Jejak Karya

Jejak Karya

Saturday, October 30, 2010

PESONA INDAH NAN MENYEJUKKAN JIWA DI BALIK KEPRIBADIAN WANITA..! BERBAHAGIALAH WAHAI WANITA..!!!

Saturday, October 30, 2010 0 Comments


by Ratu Surya Atmajaya on Friday, October 29, 2010 at 6:00pm

Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya. "Ibu, mengapa Ibu menangis?". Ibunya menjawab, "Sebab, Ibu adalah seorang wanita, Nak". "Aku tak mengerti" kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. "Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti...." Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya. "Ayah, mengapa Ibu menangis? Sepertinya Ibu menangis tanpa ada sebab yang jelas?" Sang ayah menjawab, "Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan". Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya. Lama kemudian, si anak tumbuh menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis. Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan. "Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis?" Dalam mimpinya, Tuhan menjawab, "Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur. Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, dan mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau, seringkali pula, ia kerap berulangkali menerima cerca dari anaknya itu. Kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa. Pada wanita, Kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya, walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah. Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua anaknya, dalam kondisi apapun, dan dalam situasi apapun. Walau, tak jarang anak-anaknya itu melukai perasaannya, melukai hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap.



Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya. Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa-masa sulit, dan menjadi pelindung baginya. Sebab, bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak? Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan, bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkali pula, kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi. Dan, akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, air mata ini adalah air mata kehidupan". Maka, dekatkanlah diri kita pada sang Ibu jika beliau masih hidup, karena di kakinyalah kita menemukan surga. ( sumber : dari milis seorang kawan Special untuk Hari Ibu )

.



Itulah pesona pribadi yang lahir dari seorang Ibu/wanita yang tulus, tak pernah lekang oleh waktu, tak pernah lekang oleh usia, sekalipun usia makin lapuk, jika pesona kepribadian itu sudah melekat dalam dirinya, pesona bathiniyah itu akan terus memancar lewat seraut wajah yang tampak, lewat tindakan, ucapan, tindakan juga perbuatan seorang muslimah.



Saudariku�Mutiara-Mutiara yang memancarkan pesona indah itu telah berkilauan sejak masa keislaman mulai merebak ditengah sebagian besar wanita jahiliyyah pada saat itu. Sarah Istri Ibrahim adalah seorang istri yang memiliki Kecantikan yang Luar Biasa, namun tenang dalam menghadapi cobaan, penuh tawakal kepada Allah, pintar dalam memahami resiko yang dihadapi, sehingga Allahpun memuliakan Sarah Istri Ibrahim. Begitu pula Hajar Ibu Ismail, Khadijah, Fatimah Az Zahra dll.. Pesona �Pribadi� mereka tetap harum dan terkenang sampai sekarang, walau mereka sudah tiada, bahkan diabadikan dalam hadits. Wallahu a'lam.

CALON SUAMI SHOLEH..MASA IYA SIH ADA..? HMM..DIMANA YA MENCARINYA..? KAYAK APA YA KRITERIANYA..?

Saturday, October 30, 2010 0 Comments
by Ratu Surya Atmajaya on Friday, October 29, 2010 at 3:32pm

Menikah, satu kata ini akan menjadi sesuatu yang sangat berarti bagi pemuda ataupun pemudi yang sudah mencapai usia remaja. Remaja yang sudah mulai memiliki rasa tertarik dengan lawan jenisnya, akan memperhatikan pasangan yang diimpikan menjadi pasangan hidupnya. Sejenak waktu, hatinya akan merenda mimpi, membayangkan masa depan yang indah bersamanya.

Saudariku muslimah yang dirahmati Allah, tentu kita semua menginginkan pasangan hidup yang dapat menjadi teman dalam suka dan duka, bersama dengannya membangun rumah tangga yang bahagia, sampai menapaki usia senja, bahkan menjadi pasangan di akhirat kelak. Tentu kita tidak ingin bahtera tumah tangga yang sudah terlanjur kita arungi bersama laki-laki yang menjadi pilihan kita kandas di tengah perjalanan, karena tentu ini akan sangat menyakitkan, menimbulkan luka mendalam yang mungkin sangat sulit disembuhkan, baik luka bagi kita maupun bagi buah hati yang mungkin sudah ada. Lagipula, kita mengetahui bahwa Allah Ta’ala, Robb sekaligus Illah kita satu-satunya sangat membenci perceraian, meskipun hal itu diperbolehkan jika memang keduanya merasa berat. “Mencegah lebih baik daripada mengobati.” Itulah slogan yang biasa dipakai untuk masalah kesehatan. Dan untuk masalah kita ini, yang tentunya jauh lebih urgen dari masalah kesehatan tentu lebih layak bagi kita untuk memakai slogan ini, agar kita tidak menyesal di tengah jalan.

Saudariku muslimah, sekarang banyak kita jumpai fenomena yang sangat memprihatinkan dan menyedihkan hati. Banyak dari saudari-saudari kita yang terpesona dengan kehidupan dunia, sehingga timbul predikat ‘cewek matre’, yaitu bagi mereka yang menyukai laki-laki karena uangnya. Ada juga diantara saudari kita yang memilih laki-laki hanya karena fisiknya saja. Ada juga diantara mereka yang menyukai laki-laki hanya karena kepintarannya saja, padahal belum tentu kepintarannya itu akan menyelamatkannya, mungkin justru wanita itu yang akan dibodohi.

Sebenarnya tidak mengapa kita menetapkan kriteria – kriteria tersebut untuk calon pasangan kita, namun janganlah hal tersebut dijadikan tujuan utama, karena kriteria-kriteria itu hanya terbatas pada hal yang bersifat duniawi, sesuatu yang tidak kekal dan suatu saat akan menghilang. Lalu bagaimana solusinya ? Saudariku, sebagai seorang muslim, standar yang harus kita jadikan patokan adalah sesuatu yang sesuai dengan ketentuan syariat. Karena hanya dengan itu kebahagian hakiki akan tercapai, bukan hanya kebahagian dunia saja yang akan kita dapatkan, tapi kebahagiaan akhirat yang kekal pun akan kita nikmati jika kita mempunyai pasangan yang bisa diajak bekerjasama dalam ketaatan kepada Allah.

Diantara kriteria-kriteria yang hendaknya kita utamakan antara lain:

1. Memilih calon suami yang mempunyai agama dan akhlak yang baik, dengan hal tersebut ia diharapkan dapat melaksanakan kewajiban secara sempurna dalam membimbing keluarga, menunaikan hak istri, mendidik anak, serta memiliki tanggung jawab dalam menjaga kehormatan keluarga.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Jika datang melamar kepadamu orang yang engkau ridho agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dengannya, jika kamu tidak menerimanya, niscaya akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang luas.” (HR. Tirmidzi, hasan)

Seorang laki-laki bertanya kepada Hasan bin ‘Ali, “Saya punya seorang putri, siapakah kiranya yang patut jadi suaminya ?” Hasan bin ‘Ali menjawab, “Seorang laki-laki yang bertaqwa kepada Allah, sebab jika ia senang ia akan menghormatinya, dan jika ia sedang marah, ia tidak suka zalim kepadanya.”

2. Memilih calon suami yang bukan dari golongan orang fasiq, yaitu orang yang rusak agama dan akhlaknya, suka berbuat dosa, dan lain-lain.

“Siapa saja menikahkan wanita yang di bawah kekuasaanya dengan laki-laki fasiq, berarti memutuskan tali keluarga.” (HR. Ibnu Hibban, dalam Adh-Dhu’afa’ & Ibnu Adi)

Ibnu Taimiyah berkata, “Laki-laki itu selalu berbuat dosa, tidak patut dijadikan suami. Sebagaimana dikatakan oleh salah seorang salaf.” (Majmu’ Fatawa 8/242)

3. Laki-laki yang bergaul dengan orang-orang sholeh.

4. Laki-laki yang rajin bekerja dan berusaha, optimis, serta tidak suka mengobral janji dan berandai-andai.

5. Laki-laki yang menghormati orang tua kita.

6. Laki-laki yang sehat jasmani dan rohani.

7. Mau berusaha untuk menjadi suami yang ideal, diantaranya: Melapangkan nafkah istri dengan tidak bakhil dan tidak berlebih-lebihan; memperlakukan istri dengan baik, mesra, dan lemah lembut; bersendau gurau dengan istri tanpa berlebih-lebihan; memaafkan kekurangan istri dan berterima kasih atas kelebihannya; meringankan pekerjaan istri dalam tugas-tugas rumah tangga; tidak menyiarkan rahasia suami istri; memberi peringatan dan bimbingan yang baik jika istri lalai dari kewajibannya; memerintahkan istri memakai busana muslimah ketika keluar; menemani istri bepergian; tidak membawa istri ke tempat-tempat maksiat; menjaga istri dari segala hal yang dapat menimbulkan fitnah kepadanya; memuliakan dan menghubungkan silaturahim kepada orang tua dan keluarga istri; memanggil istri dengan panggilan kesukaannya; dan yang terpenting bekerjasama dengan istri dalam taat kepada Allah Ta’ala.

Satu hal yang perlu kita ingat saudariku, bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Jangan pernah membayangkan bahwa laki-laki yang sholeh itu tidak punya cacat & kekurangan. Tapi, satu hal yang tidak boleh kita tinggalkan adalah ikhtiar dengan mencari yang terbaik untuk kita, serta bertawakal kepada Allah dengan diiringi do’a.



Renungan untuk Ikhwan dan Akhwat yang Ber-ta'aruf (di Dunia Maya)

Saturday, October 30, 2010 0 Comments
“Ukhti, aku tertarik ta’aruf dengan anti.” Itulah kalimat yang sering diadukan oleh para akhwat yang penulis kenal. Dalam satu minggu, bisa ada dua tawaran ta’aruf dari ikhwan dunia maya. Berdasarkan curhat para akhwat, rata-rata si ikhwan tertarik pada akhwat melalui penilaian komentar akhwat.



Banyaknya jejaring sosial di dunia maya, seperti Facebook, Twitter, Yahoo Messenger, dan lain-lain, menjadikan akhwat dan ikhwan mudah berinteraksi tanpa batas. Begitu lembut dan halusnya jebakan iblis di dunia maya, tanpa disadari mudah menggelincirkan diri manusia ke jurang kebinasaan.



Kasus ta’aruf ini sangat memprihatinkan sebenarnya. Seorang bergelar ikhwan memajang profil islami, tetapi serampangan memaknai ta’aruf. Melihat akhwat yang dinilai bagus kualitas agamanya, langsung berani mengungkapkan kata “ta’aruf” tanpa perantara.



Jangan memaknai kata “ta’aruf” secara sempit, pelajari dulu serangkaian tatacara ta’aruf atau kaidah-kaidah yang dibenarkan oleh Islam. Jika menggunakan kata ta’aruf sebagai dalih untuk bebas berinteraksi dengan lawan jenis, lantas apa bedanya yang telah mendapat hidayah dengan yang masih jahiliyah? Islam telah memberi konsep yang jelas dalam tatacara ta’aruf.



Suatu ketika, ada sebuah cerita di salah satu situs jejaring sosial, pasangan akhwat-ikhwan mengatakan sedang ta’aruf, dan untuk menjaga perasaan masing-masing, digantilah status mereka berdua sebagai pasutri. Sungguh memiriskan hati. Pernah juga ada kisah ikhwan-akhwat yang saling mengumbar kegenitan di dunia maya. Berikut ini petikan obrolannya.



“Assalamu’alaikum, Ukhti,” sapa si ikhwan.



“Wa’alaikumsalam, Akhi,” balas si akhwat.



“Subhanallah, Ukhti, ana kagum dengan kepribadian anti, seperti Sumayyah, seperti Khaulah binti Azwar, bla bla bla bla…,” puji ikhwan tersebut.



Apakah berakhir sampai di sini? Oh no…. Rupanya, yang ditemui ini juga akhwat genit, berlanjutlah obrolan tersebut, si ikhwan bertanya apakah si akhwat sudah punya calon, lantas si akhwat menjawab, “Alangkah beruntungnya akhwat yang mendapatkan Akhi kelak.”



Si ikhwan pun tidak mau kalah, balas memuji akhwat, “Subhanallah, sangat beruntung ikhwan yang mendapatkan bidadari dunia seperti anti.”



Owh, mengerikan, ber-lebay-lebay di dunia maya, syaithan tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Lalu tertancaplah rasa, bermekaran di dada dua sejoli tersebut, yang belum ada ikatan pernikahan.



Dengan bangganya si ikhwan menaburkan janji-janji manis, akan mengajak akhwat hidup di planet Mars, mengunjungi benua-benua di dunia, hingga larutlah keduanya dalam janji-janji lebay.



Ikhwan-nya membabi buta, akhwat-nya terpedaya. Na’udzubillah. Bukan begitu ta’aruf yang Rasulullah ajarkan.



Wahai Ikhwan, Jangan Permainkan Ta’aruf!

Muslimah itu mutiara, tidak sembarang orang boleh menyentuhnya, tidak sembarang orang boleh memandangnya. Jika kalian punya keinginan untuk menikahinya, carilah cara yang baik, yang dibenarkan Islam. Cari tahu informasi tentang akhwat melalui pihak ketiga yang bisa dipercaya. Jika maksud ta’aruf-mu untuk menggenapkan separuh agamamu, silakan saja, tetapi prosesnya jangan keluar dari koridor Islam.



Wahai ikhwan, relakah jika adikmu dijadikan ajang coba-coba ta’aruf oleh orang lain? Tentu engkau keberatan, bukan? Jagalah izzah muslimah, mereka adalah saudari seimanmu. Pasanglah tabir pembatas dalam interaksi dengannya. Pahamilah, hati wanita itu lembut dan mudah tersentuh, akan timbul guncangan batin jika jeratan yang kalian tabur tersebut hanya sekadar main-main.



Jagalah hati mereka, jangan banyak memberi harapan atau menabur simpati yang dapat melunturkan keimanan mereka. Mereka adalah wanita-wanita pemalu yang ingin meneladani wanita mulia di awal-awal Islam. Biarkan iman mereka bertambah dalam balutan rasa nyaman dan aman dari gangguan JIL alias Jaringan Ikhwan Lebay.



Wahai ikhwan, ini sekadar nasihat, jangan mudah percaya dengan apa yang dipresentasikan orang di dunia maya, karena foto dan kata-kata yang tidak kamu ketahui kejelasan karakter wanita, tidak dapat dijadikan tolok ukur ke-shalih-an mereka, hendaklah mengutus orang yang amanah, yang membantumu mencari data dan informasinya.



Wahai ikhwan, luasnya ilmu yang kau miliki tidak menjadikan kau mulia jika tidak kau imbangi dengan menjaga adab pergaulan dengan lawan jenis.



Duhai Akhwat, Jaga Hijab-mu!

Agar tidak runtuh kewibaanmu, jagalah hijab-mu! Jangan bangga karena banyaknya ikhwan yang menginginkan ta’aruf. Karena ta’aruf yang tidak berdasarkan aturan syar’i, sesungguhnya sama saja si ikhwan meredahkanmu. Jika ikhwan itu punya niat yang benar dan serius, tentu akan memakai cara yang Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam ajarkan, dan tidak langsung menembak kalian dengan caranya sendiri.



Duhai akhwat, terkadang, kita harus mengoreksi cara kita berinteraksi dengan mereka (ikhwan), apakah ada yang salah hingga membuat mereka tertarik dengan kita? Terlalu lunakkah sikap kita terhadap mereka?



Duhai akhwat, sadarilah, orang-orang yang engkau kenal di dunia maya (pun di dunia nyata) tidak semua memberikan informasi yang sebenarnya. Waspadalah! Karena kau adalah sebaik-baik wanita yang menggenggam amanah Ilahi. Jangan mudah terpedaya oleh rayuan orang di dunia maya.



Duhai akhwat, berhiaslah dengan akhlak islami, jangan mengumbar kegenitan pada ikhwan yang bukan mahram, biarkan apa yang ada di dirimu menjadi simpanan manis untuk suamimu kelak.



Duhai akhwat, ta’aruf yang sesungguhnya haruslah berdasarkan cara Islam, bukan dengan cara mengumbar rasa sebelum ada akad nikah. [Yulianna PS/voa-islam.com]



Sumber: http://www.voa-islam.com/teenage/young-spirit/2010/10/10/10760/renungan-buat-ikhwanakhwat-yang-bertaaruf-di-dunia-maya/

untuk CaLOn ibunya anak2

Saturday, October 30, 2010 0 Comments
Andai... Setiap wanita sadar akan perannya kelak sebagai sumber pendidikan utama anaknya

Mungkin...

Tak akan ada lagi gosip murahan maupun sinetron picisan di layar kaca, ratingnya anjlok karena mayoritas penontonnya lebih memilih buku-buku semacam Positive Parenting karya Ust Fauzil 'Adhim. Mereka mengerti, bahwa apapun yg mereka lihat dan dengar akan memengaruhi paradigma yg secara langsung/tidak juga berimbas pada pembentukan mind set anaknya



Andai... Setiap wanita faham bahwa dari rahimnya lah akan lahir sosok satria atau onggok pengecut

Mungkin... Mulai detik ini tak akan ada lagi junk food yg melewati tenggorokan, pemikiran jahat yg meracuni pikiran, pun malas yg melemahkan fisik dan menumpulkan hati. Mereka persiapkan hati-pikiran-fisik sejak 25 tahun sebelum kelahiran buah hati tercinta... karena memilih opsi pertama



Andai... Setiap wanita mengerti bahwa kata menjadi sangat bermakna untuk perkembangan moral anaknya

Mungkin... Hanya ada kosa kata positif yg terdengar dalam rumah-rmah yang nantinya merambah di masyarakat, negara, bahkan dunia. Mereka sadar bahwa sosoknya adalah teladan untuk anaknya yg sedikit kesalahannya bisa dijadikan pembenaran untuk mereka. Seperti apa yg ditorehkan Jack Canfield dlm bukunya The 2nd Helping of Chicken Soup for The Soul, bahwa Ada Mata yang Selalu Mengawasimu. Mereka tahu bahwa ada penggemar terbesar dalam lingkup terdekatnya yg mengimitasi bahkan mengidentifikasi sosoknya, anaknya



Andai... Setiap wanita bercita-cita menjadi ibu rumah tangga --tidak masalah baginya pekerjaan sampingan sebagai dokter/pengacara/dosen/polwan/guru-- dan bukan sebaliknya

Mungkin... Tak akan ada cerita anak-anak yg menderita krn kurang kasih sayang dari ibunya, semacam cerita ibu dosen Ira ttg pelecehan seksual baby sitter thd anak asuhnya apalagi kisah Arie Hanggara



Andai... Setiap wanita berani menjadi bunda hebat bagi para pejuang Islam yg dahsyat Mungkin... Tidak ada ragu untuk belajar menjadi profil luar biasa bagi anak-anaknya. Melalui cinta, kasih sayang, pendidikan, dan orientasi jangka panjang... spesial untuk anak-anaknya. Ya, anak-anak... bukan sekedar anak



Andai... Setiap yg kuandaikan di sini adalah nyata

Mungkin... Kemungkinan-kemungkinan yg kutulis akan menjelma realita







~ kebersamaan penuh cinta dgn mereka yg senantiasa kurindukan

*copied: FAUziah Nur Wahdhani

Friday, October 29, 2010

Singkat!

Friday, October 29, 2010 0 Comments

kakak pergi dulu ya

assalamualaikum

18:06

wa'alaykumslm

kmana?

18:07

minta doanya semoga terberkahi yah...

jaga diri yah Tik, smga di surga nanti, kita bisa bertemu



~chatting yg misterius dengan seorang sahabat~