Jejak Karya

Jejak Karya

Wednesday, June 16, 2010

Bergegaslah

Wednesday, June 16, 2010 0 Comments

Album : Di Dalam 'Beat'nya Tetap Ada Cinta
Munsyid : Suara Persaudaraan
http://liriknasyid.com

Ketika kudaratkan kaki di Hanadi
Kulihat ribuan wajah penuh cinta dan harapan
Kerinduan akan sebuah tempat persinggahan
Ditengah hiruk pikuk gemuruh panas pulau Batam

Pelabuhan hati - hati yang gersang
Dengan merindu kedamaian dan uluran kasih sayang
Peraduan jiwa - jiwa yang lelah
Sekedar melepas beban di dada yang terus bertambah

Duhai kawan kujaga slalu kuatkan azzam di hati
yang kini hidup mereka dalam curahan kasih Illahi
Duhai kawan agar tak lapuk usiamu
Sirna ditelan masa dalam lumpur debu anganmu

Jadikanlah Allah sebagai tujuan
Sandaran hati nurani agar terhempas keraguan
Jadikanlah Rasulullah teladan
Panutan hidup manusia hingga sampai akhir zaman

Jadikanlah ia sebagai Hajar
Jadikanlah ia sebagai Mariam
Jadikanlah ia sebagai Hathijah
Wanita perkasa penuh keaguangan

Jadilah dikau sebijak Lukman Hakim
Jadilah dikau setegar Ibrahim
Jadilah dikau sekasih Muhammad
Rosul akhir zaman panutan umat



Lagi senang nasyid ini.... ^^v
Aisya Avicenna

Monday, June 14, 2010

The Lost Syambel : Bukan Sekedar Buku Resep!

Monday, June 14, 2010 1 Comments

Judul Resensi : The Lost Syambel : Bukan Sekedar Buku Resep!
Judul Buku : The Lost Syambel
Penulis : Dan Bloon
Penerbit : B-First (PT. Bentang Pustaka)
Terbit : April 2010
Tebal : 156 halaman
Harga : Rp 32.500,00

The Lost Syambel adalah bacaan penuh teka-teki dan misteri yang tak terkait sama sekali satu dengan lainnya. Novel hebat yang bisa membuat pembacanya masuk ke dunia yang penuh ketegangan sekaligus kelelahan. Terdapat pesan-pesan bijaksana bagi yang menyadarinya, dan terdapat cerita yang menggugah selera bagi yang tidak menyadarinya.
Kisah memecahkan misteri yang berawal dari simbol-simbol yang terdapat pada sebuah tripleks yang ditemukan secara tidak sengaja, berbekal ilmu seadanya di dalam kedua tokoh utama (Obet dan Maemunah), mereka berusaha memecahkan arti kode tersebut. Hasilnya sungguh di luar dugaan, namun proses menuju hasil tersebut, lebih di luar dugaan.
Begitulah pengantar pembuka dari penerbit. Saya idem dengan penerbit juga deh!
Obet dan Mae (nama panggilan Maemunah binti Maomuntah) terlibat seru dalam memecahkan sebuah misteri dari simbol-simbol unik pada sebuah tripleks yang tak sengaja ditemukan di rumah kontrakan milik Obet. Ternyata simbol-simbol itu awalnya ada hubungannya dengan teks Proklamasi. Eh, pada akhirnya malah berhubungan dengan sebuah resep sambel pete. Nah lo, kok bisa???
Novel ini bukan saja berisi kisah-kisah konyol dari setiap tokohnya, tapi juga bisa disebut buku sejarah berkolaborasi dengan buku resep. Karena novel ini membawa pembaca melintasi sejarah nasionalisme bangsa Indonesia. Bahkan menambah wawasan tentang sejarah beberapa museum dan patung-patung yang ada di Indonesia, khususnya di kota Jakarta. Selain itu, novel ini menyajikan resep yang bisa pembaca praktikkan jika ingin membuat sambel yang berasa dahsyat. Hehe!
Okelah, selamat membaca sambil makan sambel!!!

Jakarta, 130610_00:02 (lewat tengah malam…)
Aisya Avicenna

2012-an Ancur!

Monday, June 14, 2010 0 Comments

Judul Resensi : 2012-an Ancur!
Judul Buku : 2012-an; Seribu Enam, Kalau Nggak Percaya Tanya Toko Sebelah!
Penulis : Iwok Abqary
Penerbit : Lingkar Pena Publishing House
Terbit : Mei 2010
Tebal : 224 halaman
Harga : Rp 34.000,00
Sudah nonton film 2012 kan? Memang, film 2012 menjadi film terheboh beberapa waktu silam. Film tersebut juga berhasil menjadi film ‘termurah’. Pasalnya, tanpa merogoh kocek Rp 15.000,- untuk menonton film itu di XXI, banyak orang yang dengan mudahnya bisa menonton gratis atau hanya mengeluarkan Rp 5.000,- untuk membeli CD bajakannya. Dasar orang Indonesia, membajak kepingan CD memang lebih prospek daripada membajak sawah, begitu mungkin jalan pikirannya.
Saya tidak akan membahas film 2012. Sudah jadul. Kali ini saya akan mencoba berbagi review tentang buku baru saya. Baru beli dan baru baca maksudnya! Buku ini berisi kumpulan cerpen ancur yang ditulis oleh penulis-penulis yang tak kalah ancur. Eits, maaf! Ancur tulisannya (gokil banget, -red). Cerpen-cerpen di dalam buku ini memang memberikan efek negatif yakni membuat pembaca senyum-senyum atau ketawa-ketiwi sendiri. Nah lo!
Buku ini berisi 12 judul cerpen yang mengisahkan kekonyolan-kekonyolan para tokoh dalam menghadapi isu kiamat di tahun 2012. Ke-12 judul itu antara lain : Jomblo Parno (Iwok Abqary), 21-12-2012 is Dead! (Dhinny El-Fazila), Ki Amat Sudah Dekat (Taufan E. Prast), Ada Apa dengan Tangky (Lia Chufyana), Kiamat itu Pedas! (Tria Ayu K), Dua Ribuan Ujang (Azzura Dayana), 2012 (Zulfian Prasetyo), Gokil Show (Ratno Fadillah), Kiamat? Bolos Sekolah, Ah! (Rex), Kiamat Pulsa (Taufan E. Prast), 20:12 (Lian Kagura), dan Kiamat Datang Lebih Cepat (Abdul Gafur).
Meskipun dibalut dengan kisah-kisah kocak dari setiap pemain (tokoh) dalam masing-masing cerpen, hadirnya buku ini juga membawa pesan yang sangat mulia, yakni mengingatkan kita bahwa kiamat memang sudah dekat. Kiamat besar yang ditandai dengan luluh lantaknya alam raya ini pasti terjadi, entah kapan, dan kita semua dituntut untuk mempersiapkannya. Membekali diri kita dengan iman dan amal sholeh yang seharusnya semakin kita tambah di setiap detiknya.
Buku ini bagus untuk menambah tumpukan koleksi buku di perpus Anda (nambah 1.5 centimeter tingginya!), bagus juga untuk bahan dongeng sebelum tidur, atau untuk bantal juga bisa (weh!). Okelah, daripada lama-lama membaca tulisan saya ini, saya sarankan untuk segera membaca buku ini saja! Sip, selamat membaca dan tertawa karenanya! Mumpung belum dilarang tertawa! Tapi hati-hati, karena banyak tertawa dapat mematikan hati. So, Waspadalah! Waspadalah!!!

Jakarta, 130610_23:15
Aisya Avicenna

Friday, June 11, 2010

IBU...! Ada Surga di Bawah Telapak Kaki Muliamu...!!

Friday, June 11, 2010 0 Comments

Menjadi ibu, bagi kita adalah mimpi-mimpi yang dilatih dengan kerinduan, cinta, dan asahan rasa. Seruak cita itu adalah fithrah paling indah yang dikaruniakan Allah. Kecenderungan , rasa, kemuliaan!
IBU...!
Mulia cukup dengan telapak kaki perjuangan. Karena tak seorang pria pun memiliki kedudukan ini : tak seorang pria pun! Demi Allah, tak seorang pria pun!
IBU...!
Panggilan yang begitu menggetarkan, membiru haru, menggemakan rasa terdalam di diri setiap wanita. Selalu dan senantiasa! Ada nuansa, cita, imaji, dan gairah setiap kali kata tiga huruf plus tiga titik dan tanda seru itu diteriakkan oleh sosok-sosok mungil yang menyambut kehadirannya.
IBU...!
Ini kata tentang perempuan madrasah agung. Tempat anak-anak mempertanyakan semesta dengan bahasa paling akrab, harapan paling memuncak, dan keingintahuan paling dalam. Ini dermaga pengaduan paling luas saat mereka merasa teraniaya. Ini belai paling menenteramkan saat mereka gelisah. Dan ini dekapan paling memberi rasa aman saat mereka ketakutan. Ibu, perpustakaan paling lengkap, kelas paling nyaman, lapangan paling lapang, tak pernah ia bisa digantikan oleh gedung-gedung tak bernyawa.
IBU...!
Panggilan yang meneguhkan status kemanusiaan. Dan kehormatan. Ibumu disebut tiga kali di depan, baru ayahmu menyusul kemudian. Begitulah Rasulullah menegaskan. Ia juga panggilan yang membawa makna perjuangan. Pegalnya membawa kandungan, susahnya posisi berbaring, dan sakitnya melahirkan. Tapi juga senyum manis di saat berdarah-darah mendengar tangis sang putera pecah.
IBU...!
Banyak wanita yang kini enggan menjadi kata itu, maka kata itu pun enggan menjadi mereka. Betapa sulit meminta wanita bersedia punya anak di Singapura misalnya. Ketika mereka menolak janji-janji kata itu, kata Ustadz Anis Matta dalam Ayah, menganggapnya sebagai gerbang menuju neraka, menganggapnya sebagai pintu penjara, kata itu justru enggan membantu mereka melepaskan diri dari jeratan kesendirian, membasuh kulit mereka yang melepuh akibat sengatan matahari. Kata itu jadi enggan menyediakan dermaga tempat mereka menambat perahu hati, berlabuh dari galau kehidupan.
IBU...!
Mungkin memang tak sesederhana itu. Karena posisi ibu adalah anugerah, yang keimanan pun bukan jaminan Allah pasti mengaruniakannya pada kita. Persis sebagaimana ‘Aisyah, Hafshah, Zainab binti Jahsy, dan lainnya. Ya, tapi mereka kan ummahatul mukminin, ibu dari semua orang beriman, kata kita. Pada posisi ini, memang. Tetapi mengandung, melahirkan, menyusui, menimang adalah bagian dari saat yang dinanti bersama hakikat kata Ibu..! Itu yang juga tak dirasai oleh ‘Aisyah sekalipun.
Atau terkadang penantian panjang, kegelisahan, kecemasan, dan kata seterusnya jika panggilan itu tak segera hadir adalah ujian lain dari Allah. Alasan kesehatan, kerawanan melahirkan pada usia tertentu, menjadi gurita kecemasan lain yang mencoraki ujian itu. Lalu Allah menjawab di antara doa hambaNya, isteri Ibrahim dengan si shalih Ishaq, isteri ‘Imran dengan si suci Maryam, dan isteri Zakariyya dengan si ‘alim Yahya. Setelah penantian panjang, doa yang menghiba, dan rasa yang tersembilu...
IBU...!
Lepas dari itu, sekali lagi adalah menakjubkan urusan orang mukmin. Persis seperti kata Rasulullah, menakjubkan! Karena setiap halnya adalah kebaikan. Dan itu tidak terjadi kecuali bagi orang mukmin. Jika disinggahi nikmat, ia bersyukur, maka kesyukuran itu baik baginya. Jika ditamui musibah ia bersabar, maka sabar itu baik baginya. Jika syukur dan sabar itu dua ekor tunggangan, kata ‘Umar, aku tak peduli harus mengendarai yang mana.
Menjadi ibu hakiki, yang melahirkan ataupun tidak, setelah ikhtiar paling gigih, doa paling tulus, dan tawakkal paling terpasrah, adalah kemuliaan tanpa berkurang sepeserpun. Tidak sedikitpun. Semuanya mulia.
IBU...!
Melodi paling harmoni yang menggemakan jagad dengan jihad agungnya.
(Baarakallaahu Laka, Bahagianya Merayakan Cinta, Salim A. Fillah)


Special untuk bunda tercinta :
Selamat Hari Lahir Bunda, semoga sehat selalu, senantiasa diberi rezeki yang cukup, tak letih memberikan motivasi dan doa-doa terbaik untuk kami, senantiasa diberikan keberkahan dalam usia yang semakin senja, dan diberikan kesabaran seluas samudera dalam menghadapi setiap liku-liku kehidupan ini. Bahagiaku bersamamu di dunia, semoga kebahagiaan ini kekal sampai di jannahNya. Aamiin..
Aku mencintaimu BUNDA.... SANGAT!!!

Sebening tetesan embun pagi...
Secerah sinarnya mentari...
Bilaku tatap wajahmu oh ibu...
Ada kehangatan didalam hatiku...


Air wudhu' selalu membasahimu...
Ayat suci selalu dikumandangkan...
Suaramu penuh keluh dan kesah...
Berdoa untuk putra putrinya...
Oh ibuku...
Engkaulah wanita...
Yang ku cinta selama hidupku...
Maafkan anakmu bila ada salah...
Pengorbananmu tanpa balas jasa...

Ya Allah ampuni dosanya...
Sayangilah dia seperti menyayangiku...
Berilah dia kebahagiaan...
Di dunia juga diakhirat...
(Ibu_Sakha)

Bila kuingat masa kecilku, ku slalu menyusahkanmu
Bila kuingat masa kanakku, ku slalu mengecewakanmu
Banyak sekali pengorbananmu yang kau berikan padaku
Tanpa letih dan tanpa pamrih
Kau berikan semua itu
Engkaulah yang kukasihi
Engkaulah yang kurindu
Kuharap slalu doamu
Dari dirimu ya IBU…
Tanpa doamu takkan kuraih
Tanpa doamu takkan kucapai
Segala cita yang kuinginkan
Dari dirimu ya IBU…
(Ingatlah Ibu_Shoutul Haq)

Ku awali hidup ini dengan tangisan yang menggema
Lalu ku dipeluk dibuai dalam ikatan kasih dan cinta
Sampai saat ku mulai menapak dan mengucap kata
Hingga akhirnya ku pahami apa arti duka dan cinta

Terima Kasih Ananda haturkan tuk Bunda tercinta
Sungguh tiada mampu Ananda membalas segala jasa
Mungkin hanya ini kuasa Ananda tuk lukiskan cinta
Melalui rangkaian kata yang terpahat menjadi prosa


Ya Allah, cintai Ibuku, beri aku kesempatan untuk bisa membahagiakan
Ibu...,. Ampunilah segala dosa-dosanya dan sayangilah beliau
sebagaimana beliau menyayangi aku selagi aku kecil. Betapa aku sangat mencintainya, begitu mencintainya…

"Titip Ibuku ya Allah"
“Jagalah beliau ketika penjagaanku tak sampai padanya”


Jakarta, 110610 di sepertiga malam yang sunyi dengan rindu yang membuncah
Aisya Avicenna

CINTA UNTUK BUNDA DI HARI NAN ISTIMEWA…

Friday, June 11, 2010 0 Comments



Kubuka album biru penuh debu dan usang…
Kupandangi semua gambar diri, kecil bersih belum ternoda…
Fikirkupun melayang…dahulu penuh kasih….
Teringat semua cerita orang, tentang riwayatku…
Kata mereka diriku slalu dimanja…
Kata mereka diriku slalu ditimang…
Nada-nada yang indah, slalu terurai darinya
Tangisan nakal dari bibirku, takkan jadi deritanya…
Tangan halus dan suci, tlah mengangkat tubuh ini
Jiwa raga dan seluruh hidup rela dia berikan…
Kata mereka diriku slalu dimanja…
Kata mereka diriku slalu ditimang…
Oh BUNDA, ada dan tiada dirimu kau slalu ada di dalam hatiku….

(BUNDA_Melly Goeslow)

Bila saya mencintai Ibu, itu semata-mata karena dari rahimnya yang suci saya terlahir. Alasan itu sudah cukup bagi saya untuk mencintainya sepenuh jiwa. Jika kemudian cinta saya berkembang dan terus bermekaran, itu karena Ibu selalu menitipkan kasihnya pada saya tanpa pernah ada keinginan untuk mengambilnya kembali. Sungguh saya merasa mendapat kemuliaan tak terkira berkesempatan menjaga cinta itu agar terus bersemi di bilik hati.

Ibu memang teramat istimewa bagi saya. Beliau adalah matahari yang tak pernah lelah menghangatkan bumi. Beliau juga bulan yang selalu setia memantulkan cahaya cinta sang matahari dalam pekatnya malam. Bahkan Ibu adalah angin pembawa kesejukan bagi nurani saya. Dan Ibu, adalah sosok wanita yang selalu saya kagumi sepenuh hati karena ketegaran dan ketulusan cintanya.

PUISI NUNGMA UNTUKMU, BUNDA…

Bunda…
Seorang wanita yang sangat berarti dalam hidup putrinya
Senyum kita adalah kebahagiaan Bunda
Dan tangis kita adalah kesedihan Bunda
Di waktu kecil, Bunda tunjukkan padaku
Bagaimana berjalan tanpa tangan Bunda…
Kini, setelah beranjak dewasa, Bunda ajarkan padaku
BERMIMPI SELUAS LANGIT!!!
Dan selalu tabah mengarungi BAHTERA KEHIDUPAN!!!


Bunda…karena engkaulah sempurna kebahagiaanku….
Setiap kali aku putus asa…
Senyum Bunda yang slalu menawarkan asa untukku…
Di waktu malam, desah nafas Bundalah yang slalu menghangatkanku
Senyum Bunda yang slalu menyambut wajah tidurku…

Aku bangga menjadi puteri Bunda….
Bagian dari diri Bunda…
Surga ada di bawah telapak kakimu!!

Tidak ada yang pernah menandingi cinta dan pengorbanan ibu, kasih sayang ibu. Tulus, tak bersyarat. Kasih ibu, sepanjang badan. Sayang ibu, sepanjang jalan. Cinta ibu, sepanjang hayat. Sekarang adalah tugas kita sebagai anaknya, untuk selalu membahagiakan ibu. Semoga kita bisa membahagiakan Ibu, meski tak mungkin mampu membalas semua kasih ibu.

Rabbigh firlii wa liwaaalidayya warhamhumma kamaa rabbayaanii shaghiiraa
[ya ALLAH ampuni saya, kedua orang tua saya dan kasihanilah mereka dengan penuh kasih sayangMU, sebagaimana mereka mendidik dan memelihara kami diwaktu kecil] …
amin ya RABB, irhamnaa ya ALLAH dan jadikan kami anak-anak yang mampu membalas sulaman cinta orang tua kami ya ALLAH…

Bila kuingat masa kecilku, ku slalu menyusahkanmu
Bila kuingat masa kanakku, ku slalu mengecewakanmu
Banyak sekali pengorbananmu yang kau berikan padaku
Tanpa letih dan tanpa pamrih
Kau berikan semua itu
Engkaulah yang kukasihi
Engkaulah yang kurindu
Kuharap slalu doamu
Dari dirimu ya IBU…
Tanpa doamu takkan kuraih
Tanpa doamu takkan kucapai
Segala cita yang kuinginkan
Dari dirimu ya IBU…

(Ingatlah Ibu_Shoutul Haq)

Senja makin merapat pada pekat. Gelap awan meninggalkan kesepian yang teramat mendalam. Membawa masuk semilir angin dingin. Tak seperti biasanya, mata ini enggan terpejam. Sekelebat…sesosok bayangan muncul perlahan. Mengajak hati untuk merindu. Menorehkan indah akan segala kenangan. Sosok wanita lembut dengan guratan-guratan wajah tegar, yang mungkin kini tengah sendiri, menanti di samudra rindu. Ingin rasanya detik ini jua menghamburkan badan pada pangkuannya dan berbisik…”I Love U IBU…”

Dik Nung sayaaaaaaannnngggg banget sama Ibu…I Love you coz Allah!!!
Selamat ulang tahun Ibu....
Semoga tambah segalanya yang baik...
Semoga panjang umur dan sehat selalu...


IBUKU,INSPIRASIKU!!!

[Zona Inspirasi Supertwin, 11 Juni 2010...00:11 WIB]

Thursday, June 10, 2010

MENCINTAI KEHILANGAN

Thursday, June 10, 2010 0 Comments

Hidup di dunia tidaklah kekal. Kalimat yang mengawali tulisan ini.
Apa yang kita miliki tidak selamanya akan terus menjadi milik kita. Demikian halnya setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup kita…ada kelahiran, selalu diiringi dengan kematian. Dari sana kita belajar tentang ‘mendapatkan’ atau sebaliknya, ‘kehilangan’, hm…begitulah hakikat hidup!!! terkadang kita sebagai manusia terlalu
mengikuti ego dan hawa nafsu untuk memiliki sesuatu, atau menambah jumlah
sesuatu kepemilikan, sehingga kita pasti pernah melakukan hal yang tidak
sepatutnya untuk mencapai yang kita inginkan, ketika kita begitu mencintai
sesuatu akan terasa sedih ketika kita kehilangannya. Karena setiap manusia
pasti pernah mengalami kehilangan. Kita bisa saja kehilangan materi, jabatan,
kesehatan, dan cinta. Bahkan, keberhasilan yang dicapai
seseorang

Banyak reaksi kita lakukan saat kita kehilangan sesuatu. Ad reaksi yang positif. Ada pula yang negatif…
kehilangan adalah sebuah proses mendapatkan dan begitu pula
sebaliknya, mendapatkan adalah bagian dari kehilangan. proses ini
mengajarkan agar tidak membuat tamak pada realitas dan menyadari hakikat
diri sebagai manusia yang memiliki titik nadir pada suatu masanya.

Kehilangan memang menyedihkan tapi kita tidak bisa menghindari itu. Jangan
pernah disesali dan ditangisi kehilangan itu, tapi renungilah, buatlah
perbandingan dengan kondisi sebelumnya,,,. Hitunglah dan ukurlah porsinya,
seberapa besar kamu kehilangan dan seberapa besar yang kamu dapatkan.

Jangan pernah terlena dengan sebuah kehilangan apalagi yang hilang itu
materi atau kebendaan. Jangan pernah menangis atau menjerit bila yang hilang
itu adalah sesuatu yang memang akan hilang pada saatnya. Lakukan yang
seharusnya kita lakukan, berbesar hatilah dan persiapkan diri kita untuk
kehilangan itu. Dalam hidup, suatu hal akan muncul dan akan pergi pada
waktunya nanti. Tak ada yg abadi di dunia ini. Kehilangan akan membuat kita
merasa rapuh tapi disisi lain kehilangan bisa membuat kita tegar.

Yang perlu kita lakukan saat kehilangan adalah, INTROSPEKSI DIRI!! MUHASABAH… apakah kita pernah mengambil hak orang lain, sehingga Tuhan mengambil hak kita secara paksa. Sadari apakah kehilangan membawa manfaat contoh ketika seseorang
kehilangan pekerjaan, ternyata setelah proses kehilangan itu dia menjadi
seorang pengusaha sukses….karena dia berusaha untuk tidak meratapi episode kehilangannya…kerena dia terus berusaha untuk OPTIMIS dan BANGKIT!!! dan ingat walau dalam keadaan kehilangan akan lebih
menyejukan hati jika kita berusaha mengambil hikmah dari kejadian tersebut.

Kehilangan adalah sebuah proses yang harus dilalui dalam perguliran
kehidupan. Memang, sesungguhnya apapun yang ada pada kita selama hidup di
dunia ini tiada yang abadi. Karenanya, mungkin kita harus belajar untuk
menerima kehilangan. Mempersiapkan diri agar mampu menyiasati segala bentuk
kehilangan yang bisa kapan saja terjadi pada hidup kita. Karena tak ada
yang mampu menjamin hari esok, yang dapat kita lakukan hanyalah cermat
meminimalisir risiko kehilangan, supaya kita masih kuat melangkah ketika
ada sesuatu yang diambil kembali dari kita. Semoga kita bisa menghadapi
kehilangan jika sewaktu-waktu ia datang menghampiri.

Tetapi sesuatu yang hilang belum tentu meninggalkan kekosongan, karena
jejak-jejak yang ditinggalkannya tak pernah benar-benar hilang. Maka, mari
belajar untuk mencintai kehilangan itu, karena ia adalah bagian alamiah dari
hidup. Kehilangan membuat banyak pelajaran dan pengalaman baru buat kita
agar kita dapat menerima dengan baik proses itu, menerima diri kita sendiri,
kata orang bijak, manusia tak memiliki apa-apa kecuali pengalaman hidup.
Bila kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam
dalam kepedihan yang berlebihan ketika kita kehilangan. Kemenangan hidup
bukan berhasil mendapat banyak, tetapi ada pada kemampuan menikmati apa yang
didapat tanpa menguasai.

Dalam setiap kehilangan ada pembelajaran yang membuat jiwa makin dewasa atau mungkin menjadi sebuah proses lepasnya sebuah ego dalam diri

“Sayangnya…kehilangan bukan hanya soal normatif, ia juga bicara tentang
perasaan. Meskipun begitu kuatnya rasio ini berpijak bahwa satu kehilangan
akan tergantikan dengan perolehan yang lain, tapi kenapa begitu sulit
merelakan yang hilang…”

“Rasa kehilangan hanya akan ada jika kau pernah merasa memilikinya.”


[Serakan Inspirasi Keisya Avicenna…terima kasih untuk catatan Bp. Erwin Arianto,SE dan Theory of Happiness nya para pakar psikologi…. “teori ini hampir sama sifatnya dengan teori kimia yang mengatakan bahwa sifat energi adalah kekal. Energi yang ada di alam semesta ini tidak akan bisa berkurang apalagi menghilang. Ia hanya dapat berpindah atau berubah bentuk”. SEMOGA SEGERA MENDAPATKAN GANTI YANG LEBIH BAIK….Amin….9 Juni 2010_Salwa Net]

Wednesday, June 09, 2010

Dukaku…

Wednesday, June 09, 2010 0 Comments

Innalillahi wa inna ilaihi roji'un...
Pada hari Selasa, 8 Juni 2010 UNS kehilangan sosok mahasiswa terbaiknya... Selamat jalan dhek Septi Kuntari (FKIP'07_membawa bendera ungu), semoga amal ibadahmu diterima Allah SWT.. aamiin... Kebersamaan kita di kampus dulu meski cm singkat, semoga akan mjd pengingat, bahwa suatu saat diri ini akan menyusulmu... itu PASTI! Selamat jalan adikku...
***
Sebuah perenungan…

ANDAI AKU DIMAKAMKAN HARI INI

Perlahan, tubuhku ditutup tanah.
Perlahan, semua pergi meninggalkanku.
Masih terdengar jelas langkah-langkah terakhir mereka
Aku sendirian, di tempat gelap yang tak pernah terbayang,
Sendiri, menunggu keputusan...

Istri, belahan hati, belahan jiwa pun pergi,
Anak, yang di tubuhnya darahku mengalir, tak juga tinggal,
Apa lagi sekedar tangan kanan, kawan dekat, rekan bisnis, atau orang lain,
Aku bukan siapa-siapa lagi bagi mereka.

Istriku menangis, sangat pedih, aku pun demikian,
Anakku menangis, tak kalah sedih, dan aku juga,
Tangan kananku menghibur mereka, kawan dekatku berkirim bunga dan ucapan,
Tetapi aku tetap sendiri, disini, menunggu perhitungan ...

Menyesal sudah tak mungkin. Tobat tak lagi dianggap.
Dan ma'af pun tak bakal didengar, aku benar-benar harus sendiri...

Ya .ALLAH...
(entah dari mana kekuatan itu datang, setelah sekian lama aku tak lagi dekat dengan-Nya, tiba-tiba saja aku ingin menyebut-Nya)

Jika kau beri aku satu lagi kesempatan,
Jika kau pinjamkan lagi beberapa hari milik-Mu, beberapa hari saja...
Aku akan berkeliling, memohon ma'af pada mereka,
Yang selama ini telah merasakan zalimku, yang selama ini sengsara karena aku,
Yang tertindas dalam kuasaku, yang selama ini telah aku sakiti hatinya
Yang selama ini telah aku bohongi...

Aku akan kembalikan, semua harta kotor ini,
Yang kukumpulkan dengan wajah gembira, yang kukuras dari sumber yang tak jelas,
Yang kumakan, bahkan kutelan yang sudah jelas haram...
Aku harus tuntaskan janji-janji palsu yang sering kuumbar dulu

Dan ALLAH...
Beri lagi aku beberapa hari milik-Mu,
Untuk berbakti kepada ayah dan ibu tercinta,
Teringat kata-kata kasar dan keras yang menyakitkan hati mereka,

Maafkan aku ayah dan ibu, mengapa tak kusadari betapa besar kasih sayangmu
Beri juga aku waktu, untuk berkumpul dengan istri dan anakku,
Untuk sungguh-sungguh beramal soleh ...

Aku sungguh ingin bersujud dihadap-Mu, bersama mereka...
Begitu sesal diri ini karena hari-hari telah berlalu tanpa makna
Penuh kesia-siaan ...

Kesenangan yang pernah kuraih dulu, tak ada artinya sama sekali
Mengapa kusia-siakan saja waktu hidup yang hanya sekali itu

Andai aku bisa putar ulang waktu itu ...

Aku dimakamkan hari ini, dan semua menjadi tak terma'afkan,
Dan semua menjadi terlambat, dan aku harus sendiri,
Untuk waktu yang tak terbayangkan ...


Sumber : http://www.facebook.com/pages/Renungan-Islam/112879985422916

Jakarta, 080610
Aisya Avicenna

Persembahan untukmu.. PALESTINA!!!

Wednesday, June 09, 2010 0 Comments

Rabu, 2 Juni 2010
Pukul 20.00 saya baru tiba di REDZONE (rumah mungil sekaligus kantor pribadi saya, tempat saya menelurkan karya :D). Uhf, sebenarnya sesuai yang direncanakan di awal, harusnya malam ini saya sudah berada dalam armada yang mengangkut saya pulang ke kampung halaman. Besok saudari kembar saya akan wisuda S1. Hmm, tapi berhubung amanah di kantor tidak bisa ditinggalkan ditambah lagi tanggal 5 Juni 2010 akan ada ujian tahsin. Akhirnya, saya memutuskan untuk tidak pulang. Orang tua juga memberi izin dan memaklumi ketidakpulangan saya.

Sehabis makan malam, ada SMS yang berisi seruan untuk mengikuti aksi solidaritas Palestina jam 13:00 berkumpul di Bundaran HI. Hmm, semangatku kembali menyala! Jadi teringat masa-masa kuliah dulu. Rela bolos kuliah untuk ikut aksi turun ke jalan (memanfaatkan jatah bolos 4x untuk mahasiswa). Saya bertekad untuk mengikuti aksi besok pagi. Hmm, tapi kan tetap harus masuk kantor ya! Gimana caranya bisa ikut??? Berpikir! Akhirnya menyusun strategi.
Kamis, 3 Juni 2010
Pagi ini berangkat ke kantor dengan semangat yang jauh lebih dahsyat dari kemarin. Sebelum berangkat mendengarkan nasyid-nasyid haroki yang bikin semangat makin meledak-ledak.
Ini langkahku yang akan ku ayun
Walaupun payah tak akan jera
Ini langkahku kan trus melaju
Setegar karang bangkitkan jihad
Aral rintangan datang menghadang
Tapi surga di bawah kilatan pedang
Hancurkan kedzoliman
Tegakkan keadilan!
Pastikan langkahmu wahai pejuang
Dengan Al Qur’an menjadi pedoman
Hembuskanlah angin pembaharuan
Karena kita khalifaturrahman!
(Ini Langkahku_Shoutul Harokah)
Sampai di kantor langsung mendengarkan “We Will Not Go Down”-nya Michael Heart.
Puluhan kali… SEMANGAT!!!!
A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive
They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze
We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight
Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right
But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze
We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight
**
Pukul 12.00 adzan Dhuhur sudah berkumandang. Langsung ambil wudhu dan menuju mushola untuk sholat Dhuhur. Setelah sholat, segera menjalankan misi. Ambil dompet, slayer, dan permen terus meluncur ke kantin yang terletak di gedung depan (ruang kerja saya terletak di gedung belakang). Beli nasi bungkus (lauknya capjay dan teri pedas) plus beli aqua gelas. Setelah beli makan siang melangkah ke luar kantor. Mencari taksi. Berkali-kali ada taksi lewat tapi sudah terisi penumpang. Alhamdulillah akhirnya ada Blue Bird yang kosong. Langsung masuk. “Bundaran HI Pak!”
Blue Bird “terbang” membawa saya menuju Bundaran HI. Di dalam Blue Bird, langsung membuka makan siang berbungkus stereoform putih yang tadi saya beli di kantin. Makan siang di taksi. Tak lupa berbasa-basi dengan pak sopir. “Makan siang, Pak!”. Pak sopir tanpa menoleh berujar, “Silakan Mbak!”. Hehe…
Saat melewati dekat Monas, beberapa mobil polisi sudah berjaga. Sekitar Monas sudah cukup ramai. Saya berpikir, aksi bakal ramai nih! Berdasarkan SMS jarkom, aksi akan digelar dari Bundaran HI menuju Monas. Sekitar 15 menit, sudah sampai di dekat bundaran HI. Makan siang juga sudah habis. SMS seorang teman, dia sudah sampai di HI apa belum. Akhirnya sampai juga di bundaran HI. Patung yang berada di tengah Bundaran HI itu seakan melambaikan tangan menyambut kedatanganku. Hehe…
Pak sopir yang ternyata bernama Widodo itu menurunkan saya di trotoar di seberang jalan Grand Indonesia. Alhamdulillah, ongkosnya masih di bawah Rp 20.000,-. Turun dari taksi memandang ke sekeliling. SEPI AMAT! Maksudnya, belum ada tanda-tanda akan ada aksi. Berjalan menyusuri trotoar. Berhubung belum ada tanda-tanda akan ada aksi, sempat ‘mengaksikan’ diri dulu dengan latar patung Selamat Datang plus pancurannya. Cepret! Nokia 5300 saya sempat mengabadikan suasana siang yang sangat terik itu.
Sedang asyik ceprat-cepret, Nokia 5300 saya bergetar. Ada SMS dari seorang teman. Dia mengabarkan kalau aksi dipindah ke Monas. Weleh… hmm, langsung berpikir cepat dan memutuskan untuk segera menyeberang jalan. Awalnya agak bingung juga mencari taksinya di mana, tapi akhirnya ada petugas keamanan yang lagi mematung di pinggir jalan. Dia langsung jadi sasaran tembak saya untuk bertanya di mana seharusnya saya menyetop taksi untuk ke Monas. Bapak itu langsung menunjukkan tempat yang tepat. Tanpa buang waktu, langsung menuju tempat itu dan menyetop taksi. Beberapa taksi tak mau berhenti. Yaiyalah, ternyata di dalamnya ada penumpangnya. Sulit memang kalau siang hari membedakan taksi yang ada penumpangnya atau tidak. Kalau malam hari kan bisa ketahuan dari lampu atap taksi yang menyala atau tidak.
Alhamdulillah, ada Blue Bird lagi. Langsung masuk dan bilang “Monas ya Pak”.
Pak sopir bertanya, “Lewat mana nih Mbak?”
Saya pun menjawab, “Lewat mana ajalah Pak, yang penting cepet!”
Kali ini pak sopirnya bernama Rudolf. Langit tertutup awan hitam. Mendung. Sejuknya…
Sampai di lampu merah dekat Wisma Antara, tiba-tiba ada sepeda motor yang menabrak bagian belakang taksi yang saya tumpangi. Pak Rudolf langsung membuka kaca dan memaki-maki pengendara sepeda motor itu. Pengendara sepeda itu juga balas memaki. Maki-makian deh jadinya! Pengendara sepeda motor itu langsung melaju meninggalkan taksi yang saya tumpangi. Pak Rudolf sepertinya masih menaruh dendam. Dia langsung tancap gas dan mengejar sepeda motor itu. Saya panic. Hampir saja Pak Rudolf menyerempet pengendara itu. Untungnya pengendara itu bisa menyelip di antara sepeda motor yang lain. Saya berteriak ke Pak Rudolf, “Sudah lah Pak! Biarkan saja!”. Raut wajah Pak Rudolf masih menyiratkan kemarahan.
Alhamdulillah, sampai jua di dekat Monas. Sudah ramai. Beberapa pedagang juga turut meramaikan aksi siang itu dengan menjual atribut Palestina di sepanjang trotoar. Saya sempat membeli 3 pin Palestina yang bergambar anak-anak dan bendera Palestina. Massa semakin membludak. Sang koordinator lapangan menyuarakan kepada peserta aksi untuk mengambil atribut aksi berupa poster, bendera Palestina, bendera merah putih yang ditumpuk di dekat panggung utama. Saya pun melangkah menuju ke sana, mengambil sebuah poster putih besar bertuliskan “EGYPT.. OPEN YOUR EYES!” yang berlatar gambar mujahid-mujahid Palestina.
Semua massa yang sudah memegang atribut langsung dikomando untuk bergerak menuju Patung Kuda Monas. Kami pun berdiri di sepanjang jalan dengan membawa atribut. Poster-poster diarahkan ke jalan agar para pemakai jalan menyaksikan. Sekitar 15 menit saya berdiri di pinggir jalan. Subhanallah, di samping saya berdirilah seorang akhwat yang sedang hamil tua memegang dua bendera Palestina di tangan kanan dan kirinya. Akhwat itu bersama suaminya. So sweet sekali.. Hehe! HEROIK banget! Saya juga melihat beberapa ummahat dengan bayi-bayi mereka turut meramaikan aksi siang itu. Waktu sudah menunjukkan pukul 13:15. Saya harus segera kembali ke kantor sebelum jam 13:30. Akhirnya, dengan menerobos massa, sambil memegang poster tadi, saya menuju dekat panggung utama tempat saya mengambil poster tadi. Saya serahkan pada seorang ikhwan yang berdiri di dekat panggung. Di panggung utama, grup nasyid haroki favorit saya, Izzatul Islam bersiap menyenandungkan sebuah nasyid. Saya berdiri sebentar di depan panggung bersama barisan akhwat lainnya. Saya sempat menitipkan sesuatu kepada seorang akhwat yang berdiri di samping saya. “Mbak, nitip ini ya. Saya harus kembali ke kantor”. Awalnya, akhwat itu agak bingung juga, tapi sejurus kemudian, dia paham apa yang saya maksudkan. Personel Izzatul Islam sudah bersiap di atas panggung. Saya pun bersiap kembali ke kantor.
Saya melangkah ke luar area aksi. Sayup-sayup terdengar lantunan nasyid dari Izzatul Islam
Gaza.. Gaza.. Gaza..
Semuanya bermula
Gaza.. Gaza.. Gaza..
Tanah para syuhada
Gaza.. Gaza.. Gaza..
Kemenangan kan nyata
Gaza.. Gaza.. Gaza..
Palestina merdeka

Negri mujahiddin sejati
Serahkan jiwa di jalan Ilahi
Perjuangan tak kenal kata henti
Demi raih kenikmatan abadi

Debu dan batu jadi saksi
Jiwa nan perkasa tunaikan janji
Seagung kepak sang rajawali
Hancurkan kecongkakan tirani

Wahai Muslimin bangkitlah, bangkitlah..!
Palestin memanggilmu bebaskan, bebaskan..!
Walau tumpah peluh dan darah
Tegak satu cita.. Palestina merdeka !!

Subhanallah, luar biasa sekali aksi siang itu. Meski panas, tak mematahkan semangat kami. Poster-poster bertuliskan “Save Our Palestine”, “Egypt, Open Your Eyes!!!, “Kami Tidak Akan Menyerah” semakin ramai menyemarakkan kawasan Monas siang itu. Ribuan massa semakin memadati areal aksi. Gema takbir membahana. Seruan lantang untuk Palestina menggelora.
Sayangnya, saya harus segera kembali. Saya keluar dari kerumunan. Melawan arus. Langkah kaki saya percepat menuju jalan di samping areal aksi. Akhirnya, ada bajaj yang lewat dan saya pun menaikinya menuju kantor. Alhamdulillah, sampai di kantor pukul 13:29. Satu menit lebih awal dari batas waktu.
Hmm, luar biasa sekali aksi kali ini. Aksi perdana saya di ibukota!!! Allahu Akbar!!!
Aksi ini dilatarbelakangi peristiwa penyerangan Israel kepada kapal Mavi Marmara yang mengangkut lebih dari 500 orang relawan dari 30 negara itu dalam rangka misi kemanusiaan untuk Palestina. Berdasarkan cerita yang saya dapat, pada aksi ini juga dialkukan pembakaran bendera Israel. Aksi ini ditutup dengan berjalan kaki bersama menuju Bundaran HI dan kembali lagi ke Monas.
Ada ribuan bayi di Gaza. Seandainya aku bisa tiba di sana, aku akan bermain
bersama mereka... [bundaran HI, 040610_12.30]
Pulang kantor langsung update status :
Dlm perjlnan plg, merenungkn jejak2 yg tlah dlalui hr ni : redzone-kantor pos-kantor-bundaran HI-Monas-kantor-REDZONE (msh otw). Alhamdulillah, bnyk kmudahan untk menapakkn jejak2 itu hr ini.. Smg Engkau meridhoi lngkah2 kcil ini Ya Allah..Aamiin... RidhoMu..Hny RidhoMu yg q damba...Selalu! Dan jejak2 itu akn trus mnapak..Tak mw lelah..Sblm smpai d jannah..
***
Wahai as Syahid Palestina, bersabarlah, pertolongan Allah akan segera datang. Surga Allah telah menjadi jaminan bagi perjuangan kalian menjaga tanah suci. Darah kalian telah mengalir ke surga, Do’a kami senantiasa mengiringi langkah kalian.

SIANG ITU…
Panas sang mentari menusuk pori-pori kulit kami,
Tapi ini tak sebanding dengan panas desiran mesiu yang menembus tubuh mereka…
Tetes keringat membasahi tubuh kami,
Tapi ini tak sebanding dengan tetesan darah yang keluar dari tubuh mereka..
Tersengal-sengalnya nafas saat kami berlari,
Tapi ini tak sebanding dengan nafas terakhir yang mereka hembuskan…


Saudaraku, hanya sedikit ini yang bisa kami berikan…

Jakarta, 4 Juni 2010
Aisya Avicenna

Thursday, June 03, 2010

Selalu Ada Perempuan Hebat, di Belakang Laki-laki Hebat

Thursday, June 03, 2010 1 Comments

Selalu Ada Perempuan Hebat, di Belakang Laki-laki Hebat [1]
Dalam sejumlah catatan sejarah tokoh-tokoh besar, banyak orang melupakan peran-peran penting para perempuan yang berada di belakang mereka. Padahal, hampir selalu tak pernah ada kebesaran nama seorang laki-laki, kecuali bersandar pada kehebatan dan kebesaran istri atau ibunya, tentu setelah sandaran utama Allah SWT.
Bahkan, kebesaran Rasulullah SAW pun tak luput dari peran besar seorang Khadijah ra. Dalam diri Khadijah lah terhimpun antara kekuatan iman, ketulusan cinta, kebesaran jiwa, keteduhan sikapnya yang menghantarkan proses kenabian Muhammad SAW. Hingga akhirnya, Rasulullah SAW berhasil melewati fase-fase paling awal yang sulit dalam sejarah dakwahnya.
Posisi Khadijah yang tidak tergantikan di hati Rasulullah SAW terlihat dalam kenyataan bahwa Rasul sering mengingat dan menyebutnya. Rasulullah SAW tidak pernah berduka atas kematian seseorang sebesar rasa duka beliau ketika Khadijah meninggal dunia. Dan tidak ada seorangpun yang dikenang lebih lama oleh Rasulullah SAW daripada Khadijah. Dalam sejarah, tahun kewafatan Khadijah disebut Aamul Huzn atau ‘Tahun Duka Cita’ karena Rasulullah SAW sulit mengusir kedukaan mendalam karena ditinggal istri tercinta di sepanjang tahun itu. Hanya saja, kesedihan itu semakin lama semakin kurang ditindas oleh tekad kuat dalam hati beliau yang luar biasa tabah.
Kehebatan Khadijah, bahkan sempat memicu kecemburuan ‘Aisyah ra. Suatu hari, Rasulullah SAW mengenang Khadijah di hadapan ‘Aisyah ra. Mendengar hal itu, ‘Aisyah berkata, “Seperti tidak ada perempuan lain di dunia ini selain Khadijah.” Rasulullah SAW menjawab, “Khadijah itu begini dan begitu, dan dari dialah aku beroleh keturunan.” (HR. Bukhari)
Kecemburuan ‘Aisyah pada Khadijah, juga termuat dalam riwayat, “Setiap kali Rasulullah SAW menyebut Khadijah, beliau pasti memujinya. Suatu hari aku merasa cemburu. Maka kukatakan, “Engkau selalu mengenang perempuan tua yang ompong itu, padahal Allah telah memberimu pengganti yang lebih baik. “ Rasulullah menjawab, “Allah tak pernah memberiku pengganti yang lebih baik daripada Khadijah. Dia beriman kepadaku ketika semua orang ingkar. Dia mempercayaiku ketika semua orang mendustakanku. Dia memberiku harta ketika semua orang enggan memberi. Dan darinya Allah memberiku keturunan, sesuatu yang tidak Dia anugerahkan kepadaku dari istri-istriku yang lain.” (HR. Ahmad)
Benarlah, di belakang sosok laki-laki yang hebat, pasti ada perempuan yang hebat!

Selalu Ada Perempuan Hebat, di Belakang Laki-laki Hebat [2]
“Jangan hanya melihat kecerdasan Imam Syafi’i, tapi lihat dahulu siapa ibunya”. Mari kita dalami sedikit kata-kata indah ini. Bahwa ibu memang bisa memainkan peran sangat besar dalam mendidik seorang anak. Dengan kelembutan, kekuatan iman, kasih sayang, cara pandang yang benar, dan ketegasannya, ibu mampu membentuk manusia-manusia yang berkepribadian kuat, tangguh, tidak cengeng, dan tahan banting.
Imam Syafi’i rahimahullah telah yatim sejak bayi. Kehidupan ekonominya sangat sulit, tapi itu tidak membuat ibunda Imam Syafi’i menyerah untuk tetap memelihara dan mendidik anaknya. Meski ditinggal wafat suaminya, beliau tetap tegar. Beliau bertekad menjaga amanah yang ditinggalkan suaminya yang bukan berupa harta benda melainkan amanah anak. Dengan keterbatasan ekonomi yang dialaminya, beliau tetap menyusun rencana besarnya. Beliau memutuskan Syafi’i harus ke Mekkah menyambung nasab Quraisy Syafi’i kecil dan berguru dengan para ulama di Masjidil Haram Makkah dan Madinah.
Tak sekedar rencana, usia 2 tahun, ibunda Syafi’i memboyong Syafi’i keluar dari negerinya, untuk kebesaran anaknya, ke Makkah. Dari sanalah, tahap demi tahap perjalanan hidup Syafi’i menjadi luar biasa. Kelak beliau tak saja dikenal sebagai ahli fiqh tetapi juga ahli sastra dengan kumpulan puisi gubahannya. Beliaupun telah mampu menghapal Al Qur’an sejak usia 7 tahun. Hingga beliau berangkat untuk melanjutkan perjalanan ilmunya di Madinah berguru kepada guru besar Madinah, Imam Malik.
Begitulah ibunda yang telah melahirkan seorang imam besar yang perannya selalu dikenang hingga hari akhir.
Sumber : Persembahan Cinta Istri Hasan Al Banna

*** Saudaraku, siapapun engkau… hargailah wanita-wanita hebat yang ada di sampingmu, entah itu ibundamu, saudari perempuanmu, atau istrimu tercinta… Demikian juga engkau saudariku, jadilah yang terhebat untuk setiap laki-laki hebat di sekitarmu… Sebagai putri, teguhkan taatmu pada ayahanda tercinta… karena beliau adalah walimu! Sebagai istri, wajib bagimu untuk menghibahkan ketaatan tiada tara pada suamimu! Sebagai muslimah, teruslah berjuang dan saling mengingatkan saudara-saudaramu dengan cara yang baik dengan tetap menjaga iffah dan izzahmu!!!

Jakarta, 010610_05.00
Aisya Avicenna

Istri Luar Biasa Hasan Al Banna

Thursday, June 03, 2010 0 Comments

RESENSI BUKU
Judul Resensi : Istri Luar Biasa Hasan Al Banna
Judul Buku : Persembahan Cinta Istri Hasan Al Banna
Penulis : Muhammad Lili Nur Aulia
Penerbit : Tarbawi Press
Terbit : Maret 2010
Tebal : 82 halaman
Harga : Rp 25.000,00

Namanya Lathifah Husain Ash Shuli, semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya. Beliau lahir dan dewasa dalam sebuah rumah dan keluarga yang taat menjalankan nilai-nilai Islam. Ayahnya, salah satu tokoh agama kota Ismailiyah, sisi timur Mesir dan termasuk orang yang simpatik dengan pribadi dan dakwah yang disampaikan Hasan Al Banna. Orang tuanya Hasi Hasan Ash Shuli sendiri yang banyak bercerita kepada putrinya, Lathifah, tentang dakwah Al Ikhwan Al Muslimun, tentang pendirinya yang kerap mengunjungi kedai-kedai minum, ruang-ruang diskusi, untuk menghimpun orang banyak dan menyampaikan dakwah. Di rumahnya itulah, organisasi Al Ikhwan Al Muslimun bisa tumbuh dengan baik dan pengaruhnya meluas di masyarakat sekitarnya.
Menurut Ustadz Mahmud Al Halim, “Di antara keluarga yang menyambut seruan dakwah Hasan Al Banna dari penduduk Ismailiyah, adalah keluarga mulia yang bernama Ash Shuli. Mereka adalah para pedagang kelas menengah di Ismailiyah. Keluarga ini termasuk keluarga yang berkarakter agamais, dan berhasil mendidik anak-anak mereka sesuai norma agama...” Lebih lanjut Mahmud Abdul Halim menegaskan, “Hasan Al Banna dalam kesenangan dan kesempitan. Dialah penopang paling baik dalam dakwahnya hingga menemui syahid secara terzalimi.”
Dalam salah satu kunjungannya, ibunda Hasan Al Banna (Hajah Ummu Sa’d Ibrahim Shaqr) mendengar lantunan bacaan Al Qur’an yang indah dan bagus dari dalam rumah keluarga Ash Shuli. Ibunda Al Banna tertarik untuk mengetahui siapa pemilik suara itu, dan ternyata ia adalah Lathifah. Ibunda Al Banna akhirnya menemui Lathifah. Dalam hatinya, beliau berkeinginan untuk menikahkannya dengan putra tercinta. Akhirnya dilakukan khitbah, akad nikah, dan resepsi dalam waktu dua bulan. Akad nikahnya dilakukan pada saat peringatan Nuzulul Qur’an
Mulailah bahtera rumah tangga Hasan Al Banna dan Lathifah dikayuh. Pada bulan Oktober 1932, usai pernikahan, mereka mengontrak sebuah rumah kecil yang tidak terlalu jauh dari rumah keluarganya. Rumah kontrakan itu, meski kecil, tapi bak istana. Rumah kontrakan itu sering dipakai sebagai markas Ikhwanul Muslimin. Hasan Al Banna begitu dicintai keluarganya. Bahkan beliau tak jarang pergi ke pasar untuk membeli bumbu dapur.
Lathifah meyakini bahwa pernikahannya harus menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bahwa ia harus melakukan ketaatan yang baik kepada suaminya, yang bisa mengantarkannya ke surga. Lathifah menyadari, sebagai pendamping seorang aktivis dakwah tentunya bukanlah hal yang mudah. Ia juga menyadari bahwa pengabdiannya kepada sang suami di jalan dakwah ini, merupakan bagian dari jihad yang harus dilakukannya. Lathifah yakin dengan sabda Rasulullah SAW, ‘Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada seseorang lainnya, niscaya aku perintahkan istri untuk sujud pada suaminya.”
Lathifah belajar banyak tentang makna berkorban dari sang suami. Lathifah sangat percaya pada suaminya yang berprofesi sebagai ustadz, tokoh, guru, dan aktivis organisasi dakwah yang jelas berhubungan dengan banyak orang, termasuk akhwat lainnya.
Saat Hasan Al Banna gugur, anak-anak beliau belum beranjak dewasa. Gugurnya sang suami saat ia masih mengandung anak terakhirnya dalam kondisi sakit jantung dan kian lemah. Anak terakhirnya diberi nama : Istisyhad (berharap mati syahid), karena terlahir setelah wafatnya sang ayah. Lathifah berkata “Hasan Al Banna adalah hadiah terindah dalam hidupku”. Hasan Al Banna dan Lathifah memiliki tujuh orang anak yang luar biasa, yakni : Saiful Islam Hasan Al Banna yang menjadi advokat terkenal, Wafa istri seorang da’i Said Ramadhan, Tsana seorang dosen fakultas perempuan di Mesir, Halah dosen fakultas kedokteran. Muhammad Hishamuddin dan Shafa meninggal di waktu kecil. Keduanya dimakamkan di tangan ayahnya sendiri. Terakhir, Istisyad yang lahir setelah Hasan Al Banna wafat.
Lathifah mengalami kesedihan yang luar biasa saat meninggalnya Hasan Al Banna karena tragedi penembakan pada hari Sabtu, 12 Februari 1949. Akan tetapi, ia tetap bangkit dan meneruskan perjuangan dakwah meski sudah ditinggal suami.
Lathifah Ash Shuli tutup usia setelah 36 tahun pernikahannya dengan Hasan Al Banna. Namun, dari rentang 36 tahun ini, hanya 17 tahun yang ia lalui bersama sang suami. Beliau menderita sakit. Ia telah berhasil melewati kehidupannya yang penuh jihad dan kesabaran. Ia adalah contoh bagi para istri dalam interaksi dakwahnya sebagai pendamping seorang pemimpin dakwah dan sebagai ibu dari anak-anaknya.
Hasan Al Banna memanglah seorang suami yang memiliki perhatian dan sikap istimewa terhadap keluarganya, namun beban dakwah yang dipikulnya, jelas sangat menghajatkan seorang istri yang bukan hanya mampu meneduhkan jiwanya, menenangkan perasaannya, membahagiakan hatinya tatkala ia di dalam rumah, tapi juga yakin dan percaya kepada sang istri soal perawatan dan pendidikan anak-anaknya di rumah.
Buku ini sangat bagus untuk referensi para aktivis dakwah. Kisah istri Hasan Al Banna dapat menjadi teladan bagi kita, khususnya para muslimah dalam menjalani kesehariannya sebagai bagian dari gerakan dakwah yang memegang peran vital. Buku ini juga menguraikan peran seorang istri sebagai manager rumah tangga. Lathifah mengajarkan tentang pengaturan keuangan keluarga yang begitu luar biasa dan patut dijadikan contoh. Pendapatan bulanannya dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama untuk keperluan rumah dan keluarga, bagian kedua untuk dakwah, dan bagian ketiga untuk saudara serta keluarga besarnya. Lathifah juga menjadi inspirasi bagi kita dalam berjuang untuk tetap tegar di jalan-Nya.

Selamat membaca dan terinspirasi karenanya!
Jakarta,010610_05:45
Aisya Avicenna