Jejak Karya

Jejak Karya

Thursday, June 23, 2011

FILOGENIK: ANTARA AKU, SM*SH, dan SOSIS SO NICE ^^v

Thursday, June 23, 2011 0 Comments
Rabu, 22 Juni 2011
Pagi yang lebih istimewa karena cuaca tidak sedingin biasanya. Kemarin-kemarin bener-bener mati-matian menjaga mata agar tetep melek pasca Subuh. Pyuuuh… Biasanya aku langsung nyalaian doralepito atau ngambil salah satu koleksi buku di rak. Yang penting beraktivitas biar otak penuh oksigen jadinya gak ngantuk lagi. Hehe. Pagi ini aku menuntaskan 2 buku yang kemarin sempat beli di Bazar Gramedia sama Ayu’-ponakanku tercinta-. Aku merampungkan membaca “Catatan Pernikahan”-nya Mbak Helvy Tiana Rosa disambung dengan buku pengalaman “24 jam Sebelum Menikah” yang ditulis oleh para penulis seperti Kang Taufan E. Prast (ketua FLP Jakarta sekarang. Hehe…); Alm. Mbak Nurul F.Huda, Mas Koko Nata (FLP Depok), dll. Whatz? Hihi…dua buku tentang pengalaman pernikahan semua. Gakpapa ,belajar dari pengalaman orang lain semoga semakin menguatkan azzam dan memperkaya diri. Karena menikah itu tidak sekadar ingin, ya to? Eitz, sudah ah kok jadi mbahas itu? (mendadak merah padam eh merah marun…eh merah bata…eh merah merona maksudnya) ^^v

Sesuai kesepakatan kemarin, pagi ini jam 9 Diah Cmut akan menjemputku dan kita akan mbolang bersama. Pas dia datang, kita rapat dulu, mbahas jalur yang harus kita lalui untuk sampai di studio Vecto Versus-nya Mas Alib Isa. Nggelar peta Solo di jok motor. Asli, Nung jadi inget waktu mbolang Semarang-Demak bareng Sulis. Nggelar peta sampai 3x di pinggir jalan raya sampai diliatin orang-orang. Huaaa, jadi kangen mbolang nih! Kangen mbolang di Jakarta juga, saat berbekal peta Jakarta dan peta jalur busway. Ckikik. Jangan ditanya berapa kali nyasar dah…Tapi itulah serunya!

Aha, akhirnya ketemu juga jalurnya dan kita berdua pun berangkat. Di tengah-tengah perjalanan mulai terdengar suara-suara aneh, kata Diah Cmut MIO itemnya itu dah ngluarin suara aneh ‘n sayup-sayup terdengar sejak keberangkatannya tadi. Wah, mungkin dia lagi masuk angin, jadi perutnya kembung ‘n sering buang angin. Merudal gitu istilah kedokterannya. Hihi. Pas di depan Muwardi malah bikin pengendara motor di belakang kita hebring sendiri yang mengira kalau ban sepeda motornya “mbledhug”. (-mesem-)

Ohya, sempat kita menangkap kardus bawaan orang yang ada tulisannya “SM*SH”. Ah, kita jadi tertular virus remphongnya ketua Pelangi nih. Akhir-akhir ini doi semakin sibuk aja ngurus kekerabatan antara SM*SH dan SO NICE. Seperti SMS-nya pagi ini (hm, lihat juga status-statusnya yang menunjukkan ketidakwarasannya): “Setengah tahun sudah pelangi berada. Saatnya karya mulai menunjukkan warnanya. Mari merefleksikannya dengan semakin mempertajam sosis so nice.eh.nganu. maksudnya semangat untuk terus berkarya!”. Gila kan? (gak sah dijawab, tak perlu bertanya lagi kepada rumput yang bergoyang karena tu rumput sudah doi makan. Itu dah cukup jadi bukti…)

Setelah melalui perjalanan yang cukup berliku, mendaki gunung-melewati lembah sungai mengalir indah ke samudra, bersama teman berpetualang….kok malah ber-Hatori-ria? Akhirnya dari arah Slamet Riyadhi, melewati Jalan Bhayangkara, dan sampailah di Jalan Veteran. Kita sempat tanya tukang becak. Dari beliau kita dapat info dimana posisi Toko Buku Arofah. Cmut pun mengabari Mas Alib untuk memperjelas jalan ke lokasi, kalau gak ntar malah kesasar. Hihi. Setelah belok kanan-kiri-kanan-kiri. Alhamdulillah, akhirnya bangunan toko itu kelihatan. Markir motor dulu dan akhirnya ketemu juga dengan Mas Alib Isa. Kita disuruh masuk ke studionya. Hm, unik deh, nyempil diantara bangunan toko buku Arofah. ALIB DESIGN. Ngik! Mana tulisan VECTO VERSUS-nya? Kita berdua pun masuk istana kreatif mereka, tempat yang kadang jadi markas orang-orang remphong meronda (baca: Mas Tyo, Kang Sofa, Mas Aslam mungkin?hehe). Langsung deh, mengamati keadaan ruangan. Ada bungkus permen berserakan (haha), ada meja baru warna “kuning”, paling asyik waktu liat deretan beberapa buku yang dipajang. ‘n liat beberapa hasil kreativitas Mas Alib. Bagus banget! Nung dulu sempat memimpikan menjadi seorang design grafis yang canggih gitu. Tapi sampai sekarang karena mungkin gak fokus, bisa Corel cuma setengah-setengah, bisa Photoshop juga setengah-setengah, bisa Flash juga cuma seperempat. Hihihi, apalagi sekarang temen-temen mereka semakin menjamur saja.

Tujuan kita sih ngambil formulir NIBIRU yang dibikin Mas Tyo. Rencana Nung sih juga pengin ngambil PIN. Tapi ternyata pinnya dibawa Mas Tyo. Huaaa….dasar!!! hm, asyik…dapat teh botol gratis. Seger euy! Eh, ada si kartun “Nunu”. Hihi. Ooo…orangnya itu tho? Setelah sekian hari berinteraksi di dunia maya, akhirnya ketemu juga di dunia nyata. Bener-bener kayak kartun!!! Oops, alamaaak… keceplosan…^^

Adegan selanjutnya, kita diselundupkan Mas Alib ke Toko Buku Arofah. Bagaimana ceritanya? Kita masuk melalui sebuah pintu yang menjadi pembatas sekaligus penghubung antara ruangan di toko buku dengan ruang kerjanya Mas Alib. Hihi. Pas mau masuk lewat pintu itu Nung jadi berimajinasi sedang make “pintu kemana sajanya” Kaizenemon. Kalau punya Doraemon kan warnanya pink, kalau punya Kaizenemon lebih unik donk. Ada tulisan “TARIK” dan “DORONG” nya. Masuk deh aku sambil ngikik karena imajinasi itu. Dan sampailah kita pada dimensi penuh buku. Ah, jadi mbayangke kalau kelak punya rumah sendiri dan penuh dengan buku. Uhuyy…betapa seru dan bahagianya…^^v. mulai lagi deh!

Sekitar setengah jam, aku dan Cmut muter-muter di situ. Nyomot buku, dibaca bagian cover belakangnya, tyuz dibalikin lagi ke tempat semula. Ada buku yang sebenarnya bikin aku jatuh cinta. Tapi berhubung gak bawa duit jadi ngilernya ditahan dulu eh kepenginnya ditunda dulu. Ntar pas pameran (Muslim Fair) moga-moga tu buku ada ‘n dijual dengan harga yang lebih murah. Aamiin. Jam 11 an, kita keluar lagi melewati “pintu ajaib” itu dan mendapati dua onggok eh dua butir ups salah lagi, dua orang makhluk ajaib itu tengah asyik di depan computer.

Singkat cerita, sudah ada sebuah komik 1001 malam yang bikin Nung ngakak guling-guling sampai nangis-nangis. Hihi. Asli, lucu banget!!! Akhirnya, Nung merelakan ketawanya bersambung biar tu buku dibawa mbolang ke Bandung dulu sama Diah Cmut. Hm, aku gak nanggung lho, Mut kalau kamu nanti ketawa-tawa di kereta sampai berglundung-glundung ria dari satu gerbong ke gerbong yang lain. Setelah dipuas-puasin di studio itu, kita pun berpamitan (kok gak dibawain oleh-oleh sih? Buat temen pulang. ^^). Ni tamune malah ugal-ugalan. Yadah Mas Alib, ‘n si kartun Nunu kapan-kapan tak oleh-olehi permen cecak berikut cecaknya yea. Kan lucu tuh… daripada nyasar, kita pun dikawal Mas Isa sampai daerah tanggul. Terima kasih ya, Mas! Adegan selanjutnya ponakanku tercinta telpun. Huaaa…dia mewek karena aku lupa ngajak dia ke studionya Mas Alib. Sorrydorrymorrystrobery, ya ponakan! Kapan-kapan kita ngrampok bersama lagi deh…Cup cup cup, Ajinomoto! ^^

Dan MIO hitam Diah Cmut masih mengeluarkan rudal-rudal ringannya…endingnya, sampai kost ada brownies kukus Amanda dah nangkring di depan kamarku. Wow, surprise!!! Hm, tu browniez dari seorang sahabat MITI-M (anak Surabaya) yang dulu pernah nginep di kost ‘n hari ini kebetulan ada keperluan dengan birokrasi UNS pluz menyempatkan mampir. Huaaa…tapi gak bisa ketemu aku! Jazakumullahu khairan katsiran ya ukh…tahu aja kalau Nung demen banget ma kue brownies. Adegan selanjutnya disensor saja ya, gak tega liat kalian pada “ngecez”. Sumpah, brownies-nya enak banget! Hihihi…

***
Siang ini Nung kembali mengajar di Ganesha Operation, tepatnya di GO Mawar yang sebelumya diagendakan di unit baru di GO Bhayangkara. Pindah tempat, tapi gakpapa malah lebih dekat… Uhuyy, ngajar kelas 4 SD yang baru aja naik ke kelas 5. Ada 6 siswa kala itu. Sip, benar-benar menikmati “Pekan Liburan Cerdas” di GO. Materi hari ini Matematika dan IPS. Gak butuh waktu lama untuk Nung mengenal mereka, hafal namanya, mencoba mengawasi tingkah lakunya, dan mengetahui sejauh mana kemampuan mereka menguasai mapel yang diajarkan. Setengah jam pertama mengerjakan, setengah jam selanjutnya kita koreksi dan bahas bersama kemudian pending istirahat selama 15’. Suasana kelas belum terlalu cair, maklum baru tahap awal.

Sesi kedua saat pelajaran IPS dan mereka telah menyelesaikan pengerjaan soalnya, sebelum masuk pembahasan aku kasih “BREAK” dulu. Mulai dari tebak-tebakan garing kayak: “Truk apa yang bisa terbang?” (hayo, jawabannya apa coba?); permainan andalanku yang bikin aku dapat julukan “Bu Tung Srung” sama anak-anak 6 SDR1 dulu (yupz, permainan jari untuk mengasah konsentrasi “Tung-Tung Srung”), “sambung kata”, sampai akhirnya “tebak gaya” (berhubung masih pengenalan break, biasanya salah satu murid bergaya dan gurunya ngasih “clue” teman-teman yang lain menebak tapi berhubung baru awalan akhirnya aku deh yang bergaya.ckikikik…”kue srabi”, “batik Solo”, “belanja di SGM”, “kantong ajaib Doraemon”, “Harry Potter”, “wayang”, haha…ngikikgulingguling deh…). Setelah cukup fresh ‘n puas mainnya, kita kembali fokus di materi. Kelas rame lagi saat aku ngasih “THE KING” yang lucu-lucu bagi mereka. Benar-benar kelas yang hidup! Dan semoga mereka bisa mencerna materi hari ini dengan baik.

Lucu lagi saat ada yang manggil aku “Bu Norman”, ah seperti mengulang lagi kenangan masa lalu. Hihi, aduh dik…gak pake N yha! Ntar malah joget India “chaiyya chaiyya” bisa berabe ntar…(ketawaaa maning!). Hm, kok belum bel tanda usai ya? Padahal jam di kelas dah menunjukkan kelas harus diakhiri. Yadah, sebelum pulang akhirnya aku kasih tebakan biar mereka mikir. Hihi…tebakan yang bikin remphong semua…

NM: “Tahu iklannya SM*SH yang sosis so nice kan?”
(semua menjawab serempak: “Tahuuu…”

NM: “Nah, menurut kalian SM*SH itu beneran suka sosis so nice gak sih? Ayo, satu per satu njawab ‘n ngasih alasannya!” (sumpah, aku pengin ngikikglundungglundung. Siapa lagi yang patut disalahkan kalau bukan si sosis!!!)

Kamila, Agi, Laura, dan Ajeng kompak dengan jawaban dan alasan yang hampir sama: “Gak suka, Bu. Karena itu cuma akting dan iklan, jadi pura-pura aja. Kan makannya juga cuma ujungnya doang. Sapa tahu abiz itu muntah-muntah atau gak diabizin” (jawaban dari mereka yang bisa aku simpulkan. Bagus-bagus…cerdas!hihi)

Kalau jawab Dyva lebih keren lagi: “SM*SH suka so nice, bu! Alasannya: kan mereka juga suka nyanyi sosis…wowowo..sosis…” (ngik! Itu kan lagunya Sule…hadeuh…)

Kalau jawabannya Yuda: “Suka, Bu! Kan elo-gue-end!!!” (sambil niru gaya Sule). Hadeuh…lucu-lucu banget deh! Yah, kesimpulannya antara SM*SH, SOSIS SO NICE , bahkan SULE mempunyai hubungan kekerabatan yang sangat dekat. Menurut ilmu Biologi yang pernah Nung pelajari genotip dan lingkungan bisa mempengaruhi fenotip…(lho? Maksudnya? Pokonya gitu deh, kalau gak percaya berarti elo-gue-END!) : )

Dan kelas pun berakhir. Keluar GO mereka masih senyam-senyum sendiri, menyapa Nung dengan panggilan yang benar, say “good bye”, tersenyum, dan semoga apa yang terjadi di kelas tadi punya tempat tersendiri di hati-hati mereka. Heuheuheu…senja yang sangat indah!

Seiring ingatanku melayang pada tulisan Mbak Helvy Tiana Rosa dalam bukunya di bagian “CINTA SEJATI ITU, ANAKKU”:
“Jika kau mencintai seseorang, kau akan menaruhnya di tempat paling nyaman di hatimu, hingga setiap kali menatap matamu, ia temukan dirinya berpijar di sana. Kau tak akan pernah lelah belajar mengenali diri dan jiwanya hingga ke sumsum tulang. Hidupmu penuh gairah, tak abai sekejap pun atas keberadaannya. Maka sampailah kau pada keputusan itu: kau akan setia pada tiap nafas, getar, gerak saat bersamanya hingga nyawa berpamitan untuk selamanya pada jasadmu. Bahkan kau masih berharap semua tak akan pernah tamat. Kau mendambakan hari di mana kau dan dia kelak dibangkitkan kembali sebagai pasangan, yang terus bergandengan tangan melintasi jalan-jalan asmara di taman surga-Nya…Itulah CINTA SEJATI, anakku…”

Dan perjalanan pulang senja ini aku kembali memaknai rangkaian aksara itu. Ya Rabb…terima kasih untuk hari ini…hari di mana aku belajar kembali mengurai makna sebuah cinta sejati…(dengan berbagai versi).

[Keisya Avicenna, 23 Juni 2011. Aksara-aksara ini belajar mendokumentasikan hidupku dan belajar mengambil hikmah dalam hari-hariku. Teruslah BERMETAMORFOSA, aksaraku!]

Prolog: mengintip pesan Allah

Thursday, June 23, 2011 0 Comments
by Niko Amroe on Sunday, May 15, 2011 at 6:25pm

Perjalanan yg tak bisa kulupakan dalam episode hidup kali ini. Betapa tidak, semua berjalan tanpa bisa terfikir logika dan perhitungan matematis. Ya itulah namanya takdir. Ditengah riuknya ibukota yang padat akan manusia dan kendaraan, kucoba mencicil satu per satu untaian narasi yang coba kubuat dan ternyata telah ada yang membuatnya. Terkesan lucu, tapi tidak pantas kumenyebutnya lucu, bagaimana tidak? Lauhul mahfuz tlah mendokumentasikannya,sebuah narasi makhluk Allah dari episode demi episode. Namun, ada beberapa lembar yang bisa menjadi catatan khusus dari Sang Khalik. Catatan itu berjudul, takdir sughro. Ada peluang-peluang yg diberikan Allah dalam bentuk ihtiar,doa dan tawakal. Bagaimana Allah menilai perilaku hambaNya dalam menghadapi ujian demi ujian. Kaidahnya adalah "innalillahi wa inna illaihi raaji'uun".

Sejauh mana sang hamba ini bisa memaknai tidak hanya dalam kajian aksara, namun terbukti dalam aksi nyata dari jejak demi jejak kisah hidup yang dialaminya. Perjalanan demi perjalanan, memiliki benang merah yang sarat akan 'nilai Illahiyah'. "Dan nikmat Tuhan manakah yg kamu dustakan?" Begitu Allah berfirman yg tlah mengisyaratkan sebuah pesan kepada hambaNya. Namun, sekali lagi memang makhluk yg bernama manusia ini tak seperti malaikat. Ia diberi nafsu, yg karnanya pula manusia bisa keluar dari koridor janjinya kepada Allah saat di 'langit'. Nafsu ini bisa membelenggu&menutup sang komandan bernama 'hati' untuk menerima nilai Illahiyah dalam hidupnya. Benang merah itu terdapat pada hikmah dari setiap jejak langkah. Karna tapak tilas ini menjadi rumus&pedoman bagi jejak langkah berikutnya. Sekali lagi, konsep ini hanya bisa dihayati jikalau anda bisa memahami makna "innalillahi wa inna illaihi raaji'uun",yg singkatnya berarti manusia harus senantiasa melibatkan Allah dalam setiap urusannya,karna sesungguhnya semua milik Allah dan kembali lagi kpd Allah. Setiap peran yang dimainkan saat ini, sesungguhnya sarat akan petunjuk bagi peran-peran kita di medan laga berikutnya."Allah tidak akan membebani hambaNya diuar kemampuannya", demikian Allah berpesan kembali kepada manusia. Jangan patah arang,hai kawan yg mengalami ujian hidup berat. Yuk qt berhusnuzon bahwa, kita dianggap kuat sama Allah. Sebuah prestasi kan?Apa hubunganya dengan peran dalm panggung kehidupan? Setiap peran yang dimainkan, akan mendapat ujian dari Allah, kuat atau tidak? Masih beriman atau tidak? Putus asa atau tidak?Dalam setiap kelokannya, sarat akan hikmah,hikmah itu menjadi kunci bagi peran-peran kita selanjutnya. Coba renungkan kawan? Benar kan? Pada akhir prolog ini, terkhusus bagi aktivis,khusus lagi ADK,khusus lagi ABG(aktivis baru ghiroh)...jangan patah arang dengan ujian-ujian yang menghadang. Hadapi dengan kesabaran, dan libatkan Allah dalam setiap urusan. Masih yakin dengan Firman "Intanshurullaha wa yanshuruh" kan? Allah punya cara sendiri dalam mencintai hambaNya. Dan Allah punya banyak rahasia di balik ujian-ujian hidup ini. Salam dahsyat!...Karna kita adalah makhluk dahsyat#Niko Amroe, dalam preview "Sketsa untuk Para Pembela"

Monday, June 20, 2011

Sekelumit 'a Life Less Ordinary'

Monday, June 20, 2011 0 Comments
by Dreamyhollic Santi on Sunday, June 19, 2011 at 8:00pm

(Memoar seorang Baby Halder)



“Aku akan memberimu pekerjaan menulis dan membaca. Apa kamu sudah membuat kemajuan? Akan lebih baik untukmu kalau fokus pada hal itu. Jadi waktumu akan terpakai lebih baik. Suatu hari, ini akan berguna. Kamu tidak perlu melakukan hal lain, yang penting adalah fokus dalam kegiatan menulis dan membacamu. Tak perlu demikian gegabah. Sementara ini biarkan semua seperti adanya. Kemudian, berpikirlah bagaimana tulisanmu menimbulkan kegembiraan pada teman-temanku yang sudah membacanya.” (Nasehat Dr. Praboth Kumar kepada Baby Halder)



Kisah hidup seorang Baby Halder memang bisa dibilang ‘tidak biasa’. Dan saya malah menyebutnya sangat luar biasa! Sedari kecil ia sudah ditinggalkan oleh ibunya, pergi tanpa pamit entah kemana karena frustasi dengan kelakuan ayahnya yang ringan tangan dan jarang pulang ke rumah. Dia harus menjalani hidup dengan ketiga saudaranya tanpa kasih sayang seorang ibu dan harus menerima perlakuan ayahnya yang kasar setiap hari. Kalau saya bilang, ayahnya ini memiliki kepribadian ganda. Sekali waktu ia bisa sangat sayang dan peduli, sekali waktu ia bisa marah-marah, memaki dan memukul anak-anaknya. Keadaan menjadi semakin buruk saat ayahnya harus menikah lagi, dan ibu tirinya juga memperlakukannya tidak jauh lebih baik. Dan yang lebih mengenaskan lagi, Baby dipaksa menikah ketika usianya baru 13 tahun dengan seseorang yang tidak jelas. Masa dimana seharusnya dia habiskan untuk bermain dan belajar. Tapi dia tidak bisa berkelit dari kungkungan tradisi yang melingkupinya. Masa remajanya terenggut begitu saja.



Penderitaan Baby mencapai puncaknya ketika ia memiliki anak tak berapa lama setelah ia menikah dan mendapati bahwa kelakuan suaminya ternyata tidak jauh berbeda dengan ayahnya. Ia kasar, tidak pedulian, suka memaki dan memukul. Tapi Baby berusaha tegar menjalani itu semua demi anaknya. Suaminya juga tidak memberi Baby dan anaknya nafkah yang layak. Hal itu terus berlanjut sampai Baby memiliki tiga orang anak. Dia bekerja kesana-kemari, apapun pekerjaan yang bisa ia lakukan, dari satu pintu rumah ke pintu rumah yang lain. Dia ingin tetap memberikan pendidikan yang baik untuk anak-anaknya, meskipun tanpa belas kasih suaminyanya sendiri, ayah dari anak-anaknya yang seharusnya itu menjadi tanggung jawabnya.



Ditengah penderitaan batin dan fisik yang dia alami, Baby masih mencoba bertahan dengan keadaan itu. Tapi yang namanya manusia biasa, pasti punya titik kesabaran maksimal ketika dihadapkan pada keadaan yang memprihatinkan secara terus-menerus. Iapun lelah dan sampai pada keputusan bahwa ia harus bisa keluar dari situasi buruk itu. Dalam keadaan gundah, ia bersama ketiga anaknya pergi begitu saja meninggalkan suami dan kampung halamannya menuju ibu kota (New Delhi) untuk mengadu nasib. Sebuah perjalanan yang sulit, mengingat Baby belum pernah bepergian jauh sebelumnya.



Ternyata penderitaan Baby belum berhenti sampai disitu. Di New Delhi, ia harus berjalan dari satu pintu rumah ke pintu rumah yang lain demi mendapatkan pekerjaan. Ketika ia sudah mendapatkan pekerjaan, kadang majikannya tidak memberikan gajinya. Belum lagi kalau majikannya berlaku kasar, membentak-bentak, memaki dan memukulnya. Tapi sekali lagi, Baby bisa bertahan dengan situasi sulit itu. Karena kerap mendapatkan perlakuan kasar seperti itu, maka Baby diam-diam berusaha mendapatkan pekerjaan di tempat lain.



Setelah beberapa lama bertahan pada situasi buruk itu, akhirnya garis nasib membawa Baby pada seorang majikan yang bernama Dr. Prabodh Kumar. Ia berbeda dengan majikan-majikan Baby sebelumnya. Ia baik hati, ramah dan memperbolehkan Baby dan ketiga anaknya untuk tinggal bersama di rumanhya. Bahkan anak-anak Baby juga diperbolehkan sekolah. Suatu hari, ketika sedang membersihkan rak buku majikannya, Baby tidak sengaja membaca beberapa diantaranya. Lama-lama, hal itu secara tidak sadar menjadi kebiasaannya. Sampai suatu ketika, kebiasaan itu diketahui oleh majikannya. Marahkah majikannya? Ternyata tidak! Justru ia mendorong Baby untuk terus membaca, meskipun Baby merasa malu karena kadang ia kesulitan membaca dan memahami beberapa kata atau istilah asing (Baby hanya sempat mengenyam pendidikan sekolah sampai kelas enam).



Suatu hari majikannya memberikan Baby buku tulis dan pena untuk menuliskan kisah hidupnya. Apapun boleh dituliskannya, sejak ia masih bisa mengingat. Begitulah hari-hari Baby selanjutnya, disela-sela mengerjakan pekerjaan rumah tangga, ia menyempatkan membaca dan menulis walaupun sedikit. Sedikit-sedikit, lama-lama, akhirnya tulisan itu membentuk suatu rangkaian kisah kehidupan.



Majikannya kemudian mengirimkan tulisan tersebut kepada temannya yang seorang editor. Sambutan positif diterima atas tulisan-tulisan Baby yang sederhana dan menyentuh. Bahkan tulisan Baby dipuji menyerupai tulisan Anne Frank’s Diary. Anne Frank adalah seorang gadis jerman yang masih berusia 13 tahun saat ia menuliskan catatan hariannya. Ia mulai menulis dari bulan Juli tahun 1942 sampai Agustus 1944 di tempat persembunyian yang berada di bawah tanah. Catatan harian Anne Frank ini menjadi saksi bisu sejarah kesengsaraan kaum Yahudi atas keganasan Nazi di Jerman. Catatan harian itu telah diterbitkan dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa didunia, dan pernah menduduki posisi best seller.



Tulisan-tulisan Babypun dimuat di sebuah majalah di India, sebelum akhirnya diterbitkan menjadi sebuah buku. Sesuatu yang tidak pernah dibayangkan seorang Baby sebelumnya, mengingat ia hanya seorang pembantu rumah tangga dan tidak pernah menamatkan sekolahnya. Buku dengan judul Asli ‘Aalo Aandhari’ yang berarti ‘Dari Gelap Kepada Terang’ itupun menduduki posisi best seller di India dan sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. And finally.. she’s not an ordinary people!



Perjalanan hidup seorang Baby Halder menyadarkan kita bahwa Allah telah menyiapkan rencana yang indah untuk kita, tergantung bagaimana kita menjemputnya. Apakah kita mudah menyerah pada nasib atau pantang menyerah, menjalani setiap kemungkinan dan kesempatan yang ada demi masa depan yang lebih baik? Ah, seharusnya kita lebih bersyukur, setidaknya kita memiliki kesempatan belajar yang lebih dan tidak berada dibawah tekanan. Tapi, apakah dengan kesempatan yang lebih itu, kita mampu mencontohnya? Kadang.. kesuksesan yang luar biasa itu akan diawali dengan kesulitan yang luar biasa pula! Semangat membaca dan menulis!!! :)

Babe dan Gethuk Goreng 500 Rupiah

Monday, June 20, 2011 0 Comments
by Norma Keisya Avicenna on Friday, June 17, 2011 at 6:56pm

Berawal dari percakapanku dengan Babe senja tadi...
Nung: "Be, gethuk goreng yg enak itu beliny dimana tow?"
Babe: "Giriwono. Ntar biz maghrib beli yuk. Dingin2 gini enakny makan gethuk goreng sambil ngeteh..."
Nung: "Asyik...Ok deh!"
***
Hari ini Babe emang agak pusing, kurang enak badan gitu. Tadi Babe juga cerita kalau posyandu lansia di RT cukup seru. Hehe. Senam gtu deh. Berdasarkan cerita dari para tetangga, kalo ad Babe agenda posyandu jd makin seru. Pasti ngocol abiz. Ngik! Babe mang humoris 'n jago ngelawak. Pernah dulu jadi juara 3 se-Kabupaten. Wkwkwk. Kejadian lucu pagi ini jg ada. Babe berpose lucu bersama ayam kate kesayangannya. Mas Dhody yg jadi juru fotonya. Ahh, Babe...^^v

Nah, sehabis maghrib tadi aku pun mbonceng Babe dng HONDA GL-PRO kesayangannya dan kita pun membelah malam kota Wonogiri menuju daerah Joho, Giriwono. Satu lagi hal yg paling kusuka, menikmati malam, jalan-jalan keliling kota bareng Babe. Nyenengkeh deh! Hm, akhirny smp juga di lokasi. Sebuah tenda kecil bertuliskan "GETHUK GORENG MBAH CIPTADI". Pemandangan pertama yg bisa kurekam...seorang wanita paruh baya yg sedang menggoreng tempe menggunakan kayu sbg bahan bakar perapiannya. Kmdn mendekatlah laki2 paruh baya (mgkn suaminy) melayani pesanan Babe. Dua sosok itu sudah mengenal Babe. Mungkin krn Babe sudah sering membeli gethuk goreng karya mereka. Senyuman yg begitu tulus, wajah2 yg ramah meski tergerus usia, namun aku turut merasakan nafas2 perjuangan mereka. Subhanallah...

Hm, gethuk goreng yg penuh inspirasi...dan tanpa terasa sudah gethuk yg ke-3 berhasil kunikmati!