Jejak Karya

Jejak Karya

Thursday, March 17, 2011

Tergesa-gesa atau Menyegerakan

Thursday, March 17, 2011 0 Comments

Selama Proses itu Berlangsung....


Proses pernikahan ada yang berlangsung cepat, ada pula yang membutuhkan waktu lama. Mengenai waktu yang dibutuhkan selama proses, saya teringat kepada doa keluar rumah yang artinya,

"Dengan menyebut nama Allah atas jiwaku, hartaku, dan agamaku. Ya Allah, jadikanlah aku ridha dengan apa yang Engkau tetapkan dan jadikanlah barakah apa yang telah Engkau takdirkan. Sehingga, tidak kepingin aku untuk menyegerakan apa yang Engkau tunda, dan menunda apa yang Engkau segerakan."

Ada satu catatan. Pernikahan termasuk salah satu dari tiga perkara yang dianjurkan untuk disegerakan. Jika tidak ada hal yang merintangi, mempercepatnya adalah lebih baik. Mempercepat proses pernikahan termasuk salah satu kebaikan dan lebih dekat dengan kemaslahatan, barakah, dan ridha Allah. Insya-Allah, pertolongan Allah sangat dekat. Apa-apa yang menghalangi langkah untuk menyegerakan, akan dimudahkan dan dilapangkan. Sesungguhnya Allah tidak zalim terhadap apa-apa yang diserukan-Nya. Allah tidak zalim terhadap hamba-Nya, betapa pun Allah Mutlak Kekuasaan-Nya. Kitalah yang sering zalim kepada Allah.



Laa ilaaha illa Anta, subhanaka innii kuntu minazh-zhalimin. Rabbana zhalamna anfusana waillam taghfirlana lanaa kuunanna minal khosirin.

Ya Allah, ampunilah hamba atas kezaliman hamba sendiri.

Mempercepat proses pernikahan adalah lebih baik, tetapi hendaknya tidak terjatuh pada sikap tergesa-gesa. Selama proses berlangsung, kita membutuhkan informasi dan pembicaraan berkaitan dengan rencana pernikahan. Adakalanya, kita mendapatkan informasi mengenai beberapa hal dari keluarga calon, perantara, atau orang lain. Adakalanya, kita mendapatkan keterangan tentang beberapa hal dari calon pendamping secara langsung.



Masa menjelang nikah adalah masa yang sensitive. Apa yang berlangsung selama masa ini, bagaimana memaknainya, mempengaruhi bagaimana kedua manusia itu kelak akan menghayati pernikahannya. Proses antara pinangan dengan pelaksanaan akad, hingga detik-detik akadnya, bisa menjernihkan niat-niat yang masih keruh sehingga pada saat keduanya melakukan shalat berjama'ah segera setelah akad, mereka banyak beristighfar, memohon pertolongan Allah untuk melimpahkan kebarakahan dan menjauhkan dari keburukan, serta merasakan syukur yang dalam karena telah terhindar dari ancaman maksiat. Tetapi, proses menuju pernikahan bisa juga mengeruhkan niat-niat, sekalipun sekilas tampak mendapat pembenaran agama. Padahal manusia mendapatkan hasil dari perbuatannya sesuai dengan apa yang diniatkan. Rasulullah menasehatkan:


"Mintalah fatwa dari hatimu. Kebaikan itu adalah apa-apa yang tenteram jiwa padanya dan tenteram pula dalam hati. Dan dosa itu adalah apa-apa yang syak dalam jiwa dan ragu-ragu dalam hati, walaupun orang-orang memberikan fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya."


Tanda-tanda Perumpamaan

“Menyegerakan atau tergesa-gesa?”



Kalau suatu saat Anda naik motor dan menjumpai tikungan tajam, apa yang Anda lakukan? Apakah Anda akan segera membelokkan kemudi tanpa mengurangi kecepatan karena ingin cepat sampai? Atau, Anda mengurangi kecepatan sedikit, menelikung dengan miring, dan sesudah berbelok baru menambah kecepatan sedikit demi sedikit?



Jika Anda memilih yang pertama, sangat mungkin Anda terpental sendiri. Anda terjatuh, sehingga harus berhenti sejenak atau agak lama. Baru kemudian dapat meneruskan perjalanan. Keinginan Anda untuk cepat sampai di tempat tujuan dengan tidak mengurangi kecepatan, apalagi justru dengan menambah kecepatan, tidak membuat Anda lebih cepat sampai dengan tenang, tenteram, dan aman. Bisa-bisa, kalau kecepatan Anda tetap antara sebelum berbelok dengan saat-saat berbelok, Anda justru terpental. Antara gaya sentrifugal dan gaya sentripetal, tidak seimbang.



Jika Anda memilih yang kedua, insya-Allah Anda akan dapat sampai lebih cepat. Awalnya memang mengurangi kecepatan, tapi sesudah betul-betul memasuki tikungan dengan baik, Anda bisa menambah kecepatan. Jika Anda mengurangi kecepatan lebih banyak lagi, Anda bahkan dapat membelok tanpa harus memiringkan badan banyak-banyak.



Jalan yang lempang adalah tamsil dari masa melajang, masa ketika masih sendiri. Belokan adalah proses peralihan menuju status baru, menikah dan berumah tangga. Sedang jalan berikutnya yang dilalui setelah berbelok, adalah kehidupan keluarga setelah menikah. Pilihan pertama adalah sikap tergesa-gesa untuk menikah, sedangkan pilihan yang kedua adalah menyegerakan.



Dari Anas r.a., Rasulullah Saw. bersabda,

"Siapa yang menikahi seorang wanita karena kedudukannya, Allah hanya akan menambah kehinaan kepadanya; siapa yang menikahinya karena kekayaan, Allah hanya akan memberinya kemiskinan; siapa yang menikahi wanita karena bagus nasabnya, Allah akan menambah kerendahan padanya. Namun, siapa yang menikah karena ingin menjaga pandangan dan nafsunya atau karena ingin mempererat kasih-sayang, Allah akan senantiasa membarakahi dan menambah kebarakahan itu kepadanya."

(HR Ath-Thabrani)



Artikel hasil copas dari:


e- book KADO PERNIKAHAN


[Mohammad Fauzil Adhim]

Tuesday, March 15, 2011

Keputusan

Tuesday, March 15, 2011 1 Comments

"Pikirkanlah secara mendalam sebelum membuat kputusan akhir atau menentukan langkah pertama" 
(Syaikh Aidh bin Abdullah Al Qarni)

~Keputusan adakalanya harus disegerakan, namun ada kalanya pula kita harus mengambil jeda waktu untuk berpikir. Tergantung persoalan yang sedang kita hadapi. Ada saatnya kita boleh mengulur waktu, ada saatnya pula kita tidak boleh terlambat, walau sejenak. Semoga Allah ridho pada setiap keputusan kita. Aamiin~

“MEMBENTANGKAN HARAPAN PADA JEJAK-JEJAK PERJALANAN”

Tuesday, March 15, 2011 0 Comments



Sekali lagi aku ingin membiarkan aksara ini menemaniku, menjadi saksi perjalanan hidupku.

Seperti hari Selasa-Selasa sebelumnya, pagi ini aku pun berangkat menuju salah satu tempat di mana tersandar harapan besar untuk diriku sendiri. Aku ingin lebih dekat dan lebih dekat lagi dengan Al Qur’an. Yupz, tempat dimana aku juga menemukan sosok kakak-kakak yang luar biasa, seperti Mbak Nury dan Mbak Ivon. Dua “mbak” ku di FLP Pelangi yang menjadi inspirator sekaligus motivatorku juga.

Ahay, setelah semalam mabit bersama orang-orang luar biasa di masjid perjuangan Nurul Huda UNS, jam 05.15, aku balik kost untuk bersiap, tanpa sarapan, kemudian berangkat. Dengan langkah ringan, jam 06.15 kembali ku gendhong tas ‘backpacker’ hitam manisku menuju gerbang Surya. Naik angkun kuning menuju Sekarpace, ‘nongkrong’ di situ sambil nunggu NUSA B. Transportasi menuju PPQ Al Mahir memang hanya dilewati oleh kendaraan tertentu, kalau naik NUSA B cuma sekali jalan, langsung sampai Colomadu. Tapi kalau naik bis kota Setia Rini harus turun Manahan kemudian ganti angkun 08.

Hm, menikmati hilir mudik kendaraan yang berlalu lalang. Terekam banyak hal aktivitas pagi segelintir orang. Mulai dari pelajar, tukang becak, pengemis, sampai pegawai kantoran. Aha…saatnya mengasah kepekaan jiwa. Sumber ide bikin cerita itu bisa berasal dari banyak hal. Bahkan dari peristiwa yang terjadi di sekeliling kita yang terkadang tidak kita sadari itu bisa jadi sumber inspirasi.

Alhamdulillah, sampai di pertigaan dekat SMK Penerbangan, aku sempatkan sarapan. Nyoto dulu. Sudah ketiga kalinya aku sarapan di warung ini sebelum ke “bhepomany”. Sesekali ngobrol dengan ibu pemilik warung. Menikmati soto sambil berinspirasi dan mengagumi nuansa pagi. Selesai sarapan, kembali aku lanjutkan perjalanan. Sampai depan SMK, ada seorang ibu bejilbab dan berseragam PNS dengan “sepeda motor tuanya” berhenti di dekatku. Kemudian beliau menawarkan tumpangannya. Subhanallah, aku gak bisa berkata apa-apa lagi selain ucapan terima kasih. Padahal sebelumnya aku sempat menolak karena jarak PPQ AL Mahir juga sudah dekat. Tapi dengan wajahnya yang tulus, ibu itu “sedikit memaksaku”, alasan beliau karena jalannya juga searah. Jadi sekalian saja. Aku pun “mbonceng” ibu itu…^^

Ingatanku pun melayang tepat seminggu yang lalu. Kejadiannya waktu aku pulang. Keluar gerbang PPQ Al Mahir, aku bertemu dengan seorang Ibu. Akupun berkenalan dengan beliau dan kita ngobrol sepanjang perjalanan. Ibu itu juga bertanya banyak hal tentang aktivitasku, asalku dari mana, kuliah dimana, dll. Beliau seorang dosen UMS, pemilik sebuah panti asuhan dan TKIT pluz SDIT. Asli Flores tapi sudah lama tinggal di Boyolali. Ibu tadi akan menjemput “anak asuhnya” yang sudah “mondok tahfidz” di Al Mahir. Ceritanya, ibu tadi menjemput sang anak yang nantinya akan diamanahi untuk menjadi guru di SDIT milik beliau. Ah, Subhanallah…

Di tengah jalan, ibu itu mendekati sebuah taxi yang sopirnya sedang berteduh di bawah pohon Muntingia calabura (talok_red) sambil baca koran. Beliau bilang ke aku, kalau tadi dari Boyolali juga naik taxi itu. Akhirnya, beliau mengajak aku naik taxi itu kemudian balik lagi ke arah Al Mahir untuk menjemput anak asuhnya tadi yang beliau tinggal karena masih melakukan “perpisahan” dengan rekan-rekannya. Ibu itu harus buru-buru ke UMS karena ada rapat. Yasudah, karena bertemu taxi yang tadi, beliau memutuskan untuk naik taxi saja. Singkat cerita, aku turun di depan UMS. Mencium tangan ibu itu dan mengucapkan terima kasih. Beliau juga memberikanku no.telp dan menyuruhku kapan-kapan silaturahim ke panti asuhannya. Insya Allah ya Bu…Pertemuan yang cukup singkat namun sangat membekas! 30’ obrolan luar biasa terjadi di dalam taxi. Terima kasih ya, Bu.

***
Selalu saja banyak peristiwa luar biasa, mengejutkan dan tak terduga tiap hari Selasa.

Betapa aku sangat menikmati “sebuah perjalanan”. Dan mulai Senin kemarin, hari ini, dan hari-hari berikutnya…aku akan menikmati masa-masa untuk pulang kerja tanpa dijemput dan tanpa teman menikmati makan malam. Sangat berbeda dengan waktu-waktu lalu saat Mas Dhody masih bekerja di Solo. Setiap hari dia menjemputku dan biasanya kita langsung wisata kuliner, yang nraktir gantian. Sekarang, lelaki kedua yang sangat mencintaiku itu memutuskan untuk fokus berwirausaha di Wonogiri. SUKSES ya BRO!!! Aku pasti akan merindukan saat-saat nunggu jemputanmu ‘n saat kita makan malam bareng, terutama di warung BEBEK BAKAR PRESTO di jalan Urip Soemohardjo.

***
Bismillah, semoga setiap perjalanan yang aku lalui senantiasa menempa diriku untuk menjadi pribadi yang mandiri, pantang mengeluh dan tahan banting. Karena sampai sekarang pun aku masih teguh memegang prinsip, selama aku masih bisa melakukan sesuatu sendiri, sesuai dengan kemampuan yang aku miliki, aku tak akan pernah merengek minta bantuan orang lain atau merepotkan orang lain.

Harapanku di tahun ini aku berani menaklukkan jalan raya lagi, ah…kecelakaan 16 Agustus 2006 silam masih terekam manis di memory otakku. Kejadian yang membuatku merasakan trauma untuk naik sepeda motor (lagi)…hehehe… Meskipun sempat “mubeng-mubeng” di kampus naik motor tapi keberanianku belum full 100%. Tapi gakpapa lah. Dalam segala keterbatasanku sebagai seorang manusia, Allah Swt telah memberikanku banyak hal. Termasuk anugerah kedua kaki yang membuatku senantiasa bersyukur, setiap langkah kaki yang semoga selalu menuju pada kebaikan. Selalu dalam rangka mencari ridho-Nya. Karena kelak kedua organ inipun akan menjadi saksi atas apa yang sudah aku perbuat selama ini.

***
Hidup itu berpikir, berjalan, dan menemukan…

Kemenangan hari ini adalah kelapangan hati untuk bisa menerima tantangan. Ya, hidup ini memang penuh dengan tantangan. Bukan perjuangan namanya jika tanpa ada aral yang melintang. Memang, tak selamanya hari berhias sinaran mentari. Adakalanya guntur dan petir pun menghiasi. Memang, liku perjuangan juga tak ayal akan menemukan batu sandungan. Tapi perjuangan ku tak kan luntur hanya karena kerikil kecil yang sempat melukai kaki dalam menapaki langkah perjuangan ini.

Aku telah, masih, dan akan terus tegak berdiri. Memang belum banyak yang mampu aku persembahkan untuk orang-orang di sekelilingku, orang-orang yang sangat aku cintai. Tapi inilah yang terbaik yang mampu aku lakukan. Dan aku akan terus berusaha mempersembahkan yang terbaik. Aku hanya ingin seperti matahari bagi bumi, yang memberikan cahaya tanpa mengenal kata berhenti…

[Keisya Avicenna, “MEMBENTANGKAN HARAPAN PADA JEJAK-JEJAK PERJALANAN”. 15 Maret 2011 @Zona NOstalgia RoMAntic : belajar nulis tanpa berhenti selama satu jam (11.00-12.00). Aku mulai dengan mengisahkan apa yang aku alami hari ini sekaligus mereview peristiwa beberapa waktu lalu. Bonus renungan untuk diriku sendiri yang semoga bisa menginspirasi orang lain…SEMANGAT!!!]

Monday, March 14, 2011

Saat Kang Tef dan Kang Arul Bersanding

Monday, March 14, 2011 0 Comments
FLP Jakarta in Action (Aisya => jilbab merah di barisan kedua dari belakang)

Ahad pagi yang indah. Alhamdulillah, kondisi tubuh sudah kembali stabil meski belum 100% setelah nge-drop hari Jumat. Awalnya, Aisya berencana tidak datang ke pertemuan FLP Jakarta kali ini. Mengingat semalam ia pulang larut karena menghadiri “Indonesia Nasheed Award” di Jakarta Islamic Book Fair. Jadi, rada capek dan mengantuk. Teringat akan beberapa pesanan teman-teman FLP Jakarta, Aisya putuskan untuk tetap datang. Pesanan itu antara lain:
-Novel “NIBIRU” buat Soson
-Novel “Bumi Cinta” dan “Galaksi Kinanthi” buat Mbak Ayu
-“Something” buat Mbak Ria
-Oleh-oleh dari Wonogiri dan Solo berupa kacang mete dan emping melinjo buat Kang Tef (pada khususnya) dan teman-teman FLP Jakarta (pada umumnya)
Walhasil, bawaan Aisya pagi itu superberat! Hmm… Sampai di halaman masjid At-Tauhid Arif Rahman Hakim UI Salemba, Aisya bersua dengan Yuda dan seorang temannya. Kami sempat kebingungan waktu mau masuk karena pintu gerbang untuk masuk ke masjid dikunci. Untungnya ada pak satpam yang baik hati memberitahu kami kalau harusnya kami lewat jalan samping. Ternyata di lantai dasar sedang digelar acara Walimatul ‘Ursy dengan nuansa dekorasi warna MERAH HATI. Pas banget dengan kostum yang Aisya kenakan. Sebelum masuk masjid, sempat bersua juga dengan Mbak Dina dan Mbak Iecha yang katanya mau beli minuman buat pembicara.
“Ada Kanjeng tuh di atas!” kata Mbak Iecha
Akhirnya, Aisya dan Yuda naik ke lantai 3.
“Eh, Merah!” kata Kang Arul waktu Aisya tiba-tiba duduk di sampingnya. Surprise juga karena ada beliau hari itu. Setelah sesaat duduk di dekat Kang Arul, Aisya pindah posisi duduk di dekat Mbak Era yang hari itu kayak jeruk (baca : pakai gamis dan jilbab warna oranye). Acara sudah dimulai. Kang Tef (Kang Taufan E. Prast, ketua FLP Jakarta) sudah unjuk gigi. Didampingi Mbak Rurie dan Ikal. Awalnya Aisya pengin nulis yang disampaikan Kang Tef, tapi kalah dengan deru kendaraan. Alhasil, hanya beberapa kata yang terdokumentasi. Itupun sepotong-sepotong.
Mbak Dina pindah duduk di samping Aisya. Tiba-tiba Mbak Dina mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Taraaaa!!! Bolpoin yang ‘sekujur tubuh’nya berwarna merah (kecuali tintanya yang berwarna hitam), akhirnya sah menjadi milik Aisya. Makasih ya Mbak Dina… Tahu aja sih kalau Aisya suka banget warna merah!
Beberapa saat kemudian, Kang Arul yang tadi ‘adem-ayem’ di belakang, berdiri dan melangkah ke depan. Gantian Kang Arul nih yang bagi-bagi motivasi. Oh ya, pada pertemuan kali ini mengangkat tema : “Penulis, Media, dan Dunia Penerbitan”. Aisya sempat menulis beberapa potong materi dari Kang Arul di buku diary merahnya ^^. Sosok di sampingnya juga serius menulis dengan gaya khasnya. Aisya mencoba meniru cara menulisnya malah ketawa sendiri. Ahh, bu dosen ini memang unik! Satu hal lagi, dia berujar bahwa hanya dirinyalah yang bisa membaca tulisannya sendiri. Walhasil, Aisya ‘copy-paste’ saja tulisan dari bu dosen (baca : Mbak Dina) yang diposting pagi ini di FB.
Berikut adalah resume materi yang disampaikan oleh kedua pemateri. Selamat menikmati...
Untuk menjadi penulis yang sukses diperlukan proses di dalamnya dan tidak simsalabim begitu mudahnya. Selain berdoa yang tak putus kepada Allah Swt juga diperlukan beberapa hal yang sebaiknya dikuasai oleh penulis. Usaha apa sajakah? Usaha tersebut adalah (calon) penulis sebaiknya mengetahui bagaimana cara menulis yang baik, memahami anatomi penulisan, mempunyai kemauan dan kemampuan menulis, mendisiplinkan diri dan meluangkan waktu untuk menulis (misalnya, sehari meluangkan waktu menulis selama 2-3 jam, sehari menulis tiga kali setelah atau sebelum makan, ataupun seminggu sekali menulis), serta memiliki komitmen yang kuat untuk menulis.
Di dalam menjalani proses tersebut, maka diperlukan niat yang lurus. Niat yang lurus itu juga diimbangi dengan wawasan keislaman (karena FLP Jakarta itu kaderisasi penulis Islam open minded yang tetap mengacu kepada etika-etika dan norma-norma keislaman berdasarkan Al Quran dan Hadits, -red). Nah, untuk mewujudkan niat tersebut, maka kudu dipikirkan matang-matang dengan akal budi pekerti luhur nan sehat, mau dibawa ke mana niat tersebut? Mau menjadi profesi penulis yang profesional ataukah menulis hanya sekadar hobi?

Jika ingin menjadi penulis yang menjadikan kegiatan menulis sebagai hobi, artinya menulis dilakukan sebagai kegiatan di waktu luang, maka tak perlu susah payah disiplin meluangkan waktu ataupun keukeuh menulis tiga kali dalam sehari sebelum atau sesudah makan. Lakukan aktivitas tersebut dengan diliputi keikhlasan dan bertujuan ibadah hanya kepada Allah Swt.
Namun, jika memutuskan ingin menjadi penulis sebagai profesi, maka syarat-syarat seperti komitmen serius menulis, sengaja meluangkan waktu menulis, mengetahui persyaratan apa saja yang harus dikuasai jika ingin tulisan dipubliksikan di media online maupun offline, memiliki pangsa pasar yang kuat, membuat tulisan yang berbeda dan unik dengan penulis-penulis sebelumnya, dan mengetahui kapan buku akan diterbitkan. Selain itu, penulis juga harus fokus dengan bidang yang akan ditulisnya apakah fiksi atau nonfiksi. Saat hendak menulis fiksi atau nonfiksi, penulis mengumpulkan data terlebih dahulu kemudian barulah dituliskan dan dipublikasikan. Adapun, data tersebut diperoleh melalui riset yang sesuai dengan yang diperlukan.
Lebih lanjut, para pemateri memberikan tips pula bagaimana membuat biodata yang baik kalau kita ingin mengirimkan naskah ke penerbit:
1.Susunlah biodata tersebut menjadi 3 paragraf. Paragraf pertama itu adalah identitas pribadi: prestasi- sebaiknya menyertakan prestasi menulis-; dan e-mail/blog yang aktif.
2. Alamat e-mail adalah alamat identitas pribadi penulis. Jadi buatlah e-mail penulis yang mudah diingat dan dikenang.
Beberapa tips ringan lainnya berkaitan dengan tema Penulis, Media, dan Dunia Penerbitan, yaitu:
1. Editor biasanya tidak membaca semua naskah yang dikirimkan kepadanya. Oleh karena itu buatlah tulisan yang menarik di awal paragraf serta buatlah naskah yang berbeda dan unik.
2. Jadilah penulis fiksi yang baik dengan mempelajari dan memperkuat unsur intrinsik karya sastra. Beberapa unsur intrinsik tersebut terdiri dari tokoh, tema, latar, amanat, dan alur (*kalau masih kurang, silakan tambahkan sendiri, red).
3. Novel yang berhasil adalah novel yang menarik pembaca untuk membuka dan membaca halaman selanjutnya.
4. Pergunakanlah FB untuk berteman dengan penulis terkenal kemudian seringlah berinteraksi dengannya, misalnya menaruh jempol atas postingan status, note, atau link serta memberikan komen yang positif mengenai hal tersebut. Hati-hati memberikan jempol. memberikan komen atas note/link/status upload si penulis tersebut. Artinya, jangan asal menaruh jempol atau beri komentar di sana. Baca kembali postingannya lalu jika ingin tetap eksis dan tetap dikenal ama si penulis, selama postingan tersebut emang positif silakan taruh jempolnya atau komennya.
5. Ikutan dan aktif di millist yang berkaitan dengan penulis, media, dan dunia penerbitan.
6. Jangan hanya mengandalkan naskah namun bangunlah jaringan sosial, misalnya ikut FLP Jakarta (red).
Hal-hal di atas adalah beberapa materi yang disampaikan oleh Kang Taufan dan Kang Arul pada pertemuan ketiga Pramuda Angkatan ke-15 FLP Jakarta. Adapun, pertemuan selanjutnya (pertemuan keempat) insya Allah akan dilaksanakan kembali Ahad, 27 Maret 2011, waktunya pukul 10.00-13.00 WIB, tempat di Mesjid At-Tauhid Arif Rahman Hakim. Informasi dan pematerinya akan disampaikan menyusul kemudian. Pada pertemuan keempat tersebut masih diberikan kesempatan pendaftaran peserta untuk FLP Jakarta Angkatan ke-15. Informasi dan pendaftaran, silakan hub. Info Center FLP Jakarta : 0815.13596928 - 021-93541351 - 021-80370701.
Setelah pertemuan keempat, akan dibagi kelasnya yaitu kelas nonfiksi dan fiksi. Nah, insya Allah, setelah pembagian kelas tersebut (pertemuan ke-5), segenap divisi humas dan dokumentasi tidak akan mempublikasikan materi yang diberikan di kelas tersebut. Oleh karena itu, bagi yang berminat, menjadi anggota FLP Jakarta, silakan datang dan mendaftar ke Mbak Yusi dan Mbak Astri pada ke pertemuan 2 minggu setelah Ahad, 13 Maret 2011.

Salam hangat dari kami.
FLP Jakarta
Wassalam

Hmm, begitulah reportase pertemuan ketiga angkatan 15 yang ditulis oleh Mbak Dinda dengan sedikit revisi dari saya. Semoga bermanfaat…

NB :
- Menjelang Dhuhur, sempat foto-foto menggunakan kamera Kang Arul dan setelah diupload Kang Arul, hasilnya kereeeeen banget!
- Sayang, Mbak Ria tidak datang... sehingga hanya "something" buat Mbak Ria yang belum tersampaikan...
- Maaf ya, kemarin pulang duluan dan hanya pamit secara langsung ke Mbak Era dan Mbak Astri plus SMS ke Kang Tef karena masih belum fit benar, jadinya juga nggak bisa ikut ke Jakarta Islamic Book Fair lagi...

Best regards
Aisya Avicenna