Jejak Karya

Jejak Karya

Tuesday, December 21, 2010

ADA PENDAR YANG HADIR DALAM JIWANYA

Tuesday, December 21, 2010 0 Comments
by Norma Keisya Avicenna on Saturday, December 18, 2010 at 6:45pm
Waktu merayap bersama malam..
Dari tempat ku bersandar,q lihat redup cahaya rembulan..
Gambar2 lama kembali bermunculan di kepalaku..
Mengingat kembali kenangan masa itu..

Aku terlena dalam kata yg saling bertaut..
Di dalam rima yg sambut menyambut..

Mencoba memaknai hakikat mencintai kehilangan..
Karna jiwa ini pernah merasa memiliki..

Tapi semuanya menjanjikan pengalaman dan pelajaran tersendiri..
Disanalah terjadi investasi kemuliaan..
Jikalau jiwa ikhlas tuk terima smua kenyataan..

Ini adalah episode mendewasakan..
Tentang pertemuan,memiliki,kehilangan,dan mendapatkan..

Dalam gulita,pasti kan qt temukan secercah cahaya di ujungnya..

Monday, December 20, 2010

Backpackeran ke Walimahan

Monday, December 20, 2010 1 Comments
Ahad, 19 Desember 2010 sedari pagi sampai Maghrib saya dan enam saudari saya plus MR saya menghadiri sebuah acara yang kami namakan ‘rihlah ruhiyah’. Acaranya sangat seru. Bersama hampir 50-an lebih akhwat dan ikhwan, kami mengikuti acara ini. Semacam ESQ-lah! Hanya saja biayanya relatif murah. Tapi, kualitasnya tidak kalah! Insya Allah, saya sudah berazzam dalam diri saya, suatu saat saya akan mengemas ‘hasil’ dari acara ini lewat tulisan-tulisan saya. Ditunggu ya! Pada acara ini, kami juga diajak nasyidan. Salah satu nasyid yang paling saya sukai adalah “Jejak”-nya Izzatul Islam.

Menapaki langkah-langkah berduri
Menyusuri rawa, lembah dan hutan
Berjalan di antara tebing jurang
Smua dilalui demi perjuangan
Letih tubuh di dalam perjalanan
Saat hujan dan badai merasuki badan
Namun jiwa harus terus bertahan
Karna perjalanan masih panjang
Kami adalah tentara Allah, siap melangkah menuju ke medan juang
Walau tertatih kaki ini berjalan
Jiwa perindu syahid tak akan tergoyahkan
Wahai tentara Allah bertahanlah,,
Jangan menangis walau jasadmu terluka
Sebelum engkau bergelar syuhada
Tetaplah bertahan dan bersiap siagalah

Tulisan ini tidak akan menceritakan reportase acara itu, tapi pasca acara ini. Setelah sholat Maghrib di masjid, kami berdelapan meninggalkan tempat acara yang berlokasi di salah satu universitas swasta di Jakarta Timur. Awalnya, kami akan pulang dulu dan bersiap-siap untuk menghadiri walimahan seorang alumni STIS. Saya baru kenal dengan kedua mempelai saat mengikuti Dauroh Al-Qur’an yang diadakan alumni STIS. Tapi MR saya berujar, daripada kemalaman, lebih baik kami langsung berangkat ke lokasi yang letaknya memang lumayan jauh dari situ. Dua orang saudari, memutuskan untuk pulang saja karena ada agenda lain. Tinggal berenam. Awalnya, saya dan ukhti N mau pulang karena waktu itu kami mengenakan jilbab kaos dan tas punggung. Eh ya, ukhti P juga mengenakan jilbab kaos dan pakai kaos juga sih. Hanya saja dia pakai jaket dan tas 'cantik'. Ukhti Y dan W juga agak kurang PD dengan penampilan masing-masing. Mmm, pada salah kostum!


Bismillahirrahmanirrahim, akhirnya dengan niatan untuk silaturahim karena sudah lama tidak bertemu dengan kedua mempelai yang kini bertugas di BPS Maluku, kami berangkat juga ke Gedung BKKBN naik taksi. MR duduk di depan, sedang kami berlima duduk di belakang. Seru juga! Sepanjang perjalanan, kami berusaha ‘mengafirmasi diri’ sebagai aplikasi dari ‘rihlah ruhiyah’ yang seharian ini kami dapatkan. Intinya, harus senantiasa POSITIVE THINKING!


Dengan mengenakan tas punggung, jilbab kaos, dan sandal serupa sandal gunung (sering dibilang sih 'sepatu sendal'), akhirnya saya datang ke walimatul ‘ursy tersebut. Hihi, lucu juga sih! Backpackeran ke walimahan. Agar terkesan berbeda, jilbab kaos yang bertali itu, saya tarik talinya sehingga ada serutan di kedua ujungnya. Kesannya jadi berbeda. Kreatifitas memang muncul di saat yang kepepet. Untungnya saja sandal yang serupa sandal gunung itu berwarna krem, jadi ya tetap terlihat ‘cantik’ (sandalnya!). Sampai di gedung BKKBN, ada ide lagi. Tas punggung milik saya, ukhti N dan MR saya dititipkan ke mbak-mbak yang menunggu kado dan souvenir. Beres deh! MR saya juga pakai tas punggung, tapi 'kecil dan cantik' sih ^^v. Jadi, sebenarnya tidak perlu dititipkan. Setelah menitipkan tas, akhirnya kami bisa melenggang ke dalam lokasi walimatul ‘ursy. Hihi... Unforgetable moment!


Setelah mengucapkan selamat kepada kedua mempelai, kami menuju lokasi makan malam. Eh, bertemu dengan adik-adik STIS. Sebagian memang mengenali saya. Akhirnya kami bercengkerama, ada seorang dari mereka yang malah meminta saya mengoreksi tulisannya. Kebetulan dia lolos dalam sebuah kompetisi penulisan yang akan dibukukan, bersama saya juga! Pukul 20.30 kami akhirnya pulang naik taksi lagi. Kos kami dan rumah MR cukup berdekatan. Alhamdulillah, tidak ada yang mempermasalahkan penampilan kami. Hanya saja, awalnya kami memang sempat under estimate pada diri kami sendiri. Alhamdulillah, kami bisa mengatasinya dan melewati acara istimewa malam ini serta bisa membawa oleh-oleh inspirasi yang luar biasa. Selain itu, saat pulang, saya sempat mengambil mawar dan melati yang memang boleh diambil ^^v.


Mawar merah berduri itu akhirnya kini menghiasi REDZone dan saat memandangnya memberi kesan tersendiri bagi saya...


Backsong waktu nulis ini “Teman Sejati”-nya Brother yang juga kami nyanyikan waktu penutupan acara “rihlah ruhiyah” petang tadi.


Selama ini
Kumencari-cari
Teman yang sejati
Buat menemani
Perjuangan suci
Bersyukur kini
Pada-Mu Illahi
Teman yang dicari
Selama ini
Telah kutemui
Dengannya di sisi
Perjuangan ini
Senang diharungi
Bertambah murni
Kasih Illahi
Kepada-Mu Allah
Kupanjatkan doa
Agar berkekalan
Kasih sayang kita
Kepadamu teman
Ku pohon sokongan
Pengorbanan dan pengertian
Telah kuungkapkan
Segala-galanya...
Kepada-Mu Allah
Kupohon restu
Agar kita kekal bersatu
Kepadamu teman
Teruskan perjuangan
Pengorbanan dan kesetiaan
Telah kuungkapkan
Segala-galanya
Itulah tandanya
Kejujuran kita
(Brother - Teman Sejati)


REDZone, 20 Desember 2010
Aisya Avicenna


NB : Untuk saudari-saudariku, semoga ukhuwah kita di 'lingkaran cinta' ini semakin erat... Ana ukhibuki fillah...

Bye-Bye...

Monday, December 20, 2010 0 Comments
Pada tulisan kali ini, saya akan mencoba menceritakan sebuah coretan ‘sejarah’ yang terukir dalam hidup saya pada hari Sabtu, 18 Desember 2010. Pukul 16.30, kaki ini menapaki shelter busway Masjid Agung yang terletak di daerah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Saat itu saya habis mengikuti sebuah acara yang sangat luar biasa! Ah, mungkin sekarang belum saatnya untuk diceritakan. Kalau yang sudah baca novel “Nibiru”-nya Kang Tasaro GK, aktivitas saya seharian itu ibarat Dacca Suli yang tengah melatih ‘pughaba’-nya di Bhepomany. Hehe, yang belum baca “Nibiru”, segera baca aja deh! Saya juga belum selesai. Baru sampai bab 5. Karena memang butuh waktu yang ‘pas’ untuk membaca Nibiru. Selain karena pesan tersirat yang harus dicari. Novel ini juga dilengkapi dengan Bahasa Kedhalu yang sangat misterius, teka-teki yang mesti dipecahkan! Kok jadi promosi Nibiru? Lanjut dengan kisah sejarah di hari Sabtu kemarin.

Dari halte busway tersebut saya naik busway sampai shelter Dukuh Atas jurusan Pulo Gadung. Saya turun di shelter Matraman untuk transit dan selanjutnya naik busway jurusan PGC. Saat naik busway jurusan PGC inilah mungkin peristiwa itu terjadi, entah di haltenya atau di buswaynya. Sabtu itu saya memang sengaja mengenakan tas punggung karena bawa si T-ONE (nama laptop mini saya). Sepanjang perjalanan sejak berangkat dari kos tadi pagi, tas itu selalu saya gendong di depan. Agar aman, pikir saya. 


Saat berada di shelter Matraman, calon penumpang busway jurusan PGC memang membludak. Masuk ke buswaynya juga berdesak-desakan. Saya berdiri, tak dapat tempat duduk. Waktu itulah saya menyadari. Retsleting tas saya terbuka. Degh! Saya langsung merogoh ke dalam retsleting itu untuk memastikan sebuah barang yang tadi saya taruh di situ. Benar saja, barang itu tidak saya temukan.
Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji'uun. Allaahumma laa ya'tii bilhasanaati illaa anta wa laa yadzhabu bissayyi'aati illaa anta wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah.

Sesunggguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kami akan kembali kepada-Nya. Ya Allah tiada yang mendatangkan kebaikan-kebaikan selain-Mu, dan tiada yang menghilangkan kejahatan-kejahatan selain-Mu pula. Tiada daya upaya dan kekuatan selain dengan Allah.

Saya berusaha untuk tenang. Hmm, mungkin saya memasukkan barang itu ke retsleting yang lain. Sampai di shelter Gelanggang Remaja, saya turun. Sambil berjalan keluar shelter, saya geledah tas saya. Nihil. Blackberry itu sudah berpindah tangan.


Saya terkenang dengan kejadian sekitar empat tahun yang lalu. Saat itu saya baru semester dua di Jurusan Matematika FMIPA UNS. Entah tanggal berapa, pagi itu saya tiba di Solo setelah mudik. HP Nokia 2100 saya dicopet orang saat perjalanan Wonogiri-Solo. Sampai di kos, saya sholat Dhuha dan pasca itu saya menangis. Mengapa saya menangis? Ya, karena menurut saya (waktu itu), HP tersebut sangat berharga karena saya beli sendiri dari hasil saya mengajar privat. Saya sedih sekali waktu itu. Kalau diingat sekarang sih, saya malah tersenyum. 


Kali ini, apakah saya menangis karena Blackberry itu hilang? Ya, setelah sampai di kos, saya keluarkan semua barang di tas punggung saya tersebut. Hasilnya tetap nihil. Waktu Maghrib datang, setelah sholat Maghrib itulah saya menangis. Mengapa saya menangis? Apakah saya bersedih? Ya, saya menangis. Tapi saya menangis karena bahagia. Lhoh, mengapa saya malah bahagia? Ya, karena peristiwa tersebut menandakan bahwa Allah masih sangat sayang dengan saya. Allah masih ‘perhatian’ dengan saya. Saya sangat bersyukur akan hal ini. Karena saya yakin, setiap kejadian pasti ada hikmahnya dan setiap yang ada pada diri kita (khususnya yang sifatnya materi, itu hanyalah titipan dari Allah yang sewaktu-waktu dapat diambil-Nya kembali). 


Setelah itu, saya telepon Norma (my supertwin) dan menceritakannya. Dia memberi saya motivasi, hampir sama dengan self motivation yang saya lakukan pada diri saya sendiri. Pembahasan tentang Blackberry yang hilang hanya berlangsung beberapa menit, malahan obrolan berlanjut pada rencana pembuatan buku yang akan segera kami realisasikan tahun depan. Kami telepon-teleponan sambil ketawa-ketiwi dan saling menyemangati. Hmm, saling mentransfer energi positif-lah, begitu istilahnya!
Malam itu, saya meminta Norma menceritakan pada keluarga di rumah karena kebetulan dia pas lagi mudik. Mengapa saya tidak menceritakan sendiri? Pertama, saya tidak ingin ibuk dan Babe terlalu ‘kepikiran’. Kedua, kalau saya telepon ibuk/Babe dalam kondisi seperti itu, malahan saya akan menangis sedih!
Keesokan harinya ibuk SMS, “AW2, sdang pa mbk? Kt D’Nung kmarin HP mbk Tic diambil orang y?diiklaskan aja y (blm rjekinya)”. Langsung saya balas, “Wa’alaykumslm. Lagi di nikahan temen. Iya, mam, pasti banyak hikmahnya kok... Ibuk membalas lagi, “Iya, ambil hikmahnya aja ya!”. Aku balas lagi, “Insya Allah, diganti dengan yang lbh baik kok..”.


Alhamdulillah, keluarga memang sumber ‘kekuatan’ kita yang luar biasa. Menyikapi kejadian ini, saya mencoba merenung dan mengklasifikasi hikmah di balik kejadian ini ke dalam tiga hal.


1. Kejadian ini adalah UJIAN bagi saya.

- Daripada menyebutnya ‘musibah’, saya lebih suka menyebutnya dengan ‘ujian’. Ya, seperti saat kita sekolah dulu, ‘ujian’ adalah salah satu sarana kita untuk ‘naik kelas’. Ujian adalah sebuah tantangan yang harus kita taklukkan. Kalau kita berhasil melewatinya, maka kita akan menjadi pemenang!
“Tidak ada satu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”(Q.S. At-Taghabun : 11).


2. Kejadian ini adalah TEGURAN bagi saya.
Allah menegur saya karena bisa jadi saya sering lalai. Mungkin saat punya BB itu, ada beberapa hal yang telah saya lakukan yang membuat Allah ‘tidak suka’, misalnya saja :
- Lebih suka buka BB daripada buka Al-Qur’an
- Lebih suka BBM-an daripada menambah hafalan Qur’an
- Mungkin saja, tanpa saya sadari, ada rasa riya’ dalam diri karena memiliki BB itu
- Dulunya BB ini adalah hadiah dari tiga orang yang cukup berpengaruh dalam hidup saya di Jakarta. Bisa jadi, tanpa disadari, dulu saat pertama kali menerimanya, saya kurang bersyukur atau saya berterima kasih hanya secara lisan. Sedang batin berujar, “Kok cuma BB Gemini sih?” Bisa jadi seperti itu.
Itulah asumsi-asumsi sebagai bahan muhasabah saya, bisa jadi kenyataannya lebih banyak dari itu. Astaghfirullah... saatnya untuk berbenah!!!
Allahummarzuqnii nafsan muthma'innatan tu'munu biliqaa'ika wa tardhaa biqadhaa'ika
Ya Allah, berilah kami hati yang tenang, yang beriman akan saat perjumpaan dengan-Mu dan ridha menerima segala ketetapan-Mu

3. Kejadian ini adalah NIKMAT bagi saya
- Tanpa bermaksud memutuskan tali silaturahim (saya tidak pernah berpikir untuk itu!), saya pernah berdoa pada Allah karena beberapa waktu yang lalu saya sempat mendapat ‘gangguan’. Awalnya, saya memang akan ganti nomor HP saja. Tapi kemudian saya berpikir, kalau hanya gara-gara ‘gangguan’ itu saya sampai ganti nomor HP, berarti saya ‘kalah’! Akhirnya, saya memohon pada Allah agar diberi cara yang terbaik. Mungkin, cara inilah yang Allah berikan sebagai solusi. Allah mengirimkan seseorang yang tidak saya kenal dan mengambil BB itu tanpa sepengetahuan saya. Lebih tepatnya, BB sekaligus nomor M3 saya. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk tidak menggunakan nomor 085647122037 lagi. Semoga saja ‘gangguan’ itu tidak datang lagi. Aamiin...
- Selain itu, saya bisa menghemat uang lebih banyak. Saat memakai BB, saya harus mengeluarkan Rp 30.000,- per minggu untuk biaya aktivasi. Memang sih, dari segi pemanfaatan internet sangat membantu, tapi ternyata boros juga! Sekarang, mungkin saya akan bisa lebih berhemat. Bisa menabung lebih banyak! 
- Alhamdulillah, hanya BB saja yang diambil. Padahal pada tempat yang sama juga ada dompet yang berisi uang dan ATM. Di retsleting sebelahnya juga ada laptop mini saya yang selalu setia menemani saya menulis.
- Akan ada ‘kejutan’ yang luar biasa dari Allah pasca kejadian ini. Saya sangat yakin akan hal itu! 


Allahumma ajirnii fii mushiibatii wakhluf lii khairamminhaa
Ya Allah berilah kami pahala dalam musibahku ini dan berilah pengganti yang lebih baik (HR. Muslim)
Masih banyak sih sebenarnya point-point sebagai derivasi dari tiga klasifikasi di atas. Pada intinya saya sangat yakin bahwa di setiap kejadian pasti mengandung pelajaran. Kejadian itu sebagai ujian agar saya senantiasa pantang menyerah dalam menghadapi tantangan. Kejadian itu sebagai teguran agar saya sadar akan kesalahan dan segera bertaubat memohon ampunan. Kejadian itu sebagai nikmat sehingga saya harus bersyukur agar pahala-lah yang tercatat dan agar nikmat itu tambah berlipat-lipat.

REDZone, 20 Desember 2010
Aisya Avicenna

Thursday, December 16, 2010

PUJIAN

Thursday, December 16, 2010 0 Comments
“Direktorat Impor, selamat siang...”

Salah satu aktivitasku di kantor adalah menjawab telepon yang sebagian besar berasal dari pelaku usaha. Kebanyakan dari mereka menanyakan proses perizinan yang sedang mereka ajukan atau menanyakan kebijakan di bidang perdagangan yang tengah berlaku. Sebagai ‘civil servant’, inilah fungsi kehumasan dan pelayanan yang sekaligus memberiku dua kesempatan besar, yakni kesempatan untuk berinteraksi dengan para pelaku usaha (khususnya importir) dan kesempatan untuk mengharuskan diri menguasai regulasi bidang perdagangan (khususnya bidang impor) agar bisa menjawab setiap pertanyaan yang masuk.

Seperti kemarin siang, saat sedang asyik berkutat dengan data kepegawaian, telepon di ruang kerjaku berdering. Sebenarnya, yang mengangkat telepon bisa siapa saja yang berada di ruang itu. Tapi biasanya kami bergiliran mengangkatnya. Berhubung tak ada yang kunjung mengangkat, akhirnya aku berdiri dan berjalan ke tempat telepon yang berjarak satu meter dari tempat dudukku. Setelah menjawab pertanyaan dari seberang yang ternyata menanyakan tentang perpanjangan sebuah regulasi impor, eh gantian HP-ku yang berdering. Berawal 021...

Ternyata dari sebuah perusahaan obat yang cukup terkenal di negeri ini. Ya, kebetulan aku juga mendapat amanah dari pimpinan untuk menghandle beberapa perusahaan yang dokumennya belum lengkap saat mengajukan permohonan dalam sebuah regulasi.. Puluhan perusahaan aku kirimi email yang menyatakan dokumen apa yang masih kurang dan perlu dikirim softcopy-nya. Nah, di email itu, tak lupa aku mencantumkan nomor HP-ku sebagai contact person bagi perusahaan yang hendak bertanya atau konfirmasi. Beberapa perusahaan langsung merespon email tersebut dan ada beberapa yang meneleponku untuk konfirmasi. Termasuk perusahaan obat itu.

Beliau menanyakan apakah dokumen yang dikirim sudah sesuai dengan permintaan atau belum. Beliau juga minta penjelasan alur selanjutnya setelah dokumen itu dikirim. Aku mencoba menjelaskan kepada beliau. Tak kusangka, di akhir pembicaraan kami beliau berujar dengan kalimat yang penuh nada keramahan, bahwa baru pertama kalinya (selama beliau berinteraksi dengan instansi pemerintah), ada pemberitahuan secara rinci lewat email dan menyertakan nomor HP sebagai contact person-nya. Beliau sangat mengapresiasi kinerja ini.

Alhamdulillah... segala puji hanya tertuju pada-Nya! 


Menghadapi pujian, aku langsung teringat halaman 169 kitab Al Hikam yang aku baca tadi pagi. Pada halaman itu, Ibnu ‘Athaillah berujar :
“Ketika orang mukmin dipuji, ia malu kepada Allah karena ia dipuji dengan sifat yang tidak ia dapati pada dirinya.

Kemudian dilanjutkan ulasan singkat oleh Imam Sibawaih El-Hasany sebagai berikut:
Biarkanlah orang terpesona oleh warna pelangi kesadaranmu, asal engkau tetap melekat dengan langit-Nya. Setiap pujian yang datang kepadamu adalah sebab orang melihat warna-Nya tercermin padamu. Jadi, anggaplah itu sebagai cara mereka memuji-Nya melaluimu, bukan untukmu. Sebab, tidak ada pujian yang layak diberikan kepada selain-Nya. Atau perlakukanlah pujian orang kepadamu sebagai alat mengoreksi segala bentuk kelemahan, kekurangan, aib, cela, dan sifat burukmu. Dengan begitu, engkau akan senantiasa malu kepada-Nya sebab semua yang melekat kepadamu. Berharaplah pujian-Nya kepadamu, sebab hanya pujian-Nya yang bisa membuatmu tenteram. Jangan bersikap sok layak bila dosa atau kesalahanmu masih banyak!

Paginya baca, siangnya mengalami. Semoga aku bisa mengambil banyak hikmah dari sekelumit peristiwa ini. Jangan sampai pujian-pujian itu menanamkan benih riya dalam diri. Astaghfirullah, semoga terhindar! Jangan sampai mudah tersanjung, bisa tersandung lho. Ya, karena pujian sejatinya adalah ujian.
REDZone, 16 Desember 2010. 03:12
Aisya Avicenna

Kejutan di Sepertiga Malam

Thursday, December 16, 2010 0 Comments
Ku memohon dalam sujudku pada-Mu
Ampunkanlah sgala dosa dalam diri
Ku percaya Engkau bisa meneguhkan pendirianku... keimananku
Engkau satu cinta yang slamanya aku cari
Tiada waktu ku tinggalkan
Demi cintaku kepada-Mu
Walau sribu rintangan yang menghadang dalam diri
Kuteguhkan hati ini ... hanya pada-Mu kupasrahkan
Oh Tuhan, slamatkanlah hamba ini
Dari segala fatamorgana dunia
Oh Tuhan, jauhkanlah hamba ini
Dari hidup yang sia-sia
(Star Five–Satu Cinta)

Pukul 02.02 tepat saat Star Five terlantun dari winamp-nya si T-ONE (nama Acer 10 inchiku)! Angka yang bagus ya... 2 Februari (kalau dua digit pertama diartikan tanggal, menyusul dua digit selanjutnya jika diartikan sebagai bulan). Hmm, mengingatkan diri ini bahwa 2 Februari sebentar lagi datang menghampiri. Lantas mengapa? Ya, sebagai momentum muhasabah bahwa waktu memang terus berjalan dan tidak bisa dihentikan, sedangkan sejauh dan ‘setua’ ini bagaimana waktu itu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya padahal jatah usia semakin sedikit saja. Memang sih, berubah itu tidak harus menunggu adanya momentum. Setiap saat kita harus berubah menjadi lebih baik jika ingin menjadi pribadi yang beruntung.

Alhamdulillah, pagi ini dibangunkan Allah menjelang pukul 12 malam. Setelah sholat tahajud, dilanjutkan baca Al-Qur’an, menyelesaikan Q.S. Al-Furqon. Ayat yang paling berkesan adalah ayat ke-74 yang merupakan doa yang sering kita panjatkan setelah shalat (baik wajib atau sunnah) purna ditegakkan. Buka kembali ya... Setelah tilawah, berniat mencari camilan yang ada di kulkas. Sepertinya masih punya camilan yang belum tandas dimakan. Setelah camilan yang dimaksud itu berpindah ke tangan, aku melihat ada bungkusan coklat di atas kulkas.

To : Etika Suryandari
........................................... (alamat kosku)

Alhamdulillah, ternyata isinya pesanan buku yang aku order dari salah satu teman di FLP Jakarta. Akhirnya, “SAKINAH BERSAMAMU”-nya Mbak Asma Nadia di sepertiga malam ini secara resmi menjadi pendatang baru di perpus pribadiku, AL-FIRDAUS. Ahlan wa sahlan... ^^v

Wah, kejutan nih! Ada keterkaitan dengan ayat cinta-Nya yang aku baca barusan... Hmm, semoga buku ini menjadi ‘jawaban’ atas doa tadi. Bahwa salah satunya, aku harus belajar dari pengalaman orang lain (yang terangkum apik dalam buku yang berisi 17 cerita dan 17 pembahasan seputar ujian dalam rumah tangga ini), sebelum aku menjalani ‘kisah penuh makna’ itu suatu saat nanti.

Okey, saatnya membaca dan mengambil beragam hikmah dari buku tersebut!

RENUNGAN

Istri yang sholihah memang benar, bidadari di dunia ini. Permata yang amat berharga. Hiasan yang amat menawan. Peneguh yang amat kokoh.
Istri yang sholihah, berbalut ilmu, berselimut akhlak.
Istri yang sholihah, menembus qolbu karena semua yang ia lakukan berasal dari ketulusan hati, dari keikhlasan jiwa.
Istri yang sholihah adalah rizki yang tak ternilai dari Allah yang menggenggam segala kemuliaan, pemberi segala kebahagiaan.
Wahai kaum muslimin, pilihlah wanita sholihah dengan mensholihkan diri.
Wahai wanita sholihah, jadilah pribadi yang indah karena Allah semata.

~Tausyah Aa’ Gym sebelum nasyid “Wanita Sholihah”-nya The Fikr yang terdengar saat mengakhiri tulisan ini~


Sepertiga malam yang indah,
REDZone, 10 Muharram 1432 H
Aisya Avicenna