Jejak Karya

Jejak Karya

Wednesday, May 15, 2013

[Re-Post] BALITA PUN HAFAL QUR'AN


Bedah Buku Balita Pun Hafal Al Qur'an di Jogja



Bismillahirrohmanirrohiim...
 
Sesi pertama tausiyah dari ustadz Sholihuddin pun sudah selesai. Lanjut ke acara inti tentang, bedah buku Balita pun Hafal Al Qur'an bersama Ustadz Salafuddin Abu Sayyid.

Mc kembali beraksi, menyampaikan bahwa sebentar lagi acara bedah buku akan dimulai. Tak lama, hadirlah seorang ustadz, yang nama beliau aku kenal dari sebuah buku. Oh iya –bercerita sedikit-, aku tau buku ini tahun lalu (2012), searching di google mencari terkait Al Qur'an, dan aku menemukan laman yang sedikit mengulas tentang buku ini. Aku begitu sangat tertarik untuk membaca dan memiliki buku tersebut. Alhamdulillah, tanggal 6 september 2012, akhirnya buku itu ada di genggaman tanganku. Bukunya begitu menggoda. Menggoda dalam artian memotivasi dan memberikan inspirasi bagi calon ibu  sepertiku.

Lanjut,...

Alhamdulillah, bi'idznillah, ahad kemarin, 12 mei 2013, berkesempatan mengikuti acara bedah buku beliau di Masjid Mujahidin Universitas Negeri Yogyakarta.

Acara inti pun di mulai pada pukul 09.21 wib. Kulihat pak ustadz sudah duduk menempati kursi yang disediakan panitia. Beliau membawa flash disk yang berisi materi yang akan dibedah. Ku lihat fash disk sudah dipasangkan ke slot laptop. 

Ustadz kemudian membuka acara dengan salam. Sedikit memperkenalkan diri terkait namanya yang ada kata Salaf, ^_^. Aku sebentar memperhatikan kondisi sekeliling. Masjid begitu ramai, peserta begitu banyak, baik dari ikhwan maupun dari akhwat. Terlihat betapa antusiasnya mereka. Seantusias ustadz Salafuddin yang menyampaikan materi.

Awal materi, ustadz berkata, setelah membaca banyak biografi para ulama, ada di antaranya mereka sudah hafal qur'an sebelum baligh, seperti Imam Syafi'i yang telah hafal qur'an di usia 7 tahun, dan di usia 10 tahun telah hafal kitab Al Muwatha' karangan gurunya, Imam Malik.

Di Mesir juga ada Syaikh bernama Muhammad Hasan, beliau seorang da'i, salafi mesir, sudah hafal qur'an saat berusia 7 tahun. Adapula di Maroko, seorang ulama yang sudah hafal qur'an saat berusia 6 tahun.

Ada pula seorang ulama yang telah hafal qur’an ketika dirinya masih belum mengenal ajaran islam dengan baik. Kemudian beliau mengisahkan kisahnya al Fudhail bin Iyadh, seorang mantan preman –pada zamannya- namun akhirnya mendapatkan hidayah sehingga menjadi hafidz Qur'an. Masya Allah.

Terlihat layar proyektor slide tulisan berikut, sebuah kalimat pertanyaan. Mengapa menghafal Al Qur'an? di bawahnya tertulis:

Ø®َÙŠْرُÙƒُÙ…ْ Ù…َÙ†ْ تَعَÙ„َّÙ…َ اْلقُرْآنَ ÙˆَعَÙ„َّÙ…َÙ‡ُ

Sebaik-baik kalian adalah  orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)

Setelah itu, lanjut ke beberapa keutamaan mempelajari Al Qur'an, yang dikutip dari hadits-hadits shahih. 
 
“Barang  siapa membaca satu huruf dari Kitab Allah (Al-Qur’an), maka ia memperoleh pahala satu kebaikan dengannya, sedangkan pahala amal kebaikan itu dilipatgandakan sepuluh kali. Saya tidak mengatakan bahwa alif-lâm-mîm itu satu huruf, akan tetapi alif itu satu huruf, lâm satu huruf dan mîm satu huruf tersendiri.” (HR. Tirmidzi) .

"Orang yang mahir tentang Al-Qur’an akan bersama para (malaikat) utusan mulia nan baik-baik. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an sambil terbata-bata dan berat membacanya, iadapatkan dua pahala.” (HR. Muslim)

“Allah memiliki keluarga dari kalangan manusia.”Ditanyakanlah, “Siapa mereka, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ahlul Qur’an. Mereka adalahkeluarga Allah dan orang-orang istimewa-Nya.”(HR. Ibnu Majah) 

Ustadz Salafuddin mengatakan bahwa Orang yang sudah intim dengan Al Qur’an itu berbeda. Al Qur’an akan menyatu bersama dirinya. Misalkan, sedang fokus menghafal suatu surah/ayat tertentu, sehingga kelelahan terus tertidur, maka ketika bangun ia akan meneruskan hafalannya. Karena otak tidak pernah tidur. Ia akan terus bekerja, apabila kita intim dengan Al Qur’an maka Al Qur’an akan menyatu dengan diri kita.

Membaca Al Qur’an mestilah dengan tartil. Tartil disini maksudnya, membaca Al Qur’an diiringi dengan kehadiran hati dan pemahaman yang sempurna. Memahami makna demi makna disetiap ayat-ayat-Nya.

Alhasil, membaca dan menghafal Al-Qur’an memiliki keutamaan yang besar. Para pembaca dan penghafal Al-Qur’an memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah. Dan, Al-Qur’an akan memberi syafaatkepada pembaca/penghafalnya pada hari kiamat.
 
Aku memperhatikan dengan seksama penjelasan ustadz Salafuddin, entah kenapa tiba-tiba hatiku gerimis rindu,  menghujani dengan deras di dasar relung qalbu. Hampir-hampir saja ada rintik hujan qalbu  keluar dari kelopak mata. Allah Karim.

Lanjut, slide di layar berganti dengan tulisan, 

Kegiatan tahfizul Qur’an memberikan dampak positif
terhadap keluhuran akhlak seseorang.

Tahfizhul Qur’an meningkatkan kedisiplinan
dan menaikkan prestasi akademik siswa.

Al-Qur’an menjadi obat penyakit ruhani dan jasmani.
 Karamah para penghafal Al-Qur’an

Dari uraian di atas, ustadz kemudian memberikan beberapa contoh fakta. Ia pun menceritakan kisah anaknya sendiri, yang tadinya prestasinya biasa-biasa saja, setelah mengikuti program tahfidz prestasinya kemudian meningkat. Adapun Al Qur’an menjadi obat penyakit jasmani, ustadz kembali mengisahkan, tentang anaknya yang terkena sakit. Sakit anak beliau di vonis dokter menderita penyakit berbahaya yang disebabkan oleh virus, dokter memberikan banyak obat untuk anaknya, namun belum juga sembuh. Ustadz berfikir, anaknya harus diruqyah. Akhirnya atas inisiatif beliau, anaknya pun dirawat sendiri bersama isterinya dengan terus di ruqyah, dibacakan surah Al Fatihah,  bacaanMu’awwidzatain (surah Al Falaq dan An Nas), sembari terus diberikan madu dan habatussauda. Pada akhirnya, bi’idznillah anak beliau sembuh total dan sampai sekarang sehat wal’afiat. 

Para penghafal Qur’an pun mempuyai karamah, salah satunya,  kisah Imam Nafi’, ketika sedang mengajarkan Al Qur’an dalam suatu majelis, tercium bau kasturi oleh para murid-muridnya. Murid-murid beliau lantas bertanya, “Ya Syaikh, apakah setiap anda mengajarkan Al Qur’an, anda menggunakan minyak wangi kasturi terlebih dahulu?” Maka Imam Nafi’ menjawab, "Aku tidak pernah mendekati minyak wangi sepanjang hidupku apalagi menyentuhnya, akan tetapi aku telah bermimpi sewaktu tidurku melihat Rasulullah Shallahu 'alaihi wa sallam membaca sesuatu di mulutnya dekat ke mulutku. Maka semenjak itulah siapa saja akan menghirup harumnya bau itu dari mulutku". 

Sekilas tentang Imam Nafi'. Nama beliau adalah Nafi’ bin Abd Rahman bin Abi Na’im Al-Laithi. Beliau telah digelar Abu Ruwim, Abu Hassan dan juga Abu Abd Rahman. Beliau merupakan salah seorang Imam Qiraat masyarakat di Madinah dan juga terkenal sebagai seorang yang pakar dalam bidang al-Qur’an. Sejak masih muda, beliau telah menekuni Al-Qur’an dan berguru tentang Qur’an kepada lebih dari 70 orang guru. Beliau meninggal dunia pada tahun 169 Hijrah di Madinah ketika berumur 99 tahun. Antara perawi yang Mashur yang meriwayatkan bacaan Imam Nafi’ ialah Qalun dan Warsh.

Ku lihat jam dinding masjid sudah menunjukan pukul 10.30 wib. Lalu, terlihat seorang ikhwan maju dengan membawa selembar kertas untuk kemudian diberikan kepada ustdz Salafuddin. Terlihat, ustdz sekilas membaca tulisan di kertas itu. Kemudian melanjutkan penjelasan, awal dari pendidikan islam adalah dengan menghafal Al Qur’an. 
 
Sesi pertama bedah buku pun selesai. Kemudian disambung dengan sesi tanya jawab, Kulihat jam dinding masjid, pukul 10:33 wib. Aku bergumam dalam hati, waktunya akan mepet banget dengan sholat zuhur. Ulasan bukunya pun belum banyak disinggung ustadz. Hmm…


***


Sesi tanya jawab selesai. Terlihat olehku seorang ibu yang duduknya lumayan sedikit jauh denganku terlihat membeli 5 buah buku Balita Pun Hafal Al Qur’an -yang ada di stand depan pintu masuk-, waaah, banyak banget bu ^_^.









Sesi kedua di teruskan, dengan materi masih tentang buku Balita Pun Hafal Al Qur’an. Lantas tampil di layar proyektor slide tentang Tabarak dan Yazid seorang Hafidz termuda di dunia.




Kisah mereka bisa anda baca selengkapnya di buku Balita Pun Hafal Al Qur’an.

Slide lalu berganti dengan beberapa foto-foto ustadz Salafuddin bersama Tabarak, Yazid, kedua orang tuanya dan adiknya yang juga seorang hafidzoh.

Dari kanan ke kiri, ustd Salafuddin, Tabarak, Yazid dan Dr. Laboody

Semangat tahfizh keluarga Kamil Labudi adalah semangat bersama dalam sebuah rumah tangga baru. Ayah dan ibu Tabarak bukanlah seorang yang menghafal Al-Qur’an sejak remaja. Keduanya baru mulai menghafalkan Al-Qur’an sejak keduanya menikah. Tepatnya setelah mereka berdua merantau ke Jeddah, Saudi Arabia. Sejak itulah keduanya merancang program menghafal Al-Qur’an, dan akhirnya berhasil menjadi seorang hafizh dan hafizhah. Kemudian keduanya dianugerahi anak-anak yang menjadi huffazh saat masih balita.

Lantas, bagaimana Dr. Laboody (ayahnya Tabarak dan Yazid) mencetak anak-anaknya sehingga menjadi seorang penghafal Al Qur’an? Maka ada beberapa kunci-kunci, yaitu:
Ikhlas dan Doa
Sungguh-Sungguh dan Disiplin
Motivasi dan Apresiasi
Istiqamah

Dr. Laboody dan keluarga selalu mempuyai waktu khusus untuk berhalaqoh qur’an bersama-sama setiap hari. Selain menghafal, ada pula motivasi dan apresiasi. 

Apresiasi, peranannya sangat penting. Selain untuk memotivasi, juga sebagai bentuk penghargaan kepada mereka (anak-anak yang menghafal Qur’an). Apresiasi bisa dalam bentuk pemberian hadiah. 

Sambil menyimak penjelasan ustadz, aku sembari mengatakan kepada calon anakku. "Nak, jadilah kelak kau sebagai ahlul qur'an, yang benar-benar mencintai Al Qur'an hanya karena Allah dan semata-mata hanya untuk mengharapkan ridha-Nya". Seketika senyum terkembang dari bibirku sembari mengaminkan sendiri. ^_^.

Waktu terus berlalu. Rasa-rasanya aku masih kekurangan penjelasan terkait buku Balita Pun Hafal Al Qur’an. Lalu, ustadz menayangkan sebuah video tentang Abdurrahman Farih yang berumur 3 tahun namun sudah hafal berjuz-juz Al-Qur’an. Masya Allah. Untuk yang kesekian kalinya aku melihat video ini. Anak ini sangat menggemaskan. ^_^






bersama sang ibu


Dalam buku Balita Pun Hafal Qur’an dijelaskan bahwa Sang bunda mengisahkan, “Sebenarnya, sejak awal mengandungnya, saya selalu membaca Al-Qur’an.Setiap malam Jum‘at, saya selalu membaca suratAl-Kahfi. Sedangkan setiap harinya, saya selalumembacakan Muawwidzatain (Al-Falaq dan An-Nas) serta surat Al-Mulk. Setelah ia lahir, setiap harisaya selalu membacakan padanya dzikir pagi danpetang. Ia tidak bisa tidur kecuali setelah saya bacakan dzikir-dzikir itu.” (Hal 56).


Lalu di teruskan dengan tayangan video tentang Tabrak dan Yazid.

Bagiku, mereka semua (anak-anak itu) imut-imut bangeeet.. Hehehe, menggemaskan. Oh iya, Tabarak dan Yazid juga hafal Nazam Syathibiyyah lho. Nazam Syathibiyyah merupakan karya terbesar dari Imam Asy-Syatibi dalam bidang ilmu qira'at. Mungkin pembaca masih ada yang belum mengenal siapa itu  Imam Asy-Syatibi? Imam Asy Syatibi memiliki nama lengkap, Abul Qasim bin Firruh bin Khalaf bin Ahmad Asy Syatibi Arru'aini. Dalam dunia Qira'at beliau dikenal dengan sebutan Imam As-Syatibi. Meski beliau terlahir dalam keadaan buta, tetapi beliau dikenal sebagai seorang ulama besar dalam bidang Qira'at pada zamannya. Tabarak dan Yazid hafal Nazam Syathibiyyah. Masya Allah, Tabarakallah.

Namun, kalo mendengar bacaan kedua anak ini, aku lebih memilih bacaan adiknya, Yazid Tamamuddin. 

***

Lebih kurang sepuluh menit lagi akan mendekati waktu sholat zuhur. Ustadz Salafuddin pun terlihat “terburu-buru” dalam berkata-kata dan akhirnya acara bedah buku selesai. Alhamdulillah.
saat sesi tanya jawab
Kulihat beberapa ikhwan maju ke depan untuk mengcopy materi kepada ustadz. Aku seketika bingung, karena kulihat tidak ada akhwat yang maju untuk meminta materi tadi. Aku lantas mengurungkan diri untuk maju ke depan :D. Lalu terdengar suara suamiku memanggil dan bertanya, “mana flash disknya?” Aku kemudian menyerahkan flas disk kepada suamiku. Ia yang akhirnya meminta ke depan untuk mengcopy materi bedah buku tadi. Aku sebenarnya ingin langsung menyapa, menghampiri ustdz Salafuddin, namun kondisi tidak memungkinkan, akhirnya kuurungkan niatku. Maaf ya tadz.

Azan Dzuhur seketika menggema memenuhi seisi masjid Mujahidin UNY. Aku kenal suara mu’adzinnya, seorang adik, yang juga teman tahsinku. Tak pakai lama, baca doa penutup majelis dulu, baru kemudian bergegas menuju lantai dua masjid untuk mengambil posisi di shaf pertama shalat berjama’ah.Alhamdulillah 'ala Kulli Haal.

***


Bagi pembaca yang ingin mengetahui kisah-kisah para Balita yang -sedikit kutulis dalam catatan ini-, bisa membacanya di buku Balita Pun Hafal Al Qur’an. Buku ini selain mengisahkan kisah para balita, ada pula kisah para lansia dan orang-orang yang luar biasa. Sebuah buku yang aku rekomendasikan untuk dibaca. Sangat sarat ilmu, penuh edukasi, motivasi dan menginspirasi. 

Nanti juga, -Insya Allah- akan segera terbit dalam bentuk premium edition dari buku Balita Pun Hafal Al Qur’an. So.. Don’t Miss It..:)

***

*Catatanku, 15 Mei 2013, 13:30 pm
---
#Tambahan bacaan: Kaidah Qira'at Tujuh, Darul Ulum Press, Institut Studi Ilmu Al Qur'an Jakarta, 1996

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.


Salam,


Keisya Avicenna