, salah seorang wanita di antara kami pernah menikah dengan dua, tiga, atau empat laki-laki lalu meninggal dunia. Dia masuk surga dan mereka pun masuk surga pula. Siapakah di antara laki-laki itu yang akan menjadi suaminya di surga?”
Beliau menjawab, “Wahai Ummu Salamah, wanita itu disuruh memilih, lalu dia pun memilih siapa di antara mereka yang akhlaknya paling bagus, lalu dia berkata, ‘Wahai Rabb-ku, sesungguhnya lelaki inilah yang paling baik akhlaknya tatkala hidup bersamaku di dunia. Maka nikahkanlah aku dengannya’. Wahai Ummu Salamah, akhlak yang baik itu akan pergi membawa dua kebaikan, dunia dan akhirat.

Sungguh indah perkataan Rasulullah Saw yang menggambarkan tentang bidadari bermata jeli. Namun betapa lebih indah lagi di kala beliau mengatakan bahwa wanita dunia yang taat kepada Allah lebih utama dibandingkan seorang bidadari. Ya, bidadari saudariku.
Sungguh betapa mulianya seorang muslimah yang totalitas islamnya. Mereka yang senantiasa menjaga ibadah dan akhlaknya, senantiasa menjaga keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah. Sungguh, betapa indah gambaran Allah kepada wanita shalehah, yang menjaga kehormatan diri dan suaminya. Yang tatkala cobaan dan ujian menimpa, hanya kesabaran dan keikhlasan yang ia tunjukkan. Di saat gemerlap dunia kian dahsyat menerpa, ia tetap teguh mempertahankan keimanannya.
Sebaik-baik perhiasan ialah wanita shalehah. Dan wanita shalehah adalah mereka yang menerapkan islam secara menyeluruh di dalam dirinya, sehingga kelak ia menjadi penyejuk mata bagi orang-orang di sekitarnya. Senantiasa merasakan kebaikan di manapun ia berada. Bahkan seorang “Aidh Al-Qarni menggambarkan wanita sebagai batu-batu indah seperti zamrud, berlian, intan, permata, dan sebagainya di dalam bukunya yang berjudul “Menjadi wanita paling bahagia”.
Subhanallah. Tak ada kemuliaan lain ketika Allah menyebutkan di dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 34, bahwa wanita shalehah adalah yang tunduk kepada Allah dan menaati suaminya, yang sangat menjaga di saat ia tak hadir sebagaimana yang diajarkan oleh Allah.
Dan bidadari pun cemburu kepada mereka karena keimanan dan kemuliaannya. Bagaimana caranya agar menjadi wanita shalehah? Tentu saja dengan melakukan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala laranganNya. Senantiasa meningkatkan kualitas diri dan menularkannya kepada orang lain. Wanita dunia yang shalehah kelak akan menjadi bidadari-bidadari surga yang begitu indah.
Duhai saudariku muslimah, maukah engkau menjadi wanita yang lebih utama dibanding bidadari? Allah meletakkan cahaya di atas wajahmu dan memuliakanmu di surge. Menjadikanmu bidadari-bidadari surga.
Maka, mari terus belajar dan meningkatkan kualitas diri, agar Allah ridha!
Referensi : http://multazimah.blogsome.com (dengan beberapa perubahan)
***
Jakarta, 16 September 2010
Aisya Avicenna

Meminang Sang Pangeran

Thursday, September 16, 2010 1 Comments

Aku tahu, aku hanya seorang wanita yang tugasnya menunggu sang pangeran dalam penantian.

Kata mereka, kau yang berhak memilih dan kami, perempuan, hanya bisa menolak atau menerima lamaran.

Tapi, bolehkah kali ini aku yang memilih? Memintamu untuk menjadi yang terindah di hatiku? Kau tinggal bilang ya, atau tidak. mudah kan?

Ah, mungkin benar, dunia sudah terbalik atau bisa juga ini hanya rasa khawatirku takut kalau Allah tidak menyisakan satu mujahid-Nya untukku!

Hahaha…dasar aneh! Bukankah Allah sudah berfirman bahwa Dia menciptakan makhlukNya dengan berpasang-pasangan?

Tapi, aku juga ingin tahu rasanya berbunga ketika lamaranku diterima atau kecewa saat pinanganku ditolak mungkin dengan begitu, aku bisa berbagi dengan kaumku bagaimana sih sakitnya ditolak? Agar para akhwat tak gampang mengucap kata “tidak” dengan alasan yang sengaja dibuat-buat : masih ingin melanjutkan studilah belum cukup umurlah belum siap mentallah kurang cocoklah! dan entah apa lagi…

Tapi, bagaimana cara meminangmu ya? Apa aku harus mengajukan proposal lebih dulu? Atau langsung datang ke istanamu dan memohon agar kau sudi menerimaku menjadi permaisurimu? itukah yang kau mau?

“Huh, dasar tidak tahu malu!” tiba-tiba terdengar teriakan dari jauh “Wahai akhwat, DI MANA IZZAHMU?”

IZZAH? kalian bertanya tentang IZZAH?Apakah izzah ada pada diri seorang akhwat yang malu mengungkap perasaannya kemudian memendam cinta dan mengotori hati dengan terus memikirkannya?

Apakah izzah ada pada diri seorang akhwat yang menyuburkan virus cinta di hatinya dan membaginya pada semua ikhwan yang dikaguminya dalam masa penantiannya?

Apakah izzah ada pada diri seorang akhwat yang menanti sang pangeran, namun ketika ia datang si akhwat menolak dengan alasan tidak jelas?

Di sanakah izzah bersemayam?

Ataukah izzah ada pada diri seorang Khadijah yang berterus terang meminta Muhammad untuk menjadi nakhoda dalam bahtera cintanya?

Ataukah izzah ada pada diri para bidadari yang berebut ingin melayani Zulebid yang rela meninggalkan istri tercinta di hari pertama pernikahannya demi meraih syahid?

Sungguh, kisah cinta yang agung dan suci bukan cintacinta picisan yang ingin diraih tapi jauh lebih tinggi! cinta di atas segala cinta yang tak kan habis cintaNya, Allah!

Di sana ada kejujuran, keterbukaan, kepercayaan, ketulusan, keimanan, dan ketaqwaan berbeda dari kisah Romeo dan Juliet atau Layla dan Majnun yang berakhir tragis dengan mati membawa cinta tak sampai... malang nian!

mungkin iya, aku tak seberani Bunda Khadijah aku pun bukan bidadari yang tak dianugerahi rasa malu karena ia memang diciptakan dan ditugaskan untuk melayanimu

Tapi, jika aku boleh memilih izinkan aku meminangmu sebagai kekasih bukan untuk saat ini karena mungkin waktuku tak cukup untuk menanti

tapi, nanti…

Setelah kumati…

~sebuah catatan yang bertengger manis di folder "inspirasi" dalam file lamaku~

**

SEBUAH PERENUNGAN

**

pengin buat buku tentang tema di atas, tapi masih bingung cari kontributor!

hmm.... siapa ya yang sudah berpengalaman atau punya ilmunya???

bisa dibagi dengan saya..

Yang sedang merenung dan mencari inspirasi,

Aisya Avicenna

Rabithah Cinta

Thursday, September 16, 2010 0 Comments

H-1 menjelang keberangkatan ke Jakarta, aku menyempatkan untuk menyelesaikan membaca novel karya Mbak Afifah Afra yang berjudul Rabithah Cinta. Berikut ini review-nya.
So inspiring!!!
***
Judul : Rabithah Cinta
Penulis: Afifah Afra
Penerbit : Mizan
Tanggal terbit : November - 2008
Jumlah Halaman : 336
Bagi penggemar novel dengan alur mendebarkan dan sesekali menyesakkan dada dengan haru maka Rabithah Cinta adalah jawabnya. Syakilla, seorang akhwat yang mendambakan suami seperti seorang petani [kenapa? baca aja!]. Akhirnya ia menikah dengan Riyan, seorang dokter [kenapa bukan petani? Makanya, baca!!]. Riyan punya cita-cita mulia, menanam pahala di bumi Papua. Syakilla yang lagi bersinar di karirnya enggan menuruti permintaan suaminya, tapi setelah sekian lama akhirnya mau juga berangkat ke Papua.
Bagaimana rasanya hidup di daerah asing dan terpencil yang segala sesuatunya serba terbatas? Itulah yang dialami Syakilla, muslimah yang harus memendam semua impiannya saat harus mengikuti suami tercinta dinas ke Papua. Syakilla harus rela mengabdikan hidup dan cintanya di pedalaman Papua. Hari-hari awal dilalui tetap dengan bahagia hingga suatu ketika ada badai yang datang melanda biduk rumah tangganya.
Napas cinta Syakilla serasa tercekat ketika Riyan yang sedang bertugas tiba-tiba disandera gerombolan pemberontak RI yakni Organisasi Papua Merdeka (OPM). Dalam penyanderaannya, Riyan sempat bertemu dengan seorang wanita yang ternyata menaruh hati padanya, bahkan membuatnya kagum karena berani menyatakan keislamannya di hadapan Riyan. Cintanya pun diuji.
Syakilla tak menyerah. Ia menanti dalam doa dan kesabaran yang luar biasa. Bagi Syakilla, penantian merupakan bagian dari kesabaran, bukti dari ketulusan dan kesetiaan. Semua itu demi cintanya kepada sang kekasih, Mas Riyan, suami tercinta. Ia ingin membuktikan ketulusan hatinya terhadap suami tercinta bahwa apapun yang terjadi ia tetap akan menanti rabithah cintanya itu.
Kegalauan hatinya bertambah ketika di tengah penantian panjang itu seorang dokter lainnya dikirim pula ke tempat ia berada menggantikan sang suami yang belum juga ada kabarnya. Ia tak berdiam diri dan yakin bahwa suaminya masih hidup. Segala ikhtiar ditempuhnya untuk memastikan sang suami masih hidup. Lama ia menanti hingga akhirnya dokter pengganti itu datang yang tak lain adalah Andrean, mantan kekasihnya pada masa silam.
Bagaimana ujung dari penantian Syakilla?
Bagaimana nasib Riyan?
Hmm, baca aja ya!!!
***
Jakarta, 16 September 2010
Aisya Avicenna