Aisya Avicenna dalam ‘Perempuan-perempuan Menulis Cinta’
Keisya Avicenna
Monday, July 12, 2010
0 Comments
Sabtu, 3 Juli 2010 pukul 09.00 Aisya keluar dari Alfamart di Jalan Otista Raya dengan membawa bungkusan berisi sebotol aqua dan sebungkus roti. Kemudian ia menunggu bus 921 di bawah pohon yang ia tak tahu namanya. Sambil mengeluarkan mushaf kecil, ia melanjutkan hafalannya yang harus disetorkan hari ini. Ia akan berpetualang ke Jakarta Book Fair. Sendirian.
Aisya berkata dalam hati, kalau pukul 09.15, bus 921 tak kunjung datang, ia akan naik taksi. Meski harus merogoh Rp 25.000,- untuk sampai ke Gelora Bung Karno, tak masalah baginya. Asal cepat sampai. Karena ba’da Dhuhur ada agenda yang sangat penting sehingga waktu terasa sangat berharga. Alhamdulillah, selang berapa lama bus tua impor dari Jepang bernomor 921 akhirnya menunjukkan batang hidungnya di Jalan Otista Raya (emangnya bus punya hidung ya? Hehe). Aisya tak mendapat tempat duduk. Sekitar waktu berjalan selama 20 menit, Aisya turun di depan Senayan. Ahh, tempat ini mengingatkannya tatkala tes CPNS Kemendag akhir September 2009 silam.
Sampai jualah di Jakarta Book Fair. Senangnya! Hunting buku dimulai. Sedang asyik hunting buku di stand Mizan, Aisya bertemu dengan Mas Ratno Fadilah. Dia adalah ‘foto model’ di novel ‘Ayat Amat Cinta’. Wajahnya memang rada mirip dengan Fahri. Hehe. Mas Ratno pernah menjadi pembicara waktu pertemuan di Masjid Amir Hamzah, TIM. Waktu menunjukkan pukul 11.00. Sudah puas hunting buku. Aisya melangkah menuju panggung utama untuk mengikuti talkshow “Perempuan-Perempuan Menulis Cinta”. Seperti biasa, duduk di depan dan bersiap dengan pulpen dan note kecil.
Sebelum dimulai, sang MC yang ternyata adalah Bang Boim Lebon menantang penonton untuk mengomentari Novel “2012-an” dan menyampaikan apa yang akan dilakukannya jika 2012 akan kiamat. Aisya salah satu penonton yang kena tunjuk Bang Boim. Apa yang akan dilakukan Aisya Avicenna kalau kiamat terjadi tahun 2012. Ditanyakan sendiri saja ya (Aisya lagi pengin bikin penasaran!).
Ada 4 pembicara yang dihadirkan dalam acara ini. Mereka adalah :
1.Ifa Avianty (penulis novel “Facebook on Love”)
2.Sinta Yudisia (penulis novel “Existere”)
3.Nova Ayu Maulita (penulis novel “Sakura”)
4.Tria Barmawi (penulis novel “A Message of Love”).
Penasaran seperti apa isi novelnya??? Baca sendiri aja ya!!! ^^v
Saat sesi tanya jawab, Aisya mendapat kesempatan menjadi penanya terakhir meski tangannya sudah terangkat sejak dulu. Lhoh! Sejak MC mulai mempersilahkan penonton untuk bertanya, gitu maksudnya.
Ada 3 pertanyaan yang diajukan Aisya
1. Selain sebagai seorang penulis, tentunya keempat pembicara di depan juga memiliki aktivitas lain. Bekerja, mengurus rumah tangga, dan lain sebagainya. Nah, bagaimana memanajemen waktu antara aktivitas menulis dengan aktivitas tersebut?
Keempat pembicara itu memiliki jawaban yang hampir sama, yakni menyediakan waktu khusus untuk menulis dan memanfaatkan waktu luang di tengah-tengah aktivitas mengurus rumah tangga untuk menulis. Hmm, semoga nanti bisa memanajemen waktu dengan baik saat sudah berumah tangga, batin Aisya! Pokoknya, menulis jalan terus!
2. Tertuju kepada Mbak Nova Ayu Maulita, penulis novel Sakura. Kan tadi Mbak bilang, Mbak bisa ke Jepang salah satunya berkat doa Bang Boim. Aisya juga minta didoain ya biar bisa ke Jepang! Hehe... Bang Boim pun ikutan menyeletuk dan mendoakan. Makasih Bang!!!
3. Tertuju kepada Mbak Ifa Avianty. Kalau Mbak Ifa menjadikan Facebook sebagai setting untuk novelnya. Nah, Aisya berencana membuat blog sebagai setting novelnya. Novel itu bercerita tentang sebuah kejadian yang ia alami karena adanya blog tersebut. Tapi, Aisya bingung mencari ending kisahnya karena kisahnya juga belum sampai pada endingnya. Nah, bagaimana ya membuat endingnya?
Mbak Ifa pun menjawab, itu adalah otoritas penulis dalam membuat ending kisahnya. Kalau menunggu ending dari kisah nyatanya, lalu kapan novel itu akan jadi? Intinya, terserah penulis untuk membuat ending kisahnya seperti apa.
Hmm, tapi kayaknya memang harus nunggu ending kisah ini dulu deh (minimal 1 tahun lagi), karena sampai sekarang belum ada inspirasi bikin endingnya seperti apa. (hehe... ^^v moga HAPPY ENDING). Dan lagi juga harus banyak berlatih menulis fiksi. Karena Aisya tuh kalau nulis fiksi masih terlalu ‘lugas’, diksinya kurang ‘cantik’. Hehe.. Yaaa… begitulah! Setiap proses harus dinikmati!
Senangnya, Aisya bisa berdiri di samping Bang Boim dan keempat penulis itu. Aisya pun mendapat kesempatan memilih hadiah. Dan pilihannya tertuju pada novel Sakura. Mbak Nova secara langsung menyerahkan novel itu pada Aisya. Ia juga mendapat sebuah pin Existere dari Mbak Sinta Yudisia.
Acara pun selesai. Aisya kembali ke atas panggung untuk menyapa keempat pembicara lagi. Meminta tanda tangan dan kata inspiratif dari mereka.
Turun dari panggung, eh... ada Fatih Beeman (sempat ngobrol dan minta tanda tangan plus kata inspiratif dari penulis “Beginilah Seharusnya Hidup” dan “Beginilah Seharusnya Cinta” ini), Azzura Dayana, dan Kang Taufan E. Prast! Ketemu lagi dengan Mas Ratno Fadilah. Sempat juga minta tanda tangan di novel “2012-an” pada Kang Taufan dan Mas Ratno. Begitulah kalau para penulis lagi kumpul. Rame!!!
Waktu sudah menunjukkan pukul 13.00. Segera kembali ke Otista. Alhamdulillah tidak terlambat!
Nice single adventure today!!!
Jakarta, 120710_06:11
Aisya Avicenna