Jejak Karya

Jejak Karya
Showing posts with label keluarga. Show all posts
Showing posts with label keluarga. Show all posts

Tuesday, January 26, 2021

CORONA DAN RABITHAH CINTA KELUARGA

Tuesday, January 26, 2021 2 Comments

 


Rabu terakhir di bulan Desember 2020. Setelah Tahajud sambil menunggu waktu Subuh, biasanya saya gunakan untuk ngaji atau membaca buku. Terkadang saya juga mengetik kalau ada pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Tapi di awal kehamilan kali ini, pinggang saya jadi gampang capek kalau harus duduk lesehan sambal ngetik di kamar, lebih enak ngetik sambil duduk di kursi ruang tengah.


Setelah azan Subuh, tiba-tiba Dzaky posisi tidurnya melorot dari kasur dalam kondisi dia masih merem.

“Kenapa, Dek Ah?” Abi is sontak bangkit dan mencoba membenarkan posisinya.

“Ma, celananya basah. Bau pulak. Kayaknya pup di celana!” ucap Abi sedikit panik.

Saya yang sedang ngaji pun bergegas menghampiri mereka. Dzaky diangkat Abi ke kamar mandi untuk dibersihkan.


Pagi itu, Dzaky tidak segokil biasanya. Meski dia masih sangat aktif, masih glundungan sana-sini. Tapi 2x dia sempat muntah. Pupnya juga masih encer. Rabu pagi itu dia masih mau sarapan bubur ayam disuapin Abi. Setelah sarapan, saya beri dia Lacto-B.

“Dek Ah, mau ya dipriksain ke Dokter Soraya?” tanya Abi.

“Iya, biar dicek Bude Soraya, ya. Biar Dek Ah pupnya nggak encer lagi,” ucap saya.

“Nanti kalau perutnya sudah enakan, pupnya udah bagus lagi, Dek Ah semangat minum obat dan nurut apa kata Bude Soraya, boleh kok nanti di Giyi lama sama Titi Ya,” kata Abi memotivasi Dzaky.

Saya pun mengiyakan. Kami pun mengajak Dzaky berdoa bersama minta kesembuhan sama Allah.


Sekitar jam 7.30, kami berangkat ke Klinik Mitra Umat. Dzaky masih mual dan sesekali mengeluh perutnya nggak enak. Alhamdulillah, dapat antrian pertama. Saat diperiksa sangat kooperatif dan nurut banget sama Bude Soraya. Sempat ada obrolan tentang makan buah.

“Dzaky mau apel, Bude,” katanya.

“Tapi nanti maem pisang dulu ya, apelnya nanti kalau dah nggak sakit perutnya,” ucap Dokter Soraya.


Awalnya Dzaky merajuk. Sampai akhirnya dia sendiri yang memutuskan, meminta Abi untuk membelikan pisang dan bukan apel. Motivasi internal untuk sembuh itu sudah muncul. Dia pun semangat makan, minum apapun yang kami kasih, bahkan minum antibiotik yang sedikit pahit. Yups, Titi Ya jadi moodbooster: KALAU SEMBUH, BOLEH LIBURAN LAMA DI GIYI (WONOGIRI).


Rabu itu dia masih bolak-balik ke KM sampai 5-6x. Tapi nggak kelihatan lemes. Makan dan minum masih mau. Masih lincah juga seperti biasanya. Alhamdulillah hari Kamis tekstur pupnya sudah bagus. Saya dan Abi is sudah lebih lega. Dzaky juga sudah nggak mual. Namun, Jumat sorenya dia diare lagi. Bahkan sangat bau dan berwarna kehijauan. Saya konsultasi via WA dengan Dokter Soraya. Setelah kami evaluasi kemungkinan karena Dzaky pada Kamis itu sudah mengkonsumsi susu UHT sedangkan pencernaannya -mungkin- belum siap.


Selama masih mau makan dan minum dan tidak menunjukkan gejala dehidrasi, insya Allah masih aman. Alhamdulillah, nggak ada demam juga. Dzaky masih doyan banget makan pisang, Jumat itu juga kami beri dia degan hijau, juga madu hangat. Anaknya juga masih aktif polahan. Hihi.

Saya dan Abi sampai membuat rencana kalau Sabtu pupnya masih seperti itu, akan kami cek lab-kan ke Cito dan periksa ke Dokter Agus (Spesialis Anak) di Hermina Banyumanik.


Alhamdulillah, Sabtu itu Dzaky sudah tidak diare. Malah seharian itu dia nggak pup. Makan dan minum juga sangat bagus, aktivitas fisik juga heboh seperti biasa. Saya dan Abi is bisa lega. Puncak kelegaan kami saat hari Ahad tekstur pupnya sudah sangat normal. Alhamdulillah, terima kasih, Ya Allah…


Beberapa hari kemudian, Dzaky nagih dong janji kami untuknya jika sembuh dari diare. Yups, liburan lama di Giyi. Anaknya pun setiap hari nanyain kapan kita ke Giyi? Kapan ke Titi Ya? Nah, waktu itu juga ada informasi kalau mulai hari Senin, 11 Januari 2021 akan ada PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) selama 2 pekan. Akhirnya, Abi memutuskan Sabtu kita antar ke Wonogiri daripada nanti anaknya nagiiiiih terus setiap detik. Hihihi. Dengan semangat ’45 dia packing sendiri mainannya 1 kardus plus 1 box. Bener-bener deh persiapan mau liburan lama.


“Nanti kalau Umma kangen gimana dong?” tanya saya.

“Umma kan bisa video call atau ke Giyi aja. Di Giyi lama sama Dek Ah,” jawab dia santuuuy.

Huwaaaaaaaaaaa… benar-benar bakal kangen sama bocil satu ini.


Sabtu (9 Januari 2021) malam kami sampai di Wonogiri. Tak lupa cuci tangan pakai sabun di pancuran depan counter yang sudah disiapin Dedoy terus Dzaky dimandiin Abi is pakai air hangat. Semua mandi dan ganti baju bersih. Terus menikmati teh hangat buatan Titi Ya. Dzaky pun langsung “nginthilin” Titi Ya kemana-mana. Bobok malam pun maunya sama Titi Ya. Hihi. Ciyeee, yang kangennya sudah terobati.


Ahad siang, saya dan Abi is bersiap pulang ke Semarang. Ahad malam Abi mau ada rapat. Waktu itu pun kami mendapat kabar tentang kondisi Pak Gik (bapaknya Pakde Hengki) plus info yang membuat kami cukup syok adalah hasil rapid antigennya positif. Beliau ada riwayat perjalanan dari menghadiri ngunduh mantu anaknya besan ke Purwodadi. Sepulang dari acara tersebut beliau ngedrop bahkan keluarga besan pun banyak yang ngedrop, termasuk ayah mertuanya Mas Lana (anak bungsunya Pak Gik) yang waktu ke Purwodadi semobil dengan Pak Gik. Ayah mertua Mas Lana sejak hari Jumat dirawat di Ken Saras dan hasil tesnya juga positif Covid. Beliau komorbid. Ya Rabbi…

[*]


“Dek Ah, Umma sama Abi nanti pulang Semarang lho, ya. Dek Ah di Giyi dulu sama Titi, Dedoy sama Dewid juga. Bersikap baik ya, nurut sama Titi dan semua,” pesan Abi is.

“Baiklaaaaah,” jawab Dzaky dan mereka pun uyel-uyelan bersama. Hahaha.


Dzaky dan segala keseruannya di Wonogiri saya posting di WA story atau IG @umma.dzakydna

Saat mobil kami mulai jalan, anaknya pun melambaikan tangan, melepas kami dengan ceria. Kami pun percaya, Dzaky bakal aman dan nyaman di Wonogiri Bersama Titi Ya, Dedoy, dan Dewid.

Ini kali ketiga kami tinggalkan Dzaky di Giyi dalam waktu cukup lama. Yang pertama dulu waktu masih masa nyapih dan saya harus ke Makassar 4 hari 3 malam. Yang kedua setelah Ahha Wok meninggal, kami sempat mengizinkan Dzaky untuk stay di Wonogiri dulu sepekan. Dan ini yang ketiga.


Sehat dan bahagia selalu di Giyi ya, Dzaaaak.


Malam harinya sebelum saya dan Abi tidur. Abi is bilang, “sepi ya, biasanya Dzaky di sini.” (sambil nata bantal yang biasa Dzaky pakai). Wkwkwk.


[*] [*] [*]


Senin, 11 Januari 2021

Senin sekitar jam 10-an ada berita duka di grup Keluarga Klaten, mengabarkan kalau ayah mertuanya Mas Lana meninggal. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un… Semoga husnul khatimah dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan ketabahan terbaik.


Hari itu pula saya mendapatkan kabar dari Mas Sis kalau Mas Juwarno (suami kakak ipar saya yang no.3) dilarikan ke RSUD Ambarawa karena sesak nafas. Hasil rapid antigennya pun positif. Mas Sis pun segera menghubungi Mbak Desi dan memintanya ke Klinik Mitra Umat untuk rapid antigen. Ya, karena Sabtu-Ahad Mbak Desi dan Mbak Riza sempat menginap dan berada di Karangjati. Selain itu, Mas Juwarno sudah meriang selama beberapa hari. Mbak Desi pun sempat tidak enak badan selama 3 hari dan 3 hari itu pula dia tidak masuk kerja. Mbak Riza pun sempat mengeluhkan batuk dan pilek. Bisa jadi mereka senasib karena tidur satu kamar saat di Meranti maupun di Karangjati.


Rencana  saya untuk rebahan sejenak dan tidur siang pun bataaal. Senin itu menjadi Senin yang super hectic dan deg-degan. Mas Sis telepon lagi mengabarkan kalau hasil rapid antigen Mbak Desi positif. Mas Sis segera menghubungi Mas Puji (kakak no.2) dan membuat keputusan kalau semua yang interaksi sama Mbak Desi segera rapid antigen. Saat ini, Mbak Desi dan Mbak Riza tinggal dengan Akmal dan Azfa (anaknya Pakde Puji dan Bude Ani) di Meranti karena Pakde Puji dan Bude Ani mendapatkan amanah mutasi (kantor pajak) di luar kota dan luar pulau.


Mbak Riza sejak pagi sudah berada di Karangjati untuk menemani Rafif karena ditinggal Bude Ju nganterin Pakde Ju ke RS. Kami pesan ke Mbak Riza pokoknya selama di rumah wajib pakai masker karena di rumah ada Mbah Kakung dan Mbah Putri (orang tua Pakde Ju).


Jelang Asar, saya, Mas Sis, Azfa, dan Akmal berangkat ke Klinik Mitra Umat. Kami mendaftar untuk rapid antigen. Sebelumnya, kami diperiksa BB, TB, tensi, dan saturasi oksigen. Oh ya, sebelum ke klinik, saya sempat cerita ke Mamiko kalau mau rapid antigen. Mamiko ngasih tips:

“Bayangin aja kamu lagi ngupil tapi kejeron.” Kurang lebih rasanya kayak gitu. Hehe. Ngupil kejeron, Gaeees. Selain itu, doi juga ngasih tips untuk bawa air putih hangat jadi usai rapid bisa lebih enakan.


Saat cek tensi, tensi Azfa dan Akmal tinggi: 140 dan 138. Mereka memang terlihat panik dan takut. Sebagai Om dan Tantenya, kami pun mencoba menenangkan. Dengan selfi jarak jauh juga ngobrol-ngobrol gayeng. Mbak Desi juga masih nunggu di dekat ruang obat. Menunggu hasil kami juga dengan deg-degan.



Urutan pertama Mas Sis, lalu saya. Saya mencoba untuk rileks, santai, banyakin zikir. Rasanya memang aduhai sekali. Tapi lebih aduhai saat kontraksi, kok. Hihi. Sempat ngrasa agak mual usai rapid terus minum air putih hangat, alhamdulillah lebih enakan. Kalau Akmal selesai rapid, air mata bercucuran dengan sendirinya tapi bukan bermaksud nangis kesakitan. Respon sesaat saja. Kalau Azfa malah sempat gagal di colokan pertama karena dia tiba-tiba kaget terus jadi berdarah. Ganti lubang hidung yang kiri deh yang dicolok.


Selesai rapid, kami salat Asar. Berdoa sungguh-sungguh sama Allah. Saya tekankan ke anak-anak untuk ridho dan ikhlas apapun nanti hasilnya. Saya sendiri juga deg-degan karena kondisi sedang hamil trimester pertama. Tapi, berusaha keras untuk pasrah. Saya hanya memupuk keyakinan, “everything gonna be OK”.


Azfa sempat memprediksi, “kayake aku deh Tant yang hasilnya positif, kan aku selama ini tidur sama Mbak Desi n Mbak Riza, bahkan sejak mereka sakit dulu,” ucap Azfa mencoba menenangkan dirinya sendiri. Mungkin itu cara dia menyiapkan diri apapun hasil tesnya nanti.


30 menit berlalu, saya dipanggil ke ruang obat. Hasilnya sudah di tangan. Satu di antara kami hasilnya POSITIF, yaitu Akmal. Abi is orang pertama yang saya kasih tahu. Setelah selesai membayar, saya ngobrol dengan Desi, Akmal, dan Azfa. Sebelumnya saya motivasi dulu mereka, kalau ini semua sudah bagian dari skenario Allah yang harus kita jalani bersama.


Ketika saya sampaikan bahwa hasil yang positif itu Akmal, justru Azfa yang menangis sesenggukan. Dia sendiri nggak menyangka justru adik kesayangannya yang positif. Setelah suasana lebih tenang, saya pun membuka pembicaraan lagi. Mas Sis sudah melesat pergi karena ada panggilan rapat penting.


“Sekarang, Mbak Desi sama Akmal pulang ke rumah Meranti naik motor. Sampai rumah segera mandi dan ganti pakaian bersih. Selama di rumah tetap pakai masker, ya. Untuk keperluan makan, camilan, vitamin, insya Allah, nanti diatur sama Om Sis,” terang saya.


“Oh ya, tadi Om Sis juga ngasih tahu, Abi sudah ndaftarin Mbak Desi sama Akmal untuk swab PCR besok di Cito. Untuk jamnya nanti dikabari Om Sis, ya. Nah, untuk Azfa, karena hasil rapidnya Mbak Desi dan Akmal positif sedangkan kamu, Om Sis, dan Tante Norma negatif, kamu sekarang ikut Tante pulang ke Jati. Selama Mbak Desi dan Akmal isoman, kamu jadi anak asuhnya Tante,” kata saya sambil nge-pukpuk Azfa yang kelihatan banget masih syok.


“Sekarang, nggak penting mikirin siapa menularkan siapa, tertular dari mana, dan lainnya. Karena detailnya tentu saja Allah yang lebih tahu segalanya. Tugas kita sekarang ikhtiar untuk sembuh dan sehat. Mbak Desi dan Akmal saling memantau ya, jika ada keluhan apapun segera laporkan ke Om Sis atau Tante Norma. Kalian berdua tidak usah panik, nggak usah mikir macem-macem. Harus ikhlas. Buat hati kalian selalu bahagia. Insya Allah imunitas tubuh bakal selalu terjaga.” Obrolan sore itu pun saya akhiri. Kami segera kembali ke tujuan pulang masing-masing. Mbak Desi dan Akmal ke Meranti, saya dan Azfa ke Jati.

[*]


Di sisi lain, ada kelegaan luar biasa dalam hati saya dan Mas Sis karena hasil rapid antigen kami negatif. Soalnya kan kami sempat ke Wonogiri. Alhamdulillah, insya Allah keluarga Wonogiri aman. 


Selama proses dari siang hingga sore itu, Bude Ani dan Pakde Puji pun memantau dari kejauhan. Saya selalu berkirim kabar kondisi anak-anak sejak awal mau tes hingga hasil tes itu keluar. Bagaimanapun juga hati orang tua mana yang tak khawatir dengan kondisi putra putrinya di masa seperti sekarang ini. Sedangkan amanah negara membuat mereka harus terpisah jarak dan waktu, namun insya Allah selalu dekat dalam doa.


Selama isolasi mandiri, Akmal dan Mbak Desi pun dipantau oleh pihak Puskesmas dan mendapatkan kiriman vitamin ke rumah. Hari Selasa, Akmal dan Mbak Desi melaksanakan tes Swab PCR di Lab Cito dikawal Mas Sis. 

[*]


Hari-hari setelah Senin itu, hasil rapid antigen Mbak Riza juga positif. Dia pun isoman di Karangjati. Pak Gik akhirnya diopname di RSIA Sultan Agung karena saturasi oksigen rendah. Terima kasih Mbak Ani (ponakan, kakak Mbak Desi) yang membantu mengurus kamar dsb karena saat ini Mbak Ani mendapatkan amanah sebagai perawat bangsal Covid di RSI Sultan Agung. Keluarga besar Pakde Hengki pun melakukan rapid antigen. Pakde Hengki, Ibuk, dan Tata (cucu Pak Gik) reaktif. Mereka pun isolasi mandiri, dipantau oleh Puskesmas.


Bude Win alhamdulillah, hasil rapid antigennya negatif. Meski begitu, terpaksa harus pisah rumah dengan Pakde Hengki. Bertiga saja di rumah sama baby Rania dan Mas Raihan. Bakoh dan strong selalu ya Budeee… (Pengen rasanya meluk setiap saat plus bantuin momong). Tapi saya yakin, Bude Win bisa menjalani episode kali ini dengan sukses dan happy ending. Pokoknya banyak doa terbaik selalu untukmu. 

[*]


Hari-hari setelah Senin itu menjadi hari yang sibuk.  Keluarga kami yang tergolong “aman” dan memungkinkan untuk tetap bisa wira-wiri. Jadi, Mas Sis yang sering mobile untuk memantau keperluan keluarga Bude Win, keluarga Pakde Hengki, juga keperluan Akmal dan Mbak Desi.  Tentu saja dengan protokol kesehatan yang ketat. Cuci tangan pakai sabun, langsung mandi (setiap kali Mas Sis ke luar rumah, saya selalu menyiapkan baju bersih di dekat kamar mandi, jadi ketika pulang bisa langsung bersih-bersih badan). Selain itu, kami pun terus memantau kabar kesehatan Pak Gik juga Pakde Ju dan keluarga Karangjati.


Pakde Puji dan Bude Ani hari Jumat malam pulang ke Semarang. Meski mereka harus menginap di hotel, tapi setidaknya membuat hati mereka sedikit lega karena bisa berjumpa dengan Azfa dan Akmal meski dari kejauhan. Setiap kali mau pulang ke Semarang atau kembali ke Kalimantan, Bude Ani selalu Swab PCR karena sudah jadi syarat mutlak untuk bisa terbang. Pokoknya semua dijalani dengan ikhlas asal bisa melihat kondisi anak-anak. Waktu itu, Pakde Puji dan Bude Ani juga kirim stok kebutuhan dapur, aneka suplemen, vitamin C, buah, dan macam-macam untuk keperluan kami juga anak-anak.


Dengan kondisi saat ini, saya kembali bersyukur posisi Dzaky ada di Wonogiri. Biasanya kan dia geger nginthilin Abi is. Setidaknya pikiran Abi is pun bisa lebih fokus menghadapi situasi yang tengah terjadi pada keluarga besar kami.


Oh ya, terkadang saya bikin handslettering suka-suka trus ngetag para ponakan di Instagram dengan tujuan menghibur mereka. Hihi. Videocall-an bareng-bareng saling menyemangati dan mendoakan. Pokoknya sebisa mungkin kami menciptakan suasana yang seru dan menyenangkan.


Persembahan tembang untuk para ponakan tercinta: “MELUKIS SENJA” (yang dipopulerkan oleh Budi Doremi)



Melukis Senja

Aku mengerti
Perjalanan hidup yang kini kau lalui
Ku berharap
Meski berat, kau tak merasa sendiri


Kau telah berjuang
Menaklukkan hari-harimu yang tak mudah
Biar ku menemanimu
Membasuh lelahmu


Izinkan kulukis senja
Mengukir namamu di sana
Mendengar kamu bercerita
Menangis, tertawa


Biar kulukis malam
Bawa kamu bintang-bintang
'Tuk temanimu yang terluka
Hingga kau bahagia


Aku di sini
Walau letih, coba lagi, jangan berhenti
Ku berharap
Meski berat, kau tak merasa sendiri


Kau telah berjuang
Menaklukkan hari-harimu yang tak indah
Biar ku menemanimu
Membasuh lelahmu


Izinkan kulukis senja
Mengukir namamu di sana
Mendengar kamu bercerita
Menangis, tertawa


 

[*]

Tak terasa, 12 hari Azfa menemani hari-hari saya selama Dzaky di Wonogiri. Benar-benar Allah sudah mengatur jalan cerita kehidupan ini dengan sedemikian rupa. Selama Azfa jadi anak asuh saya, kami tiap pagi masak untuk sarapan yang nantinya juga dikirim ke Meranti untuk Akmal dan Mbak Desi.


Banyak kejadian absurd saat bersamanya, termasuk obrolan gaje saat lipat-lipat baju, saat kita nonton film Ayat-Ayat Cinta 2, saat main cat air bareng, dan banyak lagi. Saat dia ngezoom sekolah, saya pun “kerja” di depan laptop.


“Kalau capek ngetik, Tante nonton film saja atau tidur,” begitu pesan Azfa. Hahaha. Dasar kau!


[*]

Alhamdulillah, kini semua sudah pulih kembali. Pakde Juwarno sudah dinyatakan sehat dan bisa keluar dari rumah sakit. Demikian halnya dengan Pak Gik. Para ponakan pun sudah menyelesaikan isolasi mandiri mereka dan sudah mendapatkan surat pernyataan sehat dari Puskesmas.


[*]


Hingga detik saya menuliskan barisan aksara ini ditemani denting gerimis yang sungguh syahdu, rasanya tak henti saya melafalkan syukur atas apa yang telah Allah tetapkan. Saya yakin, inilah cara Allah mencintai kami. Cara Allah membuat kami saling menguatkan rabithah cinta atas nama keluarga. Saya sangat bersyukur, kami bisa saling support satu dengan yang lain. Saling mengingatkan dan menguatkan untuk semakin mendekatkan diri pada Sang Penguasa Alam Semesta. 


Yuk, jangan pernah lelah untuk melangitkan doa semoga pandemi ini segera sirna dan kehidupan bisa pulih kembali seperti sedia kala. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan dan kekuatan pada kita semua. Aamiin.

 

Selasa, 26 Januari 2021.



 

 

Monday, July 25, 2016

Tampil Istimewa dengan Fashion Muslim Keluarga yang Ber-Ethica

Monday, July 25, 2016 5 Comments
KYDFENS saat silaturahim di rumah Pakde dan Bude

Momen Lebaran KYDFENS
Lebaran selalu jadi momen yang istimewa setiap tahunnya. Apalagi bisa berkumpul bersama keluarga besar.
“Dik Nung, apa nih tema baju keluarga untuk lebaran tahun ini?” tanya Kak Etika, kembaran saya.
“Bagaimana kalau hijau?” usul saya.
“Boleh. Kamu ya yang nyariin,” ucap Kak Etika.
Akhirnya, kami pun sepakat Lebaran ini kita kompakan memakai baju muslim seragam dengan tema “HIJAU”. Saya pun mencari informasi ke mana saya harus membeli dengan ukuran dan model yang sesuai dengan karakter kami masing-masing. Akhirnya… taraaa…

Baju Lebaran Keluarga (KYDFENS)


Tampak kompak dan harmonis, kan? We are Happy Family! Oh ya, keluarga kami punya singkatan yakni KYDFENS yang merupakan singkatan dari awal huruf nama kami : Kadri-Yati-Dhody-Febriansya-Etika-Norma-Siswadi.

Perkembangan fashion muslim
Dunia fashion muslim saat ini semakin berkembang pesat. Semakin banyak varian, baik dari model, motif, bahan, corak, pilihan warna, dan masih banyak lagi. Rancangan dan model fashion muslim yang semakin variatif inilah yang membuat banyak orang tertarik bahkan menjadi daya tarik bisnis yang cukup menjanjikan.

Perkembangan di dunia fashion muslim ini memberikan manfaat yang cukup berarti. Saya melihat orang-orang di sekeliling saya –terutama dari keluarga besar-, kini semakin banyak yang mengenakan busana muslim dalam aktivitasnya, meski awalnya dulu enggan mengenakan karena mungkin modelnya jadul dan kurang mengikuti perkembangan zaman.

Para designer muslim ternama di tanah air pun sukses dengan ciri khas masing-masing dalam dunia fashion hijab terutama untuk para hijabers dan fashion muslim. Hal ini, seolah semakin memberikan angin segar di dunia fashion hijab dan fashion muslim khususnya di Indonesia. Dengan adanya trend fashion muslim tersebut, setidaknya banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan oleh masyarakat untuk selalu tampil modis dan fashionable. Kini, fashion hijab atau fashion muslim ini tidak sekadar digunakan untuk acara-acara ke pengajian saja.



Sekarang pun fashion muslim untuk keluarga banyak diminati. Hal ini membuat produsen baju muslim berlomba-lomba untuk mencari desain serta model baju muslim terbaru mengikuti trend dan gaya yang terus berkembang. Keinginan untuk tampil seragam di kalangan keluarga akan memunculkan kesan serasi dan harmonis. Suatu keharmonisan dalam keluarga akan menciptakan hubungan yang baik antara suami/ayah, istri/ibu, serta anak-anak. Dengan demikian, cita-cita untuk membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rohmah pun bisa diwujudkan. Setiap anggota keluarga akan merasa saling memiliki, saling membantu, dan saling melengkapi satu sama lain.

Fashion muslim untuk keluarga biasanya digunakan saat perayaan atau acara-acara besar umat Islam, contohnya saat Lebaran atau acara-acara yang bersifat religius, misalnya pengajian yang melibatkan keluarga besar. Keinginan untuk tampil kompak dan seragam bersama keluarga akan memberikan kesan yang istimewa. Di sisi lain, bisa menguatkan ikatan hati antar anggota keluarga. Selain itu, ada juga desain pakaian muslim keluarga yang memang dirancang dengan gaya dan model yang bernuansa lebih mewah yang dapat dipakai pada saat ada acara pesta keluarga atau momen-momen bersejarah yang melibatkan keluarga besar.




7 Tips ala KYDFENS dalam Memilih Fashion Muslim Keluarga yang ber-Ethica (baca : Etika)
Ini ada beberapa tips ala keluarga saya dalam memilih fashion muslim keluarga yang ber-ethica (sopan), diantaranya :
1.      Pertimbangkan Syari’at
Pakaian yang sesuai syari’at adalah pakaian yang menutup aurat. Pakaian laki-laki tidak menyerupai perempuan, begitupun sebaliknya.
2.      Bahan
Bahan yang digunakan adalah yang nyaman dan menyerap keringat. Untuk anak-anak yang kebanyakan banyak bergerak dan beraktivitas, tentu mereka akan sering berkeringat. Baju berbahan katun bisa menjadi salah satu alternatif pilihan yang nyaman dikenakan untuk anak-anak.
3.      Ukuran
Ukuran yang pas dan cukup longgar, tidak ketat, dan tidak membentuk lekuk tubuh.
4.      Usia
Pilihlah pakaian sesuai dengan usia setiap anggota keluarga. Jangan sampai anak-anak memakai pakaian yang terlalu dewasa.
5.      Model dan gaya
Model dan gaya untuk menentukan fashion muslim keluarga bisa ditentukan berdasarkan karakter masing-masing anggota keluarga. Pakaian seragam yang sederhana pun tidak masalah, bahkan akan tampak elegan dan tidak bermewah-mewahan.
6.      Warna
Pakaian couple/sarimbit atau seragam dalam memilih baju muslim untuk keluarga, pilihlah corak dan warna yang relatif sama. Selain itu, untuk pemilihan warna lebih baik warna yang netral, tidak terlalu feminin atau terlalu maskulin, yang penting matching dikenakan oleh setiap anggota keluarga.
7.      Harga
Tentu saja harga pakaian tersebut sesuai dengan budgeting keluarga karena setiap keluarga pasti memiliki skala prioritas masing-masing dalam membelanjakan keuangan keluarga.


Dan dari ketujuh tips tersebut, Fashion Muslim untuk Keluarga dari produk Ethica bisa jadi pilihan yang TEPAT dan TERBAIK. Saya pun nyaman ketika mengenakan produk Ethica yang eye-catching, simpel, cerah, trendy, dan modis, juga membuat saya semakin percaya diri. Ethica menyimpan rahasia istimewa melalui kekuatan warna, variasi motif, design simple, dan matching yang terdiri atas paduan kain kaos terpilih dan kain katun berkualitas sehingga produk dari brand ini sangat laris di pasaran. Harganya pun cocok di dompet ^_^.

Meski lagi hamil muda, kelihatan tetap imut kan pake ethica? #eh

Nyaman pakai ethica di segala suasana... ^_^

Akhirnya, milikilah prinsip untuk senantiasa berpakaian bersih, bagus, rapi, wajar, tidak berlebih-lebihan dan tidak pula sombong. Keluarga muslim akan senantiasa menyelaraskan antara lahir dan batin. Perhatiannya pada penampilan yang baik bersumber dari pemahaman yang baik pula terhadap agamanya. Berpakaian yang bersih, rapi, sesuai syariat merupakan hal yang mulia, dilandasi dengan tujuan untuk mensyukuri nikmat Allah, serta merefleksikan ketaatan kepada-Nya. Yuk, keluarga Indonesia… usahakan selalu tampil istimewa dengan fashion muslim keluarga yang ber-Ethica.



Tulisan ini diikutsertakan dalam Ethica Blogging Competition





Wednesday, July 13, 2016

[ODOP 1] : "LEBARAN HAPPY WITH MY FUNNY FAMILY"

Wednesday, July 13, 2016 1 Comments

Day#1 Lebaran

Alhamdulillah, setelah 1 bulan penuh berpuasa, akhirnya takbir pun berkumandang, membahana memenuhi semesta. Mentari pagi 1 Syawal pun bersinar menghangatkan bumi. Syahdu rasanya. Alhamdulillah, saya, Mas Sis, Ibuk, dan mas Dhody bisa menunaikan shalat Idul Fitri di lapangan Bantarangin, sedangkan Babe lebih memilih sholat Id di Masjid Al-Ikhlas dekat rumah bareng Dik Farhan. Usai shalat, ada satu tradisi dalam keluarga kami yakni sungkeman.

Sungkeman adalah momen untuk saling minta maaf, memberikan maaf, dan saling melangitkan doa. Dan selalu ada buliran bening yang mencipta jejak di kulit pipi. Hiks… hiks… momen paling mengharukan, nih! Pertama, sungkeman dengan Babe, lalu Ibuk, lanjut Mas Dhody dan terakhir Macis tersayang, tak lupa cipika-cipiki-cining (cium kening.hihi)

Momen paling mengharukan... #sungkeman

Usai sungkeman keluarga, lanjut Halal Bi Halal RT yang bertempat di pertigaan dekat Poskamling Banaran RT 02 RW 10. Babe –selaku sesepuh- memberikan sambutan sekaligus sebagai perwakilan warga dari golongan tua. Lanjut bersalam-salaman. Ada seorang wanita separuh baya yang menangis sesenggukan. Ya, beliau adalah ibunya almarhumah Erna –sahabat kecil saya, sahabat dekat saat SD- setiap kali momen Lebaran dan ketemu saya atau Mbak Thicko, Mbak Warni –emaknya Erna- itu selalu berlinang air mata. Mungkin terkenang dengan sosok Erna dan ingat saat kecil dulu kita bertiga sering belajar dan bermain bersama. Selain itu, banyak mata sembab yang lain. Ada yang teringat anaknya yang meninggal karena kecelakaan, ada seorang istri yang menangis sesenggukan juga terkenang mendiang suaminya yang biasa jadi muadzin di masjid Al-Ikhlas. Selalu ada yang berbeda dan berubah di Lebaran setiap tahunnya. Ada keluarga yang masih membersamai kita, bahkan ada anggota keluarga yang bertambah, namun ada juga yang sudah tak ada lagi bersama kita karena jatah hidupnya di dunia ini sudah habis.

Halal Bi Halal RT

Selesai acara Halal Bi Halal, saya sekeluarga ke rumah Pakde dan Bude Warto. Oh ya, lebaran tahun ini KYDFENS minus Mbak Thicko n Kak Feb karena mereka lebaran di Lahat, SumSel. Di rumah Pakde Warto, sudah ada Mbak Eko, Fafa, dan Farhan. Kita pun bersalam-salaman, makan hidangan yang sudah disiapkan Bude, dan ngobrol-ngobrol. Fafa ngamuk. Hihihi. Tapi, Pakde yang usil selalu ngrecokin Fafa. Sebelum pulang kita foto-foto bersama. Banyak gaya, sekaligus ekspresi aneh –terutama Babe- yang bikin ngakak gulung-gulung.
Perhatikan, ekspresi yang paling bikin ngakak. Hahaha

Sekitar jam 10, kita pergi ke Nawangan. Ke kampung halamannya Babe. Adik-adik Babe sebagian besar tinggal di sana. Sepanjang perjalanan kita seru-seruan, ngemil, bercanda, dan macem-macem. Hingga akhirnya sampai di Terminal Baturetno. Ibuk beli jus buah, Macis sibuk cari es dawet, Babe nyari toilet umum, saya nyari ATM, Mas Dhody nongkrong njagain mobil.

Perjalanan pun dilanjutkan. Satu kegiatan paling keren saat di rumah Simbah Nawangan adalah… ngrampok panenan yang bisa dirampok. Hahaha. Alhamdulillah, kita panen jeruk bali euuuy. Buanyak, besar-besar dan maniiis. Pokoknya seru banget! Senang rasanya bisa kumpul dengan keluarga besar di Lebaran hari pertama.

Edisi panen jeruk bali (baca : lebih tepatnya merampok) hahaha ^^


Day#2 Lebaran
Lebaran hari kedua saatnya sungkeman dan salam-salaman dengan keluarga besar Klaten. Sekaligus keliling ke rumah simbah di Melikan sore harinya. Menu khas di Klaten adalah bakso, emping lengkap dengan tape ketan buatan ibuk. Slruuup… mantaaap.

Agenda silaturahim bisa semakin mempererat jalinan kekeluargaan juga sarana untuk meminta doa restu. Alhamdulillah, saya pun banyak mengantongi doa, terutama doa agar segera diberikan momongan. Senang sekali rasanya…

Day#3 Syawal
Saatnya arisan keluarga trah Darmo Suwito. Ponakan yang super bejibun, saudara-saudara yang banyaaak. Wah, super awesome, deh. Apalagi momen ngumpul bersama gini adalah momen super langka.

Kumpul keluarga trah Darmo Suwito





Sunday, April 17, 2016

"Menjadi Ibu dan Istri Shalihah, Bagaimana Sih Caranya?"

Sunday, April 17, 2016 1 Comments


Oleh Ustadzah Sitaresmi Soekanto
Untuk menjadi ibu dan istri shalihah, caranya adalah dengan terus belajar dan berusaha menjadi istri dan ibu yang cerdas. Terutama belajar mengenai ilmu agama. Karena menuntut ilmu agama adalah fardhu 'ain. Termasuk di dalamnya menuntut ilmu tentang mendidik anak sesuai tuntunan syariat.
Anak juga tidak boleh menjadi alasan kita untuk malas atau tidak mau menuntut ilmu. (Bu Sita sedang hamil ke-2 saat ujian skripsi, dan hamil ke-9 saat kuliah S3).
Belajar merupakan never ending process sehingga banyak anak bukan berarti kita lebih pintar. Belajar merupakan proses seumur hidup.
Anak-anak bahkan bisa banyak memberikan pelajaran itu sendiri bagi kita sebagai orang tua.
Imam Syafi'i memiliki kiat menjadi pintar, yaitu :
1. Dzaka (Kecerdasan)
Meskipun ada yang berpendapat bahwa kecerdasan (IQ) merupakan given dari Allah, namun menurut Imam Syafi'i kecerdasan ini busa diasah. Cara mengasahnya yaitu dengan cara :
a. Banyak Membaca
Seorang ibu harus banyak membaca dan harus berusaha memiliki kemampuan membaca dengan cepat dan efektif. Misalnya dengan membaca daftar isi terlebih dahulu agar mendapat gambaran umum isi buku, skimming, dan scanning.
Dahulu para ulama sering membaca bersama-sama sebuah buku lalu mendiskusikan isinya.
b. Menulis
Kita bisa menulis banyak hal, misalkan ketika membaca sebuah buku, kita bisa mencatat daftat pustakanya sehingga jika suatu saat kita membutuhkan referensi maka catatan itu akan menjadi bibliografi bagi kita. Atau jika tiba-tiba muncul ide atau ketergerakan hati, maka menulislah. Bisa dicatat, atau Bu Sita terkadang men-tweet-kannya.
Kita juga bisa menuliskan perkembangan anak kita. Jangan malas untuk menulis. Hal-hal yang menakjubkan dari anak kita sebaiknya kita tuliskan.
Menulis merupakan budaya yang lebih tinggi dibandingkan budaya mendengarkan dan budaya lisan. Para ulama dan ilmuwan dahulu bahkan diberikan support dana khusus oleh khilafah untuk menulis buku dan mengembangkan ilmu untuk kemajuan Islam.
c. Banyak Berdiskusi
Berkumpul dengan rekan-rekan sevisi untuk belajar bersama dengan keterbukaan dan kebersamaan. Tidak boleh kita merasa lebih baik hanya karena anak kita lebih banyak agar kita selalu menjadi seorang pembelajar.
d. Banyak Transfer Ilmu
Kita tidak boleh pelit dengan ilmu karena ilmu itu seperti obor yang semakin dibagi apinya maka dia akan semakin menyala.
Takkan berkurang ilmu kita bila dibagikan kepada orang lain dan tidak usah segan untuk belajar dari siapa saja.
2. Al Hirsh (Semangat)
Kita harus memiliki internal motivation sehingga selalu bersemangat menuntut ilmu, bergembira, dan excited dalam eksplorasi terhadap hal-hal baru.
3. Al Bulghoh (Biaya/Effort)
Menuntut ilmu tentu membutuhkan usaha kita, misalnya dengan membeli buku, pergi ke perpustakaan, ikut kursus, mendatangi orang shalih, dsb.
4. Al Isthibar (Kesabaran)
Untuk pintar kita harus sabar, mendidik anak pun kita harus sabar. Bagaimana caranya? Nikmati saja prosesnya smile emoticonkarena kelak kita akan merindukan masa-masa ini.
5. Thulu Zaman (Dalam Rentang Waktu yang Cukup)
Seringkali kita ingin memperoleh suatu ilmu dengan cepat, padahal menuntut ilmu, apalagi hingga expert, tidak bisa instan.
6. Irsyadu Ustadz au Ustadzah (Bimbingan Guru)
Sunnah Nabi sendiri dalam menuntut ilmu adalah dengan cara talaqqi. Bimbingan guru sangat penting agar kita tidak tersesat dalam menuntut ilmu.
MENGAPA KITA HARUS MENJADI IBU DAN ISTRI YANG CERDAS?
Karena saat inu adalah awal dari siklus 7 abad kebangkitan Islam sehingga kita sebagai ibu harus berperan di dalamnya.
Kita harus memiliki frame besar dalam penyiapan generasi sehingga kita tidak sedikit-sedikit mengeluh capek dalam mengurus anak, tapi melihatnya sebagai mata rantai dalam penyiapan generasi menuju kejayaan Islam.
Kekuatan umat Islam adalah pada pemudanya. Bahkan presiden Turki, Erdogan, menyampaikan bahwa saat ini adalah New Crusade War in the New Paradigm di mana kekuatan populasi umat muslim menjadi penting.
Di Turki sedang digalakkan setiap ibu melahirkan minimal sebanyak tiga kali.
Saat ini di mana peradaban dunia dipimpin oleh Yahudi maka kecenderungannya adalah destruktif. Sedangkan jika peradaban dunia dipimpin oleh umat Islam maka kecenderungannya adalah konstruktif.
Setiap kita memiliki potensi konstruktif dan desktruktif, namun bagaimana kita bisa mengoptimalkan potensi konstruktif kita dalam bagian membangun peradaban Islam.
Amar ma'ruf berarti mencoba mensinergikan potensi konstruktif, nahi munkar berarti jika tidak bisa mengeliminir minimal meminimalisir potensi destruktif, baik dalam skala pribadi maupun masyarakat.
Islam seharusnya unggul di segala bidang karena jumlah kita banyak, berbeda dengan Yahudi yang jumlahnya sedikit. Namun sayangnya saat ini mereka masuk ke center of power dunia.
Menjadi IBU :
- harus memiliki frame perjuangan global.
- jangan merasa menderita sendiri menjadi ibu, bila kita bete ke anak bisa jadi anak pun sesungguhnya bete dengan kita.
- we have our own life too. Jadi kita harus balance dan tetap memperhatikan kebutuhan kita sebagai pribadi, misalnya jangan lupa berolahraga, berkumpul untuk kegiatan positif, dsb.
- yang paling penting : perhatikan pasokan ruhiyah kita. Pastikan cadangan kesabaran kita cukup karena kita sedang mempersiapkan generasi.
Kesadaran akan bingkai besar perjuangan membuat kita :
- memiliki endurance sebagai seorang ibu.
- sadar yang kita lakukan bukan sekadar untuk diri sendiri atau keluarga saja, tapi untuk Islam.
- bahwa apapun itu bisa menjadi dakwah.
- ketika kita menjadi muslimah smart maka efeknya adalah untuk keagungan Islam. Jangan sampai keagungan Islan tertutupi oleh tampilan pemeluknya.
- bisa memenangkan konsep hidup Islam yang konstruktif.
Setelah kita tahu bingkai besarnya, maka jangan lupakan step-step kecilnya misalnya hal-hal kecil terkait thoharoh najis anak, memahamkan soal najis pada anak di usia tertentu, mengajarkan anak mandiri sejak dini.
Jangan sampai kita mistreatment dalam pola asuh. Misalnya, anak terlalu dekat (manja) dengan orangtuanya tidak baik, terlalu jauh dengan anak juga tidak baik.
Kita juga harus konsisten terhadap aturan yang diterapkan pada anak sehingga anak kita tidak menjadi anak yang manipulatif dan intimidatif. Misalnya jika kita tidak memperbolehkan anak melakukan suatu hal, maka di kondisi apapun konsisten dengan hal tersebut.
Jangan lupa untuk mengajarkan maskulinitas pada anak lelaki dan feminitas pada anak perempuan. Dan pastikan untuk selalu membingkainya dengan nilai-nilai Islam. Ilmu yang ada saat ini harus dipilih dan dipilah jangan sampai bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Misalnya tentang teori parenting yang tidak membolehkan berkata "Jangan" pada anak, padahal di Al Quran, Luqman menggunakan kata tersebut pada anaknya.
Kemudian, jangan gunakan konsep abstrak pada anak misalnya : nakal, tidak sayang adik, dll.
Rasulullah saw selalu percaya setiap anak memiliki potensi positif. Selalu berkata lah yang baik yang keluar dari mulut ibu. Jangan menuduh anak, misalnya berkata "Kamu lebay, Nak" dsb.
Selalu tangkap hal-hal baik yang muncul dari anak dan apresiasilah. Karena seorang ibu harus memiliki kecerdasan untuk mengapresiasi termasuk apresiasi pada anak. Kenapa? Karena Allah saja dalam QS Al Insan : 22 mengapresiasi hambaNya. Rasulullah saw saja sering mencium anak-anak yang artinya ekspresif dalam mengungkapkan kasih sayang terhadap anak-anak.
Ibu juga butuh keteladanan kolektif. Komunitas mama shalihah contohnya, bisa membentuk keteladanan kolektif. Misalnya ada yang bisa membuat MPASI variatif, maka bisa dicontoh oleh yang lain, dll.
--------------
Wallahu 'alam bishshawab.