Jejak Karya

Jejak Karya
Showing posts with label FLP. Show all posts
Showing posts with label FLP. Show all posts

Wednesday, May 18, 2011

Ketika Seorang Penulis Hebat Meninggal Dunia

Wednesday, May 18, 2011 1 Comments

Sumber : http://edukasi.kompasiana.com

Pagi ini ketika saya membuka sebuah wall dari salah seorang teman di Facebook saya sedikt kaget dan terkejut.Ada sebuah kabar duka yang datang dari seorang sahabat di fb yang bernama Nurul F Huda Full akunnya bisa dilihat di : http://www.facebook.com/Nurul F Huda Full

Terus terang saya tidak begitu kenal dengan mba nurul,hanya karena beliau termasuk aktif menulis (karena seorang penulis ) dan beliau juga rajin membagikan hasil tulisannya yang kemudian menjadi status di fb miliknya.Dari situ saya sedikit mengenal sosok almarhumah ini.Ada beberapa hal yang menarik dari mbak nurul menurut saya. Ini profil singkat beliau :

Seorang Ibu dengan 2 putra/i yang juga single parents.

Menulis 21 judul buku pribadi dan 4 judul buku antologi.

Pernah menjadi kolomnis Batam Pos, Dosen Politeknik.Mengisi Seminar, Pelatihan (Kepenulisan, Wanita, Anak, Keluarga). Tulisan-tulisan beliau di blog bisa dilihat di : http://nurulfhuda.multiply.com/

sisi lain beliau : memiliki kelainan jantung bawaan, seumur hidup harus memakai obat pengencer darah, dan menjadi lelaki yang dicintai meninggalkan dirimu, demi perempuan lain.

Ini beberapa ungkapan duka yang dikirimkan banyak sahabat-sahabat beliau di facebook :

Innalillahi wainna ilaihi raji’un. selamat jalan mbak…engkau orang baik,insya Allah banyak sekali orang yg mencintaimu dan mengiringi perjalananmu,meski mereka takmengenalmu scr langsung.namun tulisan2mu menggugah hati mereka,menginspirasi kami/mereka. kami semua mendoakamu mba. Allahummaghfirlahaa warhamhaa wa’afihaa wa’fu ‘anhaa. Amien ya Rabb al ‘alamien

Innalillahi wa inna ilaihi roji’un…. Semoga setiap kata yang kau tulis, menjadi penanda atas kebaikanmu selama di dunia, Mbak. Amin.

Inna lillaahi wa inna ilaihi roojiuun..Walau sy tdk mengenalmu.. tp terlihat dlm beberapa tulisanmu, engkau adalah orang yg peduli dan InsyaAllah bermanfaat utk ummat.. Selamat jalan mba Nurul F Huda Full.. semoga ALlah menempatkanmu dlm JannahNya.. Allahummaghfirlahaa Warhamhaa wa’aafihii wa’fu anhaa.. Ya Allah ampunilah segala dosanya.. Rahmatilah ia.. terimalah amal ibadahnya.. dan tempatkan ia dlm surgaMu, serta berikanlah kesabaran kepada keluarga yg ditinggalkan.. amiin.

Innalillahi wa inna ilai roji’un..telang berpulang kerahmatullah, seorang guru, seorang penulis nasional, seorang motifator, seorang sahabat yang selalu perduli dengan lingkungannya, seorang aktivis.. bu Nurul F Huda Full, semoga perjuangan beliau selama ini dijadikan pahala yang berlipat disisinya..

Inna lillahi wa innailaihi roji’un…… Segenap Keluarga Besar Penerbit Proumedia Full mendoakan semoga almarhumah mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT. Aamiin…..

Innalillahi wa innailaihi roji’un, telah berpulang ke rahmatullah kakak, seorang ibu yg menginspirasi banyak orang, semoga amal ibadahnya diterima disisi-Nya.amien

Sedih mba aku mendengar berita ini, tak menyangka begitu cepat ajal menjemput. Manusia tak ada yang tahu jika Sang Khalik sudah memanggil. Selamat jalan mba Nurul….tulisanmu senantiasa menjadi inspirasiku. Maaf aku ndak bisa datang ke Yogya tapi doaku akan mengiringi kepergianmu.

Dari sebuah buku,aku pernah membaca bhw orang yg beruntung adalah yg kedatangannya disambut kebahagiaan dan kepergiannya ditangisi. Dan engkaulah salah satu org yg beruntung itu dik..Doa2 untukmu mengalir deras menuju haribaanNya…tangis kehilangan menyesak di bnyk hati org2 yg mencintaimu.Selamat jalan dik Nurul,we love u,but Allah love u more…


Bahkan seorang sahabat dekat yang juga seorang penulis hebat nasional , Pipiet Senja turut menulis :

Innalillahi wa Inna ilaihi Roji’un…. Telah berpulang ke Rahmatullah :Nurul F Huda 18 mei 2011 pk. 03.15 di RSUD Sardjito Yogyakarta, akan dimakamkan di Purworejo. Selamat jalan, adikku cinta, buku terakhirmu telah kusunting; Hingga Detak Jantungku Berhenti.Karya terakhirmu ini seakan ingin menggemakan; inilah lakon hidupmu, sukaduka, nestapa dengan kelainan jantung bawaan, seumur hidup harus memakai obat pengencer darah, dan lelaki yang dicintai meninggalkan dirimu, demi perempuan lain.Duhai, dindaku cinta, selamat jalan, sampai jumpa bila waktuku tiba#hariberkabung

Begitulah bila seorang yang baik dan juga kebetulan seorang penulis yang hebat meninggalkan dunia untuk selama-lamanya.Maka segala kebaikan dan karyannya selama hidup tetap aakn abdi dan dikenang orang sampai kapanpun jua.

Monday, March 28, 2011

Obrolan Sore dengan Ketua Efelpe Jakarte

Monday, March 28, 2011 0 Comments
Kang Tef - Aisya - Tasaro
[Aisya Avicenna]
aslmkm
sore kang tef...
hanya menyapa saja... hehe

[Taufan E. Prast]
Wa'alaikum salam... sore, Ticko... apa kabarmu, terima kasih sudah menyapaku... hehe

[Aisya Avicenna]
alhamdulillah, baik2 saja kang
kang tef pa kabar??

[Taufan E. Prast]
alhamdulillah sehat wal afiat...

[Aisya Avicenna]
alhamdulillah...

[Taufan E. Prast]
syukurlah, jaga kesehatan ya...

[Aisya Avicenna]
insya Allah
kang tef jg
mbak era jg dijagain
hehe
salam yaaa

[Taufan E. Prast]
haha... dia sudah bisa jaga diri, justru aku yang masih liar, hehe...

[Aisya Avicenna]
wkwkwk

[Taufan E. Prast]
lagi nulis apa, Ticko?

[Aisya Avicenna]
nulis Analisis Beban Kerja (di kantor)...
hehe
klo buku insya Allah ada beberapa yg lg mau diselesaiin
doain kang mg lancar...
hehe
coz hrs bg waktu jg buat belajar mau ikut seleksi beasiswa S2

[Taufan E. Prast]

alhamdulillah, amiiiin... aku melihat kesungguhan yang luar biasa pada dirimu... semoga semuanya lancar...

[Aisya Avicenna]
aamiin...

[Taufan E. Prast]
bergeraklah selagi muda dan ada kesempatan...

[Aisya Avicenna]
ni daku jg ada tawaran dari sebuah penerbit di solo.. baru usul tema sih, katanya 85 % mau diterbitin
ni lg diuber2 outlinennya
puyeng jg sih, bnyk yg hrs dikerjakan.. mg bs memprioritaskan

[Taufan E. Prast]
alhamdulillah, pesannya satu, "jaga keseimbangan"

[Aisya Avicenna]
iya
selalu berjuang untuk itu
kadang fisiknya yg gak bisa menyeimbangi
hehe
bagi2 dagingnya dung kang
:):)
masak ketuanya endut, anak buahnya kurus.. xixi

[Taufan E. Prast]
wkekeke... ga ada hubungannya tuh...

[Aisya Avicenna]
ada, berarti harus ada usaha untuk mensejahterakan anak buah, misalnya bawa makanan atau traktir makan2 sesering mungkin.. apalagi anak kost seperti aku
hehe

[Taufan E. Prast]
menikahlah, maka engkau akan gemuk, hahaha

[Aisya Avicenna]
hahaha
insya Allah... segera! :):)

[Taufan E. Prast]
Amiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiin.... alhamdulillah... :):)
oke ya, aku ada miting nih...

[Aisya Avicenna]
oke
semoga sukses

NB : Kang Taufan E. Prast adalah ketua FLP Jakarta periode 2011-2013 (pada periode 2009-2011 juga sudah menjabat ding! ^^v). Hmm, dia adalah salah satu penulis favoritku juga. Tulisan dan kepribadiannya sangat menginspirasi. Istrinya (Teh Era) juga salah satu inspiratorku. Alhamdulillah, salah satu rahasia Allah mengirimku ke Jakarta adalah karena di Jakarta ada mereka. Sosok-sosok yang luar biasa!

Aisya Avicenna

Pertemuan IV Pramuda Angkatan 15

Monday, March 28, 2011 0 Comments
Bang Melvi Yendra

Hari, Tanggal : Ahad, 17 Maret 2011
Waktu : Pukul 10.00-12.00
Tempat : Masjis ARH, UI Salemba
MC dan moderator : Ikal
Pembicara : Melvi Yendra
Tema : "DUNIA MENULIS DAN PELUANGNYA DI DUNIA BROADCAST"
Sekilas Profil Pembicara :
Bang Melvi lahir tahun 1975 di Padang. Kelas 4 SD tulisan beliau yang berupa puisi dimuat di Majalah Bobo. Kelas 6 SD menulis cerpen untuk Bobo dan Ananda. Saat SMP dan SMA menulis di Koran Sanggalang. Nah, di koran daerah ini, ada satu rubrik khusus untuk remaja (pelajar). Semua murid berkompetisi, termasuk Bang Melvi. Dan ketika karyanya dimuat, maka namanya akan diumumkan waktu upacara bendera hari Senin. Sungguh mengangkat nama baik sekolah!
Bang Melvi juga pernah bekerja di penerbitan, di Annida selama 2.5 tahun, di Mizan selama 4.5 tahun. Setelah resign dari Mizan, selama 1.5 tahun beliau menjadi penulis lepas. Beliau sempat berkata, “Jangan kerja di penerbitan karena bisa mengurangi produktivitas menulis. Karena akan sering mengurusi tulisan orang lain daripada tulisan sendiri.” Hmm, sebenarnya bercanda juga sih!
Berbicara tentang dunia broadcast, spesifiknya tentang dunia skenario, Bang Melvi berujar bahwa dunia ini sangat keras. Beliau berbagi cerita saat gabung di ANP (Aris Nugroho Production), pemiliknya bernama Aris Nugroho. Mas Aris adalah sutradara sekaligus kreator beberapa komedi situasi di televisi, sebut saja ada Bajaj Bajuri, OB, Coffeebean Show, dll. Saat kerja di ANP itulah Bang Melvi mengalami ‘penggemblengan’ yang luar biasa. Dicaci maki sudah biasa.


Bang Melvi berujar, kalau kerja jadi penulis skenario :
1. Harus tega sama keluarga
2. Harus tega sama pekerjaan
3. Harus tega sama diri sendiri
Saat gabung ANP, ada tahap audisi dulu. Terpilihlah 50 orang dari berbagai daerah. Tugas pertama : menyerahkan 10 sinopsis perhari via email. Tiga puluh orang mengundurkan diri. Kemudian gugur lagi 5 orang. Tinggal 15 orang! Kelima belas orang itu salah tiganya adalah senior FLP, ada Mas Sakti Wibowo, Mas Sokat, dan Bang Melvi. 


Penghasilan seorang penulis skenario didapatkan berdasarkan hasil kerja, prestasi, dan kecermatan dalam menangkap ide dan peluang. Jargon dari Mas Aris adalah “Jika sudah masuk dalam ANP, maka ego dan harga diri harus ditinggalkan di keset”. Saat yang paling berat bagi Bang Melvi adalah saat mengejar deadline. Bang Melvi gabung di ANP selama 3 tahun.


Salah satu cara agar skenario kita diproduksi adalah dengan bertemu langsung dengan “user”-nya, yaitu produsernya, karena produsernya yang berhak memproduksi naskah. Peluang untuk menulis skenario tuh sangat banyak.


Alur skenario : membuat sinopsis, kemudian dikembangkan menjadi story line, setelah direvisi baru enjadi naskah. Naskah ini meski sudah di-ACC, tapi belum tentu diproduksi. 


Saat memasuki sesi tanya jawab, ada beberapa pertanyaan yang masuk.
1. Sudah mengirim sinopsis, tapi tidak ada respon. Bagaimana agar bisa mengurangi risiko diplagiat?
Memang, cukup menarik karena 1 sinopsis dihargai RP 500.000,- sehingga ada saja kejahatan tentang ini. Ada "penjahat sinopsis, dia membuka pengumuman, banyak penulis yang mengirim sinopsi, kemudian sama 'penjahat' tersebut sinopsisnya diplagiat (dipilih yang bagus)dan si penulis tidak dikabari.
2. Dukanya seorang penulis skenario adalah saat kreativitasnya kadang terpangkas karena masalah budget atau mendadak skenarionya harus diubag karena tokoh berhalangan hadir.
5. Apa saja yang dibutuhkan untuk membuat film sampai jadi? Properti, eumah, artis, crew, dll
6. Kalau ada stasiun TV yang memutar film yang sama, bisa jadi karena kontrak filmnya yang cukup panjang.
7. Seorang penulis novel yang naskahnya dipotong-potong. Solusi terbaik, kita sendiri yang memfilmkan (kita jadi penulis, sutradara, sekaligus produsernya).


Motivasi dari Bang Melvi:
1. FLP sudah besar dan anggotanya banyak yang sudah menjadi orang besar. Satu hal yang harus dijaga, yakni semangat menulis yang harus dibangun daru diri sendiri. FLP hanya sebagai sarana.
2. Karya kita = sejarah kita yang insya Allah akan bergaung selamanya. Menulis adalah salah satu cara yang membuat kita hidup selamanya.
3. Berjuanglah dan jangan mudah menyerah! Menjadi penulis itu tidak butuh biaya! Siapapun Anda, Anda bisa menjadi penulis. Ada dokter yang juga penulis, guru yang juga penulis, dan PNS yang juga penulis (yang terakhir ini saya imbuhi sendiri.. hehe ^^v).
Wah, ternyata di KTP Bang Melvi tertulis “PENULIS” dalam pekerjaannya. Baru tahu!!!

Setelah materi dari Bang Melvi, dilanjutkan kultum oleh Arief. Kultumnya bisa dibaca di : http://www.facebook.com/notes/arief-fathur-rizqi/catatan-kecil/10150128041375793

Reportase by :Aisya Avicenna

Saturday, March 26, 2011

Monday, March 14, 2011

Saat Kang Tef dan Kang Arul Bersanding

Monday, March 14, 2011 0 Comments
FLP Jakarta in Action (Aisya => jilbab merah di barisan kedua dari belakang)

Ahad pagi yang indah. Alhamdulillah, kondisi tubuh sudah kembali stabil meski belum 100% setelah nge-drop hari Jumat. Awalnya, Aisya berencana tidak datang ke pertemuan FLP Jakarta kali ini. Mengingat semalam ia pulang larut karena menghadiri “Indonesia Nasheed Award” di Jakarta Islamic Book Fair. Jadi, rada capek dan mengantuk. Teringat akan beberapa pesanan teman-teman FLP Jakarta, Aisya putuskan untuk tetap datang. Pesanan itu antara lain:
-Novel “NIBIRU” buat Soson
-Novel “Bumi Cinta” dan “Galaksi Kinanthi” buat Mbak Ayu
-“Something” buat Mbak Ria
-Oleh-oleh dari Wonogiri dan Solo berupa kacang mete dan emping melinjo buat Kang Tef (pada khususnya) dan teman-teman FLP Jakarta (pada umumnya)
Walhasil, bawaan Aisya pagi itu superberat! Hmm… Sampai di halaman masjid At-Tauhid Arif Rahman Hakim UI Salemba, Aisya bersua dengan Yuda dan seorang temannya. Kami sempat kebingungan waktu mau masuk karena pintu gerbang untuk masuk ke masjid dikunci. Untungnya ada pak satpam yang baik hati memberitahu kami kalau harusnya kami lewat jalan samping. Ternyata di lantai dasar sedang digelar acara Walimatul ‘Ursy dengan nuansa dekorasi warna MERAH HATI. Pas banget dengan kostum yang Aisya kenakan. Sebelum masuk masjid, sempat bersua juga dengan Mbak Dina dan Mbak Iecha yang katanya mau beli minuman buat pembicara.
“Ada Kanjeng tuh di atas!” kata Mbak Iecha
Akhirnya, Aisya dan Yuda naik ke lantai 3.
“Eh, Merah!” kata Kang Arul waktu Aisya tiba-tiba duduk di sampingnya. Surprise juga karena ada beliau hari itu. Setelah sesaat duduk di dekat Kang Arul, Aisya pindah posisi duduk di dekat Mbak Era yang hari itu kayak jeruk (baca : pakai gamis dan jilbab warna oranye). Acara sudah dimulai. Kang Tef (Kang Taufan E. Prast, ketua FLP Jakarta) sudah unjuk gigi. Didampingi Mbak Rurie dan Ikal. Awalnya Aisya pengin nulis yang disampaikan Kang Tef, tapi kalah dengan deru kendaraan. Alhasil, hanya beberapa kata yang terdokumentasi. Itupun sepotong-sepotong.
Mbak Dina pindah duduk di samping Aisya. Tiba-tiba Mbak Dina mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Taraaaa!!! Bolpoin yang ‘sekujur tubuh’nya berwarna merah (kecuali tintanya yang berwarna hitam), akhirnya sah menjadi milik Aisya. Makasih ya Mbak Dina… Tahu aja sih kalau Aisya suka banget warna merah!
Beberapa saat kemudian, Kang Arul yang tadi ‘adem-ayem’ di belakang, berdiri dan melangkah ke depan. Gantian Kang Arul nih yang bagi-bagi motivasi. Oh ya, pada pertemuan kali ini mengangkat tema : “Penulis, Media, dan Dunia Penerbitan”. Aisya sempat menulis beberapa potong materi dari Kang Arul di buku diary merahnya ^^. Sosok di sampingnya juga serius menulis dengan gaya khasnya. Aisya mencoba meniru cara menulisnya malah ketawa sendiri. Ahh, bu dosen ini memang unik! Satu hal lagi, dia berujar bahwa hanya dirinyalah yang bisa membaca tulisannya sendiri. Walhasil, Aisya ‘copy-paste’ saja tulisan dari bu dosen (baca : Mbak Dina) yang diposting pagi ini di FB.
Berikut adalah resume materi yang disampaikan oleh kedua pemateri. Selamat menikmati...
Untuk menjadi penulis yang sukses diperlukan proses di dalamnya dan tidak simsalabim begitu mudahnya. Selain berdoa yang tak putus kepada Allah Swt juga diperlukan beberapa hal yang sebaiknya dikuasai oleh penulis. Usaha apa sajakah? Usaha tersebut adalah (calon) penulis sebaiknya mengetahui bagaimana cara menulis yang baik, memahami anatomi penulisan, mempunyai kemauan dan kemampuan menulis, mendisiplinkan diri dan meluangkan waktu untuk menulis (misalnya, sehari meluangkan waktu menulis selama 2-3 jam, sehari menulis tiga kali setelah atau sebelum makan, ataupun seminggu sekali menulis), serta memiliki komitmen yang kuat untuk menulis.
Di dalam menjalani proses tersebut, maka diperlukan niat yang lurus. Niat yang lurus itu juga diimbangi dengan wawasan keislaman (karena FLP Jakarta itu kaderisasi penulis Islam open minded yang tetap mengacu kepada etika-etika dan norma-norma keislaman berdasarkan Al Quran dan Hadits, -red). Nah, untuk mewujudkan niat tersebut, maka kudu dipikirkan matang-matang dengan akal budi pekerti luhur nan sehat, mau dibawa ke mana niat tersebut? Mau menjadi profesi penulis yang profesional ataukah menulis hanya sekadar hobi?

Jika ingin menjadi penulis yang menjadikan kegiatan menulis sebagai hobi, artinya menulis dilakukan sebagai kegiatan di waktu luang, maka tak perlu susah payah disiplin meluangkan waktu ataupun keukeuh menulis tiga kali dalam sehari sebelum atau sesudah makan. Lakukan aktivitas tersebut dengan diliputi keikhlasan dan bertujuan ibadah hanya kepada Allah Swt.
Namun, jika memutuskan ingin menjadi penulis sebagai profesi, maka syarat-syarat seperti komitmen serius menulis, sengaja meluangkan waktu menulis, mengetahui persyaratan apa saja yang harus dikuasai jika ingin tulisan dipubliksikan di media online maupun offline, memiliki pangsa pasar yang kuat, membuat tulisan yang berbeda dan unik dengan penulis-penulis sebelumnya, dan mengetahui kapan buku akan diterbitkan. Selain itu, penulis juga harus fokus dengan bidang yang akan ditulisnya apakah fiksi atau nonfiksi. Saat hendak menulis fiksi atau nonfiksi, penulis mengumpulkan data terlebih dahulu kemudian barulah dituliskan dan dipublikasikan. Adapun, data tersebut diperoleh melalui riset yang sesuai dengan yang diperlukan.
Lebih lanjut, para pemateri memberikan tips pula bagaimana membuat biodata yang baik kalau kita ingin mengirimkan naskah ke penerbit:
1.Susunlah biodata tersebut menjadi 3 paragraf. Paragraf pertama itu adalah identitas pribadi: prestasi- sebaiknya menyertakan prestasi menulis-; dan e-mail/blog yang aktif.
2. Alamat e-mail adalah alamat identitas pribadi penulis. Jadi buatlah e-mail penulis yang mudah diingat dan dikenang.
Beberapa tips ringan lainnya berkaitan dengan tema Penulis, Media, dan Dunia Penerbitan, yaitu:
1. Editor biasanya tidak membaca semua naskah yang dikirimkan kepadanya. Oleh karena itu buatlah tulisan yang menarik di awal paragraf serta buatlah naskah yang berbeda dan unik.
2. Jadilah penulis fiksi yang baik dengan mempelajari dan memperkuat unsur intrinsik karya sastra. Beberapa unsur intrinsik tersebut terdiri dari tokoh, tema, latar, amanat, dan alur (*kalau masih kurang, silakan tambahkan sendiri, red).
3. Novel yang berhasil adalah novel yang menarik pembaca untuk membuka dan membaca halaman selanjutnya.
4. Pergunakanlah FB untuk berteman dengan penulis terkenal kemudian seringlah berinteraksi dengannya, misalnya menaruh jempol atas postingan status, note, atau link serta memberikan komen yang positif mengenai hal tersebut. Hati-hati memberikan jempol. memberikan komen atas note/link/status upload si penulis tersebut. Artinya, jangan asal menaruh jempol atau beri komentar di sana. Baca kembali postingannya lalu jika ingin tetap eksis dan tetap dikenal ama si penulis, selama postingan tersebut emang positif silakan taruh jempolnya atau komennya.
5. Ikutan dan aktif di millist yang berkaitan dengan penulis, media, dan dunia penerbitan.
6. Jangan hanya mengandalkan naskah namun bangunlah jaringan sosial, misalnya ikut FLP Jakarta (red).
Hal-hal di atas adalah beberapa materi yang disampaikan oleh Kang Taufan dan Kang Arul pada pertemuan ketiga Pramuda Angkatan ke-15 FLP Jakarta. Adapun, pertemuan selanjutnya (pertemuan keempat) insya Allah akan dilaksanakan kembali Ahad, 27 Maret 2011, waktunya pukul 10.00-13.00 WIB, tempat di Mesjid At-Tauhid Arif Rahman Hakim. Informasi dan pematerinya akan disampaikan menyusul kemudian. Pada pertemuan keempat tersebut masih diberikan kesempatan pendaftaran peserta untuk FLP Jakarta Angkatan ke-15. Informasi dan pendaftaran, silakan hub. Info Center FLP Jakarta : 0815.13596928 - 021-93541351 - 021-80370701.
Setelah pertemuan keempat, akan dibagi kelasnya yaitu kelas nonfiksi dan fiksi. Nah, insya Allah, setelah pembagian kelas tersebut (pertemuan ke-5), segenap divisi humas dan dokumentasi tidak akan mempublikasikan materi yang diberikan di kelas tersebut. Oleh karena itu, bagi yang berminat, menjadi anggota FLP Jakarta, silakan datang dan mendaftar ke Mbak Yusi dan Mbak Astri pada ke pertemuan 2 minggu setelah Ahad, 13 Maret 2011.

Salam hangat dari kami.
FLP Jakarta
Wassalam

Hmm, begitulah reportase pertemuan ketiga angkatan 15 yang ditulis oleh Mbak Dinda dengan sedikit revisi dari saya. Semoga bermanfaat…

NB :
- Menjelang Dhuhur, sempat foto-foto menggunakan kamera Kang Arul dan setelah diupload Kang Arul, hasilnya kereeeeen banget!
- Sayang, Mbak Ria tidak datang... sehingga hanya "something" buat Mbak Ria yang belum tersampaikan...
- Maaf ya, kemarin pulang duluan dan hanya pamit secara langsung ke Mbak Era dan Mbak Astri plus SMS ke Kang Tef karena masih belum fit benar, jadinya juga nggak bisa ikut ke Jakarta Islamic Book Fair lagi...

Best regards
Aisya Avicenna

Monday, February 28, 2011

Hanya Masalah Waktu

Monday, February 28, 2011 0 Comments
OMG di toko buku Jogja

Yang dibutuhkan hanyalah soal waktu
by Kang Arul on Sunday, February 27, 2011 at 6:11pm

Yogya masih basah oleh bekas hujan tadi pagi saat saya menyerumptut teh pahit hangat; sebuah rutinitas yang harus saya lakukan di pagi hari, dimanapun; tapi waktu itu udah siang banget, saya ketiduran paginya... setelah selama dua pekan ini tidur saya hanya antara 2 atau 4 jam saja. Saya cek gadget saya, memastikan bahwa tidak ada satupun agenda hari ini yang sempat terlewat. Oh, ternyata ada satu hal janji yang saya tunaikan di akhir pekan ini, yakni menyantap mpek-mpek di depan Ambarukmo Plaza... :)

Tapi, sebelum melakukan itu semua, sekitar pukul sembilan saya sudah berada di lobi hotel ternama di Yogyakarta, deket ke bandara AdiSucipto. Di sana ada acara penutupan sebuah partai besar. Saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan langka ini; berbekal laptop plus kamera saya pun meluncur ditemani tiga orang teman jurnalis muda. Tujuan saya cuma satu: memotret sosok petinggi partai, siapa tahu foto ini nantinya bisa digunakan untuk salah satu laporan jurnalistik saya.

Selepas itu, saya meluncur ke UGM. Hari ini--selain makan mpek-mpkek itu-- saya punya janji dengan promotor doktoral saya di gedung lengkung. Ok, kita lewati hal akademis itu, yang penting saya ingin menulis sebuah kutipan menarik dari sang dosen,"Saya ingin membimbing mahasiswa yang nantinya akan jadi orang besar dan mengalahkan gurunya. Dulu, saya belajar dari Gertz (antrpologis Jawa.red), saya baca semua bukunya dan sekarang saya banngga karena saya bisa lebih pintar dari guru-guru saya. Memang bisa dibilang terlalu kuno, tapi itulah yang saya inginkan dengan Anda."

Hmm... nice quotes di hari itu.

Sepanjang perjalanan menuju tempat mpek-mpek, saya selalu berpikir bahwa sang dosen pembimbing itu sepertinya sedang menyiapkan saya untuk menjadi "seseorang". Menyiapkan saya untuk bisa memaknai semua hasil belajar dengan semaksimal mungkin. Menyiapkan saya menjadi orang yang berbeda sebelum dan sesudah belajar di kampus biru itu nantinya. Tentu untuk melakukan itu perlu proses, dan proses itu tidaklah mudah dan gampang. Buktinya proposal saya setahun baru bisa menghasilkan kata "oke" darinya, walau proposal itu tebalnya hanya 27 halaman.

Proses itulah yang saya perhatikan juga saat saya makan mpek-mpek. Wah, jangan tanyakan bagaimana lezatnya makanan khas yang satu ini. Saya hanya mengajak Anda membayangkan di piring saya ada mpek-mpek kapal selam, lenjer, dan kulit; 3 in 1 plus segelas es sirop . Saya melihat bahwa tempat ini adalah cabang ketiga yang dibuka oleh merk tersebut; salah satunya berada di sebelah kiri gerbang UGM. Maaf, saya tidak bisa menyebutkan merk mpek-mpeknya karena alasan keamanan.. huahahahha

Membuat tiga cabang memang bukanlah pekerjaan yang mudah. Uang yang banyak belum tentu bisa membuat cabang-cabang usaha dan sukses. Banyak contoh yang bisa saya berikan untuk mewakili bahwa uang bukanlah penentu satu-satunya dalam berusaha. Yang saya tahu, keberhasilan panganan ini terletak pada kualitas or rasa or taste... dan saya yakin untuk menciptakan itu semua dibutuhkan waktu yang cukup matang.

Kemudian, menjelang sore dan masih menyantap mpek-mpek... lampu merah gadget saya berkedip. Saya buka... ternyata di sana ada sebuah status FB dari seorang

info buku terbaru:“OMG!TERNYATA AKU TERLAHIR SUKSES” karya Rulli Nasrullah (kang arul)&12 Tim Suksesnya (asqa, ayu, bunga,deasy,dina, *Etika*,iecha,kely,rizka,selvi,suri,ummu=>anak2 nonfiksi FLP JAKARTA).InsyaAllah bs dbeli dGRAMEDIA ato toko bku lainny dgn hrga 27rb!


~cocok utk MUSLIMAH YG INGIN SUKSES! Ikhwan jg blh bli dink~


saya cek fotonya.. ow ternyata betul, buku OMG! Ternyata Aku Terlahir Sukses sudah ada di pasaran. Saya cukup terkejut, karena terakhir kabar yang sampai adalah buku itu akan terbit dan saya sendiri belum pegang buku itu. Makanya agenda keesokan harinya (Minggu, 27/2) sengaja saya mencari buku tersebut di toko buku samping UIN Jogya. Ketemu! Saya tersenyum dan bangga sekali...

Buku ini adalah sebuah jawaban dari proses panjang 12 orang anggota FLP Jakarta yang berada di grup non-fiksi. Orang-orang yang saya ingat betul pertama kali saya bimbing di suatu pagi sambil menikmati mie rebus di sebuah kampus; kemudian berlanjut di rumah dengan kondisi mereka selalu menagih kolak, ongol-ongol, atau order makanan lainnya. Untuk yang satu ini saya harus bilang makasih istriku tercinta...

Sejak dahulu bertemu dengan mereka, saya punya harapan yang besar, sebesar harapan dosen pembimbing saya itu; saya ingin mereka menjadi penulis yang bisa mengalahkan guru mereka, menghasilkan karya yang luar biasa, dan tentu saja menjadikan kemampuan menulis untuk berjuang menyebarkan ilmu.

Saya juga ingin mereka untuk tidak menyerah... karena jika sekalipun menyerah, percayalah akan sulit untuk menemukan kembali gairah menulis. Saya juga ingin mereka menyadari bahwa seorang guru atau pembimbing bukan orang yang bisa menjadikan mereka penulis, namun diri mereka sendirilah yang menjadi. Merekalah yang bisa menentukan apakah mewujudkan cita-cita jadi penulis atau sekadar punya keinginan semata. Mereka jugalah yang akan belajar dari setiap kesusahan demi kesusahan menyusun sebuah naskah sehingga menjadi buku yang bisa dibaca ratusan, ribuan, bahkan jutaan pembaca... dan saya percaya buku yang mereka hasilkan itu bisa membawa mereka masuk syurga. Amin.

Tetapi seperti pengalaman saya menyelesaikan S3, pengalaman dosen pembimbing saya, pengalaman penjual mpek-mpek yang sudah punya tiga cabang itu, dan pengalaman 12 orang luar biasa yang menulis buku tersebut.... bahwa semuanya adalah proses menjadi dan dibutuhkan waktu untuk mewujudkan itu semua. Tidak instan atau tiba-tiba seperti mengusap lampu yang langsung keluar jin dengan tiga permintaannya.

Nikmati proses itu, walau kita harus dimarahi, disindir, bahkan dicibir. Geluti proses itu meski dengan keterbatasan laptop, komputer pc, modem, buku, dan waktu luang. Pandai-pandailah menjalani proses itu di tengah kesibukan pekerjaan, tanggung jawab pendidikan, maupun tugas-tugas yang menumpuk. Hargai proses itu sebagaimana kita menghargai sisa hari yang diberikan oleh Allah kepada kita untuk hidup.

Karena... semua akan ada waktunya

Bisa satu bulan, bisa satu-dua tahun, atau bahkan bertahun-tahun...

Saya merasa plong... karena satu tugas lagi sudah selesai...dan ini baru satu langkah bagi mereka untuk menapaki ribuan langkah selanjutnya yang masih panjang itu. "Dik, percayalah kalian jauh lebih bisa, jauh lebih hebat, jauh lebih pandai dibandingkan perasaan yang selama ini kalian yakini.

Sekarang, bagi saya... tinggal saya mencari orang-orang baru untuk menemani mereka menjalani proses tersebut. Andakah salah satunya? Atau kalian masih mau menjalani proses itu bersama lagi?

Friday, February 25, 2011

Selamat Jalan Bunda Nafsiah

Friday, February 25, 2011 1 Comments
Bunda Nafsiah (foto diambil dari album Kang Taufan E. Prast)

"Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Tlh mninggal dunia ibunya Mas Taufan. Tlg kabarin tmen2 yang laen (info by Yusi)"

Sebuah SMS dari Mbak Iecha yang saya terima pukul 19:45:52 tepat saat saya sampai di kost sepulang dari kantor. Membuat saya kaget dan terduduk lemas.

***
innalillahi wa inna ilaihi roji‘un. Semoga Allah menerima segala amalan beliau dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan keikhlasan. aamiin

***

Pertemuan perdana dengan Bunda saat saya dan beberapa rekan FLP Jakarta bertandang ke rumah beliau setelah lebaran. Masih teringat jelas, senyum merekah beliau menyambut kedatangan kami dan bercerita tentang siapa saja keluarga yang juga hadir saat itu. Pertemuan kedua saat beliau terbaring sakit di rumah. Setelah acara Studium General FLP Jakarta angkatan 15, saya dan teman-teman langsung menjenguk beliau. Senyum tersungging manis saat kami semua mengelilingi beliau yang terbaring. Beliau begitu bersemangat saat berkisah tentang pengajian yang beliau rintis. Subhanallah...
Pertemuan ketiga saat saya dan beberapa teman FLP Jakarta menengok beliau di RS Omni. Saat masuk ruang ICU, saya melihat beliau terbujur lemah dengan beragam selang dan ventilator. Beliau sempat menatap saya dan menggenggam erat tangan saya...


Kini, beliau sudah tiada... meskipun begitu, berkesempatan mengenal beliau adalah salah satu anugerah terindah dari Allah Swt yang diberikan kepada saya....


***
Membaca postingan dari Mbak Yusi pagi ini, membuat saya menitikkan air mata di Kopaja 502 saat perjalanan ke kantor.

Terimakasih atas nama Taufan E. Prast, Erawati Heru dan Keluarga
by Yusi Rahmaniar on Thursday, February 24, 2011 at 11:39pm

Kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada keluarga besar FLP DKI Jakarta, rekan-rekan, dan handai taulan. Ibu Nafsiah, ibunda dari kang Taufan telah berpulang kepada pemilik kita pada hari kamis pukul 18.31, tepat setelah kami menunaikan shalat maghrib. Ibunda sudah menjalani hampir tiga bulan proses sakit, 21 hari dalam perawatan intensif dan akhirnya Allah memintanya untuk Pulang. Ibu menghembuskan nafas terakhir dengan mudah, hanya sesak beberapa saat saja.

Bulan yang panjang dan penuh perjuangan ini terasa sangat bermakna dengan kehadiran teman-teman di sisi keluarga, memberikan kekuatan moril yang tidak mungkin kami beli dengan uang.

Tak berlebihan ketika ada pepatah bilang bahwa sahabat adalah orang yang ada disamping kita saat suka dan duka.Dan rupanya kita telah lulus dengan predikat cum laude sebagai sahabat, bahkan keluarga.

Mohon Ibunda dapat dimaafkan segala kesalahannya, didoakan kelapangan jalannya, dimudahkan segala urusannya kelak.


***
COPY PASTE CATATAN KANG TAUFAN TENTANG SANG IBU

Seribu Pesan Tak Cukup (1)
by Taufan E. Prast on Tuesday, February 8, 2011 at 1:47pm

Jangan lelah berbuat baik…

“Emaknya udah susah, anaknya jangan sampe…” kata-katanya meledak bagai petasan cabe. Meletus begitu saja. Aku yang mendengarnya seperti tersengat. Walaupun kalimat itu bukan untukku. Tapi ruang makan tak tersekat dengan sumber suara itu...

Yup, itu suara ibuku.

Dia menasihati Bu Bejo, salah satu orang dekat keluargaku. Pernah membantu di rumah beberapa waktu lamanya. Kepada ibu, hampir tak ada rahasia Bu Bejo yang terhijab. Karena tahu persis, ibu mempunyai argumen sendiri bagaimana ’mendidik’ dan ’membuka’ perspektif berpikir ibu tiga anak itu.

”Udah, sekolah... suruh sekolah!” lanjut ibu.

Saminem begitu nama asli Bu Bejo, janda dengan tiga anak kecil ketika suaminya meninggal. Tentu terasa berat hidupnya, dengan kebisaan yang terbatas. Menjadi pembantu rumah tangga saja. Dan ketika semua orang hanya selesai perhatiannya sampai liang lahat Pak Bejo ditutup tanah merah dan ditabur air melati serta bunga. Ibu justru baru memulai...

”Anakmu harus sekolah...” singkat!

”Kamu kerja yang bener...” singkat!

Dan waktu bergerak. Dua kalimat singkat itu adalah penguat bagi Bu Bejo dan motivasi buat anak-anaknya masih kecil. Sisanya... adalah ladang amal ibu yang sulit digambarkan. Sebuah tindakan yang tak lagi pakai kata-kata. Hanya eksekusi demi eksekusi... tanpa lelah, tanpa pamrih.

Dan ketika ibu tergolek di rumah sakit, salah satu anak Bu Bejo sudah bekerja di rumah sakit tempat ibu di rawat. Di sela-sela pekerjaannya, dia menengok, memijiti, atau malah menyediakan air hangat untukku yang menunggu...

Sungguh, ada waktu memetik...

Subhanallah...

***

Seribu Pesan tak Cukup (2)
by Taufan E. Prast on Thursday, February 24, 2011 at 12:35pm

Jangan culas!

Konon setiap kali keluarga besar ibuku berkumpul di waktu kecil dulu, ibu sering memerhatikan satu persatu tingkah laku keponakannya. Memang tampaknya sepintas lalu, tapi beliau sebetulnya sedang merekam beberapa perilaku para keponakannya yang banyak itu ketika bermain denganku.

”Nanti kalau habis main diberesin lagi ya…” pesannya.

Alhasil, setelah puas bermain… tentu dengan koleksi mainanku, mereka akan meninggalkannya dalam keadaan berantakan. Dan akulah yang akan membereskannya. Tetap dengan tenang, dan mungkin masih tersisa rasa senang. Entahlah, apakah elan berbagi waktu itu sudah mulai sublim dalam diriku... aku tak tahu.

Dan ketika selesai membereskan mainan... sering kali koleksi mainanku itu tercecer. Kurang komplit, ada bagian yang hilang... Maka aku pun akan mencarinya sampai ketemu hingga kolong dan tempat tersembunyi lainnya. Selalu demikian, tidak sekali dua kali. Kadang ketemu, kadang nggak ketemu...

Sedih? Tentu saya sedih...

Menangis? Beberapa kali saya menangis. Terutama bila mainan itu adalah mainan kesukaanku. Tentu aku masih kecil waktu itu. Paling menyedihkan adalah manakala mainan itu bukan saja tidak komplit, tapi hilang...

Hilang itu bisa berarti diambil dengan tenang dan riang gembira. Tapi mengambilnya diam-diam, tanpa pernah ada kalimat untuk meminta. Bahasa lainnya adalah mengambil milik orang lain dengan sengaja tanpa seizin pemiliknya. Masih banyak padanan lain dari perilaku tidak terpuji seperti ini.

Ibuku memilih membawaku ke toko mainan lagi untuk memilih mainan sesukaku, atau bila tidak memungkinkan, ibuku akan membawakan mainan yang sama pada hari berikutnya.

”Biarin aja, nanti kamu dapat penggantinya yang lebih bagus...” kata ibu setiap kali aku kehilangan mainan atau barang kesukaanku. Nyatanya memang iya... ”Kamu nggak boleh begitu ya...” ujarnya lagi.

Aku terus mengingat kalimat ini sampai hari ini. Kalimat yang sudah terucap puluhan tahun silam. Saat ibu masih sehat, segar, dan tak ada slang ventilator di mulutnya yang mulia itu...

Thursday, February 24, 2011

Info Kegiatan FLP Jakarta

Thursday, February 24, 2011 0 Comments

Assalamu'alaikum...

Mau gabung dengan FLP Jakarta? Ikuti Pertemuan Pramuda Angkatan ke-15 FLP Jakarta, Insya Allah akan kembali diselenggarakan di Mesjid ARH Salemba UI, letaknya di Jalan Kramat. Acara akan diselenggarakan pada Ahad, 27 Februari 2011, Pukul 09.30-13.00 WIB, dengan pemateri : Arul Khan (Kang Arul) dan topiknya: Menulis Hobi atau Profesi. Kang Arul adalah penulis profesional dengan lebih dari 270 buku yang sudah diterbitkan. Jangan lewatkan kesempatan emas ini...

Info lain : Kunjungilah stand FLP Jakarta yang Insya Allah akan turut memeriahkan Pameran Kompas Gramedia, Istora Senayan, 26-27 Februari 2011.

Wassalamu'alaikum...

Allah Sayang FLP Jakarta

Thursday, February 24, 2011 1 Comments
Mas Iwan yang paling kanan (pakai batik)

Rabu pagi (23 Februari 2011), ada satu ‘notification’ di FB. Mbak Lia Octavia posting sebuah pesan di FLP Jakarta Group.
Teman-teman, aku baru teleponan sama ayahnya Mas Iwan, katanya Mas Iwan skrg masih ada di RS Bakti Asih, karang Tengah, Ciledug, ruang Dahlia kamar no. 4. Sampai saat ini keadaannya masih koma. Mas Iwan udah diperiksa dan katanya pendarahan otak. Kalau teman2 mau jenguk, jam besuk siang jam 11-13 & jam 18-20. Menurut ayahnya, Mas Iwan harus dibawa ke RS lain utk dimasukkan ke ICU, tp keluarga masih membicarakannya.

Innalillahi.. aku syok…

Datang lagi postingan dari Mbak Yusi Rahmaniar
Allah maha Besar... yang memberi ujian bagi makhluknya agar lebih kuat.
Setelah ibunda Kang Taufan yang dirawat, nenek dari Mbak Dina semalam berpulang ke pangkuanNya. dan pagi ini, Iwan Setiawan, saudara kita, in Coma di Rumah Sakit Bakti Asih Cileduk, karena pendarahan di otak.
Allah, sungguh engkau maha penyayang. kami mengikhlaskan yang terbaik menurutMu....

 
Aku langsung nulis di wall FB mas Iwan,
kakakku FLP Jakarta yang sama-sama dari Wonogiri... agak terkejut juga mendengar kabar pagi ini... semoga Allah segera memberimu kesembuhan.... semoga sakit yang tengah dirasa sebagai penggugur dosa... cepat sembuh ya Mas Iwan...

 
Siangnya, Kang Tef juga posting di grup
~ Iwan buat saya adalah sahabat yang luar biasa... kabar dari Yusi tadi pagi terus terang bikin saya shock. Semalam saya masih chatting sama beliau, menanyakan kabar kesehatan saya dan Era, tentu saja tanya perkembangan ibu saya... Iwan adalah tempat saya banyak belajar, belajar kesantunan, kerendahatian, dan kerja keras tanpa banyak bicara... hal yang sama sekali tidak saya miliki dan belum tuntas saya belajar pada sosok luar biasa ini. Semoga Allah memberikan yang tebaik untukmu sahabat, karena kamu orang yang baik... Amin.

 
Mas Iwan Setiawan, sosok pemuda luar biasa. Awalnya cuma sama-sama tahu di FB. Kami sama-sama dari Wonogiri dan sama-sama anggota FLP Jakarta. Baru ketemu langsung  waktu acara Studium General Angkatan 15. Meski baru pertama kali bercakap-cakap langsung kami langsung akrab. Mungkin karena Mas Iwan orangnya sangat supel. Kami bercakap-cakap pakai bahasa Wonogiri. Ahh, kalau diingat seru juga ngobrol dengan Mas Iwan waktu itu. Dia menceritakan aktivitasnya dan bak seorang wartawan, Mas Iwan juga tanya macem-macem tentang sejarah saya bisa merantau ke Jakarta. 



Kabar pagi ini tentang kondisi Mas Iwan membuat saya kaget. Ahad sore Mas Iwan masih komen di status saya waktu membahas tentang tembang Asmarandana bareng Mas Gendut Pujiyanto. Malahan Selasa, Mbak Yusi sampai jam 11 malam masih sempat chatting dengan Mas Iwan. Menurut kabar dari adiknya, Rabu jam 02.00 dini hari Mas Iwan ditemukan tidak sadarkan diri di depan computer saat sedang mengerjakan tugas. Mas Iwan segera dilarikan ke rumah sakit. Setelah di scan, diketahui bahwa ada pendarahan otak. Mas Iwan koma. Alhamdulillah, siang harinya ada kabar dari Mbak Yusi kalau Mas Iwan sudah siuman.

Sorenya dapat note dari Pak Arya (Wakil Ketua FLP Jakarta) yang layak untuk dijadikan bahan renungan..
YUK BERDOA UNTUK SAUDARA-SAUDARA KITA
Berbicara tentang doa, ada sebuah kisah menarik. Kisah ini diperoleh ustadz Bobby Herwibowo. Kejadiannya di daerah Timur Tengah. Seorang pengusaha muda divonis bahwa usianya tidak akan lama lagi. Menurut perhitungan dokter, tumor yang diderita pengusaha itu amat berbahaya dan kemungkinan sembuhnya fifty-fifty. Bila operasi berhasil, dia akan sembuh. Jika tidak, nyawa yang menjadi taruhannya.
Hal ini membuat si pengusaha muda hilang semangat hidup. Pada suatu ketika dia pergi bersama supirnya. Dalam perjalanan, dia menemukan sebuah pemandangan yang begitu menakjubkan.
Mobil di parkir dekat tempat pemotongan hewan. Di tempat sampah, nampak tulang-tulang yang teronggok. Di sanalah si pengusaha melihat sebuah pemandangan yang menyentuh. Seorang ibu memilah dan memilih tulang-tulang. Tulang-tulang yang masih dibalut daging walau hanya sedikit, dipilihnya. Terkadang dijumputnya daging yang masih menempel di tulang.
Pengusaha itu begitu tersentuh. Dia mudah sekali memperoleh daging, kapan saja dia mau, berapa pun banyaknya. Tapi ibu itu…harus berjuang. Itu pun hanya beberapa helai dan jumput daging yang diperolehnya.
Pengusaha itu pun, dengan tertatih-tatih berjalan. Sakit yang diderita membuat dirinya tidak segesit sewaktu sehat. Dia menemui pemilik rumah potong hewan itu. Dia katakan, “Tolong berikan ibu ini daging seminggu dua kali selama setahun. Biayanya biar saya menanggungnya.”
Mendengar janji ini, si ibu terkejut dengan serta merta dia berdoa. Panjang sekali doa yang dipanjatkan. Salah satu doanya adalah, “Berilah kesehatan kepada anak muda ini, ya Allah.”
Doa sudah dilantunkan. Anak muda ini kembali ke mobilnya. Namun dengan gerakan yang berbeda. Dia pergi menuju ke mobilnya dengan langkah yang gagah, seperti orang yang tidak sedang sakit.
Hari operasi pengusaha itu pun tiba. Sebelum operasi dilakukan, kondisi kesehatan si pengusaha diperiksa. Betapa terkejutnya si dokter, si pengusaha ternyata telah sehat seperti sedia kala.
Memang benar bila ada ungkapan “Kamu tidak tahu dari mulut siapakah doa akan dikabulkan.”
Mendoakan orang lain tidak harus diawali dengan kebaikan seseorang terhadap kita. Tidak ada ruginya mendoakan orang lain. Karena bisa jadi, orang yang didoakan akan balas mendoakan kita.
Sekali lagi tidak ada ruginya mendoakan orang lain. Karena Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.” (HR. Muslim no. 4912)
Kita berdoa untuk orang lain, malaikat akan mendoakan doa yang sama kepada kita. Bukan sembarangan yang mendoakan kita, malaikat! Doa malaikat, insya Allah dikabulkan.
Oleh karenanya siapa pun yang mempunyai masalah berdoalah untuk saudara kita. Bila kita sedang sakit, doakanlah kesembuhan untuk saudara kita yang sakit. Anda belum bekerja, panjatkanlah doa untuk saudara kita yang masih menganggur.
Ya Allah…Ya Rabbi…berilah kesembuhan pada saudara-saudara kami yang sedang sakit saat ini. Berilah rezeki yang halal dan berkah bagi saudara-saudara kami yang belum bekerja. Berilah jodoh yang shalih dan shalihah bagi saudara-saudara kami yang belum memperoleh pasangan hidup. Ya Allah…Ya Rabbi…berilah segala sesuatu yang menjadi keinginan dan niat baik saudara-saudara kami. Aaamiiin Ya Rabbal ‘Alamin

Informasi terbaru dari Mbak Yusi pagi ini:

Tadi malam saya coba mampir menjenguk mas Iwan. Di Rs Bakti Asih, Cileduk (700 M dari CBD Cileduk).
Ini yang saya baca dari hasil lab dan anamnesa dokter sarafnya mas iwan :
Istilah medis : Terdapat hematoma pada lobus parietal cerebrum dextra = perdarahan yang terjadi pada otak besar sebelah kanan
Artinya : terjadi stroke haemoragik.
Perjalanan penyakitnya : saat sadar dan beraktivitas normal Os mengalami kesakitan luar biasa di kepala, lalu pingsan. Penurunan kesadaran dan merasakan lemas pada sisi yang terserang.
Ini terjadi pada mas Iwan, jam dua malam, Rabu lalu. Dari pukul 02.30-14.00 mengalami in comma (koma total), lalu sopporos comma (bergerak dan bersuara, tapi tidak sadar) sampai saat ini. Dia juga mengalami “kelupaan” pada sisi kiri tubuhnya, terbukti dengan dia hanya menggerakan sisi kanannya, kaki kiri dan tangan kiri tidak merespon. Kemarin sempat merenggut selang infus sampai luka di tangan kiri, dan sampai sekarang tangan kanannya masih diikat supaya tidak “berontak”. Sampai saat ini belum bisa dipastikan seberapa berat “kelumpuhan” yang dialami sisi kiri mas Iwan. Dokter belum bisa memprediksi apakah dia mampu duduk/berjalan.

Dokter menyarankan beberapa terapi obat yang cukup mahal. Dan sekarang keluarga mas Iwan agak kebingungan menghadapi ini. Belum lagi kondisi stroke harus melakukan terapi fisik intensif dalam jangka waktu panjang. Ditambah dengan kestabilan psikis yang biasanya menjadi masalah utama pengidap stroke.
Mohon kiranya teman-teman dapat mengumpulkan sedikit dana untuk membantu kelangsungan pengobatan sahabat kita ini. Bantuan ini sangat dibutuhkan oleh mas Iwan dan Keluarga.
Boleh dikumpulkan ahad besok atau transfer ke rekening mbak astri/yusi...
BNI kc Rawamangun no. 0200677177 (a.n Yusi Rahmaniar)



Ah, Flp Jakartaku, mungkin kau sedang diuji. Mungkin inilah cara Allah menunjukkan sayangNya padamu…
Ya Rabb, berikan kesembuhan untuk mas Iwan Setiawan yang tiba-tiba pendarahan otak.
Berikan yang terbaik dan berikan kesabaran untuk Ibunda dari Kang Taufan E. Prast dan Mbak Erawati Heru Wardhani yang sampai saat ini  masih dirawat di ICU RS Omni.

 Terima amal ibadah nenek dari saudari kami, Dina Purnama Sari.
Ya Rabb, kuatkanlah kami dengan cinta-Mu...amin


FLP Jakarta adalah keluarga terindahku di kota ini…
Luph u all..
Aisya Avicenna

Monday, February 14, 2011

Reportase Aisya : JEJAK PERDANA PRAMUDA 15 FLP JAKARTA

Monday, February 14, 2011 0 Comments


Hari/Tanggal : Ahad, 13 Februari 2011
Waktu : Pukul 09.30-12.00 WIB
Tempat : Aula Lantai 3 Masjid ARH UI Salemba
MC : A’ Mumun
Tilawah : Arief (Q.S. Al ‘Alaq )
Moderator : Lia Octavia
Pembicara : Irfan Hidayatullah
Materi : Ke-FLP-an
Peserta Pramuda angkatan 15 : 38 orang
Suasana : bising dan ramai (suara kendaraan yang lalu-lalang)
***
Sekilas Pembicara
Nama lengkap : Muhammad Irfan Hidayat
Nama pena : Irfan Hidayatullah
Saat ini penulis tercatat sebagai pengajar di Fakultas Sastra Universitas Padjajaran. Pernah menjabat sebagai Ketua Umum FLP Pusat. Karya-karya sudah sangat banyak. Salah duanya adalah “My Wife My Princess” (Gema Insani) dan “10 Saudara Bintang Al-Qur’an” (Arkan Leema, yang ditulis bersama Izzatul Jannah)
Email : abuizzati@yahoo.com
Afwan, datanya kurang lengkap, karena tadi mengambilnya di buku My Wife My Princess” milik saya ^^v. Kenalan saja ya di FB beliau : M Irfan Hidayatullah
**
Berikut beberapa petikan materi dari Kang Irfan yang sempat didokumentasikan Aisya. Jika ada yang kurang lengkap, mohon dimaafkan karena waktu serius meliput, sempat “dikerjain” Teh Yusi. Hehe, maksudnya, Aisya sempat dipanggil Teh Yusi ke belakang dan ternyata Aisya harus berhadapan dengan reporter Alif TV untuk menjawab beberapa pertanyaan dari mereka. Hadew, sungguh ‘spechless’, karena waktu itu Aisya sedang didera meriang gembira (baca : sakit). Jadi ya menjawabnya juga kurang maksimal. Menjadi pelajaran berharga buat Aisya bahwa “kita harus senantiasa mempersiapkan diri, karena sesuatu yang tak terduga bisa saja terjadi.”

Setelah wawancara, Aisya kembali menjalankan tugasnya (jadi reporter juga ^^v), berhubung tadi ketinggalan materi, sempat pinjam catatan dari Mbak Dina (Bu Humas). Eh, ada panggilan lagi dari Mbak Rurie. Kali ini bersama Mbak Suri, Aisya diajak diskusi singkat terkait perkembangan Pramuda Non Fiksi ke depan… Hmm, semoga beberapa ide yang tercetus bisa membawa perbaikan untuk ke depannya… Ya sudah, sekarang saatnya menyimak liputan Aisya… Sekali lagi, afwan jiddan jika kurang lengkap…

-Forum Lingkar Pena (FLP) adalah salah satu forum kepenulisan di Indonesia. FLP punya cabang dan wilayah sampai ranting yang sangat aktif. Itu kelebihannya. Nah, kekurangannya adalah : karena terlalu banyak cabang dan rantingnya, membuat FLP juga memiliki tanggung jawab yang tidak ringan, yakni menjadikan teman-teman yang bergabung di dalamnya menjadi penulis yang berkualitas, tentunya tanpa mengesampingkan kuantitas karyanya.

-Seseorang yang baru sekedar ingin menulis, sebenarnya dalam dirinya sudah ada ‘kebisaan’ untuk menulis. Hanya saja memang perlu dibuktikan.

-FLP merupakan forum yang berkarakter karena FLP mengusung format penulisan sastra berbasis dakwah Islam. Meskipun begitu, muncul berbagai pendapat tentang FLP dalam kaitannya dengan kesusastraan Indonesia kontemporer, khususnya dianggap saingan ‘sastra sekuler’.

-Interpretasi singkatan FLP
F = Forum : tempat berkumpul, ada hal-hal yang dibicarakan bersama, visi misi yang ingin dicapai bersama, ada Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) yang menjadi pijakan bersama, dll
L = Lingkar : melihat dunia literasi dengan menyisakan banyak problematika khususnya di kalangan wanita. Akhirnya berdirilah FLP di UI Depok tahun 1997 yang diusung Helvy Tiana Rosa dkk. Ada semangat perubahan di dalamnya. Ada semangat ukhuwah di dalamnya.. Di lingkar tersebut sudah banyak yang menelurkan karya. Falsafah melingkar juga karena pertemuannya berformat lingkaran dan dilakukan di masjid.
P = Pena : Simbol kehidupan budaya dan peradaban, kreativitas dan perlawanan. FLP tidak hanya komunitas penulis, tapi juga komunitas budaya.

-FLP yang mengusung jargon “berkarya, berbagi, berarti” merupakan forum budaya atau sastra. Sastra bisa saja menjadi propaganda, sangat sufistik, dll. Kualitas sastra tidak hanya dinilai oleh bahasa dan kesastraannya saja, tapi juga oleh nilai sosiologinya

-Setiap karya punya usianya masing-masing. Ada yang selesai menulis sebuah karya dalam waktu sejam, sehari, sebulan, bahkan sampai bertahun-tahun.

-Tips agar nulis tidak moody ala Kang Irfan :
1.Tanamkan motivasi  “Menulis adalah sebuah perjuangan”. Tidak ada penulis yang tidak berjuang untuk tulisannya. Kendala apapun yang kita anggap sebagai hambatan dalam menulis, jadikan ia layaknya seorang teman untuk dipahami. Oleh karena itu, kita akan berusaha menyikapi kendala itu dengan baik.
2.Pilih waktu yang tepat untuk menulis
3.Menulislah di tempat yang dianggap paling nyaman
4.Kenali karakter diri, apakah termasuk tipikal penulis yang suka dikejar deadline atau tidak. Karena membuat target waktu saat menulis, itu juga sangat membantu.
5.Banyak membaca untuk memperkaya wawasan dan kosa kata.

Setelah materi dari Kang Irfan, dilanjutkan penjelasan tentang agenda Pramuda oleh Teh Yusi dan Kang Arya (Nah, pas sesi ini Aisya mundur lagi karena dipanggil Mbak Rurie.. ^^v).

Insya Allah, setiap dua pekan akan ada pertemuan rutin. Sip, semangat ya!!!
Oh ya, sebelum berpisah Mbak Dina sempat bagi-bagi puding special yang rasanya sangat special juga. Sayang banget, bawanya cuma sekotak. Coba kalau sekarung! Wah, pasti pada kenyang… ^^v Dua pekan lagi bawa yang lebih banyak ya Mbak… Itung-itung jadi belajar jadi Menteri Peranan Wanita sekaligus Menteri Kesejahteraan Rakyat…

Demikianlah reportase Aisya kali ini…


Salam SEMANGAT TOTALITAS,
Aisya Avicenna

Monday, December 27, 2010

Pesan Kepala Suku FLP Jakarta (Kang Tef)

Monday, December 27, 2010 0 Comments
Aisya Avicenna dan Taufan E.Prast
“Kalau ingin bisa menulis novel, bacalah novel sebanyak mungkin. “
Setelah pesan ini disampaikan di tengah-tengah kami. Pak ketua bertanya kepada teman-teman kelas novel. Satu per satu. “Kamu, berapa banyak novel yang dibaca bulan ini?”
Mungkin sebagian orang ada yang terkejut dengan pertanyaan ini. Sebagian yang lain ada yang baru menyadari. Mungkin demikian
“Bila ingin menjadi cerpenis, bacalah cerpen secara rutin.”
Pesan ini disampaikan kepada mereka yang berada di kelas cerpen. Kembali pertanyaan yang sama diajukan kepada teman-teman.
“Jika ingin menjadi penulis non fiksi, kembali bacalah sesuai dengan minat masing-masing. Yang suka inspiring story, bacalah tulisan-tulisan inspiring. Mereka yang suka artikel, tingkatkanlah membaca artikel dan seterusnya,”
“Lalu coba pelajari dengan seksama bagaimana mereka semua menulis.”

Pesan Ketua di Taman Surapati, 19 Desember 2010

-copy paste catatan kepsek pramuda 14, Kang Arya~

Jalan Cinta Para Penulis

Monday, December 27, 2010 0 Comments
Ketika huruf bisa tersusun menjadi kata, ketika kata dapat tertautkan menjadi kalimat, dan ketika kalimat berhasil terangkai menjadi tulisan yang inspiratif. Ketika itulah akan terasakan suatu kebahagiaan yang luar biasa
(Aisya Avicenna)

Setiap orang sebenarnya mampu menulis. Seseorang yang buta huruf sekalipun, sebenarnya mampu menulis hanya saja ia tidak berlatih atau dilatih untuk menulis. Setiap manusia yang bisa menulis seharusnya bersyukur akan kemampuannya tersebut. Allah SWT membekali setiap manusia dengan tiga potensi dasar yakni : ruh, akal, dan fisik. Manusia dibekali akal untuk berpikir. Salah satu cara untuk menuangkan buah pikiran adalah dengan menulis. Pikiran merupakan unsur yang paling mendukung dalam menulis. Bisa dikatakan bahwa menulis adalah proses berpikir paling kreatif. Dengan menulis, kita bisa menumpahkan semua beban perasaan kita, sehingga pikiran yang sebelumnya terasa keruh akan bisa menjadi jernih. Selain itu, kita bisa berbagi pengetahuan kepada orang lain sehingga tulisan kita bisa mendatangkan manfaat bagi sesama. Itulah esensi dari suatu ibadah dan menulis adalah salah satu amal ibadah.

Walaupun kelihatannya mudah, pada prakteknya tidak semua orang mudah melakukan aktivitas menulis ini. Banyak di antaranya yang justru mengalami kesulitan pada waktu pertama kali hendak menulis. Terkadang mereka mengalami kebuntuan ide/gagasan, tengah enggan/malas, merasa tidak bisa, tidak berbakat, tidak mampu atau tidak kompeten, takut, dan lain-lain. Jika kita ingin menjadi penulis handal yang produktif dalam berkarya, maka semua hambatan ini harus dikikis habis.
Menjadi seorang penulis handal memang butuh perjuangan. Seorang penulis juga harus ditempa melewati beragam proses yang tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Setiap proses yang ditapaki penuh dengan konsekuensi. Akan tetapi, bukan berarti hal ini menjadi sesuatu yang tidak mungkin dicapai, hanya saja diperlukan kesungguhan dan kerja keras untuk menjadi seorang penulis handal. Berikut dipaparkan hal-hal yang perlu diperhatikan oleh seseorang yang ingin menjadi penulis hebat nan isnpiratif. Kuncinya adalah ‘CINTA’.

[C]ukuplah Allah sebagai Tujuan
Islam memandang umat manusia sebagai makhluk yang mulia. Lalu, apa tugas manusia sebagai makhluk yang dimuliakan oleh Allah SWT? Allah SWT menerangkan bahwa tugas manusia di bumi adalah untuk beribadah. "Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan." (QS. Adz-Dzariyat [56] : 57). Ibadah dalam Islam mencakup seluruh aspek kehidupan. Melaksanakan semua perintah yang tertulis dalam Al-Qur`an dan As Sunnah serta menjauhkan larangan yang tertulis di dalam keduanya adalah ibadah. Ibadah mencakup semua aktifitas manusia bila diiringi dengan niat yang benar untuk mencapai ridha Allah SWT. Sholat, zakat, dan infaq adalah ibadah. Sampai-sampai memalingkan mata dari pandangan yang harampun termasuk ibadah. Tak ada pemisahan antara ibadah dan aktivitas keduniaan dalam Islam. Semua perbuatan menjadi ibadah di sisi Allah bila diniatkan semata-mata karena mencari dan mencapai ridha-Nya. Hadist 1 Arba’in berikut menjadi pengingat akan esensi niat dalam setiap amal kita.
Dari Amirul Mu’minin Abi Hafsh Umar ibn Al Khaththaab Radhiyallahu ‘Anhu, berkata: "Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, 'Sesungguhnya amal-amal itu bergantung kepada niatnya. Dan setiap orang memperoleh sesuai dengan apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang dikejarnya atau wanita yang hendak ia nikahi, maka hijrahnya kepada apa yang ia (niatkan) hijrah kepadanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan demikian, nilai suatu perbuatan dalam pandangan Islam dilandasi niatnya, bukan dari hasilnya. Hasil suatu perbuatan berada di tangan Allah SWT dan karenanya ganjaran perbuatan seseorang tidak tergantung pada hasilnya, tetapi pada niat yang ada di dalam hati. Niat yang benar juga harus dilanjutkan dalam amal yang benar pula. Setelah niat seseorang telah lurus, amal yang dilakukan pun tidak boleh melanggar rambu-rambu yang benar. Tidak ada kamus ‘menghalalkan segala cara’ dalam mencapai apa yang diinginkan. Seorang muslim tidak dibenarkan menggunakan cara yang tidak disukai Allah SWT demi mengapai tujuan dan cita-citanya.
Demikian halnya dengan menulis. Aktivitas menulis akan bernilai ibadah jika diniatkan semata-mata mencari ridha Allah SWT. Merangkai kata demi kata sehingga menghasilkan karya dengan menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya tujuan itulah visi mulia seorang penulis. Ia menegakkan kalimat Allah melalui pena, menuliskan bait demi bait kebenaran, dengan harapan banyak yang akan terinspirasi dari tulisan itu untuk senantiasa berbuat baik, Karena tiada balasan yang lebih pantas dari kebaikan selain kebaikan pula. Hendaknya setiap penulis selalu memperbaharui niatnya, jangan sampai kehilangan orientasi dalam menulis. Selayaknya setiap penulis meyakinkan dirinya bahwa ia menulis untuk menebarkan kebaikan, saling mengingatkan, dan tentunya mengharapkan ridha-Nya. Saat menulis, jangan berharap adanya popularitas dan keuntungan finansial semata. Memang, dengan menulis hal itu bisa saja kita dapatkan. Tapi yakinlah, saat itu diniatkan pada awalnya dan ternyata berhasil didapatkan, maka kita akan kehilangan satu investasi besar, yakni investasi akhirat.
Telah disebutkan bahwa menulis juga termasuk bagian dari ibadah. Bahkan menjadi suatu amal yang sangat bermanfaat dan menjadi investasi akhirat jika tulisan itu bermuatan pesan moral yang diamalkan oleh orang banyak sehingga bisa mengubah karakter manusia yang kurang baik menjadi bermoral dan berbudi luhur. Nah, dari sini bisa kita lihat betapa pentingnya menulis. Di dalam tulisan bisa kita sampaikan apa saja yang kita mau sehingga orang lain bisa membacanya, mengamalkannya, dan terinspirasi karenanya.

[I]nspirasi Datang, Jangan Dibuang!
Inspirasi adalah nyawa dalam kehidupan kita. Inspirasi bagaikan oase di tengah padang gurun yang meranggas tertelan panas. Ia hadir dalam setiap jiwa manusia dan menjadikannya sebagai penyejuk. Inspirasi bagai nyawa dalam diri seseorang. Ia bisa saja jadi semangat tak berkarat, bagai aliran listrik yang menjalar cepat dan hebat. Ia mampu menghentakkan motivasi. Membangkitkan yang lemah. Mengubah kondisi terbatas menjadi teratas. 


Tidak peduli kita suka menulis, serajin apa kita menulis, selalu ada waktu dimana kita memang membutuhkan inspirasi untuk mendapatkan gagasan atau tema dari tulisan kita. Kebanyakan justru inspirasi didapat dari luar diri kita, karena bisa jadi pikiran kita memang sudah cukup letih atau jenuh untuk menggali topik atau tema apa yang hendak kita tulis.
Inspirasi itu tidak akan datang jika hanya ditunggu. Inspirasi ada karena dicari atau diciptakan. Sumber inspirasi bisa didapat dari mana saja, baik dari internal maupun eksternal penulis.
1. Sumber Internal
Inspirasi bisa datang dari dalam diri penulis. Lewat pemikirannya yang mendalam dari hasil renungan (kontemplasi) yang dilakukannya. Atau bisa melalui kepekaan panca inderanya. Oleh karena itu, seorang penulis harus sensitif terhadap lingkungan sekitarnya. Apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan seharusnya bisa menjadi inspirasi dahsyat yang bisa melahirkan karya atau tulisan.
2. Sumber Eksternal
Banyak sekali sumber inspirasi yang berasal dari luar. Berikut beberapa sumber inspirasi yang bisa didapat seorang penulis.
a. Al Qur’an
Segala inspirasi ada di dalam Al Qur’an. Jika tidak menemukan inspirasi dari Al Qur’an, bisa jadi kita belum mengenal atau cukup berinteraksi dengan Al Qur’an. Kita boleh mengambil inspirasi dari manapun, selama inspirasi tersebut tidak melanggar syariat dan nilai Al Qur’an. Agama Islam tidak membatasi kita mendapatkan hikmah dari mana pun, selama rujukan utama kita Al Qur’an dan As Sunnah.
b. Siroh Nabawiyah
Sebaik-baik kisah yang patut dijadikan inspirasi adalah kisah Rasulullah SAW, keluarga Rasul, sahabat-sahabat Rasul, dan orang-orang terpilih yang menjadi “kekasih” Allah SWT. Tentunya banyak inspirasi yang bisa kita dapatkan dari kisah mereka.
c. Orang lain
Orang di sekeliling kita bisa dijadikan sumber inspirasi yang menarik. Coba perhatikan mereka, pastinya ada beberapa yang memiliki karakter yang unik. Ini bisa kita gali lebih dalam. Karakter seperti suka marah, bisa kita jadikan tulisan bertemakan sifat marah, bagaimana mengatasinya, dan lain sebagainya. Orang lain yang dimaksud juga bisa berasal dari tokoh inspiratif yang sukses atau bisa juga penulis tenar.
d. Lingkungan
Lingkungan sekitar kita adalah sumber inspirasi yang bagus. Nuansa alam seperti pantai, pegunungan, lembah, dan sebagainya bisa menjadi daya tarik untuk setting tulisan kita. Bahkan lingkungan kumuh di pinggiran kota juga bisa menjadi bahan tulisan.
e. Buku/Bacaan
Menulis dan membaca adalah kebiasaan yang saling tertaut. Banyak wawasan baru yang akan kita dapatkan dengan banyak membaca. Belajar dari karya orang lain sesungguhnya juga membuat kita belajar bagaimana proses kreatif mereka terbentuk. Memperbanyak bahan bacaan akan membuat wawasan kita menjadi lebih luas. Banyak hal baru yang akan kita dapatkan dari membaca, seperti ragam kehidupan dengan segala pernik dan maknanya, penggunaan bahasa dan pemakaian kata-katanya, gaya penulisan dan lain sebagainya. Membaca majalah, koran, novel, cerpen, lirik lagu, puisi, ensiklopedia, buku-buku nonfiksi, peribahasa, komik, atau apa saja juga bisa memicu datangnya inspirasi.
f. Blog
Caranya mudah saja, kita tinggal blog walking ke blog-blog yang bagus. Kita bisa belajar banyak dari proses kreatif penulis blog tersebut atau bisa melihat dari segi ide atau gagasan di setiap tulisan yang ada di blog.
g. Film
Dari film kita juga bisa mendapat banyak inspirasi sebagai bahan tulisan kita, misalnya kita bisa menulis tentang karakter tokohnya atau situasi dan kondisi yang kita olah ulang sedemikian rupa untuk ditulis. Bisa juga kita membuat resensi film dan dikirimkan ke media.
h. Peristiwa
Setiap saat dan dimanapun kita pasti tak bisa lepas dari peristiwa yang terjadi di sekeliling kita. Nah coba kita pilah-pilah, mana yang kira-kira menarik untuk dijadikan tema tulisan. Peristiwa sehari-hari yang sepertinya biasa saja, tapi bila kita kemas dengan gaya penulisan yang asyik, tentunya menjadi menarik untuk dibaca oleh orang lain.
i. Seni
Seni, baik itu seni lukis, seni musik atau lainnya, merupakan salah satu sumber inspirasi yang kaya makna. Seperti misalnya kalau kita lihat lukisan yang indah. Menggambarkan apa lukisan itu, apa maksud dari goresan lukisan itu, bisa kita jadikan ide untuk menulis.

Inspirasi sering datang tak diundang. Oleh karena itu, segera dokumentasikan setiap inspirasi yang singgah dalam benak kita. Kita menyadari bahwa kemampuan otak kita dalam menampung informasi memang sangat terbatas sehingga kita harus mampu menyiasatinya. Jangan sampai inspirasi yang bagus terbuang sayang hanya gara-gara kita tidak segera mendokumentasikannya. Tuliskan setiap inspirasi yang kita dapatkan! Oleh karena itu, setiap saat jangan lupa membawa alat tulis dan catatan kecil. Atau bisa juga kita memanfaatkan sarana lain, seperti handphone untuk mengabadikan inspirasi kita. Semoga inspirasi-inspirasi itu bisa melahirkan tulisan-tulisan inspiratif juga.

[N]ulis… Nulis... Nulis…
Ada tiga kunci utama untuk menjadi seorang penulis. Kunci pertama, menulis. Kunci kedua, menulis. Kunci ketiga, menulis. Nah, mudah saja kan? Hanya saja seorang penulis kerap terbebani dalam mengawali sebuah tulisan, merasa kesulitan dalam mengembangkan inspirasi atau ide yang didapat ke dalam tulisan yang enak dibaca, atau bingung menuliskan ending dari tulisan. Berikut ada beberapa tips yang semoga bisa membantu kita dalam menulis.
1. Mulailah Menulis Apa Saja
Misal kita akan menulis dengan tema “Isra’ Mi’raj”. Saat menulis, jangan ‘menyiksa diri’ dengan kebingungan harus mulai menulis dari mana. Apa yang sedang dipikirkan saat itu tentang Isra’ Mi’raj, tulis saja! Tak perlu runtut dengan harus menulis dari sejarahnya atau dalil-dalil yang berkenaan dengan peristiwa ini. Kita bisa saja menulis tentang Rasulullah SAW. Lambat laun kita akan menemukan kesesuaian dan alur tulisan kita sehingga akan dihasilkan tulisan yang utuh. Sebelum menulis, ada baiknya kita membuat kerangka tulisan agar tulisan kita terarah dan tidak keluar dari ide dasar atau tema. Saat awal-awal menulis draft, janganlah mengubah kata-kata atau tanda baca. Lupakan dulu tata bahasa, pemilihan kalimat, diksi, dan semua pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah! Kita akan membutuhkannya ditahap selanjutnya. Yang sekarang harus dilakukan adalah mengalirkan semua gagasan yang terpikirkan di otak. Tuliskan semua ide yang bergelora dalam pikiran, tidak masalah kalau ide-ide itu tidak saling berkaitan. 


2. Mencari Waktu yang Tepat
Memilih waktu yang tepat akan sangat membantu kita dalam menulis. Misalnya, kita memilih waktu di tengah malam. Saat suasana hening, akan membuat hati dan pikiran kita menjadi tenang. Pikiran kita bisa fokus dan konsentrasi. Selain itu, dalam setiap aktivitas keseharian kita, ada kalanya kita memiliki waktu luang. Manfaatkan waktu luang itu untuk menorehkan tulisan. Untuk menjadi penulis yang efektif, kita harus mulai berkomitmen terhadap waktu. Pilihlah waktu luang satu-dua jam tiap hari, untuk menulis.
3. Menciptakan Kondisi yang Nyaman
Saat menulis, pilihlah tempat yang membuat kita nyaman dalam menulis. Kurangi sebanyak mungkin gangguan dari luar. Kalau kita suka mendengarkan musik, bisa juga menggunakan musik sebagai backsound selama kita menulis. Belahan kanan otak kita akan menjadi aktif bila terstimulasi oleh musik. Karenanya, pilihlah musik-musik favorit, agar mood menulis tetap terjaga. Hadirnya musik yang sesuai dengan suasana hati, akan membuat tulisan yang kita buat menjadi semakin hidup.
4. Mengedit dan Menulis Ulang
Pada tahap inilah kita bisa mengedit dan menyusun setiap kalimat agar lebih tertata dan sistematis. Ukirlah setiap paragraf, dan pastikan tiap kalimat berada di tempat yang cocok. Ambil thesaurus, lalu cari kata-kata yang seharusnya menggunakan istilah lain. Lihat ensiklopedia, dan masukkan data-data yang sepertinya layak untuk dimasukkan. Perhatikan tata bahasa, dan usahakan tulisan yang dibuat tidak membuat jemu yang membaca.
5. Membaca Ulang
Setelah tulisan sudah terangkai dengan baik, baca ulang dengan teliti! Apakah ada yang perlu ditambahkan lagi? Apakah ada kata-kata yang kurang tepat atau ada kalimat yang salah? Kalau iya, perbaiki kembali tulisan tersebut. Menulis memang butuh kesabaran. Jangan mudah mengeluh!

[T]eruslah Berlatih tanpa Mengenal Letih!
Menulis itu adalah keterampilan. Setiap keterampilan pastinya memerlukan latihan. Latihan yang rutin. Sedikit demi sedikit, tapi sering dilakukan! Latihan dalam menulis memang butuh waktu, maka harus menyiapkan waktu khusus untuk menulis. Jangan menunggu siap. Jangan menunggu mood. Tapi harus menyiapkan waktu dan menyiapkan diri sebaik-baiknya.
Latihan menulis dapat dilakukan seorang diri. Ada baiknya juga bila dilakukan bersama. Misalnya dengan mengikuti pelatihan kepenulisan atau dengan bergabung dalam komunitas penulis. Dengan berlatih bersama dengan orang-orang yang memiliki visi yang sama, yakni visi untuk menjadi seorang penulis, maka akan bisa membangkitkan semangat kita untuk terus berkarya. Kalau perlu, milikilah seorang writer coach, seseorang yang bisa memandu kita dalam menulis, mengkritisi tulisan kita, dan bisa memberikan kita motivasi untuk terus menulis. 


Menulis jelas membutuhkan motivasi. Bahkan motivasi atau niat dalam menulis ini memegang peranan penting. Sebab, jika kita kehilangan motivasi, segalanya akan ikut hilang. Miliki motivasi positif dalam menulis! Jangan pernah merasa jenuh atau lelah dalam menulis. Karena menulis akan membuat kita kaya. Kaya ilmu, kaya hati, kaya amal, dan bisa juga kaya harta. Dengan menulis, pengetahuan kita akan bertambah karena kita juga dituntut untuk banyak membaca dan mencari inspirasi. Itulah yang dimaksud kaya ilmu. Menulis juga merupakan wujud sedekah. Sedekah memang tak selalu identik dengan uang sebagai sarana yang disedekahkan. Menulis adalah sedekah kata. Kita memberi sesuatu kepada orang lain lewat rangkaian kata yang kita tuliskan. Hal inilah yang membuat seorang penulis menjadi kaya hati karena banyak memberi lewat tulisan-tulisannya. Menulis adalah wujud amal yang bernilai ibadah jika tulisan yang dihasilkan adalah tulisan yang menginspirasi dan menebar kebaikan. Itulah kaya amal. Pintu rezeki banyak macamnya. Tulisan pun bisa mendatangkan rezeki. Misal, jika dibukukan dan banyak diminati serta dibeli pembaca (best seller), tentunya akan mendatangkan banyak pendapatan bagi penulisnya. Penulis pun bisa kaya harta! Akan tetapi, jangan jadikan hal yang satu ini sebagai motivasi utama. Tetaplah menjadi penulis yang bersahaja, yang tetap menjadikan ridha Allah SWT sebagai tujuan utama.


Panggillah rasa lelahmu, dan ajaklah bermain dan bercanda, karena bila lelah itu karena LILLAH, maka insya Allah akan bernilai pahala dan diganjar surga (Burhan Sodiq).

[A]badikan Karya pada Tempatnya
“Khairunnas anfa’uhum linnas” yang artinya “Sebaik-baik manusia di antaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.” Menjadi penulis, mungkin inilah salah satu cara yang menjadikan kita pribadi yang bermanfaat. Tulisan sebagai hasil karya kita tidak ada gunanya kalau hanya untuk konsumsi sendiri, tapi kalau dipublikasikan lewat berbagai media yang ada, maka karya tersebut akan bisa mendatangkan manfaat untuk diri kita dan orang lain. Kalau ada yang baik dalam tulisan itu maka akan menjadi penebar kebaikan dan terhitung sebagai amal jariyah. Sebaik-baik tulisan adalah tulisan yang dipublikasikan (Taufan E. Prast). 


Dewasa ini begitu banyak media yang bisa dijadikan sasaran untuk mempublikasikan tulisan kita, baik itu media cetak maupun elektronik.
1. Media Cetak
Media cetak sekarang banyak ragamnya, baik berupa koran, majalah, buletin, dan lain sebagainya. Banyak peluang terbuka bagi seorang penulis untuk mempublikasikan karyanya lewat media cetak. Tulisan tersebut dapat berupa opini, artikel, resensi, puisi, cerpen, dan lain-lain. Misalnya saja ketika akan memasukkan sebuah puisi di koran mingguan yang menerbitkan puisi seminggu sekali. Maka akan terdapat sekitar empat kesempatan di setiap minggunya. Belum lagi, jika dikalikan banyaknya koran yang sekarang beredar. Banyak sekali kesempatan, tinggal bagaimana kita memanfaatkan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya.
2. Media Elektronik
Media elektronik yang bisa dijadikan sasaran untuk mempublikasikan tulisan kita juga banyak ragamnya. Blog misalnya. Ada baiknya seorang penulis memiliki blog pribadi karena dengan begitu ia memiliki tempat khusus untuk menyalurkan inspirasi-inspirasinya sekaligus sebagai sarana untuk berlatih menulis. Karena blog bisa diakses banyak orang, tidak menutup kemungkinan akan semakin banyak juga yang akan memberikan masukan pada tulisan-tulisan kita. Bisa juga lewat catatan di Facebook, bahkan dari status-status yang kita update di Facebook tersebut. Kita bisa menuliskan sesuatu yang inspiratif lewat status Facebook. Tulisan berwujud naskah atau skenario bisa juga terpublikasikan lewat cerita yang ditayangkan di televisi atau film layar lebar. Saat ini banyak film layar lebar atau sinetron yang diangkat dari novel atau tulisan. Sebut saja, ada film Ayat-ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, Laskar Pelangi, dan Sang Pemimpi. 


Dalam membidik media memang perlu kecermatan dari seorang penulis. Jika ingin menerbitkan tulisannya menjadi sebuah buku, seorang penulis harus cermat dalam memilih penerbit dan memahami persyaratan yang ditetapkan penerbit pada setiap naskah yang masuk pada penerbit tersebut, seperti genre dari penerbit, kriteria tulisan (font, jumlah halaman, spasi, ukuran dan jenis huruf), cara pengiriman naskah (via email atau pos), dan lain-lain. Oleh karena itu, media mapping (pemetaan media) memang penting untuk dilakukan oleh seorang penulis.


Tulislah apa yang ada
Karya adalah anugerah
Tetap menulis sejak kini
Menulislah yang terbaik…


Ya, menulislah yang terbaik. Diawali dengan niat yang baik, dilakukan dengan latihan sebaik-baiknya, dan diabadikan dalam prasasti karya yang terbaik. Menulis bisa menjadi sarana untuk mengubah diri sendiri. Kita juga bisa mengubah paradigma dan akhlak seseorang lewat tulisan-tulisan kita. Menulislah dengan hati. Menulislah dengan CINTA. Jadikan tulisan kita sebagai sesuatu yang pantas untuk kita tinggalkan kelak jika nyawa sudah tak lagi ada. Kita pasti akan mati, tapi semoga karya kita akan abadi dan akan membawa kita ke surga-Nya di akherat nanti. Amin.

***

Aisya Avicenna

Wednesday, November 24, 2010

Bareng, Dong!

Wednesday, November 24, 2010 0 Comments

by : Fariecha The Explorer (penulis "Don't Touch Me")

Nulis keroyokan emang enak. Apalagi buat kita-kita yang "napasnya" belum kuat untuk nyelesain satu buku sendiri. Mungkin, kalau nulis fiksi (cerpen or novel), bikin sendiri lebih enak, karena lebih personal. Sedangkan, klo non fiksi, bikin rame-rame enak n ngebantu banget.

Bayangin, dari 5-8 bab yang harus dikerjain, kita paling kebagian satu atau dua bab. Selebihnya dikerjain sama temen-temen yang lain. Jelek-jeleknya, kita dapet jatah setengah buku. Itu juga udah jauh mendingan dibanding harus nulis sendirian dari ujung ampe ujung.

Terus, nulis barengan juga bisa saling menyemangati. Kalo ada temen yang belum selesai, yang lain bisa support. Kalo ada temen yang belum dapet data, yang lain bantu nyariin. Dari mulai bikin konsep sampe finishing, semuanya diselesaikan rame-rame.

Itu yang aku alamin sama temen-temen Band aku. Awalnya, aku yang cuma akrab sama Mba Dala. Begitu dapet instruksi untuk bikin non fiksi keroyokan, aku n Mba Dala nyusun pasukan. Tapi, berkali-kali band ini ganti personel. Banyak yang nggak konsisten untuk ngerjain. Alesannya bermacem-macem. Sampe, pada akhirnya, Mba Era dilibatin. Waktu itu, aku bener-bener nggak deket ama Mba Era. And, di waktu yang sangat mepet, Mba Astri n Mba Anisa (yang waktu itu baru diinagurasi) ikutan join.

Apakah kami udah akrab semua pas awal bikin tulisan? Nggak! Samasekali nggak akrab dan nggak deket. Sekali lagi, aku cuma akrab sama Mba Dala. Hingga, penerbit minta kami ngerevisi total naskah. Inagurasi angkatan 7 di Situ Gintung, itu pertama kalinya kami ketemu untuk ngomongin konsep dan bagi-bagi tugas.

Itu juga nggak langsung beres. Karakter dan latar belakang personel band yang beda-beda bikin gaya penyampaian lain-lain semua. Saat itu, kami harus ngerevisi sesuai dengan instruksi penerbit. Nggak cuma sekali. Buku Muslimah Nggak Gitu, Deh akhirnya terbit juga setelah ngerjain dua taun dan empat kali ngerevisi.

Lanjut ke buku-buku berikutnya, satu band itu nggak pernah kumplit ngumpul semua pas bahas konsep. Tapi, ngerevisi sampe empat kali bikin kami udah ngerasa deket dan saling percaya. Bikin konsep biasanya berempat. Baru, hasil rapat dikomunikasiin dengan semua personel, dan masing-masing milih bab.

Yup. Kuncinya nulis bareng itu komunikasi. Komunikasi tentang apa pun. Khususnya tentang buku yang lagi dikerjain. Nggak mungkin tulisan bisa dikerjain kalo nggak pernah ngomongin konsep bareng. Nggak mungkin juga bisa jadi buku kalo masih mengedepankan ego masing-masing. Semua buat kepentingan bersama, buat kebaikan bersama, n buat keberhasilan bersama.

Nulis satu buku berdua tapi nggak pernah bahas konsep? Waduh... Kayak lagunya Armada: mau dibawa ke mana? Mau dibawa ke mana itu tulisan? Kita enak-enakan nulis jatah kita sendiri sementara temen masih kebingungan. Kita dengan pedenya ngumpulin naskah kita sendiri, sementara temen kita tulisannya masih babak belur dan kita cuek? Halo....!!!

Nulis keroyokan satu buku dan satu tema butuh kesabaran ekstra, Butuh usaha supaya buku itu nggak ketauan kayak ditulis rame-rame. Mungkin nggak hasil tulisan kita bisa kayak gitu kalo kita nggak peduli sama temen kita? Kalo kita nggak pernah bahas konsep sama partner? Kalo kita jalan sendiri aja dengan keyakinan kalo kita udah baik dan benar? Tugas kita bukan ngerombak punya temen. Tapi, tugas kita adalah ngasih tau temen dan diskusi bareng, supaya bisa maju sama-sama. Emangnya kita tega ngeliat temen kita masih terpuruk pas kita udah maju?

Monday, August 23, 2010

Berbagi itu Luar Biasa Bahagianya

Monday, August 23, 2010 0 Comments

Sabtu, 21 Agustus 2010 pukul 15.30 aku bersiap berangkat ke Manggarai. Hmm, berpetualang lagi nih! Maklum, sebagai pendatang baru di belantara Jakarta ini, aku belum cukup mengenal daerah-daerah di Jakarta termasuk Manggarai. Berbekal informasi yang aku dapat dari Mbak Karina (salah satu personel FLP DKI Jakarta), untuk bisa ke Manggarai dari terminal Kampung Melayu, aku harus naik metromini 60. Keluar dari RedZone dengan mengenakan tas punggung kesayanganku, aku menuju depan Indomaret Jalan Otista II, naik Kopamilet Jaya 18 menuju Kampung Melayu. Turun di Kampung Melayu, aku sempat tanya ke sopirnya di mana tempat metromini 60 mangkal. Pak sopir menunjukkan arahnya. Akupun berjalan menuju tempat yang ditunjuk pak sopir. Karena tak kudapati satupun metromini 60, aku bertanya ke seorang tukang ojek. Wah, ternyata metromini 60 itu sudah jarang beroperasi. Ya sudah, akhirnya aku memutuskan untuk naik busway. Sesuai arahan dari seorang kakak seniorku (alumni UNS yang sekarang juga di Jakarta), aku naik busway kemudian turun di halte Matraman I. Dari halte Matraman I aku berjalan menuju halte Matraman II kemudian naik busway yang jurusan Pulo Gadung. Di busway, sempat membuka AL Qur'an digitalku yang ada di HP untuk mengecek hafalan. Eh, lagi asyik-asyiknya, ternyata sudah sampai di halte Manggarai. Ternyata dekat sekali. Setelah dari halte, aku mencari Metromini 62 arah Pasar Minggu. Akupun bertanya pada seorang kondektur Kopaja. Terima kasih Ya Pak, sudah ditunjukkan.

Aku berjalan menuju tempat Metromini 62 itu mangkal sembari membuka halaman belakang buku "DIARY RAMADHAN" merahku yang sudah kutulis alamat lengkap Panti Asuhan Muslimin Jaya. Saat membayar ongkos kepada sang kondektur Metromini 62, aku mewanti-wantinya untuk menurunkanku di Gang Bedeng. Alhamdulillah, 5 menit kemudian sampai juga di Gang Bedeng. Turun, lalu berjalan kaki menuju panti. Eh, ketemu Mbak Dina Purnamasari yang sedang asyik telepon. Rambut baru nih! Mbak Dina adalah rekan seperjuanganku di Divisi Non Fiksi Muda Angkatan ke-14 FLP DKI Jakarta. Sampai di panti, sudah ada Mas Rusdin dan istrinya, Eva "Vana Pinkerz", dan beberapa rekan. Kami langsung naik ke lantai 2. Acara baru dimulai dan sudah sampai sesi perkenalan. Duduk, langsung ditunjuk untuk memperkenalkan diri. Waw, subhanallah... adik-adiknya banyak banget. Imut-imut. Setelah perkenalan, acara selanjutnya adalah permainan. Mbak Desi selaku MC mengarahkan adik-adik pada permainan kali ini. Adik-adik dibagi selembar kertas berisi 4 buah gambar dan mereka diminta untuk menceritakan gambar itu dengan menuliskannya. Wah, semua jadi pada serius menulis. Semangat!!! Saat itu, aku duduk di samping dua anak yang setelah kuintip tulisannya, baru aku tahu kalau mereka bernama Rio dan Bowo. Bowo kelas 3 SD, sedang Rio kelas 4 SD. Tulisan Bowo bagus, pakai huruf tegak bersambung. Saat aku sedang asyik 'ngobrol' dengan Mbak Suri, tiba-tiba Rio bertanya, "Bu, tulisannya berapa banyak?". Wehhh, aku dipanggil "ibu", kontan aku dan Mbak Suri nyengir. Hehehe... Pukul 16.45, kompetisipun berakhir. Selanjutnya, pembacaan puisi oleh Mbak Asqa yang berjudul "Renunganku"



Aku ingin seperti seorang syuhada

Yang hidup di sisi-Nya untuk selamanya

Aku ingin seperti seorang syuhada

Yang melimpahkan seluruh hidup hanya kepada-Nya

Ya Allah...

Betapa besar kenikmatan yang Engkau berikan

Segala kebahagiaan dan kekecewaan yang kualami

Adalah untuk mempertebal imanku

Aku berhamdalah

Tatkala Kau berikan kenikmatan

Dan aku belajar bersabar

Tatkala aku mendapat kesulitan

Karena ku yakin

Ada setitik harapan dalam kesusahanku

Karena ku percaya pada janji-Mu

Ya Allah...

Betapa lapangnya hati ini

Setelah begitu banyak kesulitan yang aku hadapi

Sekarang terbukalah mata hatiku

Bahwa hanya kepada Engkaulah

Tempat aku memohon pertolongan

Hanya Engkaulah yang mampu mengobati semua kesusahanku

Allah, terima kasih atas segalanya

Atas petunjuk dan hidayah-Mu kepadaku

Atas kerahiman-Mu yang masih mempedulikan aku

Sungguh, aku hanya dapat berharap kepada-Mu

Bukan kepada seorang manusiapun

Kini, aku lebih percaya kepada-Mu

Memahami maksud dan tujuan hidupku di dunia

Mengerti akan alasan Engkau menciptakan diriku

Memahami fungsiku di dunia ini

Ya Allah, begitu besar rasanya aku mencintai-Mu

Cinta yang begitu tulus dan murni

Tapi, mampukah aku mencapai cinta-Mu?

Hanya dengan izin-Mu, aku mampu mencapainya

Akhirnya, hanya ridho-Mu yang kucari

Hanya surga-Mu yang kudamba

Semoga Engkau selalu bersamaku

Dalam hatiku

Karena aku membutuhkan-Mu

Ya Allah, bila Kau panjangkan umurku

Jadikanlah aku orang yang beriman

Dan jangan Kau sia-siakan hidupku

Karena aku ingin sepenuhnya mengabdikan hidupku kepada-Mu



Oh ya... banyak personel FLP DKI Jakarta yang punya rambut baru nih. Sebut saja, Mbak Dina, Ikal, dan Pak Arya. Wew...

Setelah pembacaan puisi, dilanjutkan dengan sambutan oleh pengelola Panti Asuhan Muslimin Jaya, Bapak Idris. Pada sambutannya tersebut beliau menyampaikan bahwa saat ini jumlah total anak-anak panti sebanyak 50 orang, 30 laki-laki dan 20 perempuan. Mereka ada yang yatim piatu, yatim, piatu, dan anak-anak dari keluarga tidak mampu.

Selanjutnya, sambutan dari Kepala suku FLP DKI Jakarta, Taufan E.Prast. Dengan gayanya yang cuek tapi konyol, Kang Tef memperkenalkan FLP Jakarta kepada adik-adik. Beliaupun berharap bahwa acara ini tidak hanya sekali, tapi berkesinambungan karena berbagi itu luar biasa bahagianya.

Setelah itu, Kang Tef memperkenalkan beberapa penulis yang sudah menghasilkan banyak karya. Sebut saja, ada Mas Sokat, Kang Andy Joy Terjal Sunarto, Mbak Karina, Mbak Iecha, Mbak Era, dll. Kang Tef bagi-bagi doorprize. Saat adik-adik ditanya, "Siapa yang hari ini sudah baca buku?" Dengan berani Rio mengangkat tangan. Buku yang ia baca berjudul "Kura-kura". Akhirnya ia berhasil mendapat hadiah sebuah buku berjudul "Usamah bin Zaid". Setelah itu, adik-adik yang berani maju ke depan untuk menyanyi, mendapat doorprize berupa buku. Bowo juga maju dan menyanyikan lagu "Balonku ada Lima". Paling lucu waktu ada dua anak yang menyanyi "Cicak-cicak di Dinding". Hap-nya berkali-kali. Kata Kang Tef, kalau "hap" nya cuma sekali, berarti baru satu nyamuk yang mati. Jadinya "hap"-nya berkali-kali deh. Wah, Kang Tef ngerjain adik-adik nih. Hehehe...

Menjelang pukul 17.15, hadirlah Ustadz Zaki Mubarok di tengah-tengah kami. Beliau menyampaikan tausyah. Berikut inspirasi yang didapat :

Bila kita sayang pada anak yatim, insya Allah kita akan mendapat syafaat dari Rasulullah Saw. Kita akan dekat dengan Rasulullah Saw seperti dua jari yang saling merapat, bukan merenggang. Ustadz menceritakan tantangan-tantangan yang dihadapi Rasulullah Saw saat menyebarkan agama Islam. Ketika mau ke masjid, beliau "disambitin" oleh seorang kafir Quraisy. Tapi Rasulullah Saw tidak marah, beliau terus berdoa pada Allah agar orang yang melemparkan itu diberi petunjuk. Sampai suatu hari, saat Rasulullah Saw hendak ke masjid, tidak ada lagi yang "menyambiti" dia. Ternyata orang itu sakit dan jatuh miskin, malah sekarang jadi "tukang kemis" (pengemis). Hmm, waktu pak ustadz ngomong "tukang kemis" ini, banyak yang kasak-kusuk di belakangku. Membahas, kata dasar "kemis" yang sepertinya tak ada. Hehe... dasar penulis!!! Saat itu Rasulullah Saw sedang sakit, Abu Bakar bertemu dengan Aisyah dan menanyakan apakah ada kebiasaan Rasulullah Saw yang belum beliau laksanakan. Aisyah pun menceritakan kalau Rasulullah Saw sering memberi makan seorang pengemis buta yang dulu pernah "menyambiti" Rasulullah Saw dengan batu. Rasulullah tetap memberikan perhatian pada pengemis buta itu. Sebelum Rasulullah Saw sakit, beliau sering memberi makan orang itu. Lalu Abu Bakar mendatangi pengemis buta itu untuk memberikan makan. Tapi pengemis buta itu merasa ada yang berbeda. Pengemis itu mengatakan bahwa yang biasanya memberi makan, orangnya lembut. Akhirnya Abu Bakar mengatakan bahwa yang biasanya memberinya makan adalah Rasulullah Saw, orang yang biasa dia "sambiti".

Hikmah yang bisa diambil dari kisah di atas adalah : jika kita mendapatkan keburukan dari orang lain, jangan dibalas dengan keburukan pula, tapi balaslah dengan kebaikan.

Ustadz Zaki juga menyebutkan "Orang-orang yang dirindukan surga", yakni :

1. Membaca Al Qur'an

"Siapa yang sudah dapat juz 1?" Ustadz Zaki bertanya pada adik-adik.Alhamdulillah, Rio kembali mengangkat tangannya.

Setiap 1 huruf Al Qur'an mengandung 10 kebaikan

Di bulan Ramadhan, setiap amalan digandakan 70 kali. Termasuk membaca Al-Qur'an. Kalau Alif Lam Mim saja 3 huruf, berarti sudah berapa kebaikan tuh yang didapat?? Tapi jangan Alif Lam Mim melulu yang dilafalkan!!

2. Orang-orang yang senantiasa menjaga lisannya

3. Orang yang memberi makan orang-orang yang kelaparan

4. Orang-orang yang berpuasa di bulan Ramadhan

Pukul 05:57 adzanpun berkumandang, kami membaca doa buka puasa.

Ikal dan pasukannya (Arief, Soson, Sayuda) membagi-bagikan es buah dan makanan ta'jil pada kami. Aku, Mbak Suri, dan Budhe Anisa makan sambil bercakap-cakap pakai bahasa Jawa. Ngerjain Mawah nih! Hehehe... maaf ya Say!

Senang juga rasanya melihat adik-adik makan dengan lahapnya.

Habis makan snack, kami sholat Maghrib berjamaah, sebagian sholat di panti, sebagian lagi sholat di masjid dekat panti.

Setelah sholat berjamaah, kami makan bersama. Kardus kotak makannya berwarna MERAH. I LIKE IT. Setelah dibuka... SURPRISE!!! Isinya nasi yang dibungkus daun pisang. Bentuknya lucu. Setelah bungkusnya dibalik posisinya baru ketahuan kalau itu namanya NASI BOGANA, khas Tegal! Setelah dibuka, ternyata kayak nasi rames. Kami pun makan bersama. Dasar penulis, sambil makan sempat-sempatnya kita membahas tentang EYD dan beberapa kosa kata termasuk kata "disambiti" dan "kemis" tadi. Lucu!!! ^^v.

Sambil makan, aku mengamati Rio dan Bowo. Aku tanya pada mereka kenapa tidak dimakan. Mereka menjawab kalau mereka pengin makan nanti saja. Selesai makan, si kecil Rio beringsut mendekatiku. Ia pun bertanya, ""Bu, boleh tukar buku ini dengan Al-Qur'an itu?" Aku jelaskan padanya bahwa buku itu hadiah untuknya, sedang Al-Qur'an itu akan diserahkan ke panti dan bisa dia baca setiap saat. TERHARU!!!! Jadi makin cinta sama Rio, si kecil itu sangat tahu bahwa Al-Qur'an begitu berarti dalam hidupnya.. SUBHANALLAH....!!!

Setelah makan bersama, FLP DKI Jakarta menyerahkan hibah Al-Qur'an dan buku kepada panti asuhan Muslimin Jaya. Kemudian salam-salaman foto bersama deh! Serunya... Rio kembali mendekatiku dan mencium tanganku. Si kecil ini dah lengket ma aku deh ^^v.

Sebelum pulang, ada pembagian sertifikat INAUGURASI MUDA Angkatan 14 FLP DKI Jakarta. Hiks, ada beberapa yang belum kebagian. Ke mana hayo???

Subhanallah, hujan turun saat perjalanan pulang. Meski bawa payung, tapi aku tak membukanya. Biarkan diri ini merasakan cinta-Nya secara langsung lewat titik-titik air yang jatuh dari langit. Semoga ini pertanda berkah dari-Nya atas kegiatan yang kami lakukan hari ini. Aamiin...

***

Seutas tali memadu simpul tawamu duhai kawan

Simpulnya jatuh dipelupuk nurani yang tertambat cinta

Cinta berkawan bersama nikmati semusim masa

Disela kehangatan berkawan adalah aku pandang

Satu persatu garis wajah duhai kawan penuh harapan

Andai saja slalu bersama setiap masa sehati

Suratan Tuhan kita disini menapaki cerita bersama

Cinta berkawan karna sehati dalam kasih Illahi

Tepiskan hal yang berbeda agar kisahmu teramat panjang

Simpan rapi harapan berkawan selamanya..

(Cinta Berkawan_Edcoustic)

***

Special buat Anggota Muda angkatan 14 yang datang : Deasy, Mbak Suri, Mbak Dina, Mbak Nain, Eva, Mimin, Fitri, Mawah, Budhe Anisa, Mbak Nisa, Mbak Retno, Ikal, Arief, Soson, Sayuda, Ghofar, hmm... sapa lagi ya??? tetep jaga ukhuwah kita yaaa...

Untuk angkatan "Tua" ada Kang Taufan (pastinya), Mbak Era, Mbak Asqa, Mbak Iecha, Mbak Karina, Mbak Desi, Mbak Ade, Kang Arya, Pak Lamuna, Mas Rusdin, dll... terus bimbing kami ke "JALAN YANG BENAR" ^^v



Jakarta, 23 Agustus 2010

Aisya Avicenna