Jejak Karya

Jejak Karya

Thursday, December 19, 2013

Tips Menulis: Cara Menulis Dialog dalam Cerpen [Isa Alamsyah]

Thursday, December 19, 2013 0 Comments

Tips Menulis: Cara Menulis Dialog dalam Cerpen
Oleh: Isa Alamsyah

Berikut ini akan saya sampaikan cara penulisan dialog yang paling banyak dilanggar karena ketidaktahuan penulis pemula.
Diingat baik-baik ya

PERATURAN PERTAMA
Setiap dialog selalu masuk ke alinea baru
Kecuali dialog yang dipotong sedikit, lalu dilanjutkan

------"Mau kemana?" tanyaku. (alinea baru)
------"Mau tahu aja, itu urusanku," jawabnya. (alinea baru)
------"Tapi keselamatanmu juga urusanku," sanggahku sambil menangis, "jangan tinggalkan aku." (alinea baru - sambungannya tidak)

Perhatikan dialog (petik pertama) pada baris pertama dan kedua masuk alinea baru sekalipun halamannya masih muat. Petik keempat pada baris tiga tidak masuk alinea baru karena dialognya masih lanjutan dari petik sebelumnya hanya dijeda sedikit narasi.

PERATURAN KEDUA
Huruf pertama nempel (tanpa spasi) dengan kutip buka dan tanda baca/ huruf terakhir nempel dengan kutip tutup.
"Mau ke mana?" = benar
" Mau ke mana ?" = salah (ada spasi)

PERATURAN KETIGA
Huruf besar di awal dialog.
Kalimat di awal dialog sekalipun di awal petik dianggap sebagai awal kalimat jadi huruf besar.
"Mau ke mana?" = benar
"mau ke mana?" = salah (huruf pertama)

Kecuali kalau kalimatnya dijeda, maka kalimat pada petik berikutnya dianggap sebagai kalimat lanjutan jadi huruf kecil.

Contoh yang benar (jangannya huruf kecil)
"Tapi keselamatanmu juga urusanku," sanggahku sambil menangis, "jangan tinggalkan aku."

- kata jangan adalah lanjutan dari kalimat sebelumnya jadi huruf kecil saja.
karena kalau tidak dijeda kalimatnya:

"Tapi keselamatanmu juga urusanku, jangan tinggalkan aku," sanggahku sambil menangis.

Contoh yang salah (jangan-nya huruf kecil)
"Tapi keselamatanmu juga urusanku," sanggahku sambil menangis, "Jangan tinggalkan aku".
(sekalipun beberapa penerbit tetap melakukan ini tergantung kebijakan)

PERATURAN KEEMPAT
Titik, koma, tanda tanya tada seru, pada akhir kalimat ada di dalam petik bukan di luar petik dan menempel pada tanda petik penutup.

Akhir kalimat dalam petik yang diakhiri dengan titik atau koma, maka tanda baca tersebut ada di dalam petik menempel dengan petik terakhir bukan di luar petik

Contoh yang benar
"Tapi keselamatanmu juga urusanku," sanggahku sambil menangis, "jangan tinggalkan aku." (titiknya di dalam petik)
Contoh yang salah
"Tapi keselamatanmu juga urusanku," sanggahku sambil menangis, "jangan tinggalkan aku". (titiknya di luar petik)

PERATURAN KELIMA
Titik dipakai kalau dialog berhenti tanpa keterangan narasi
jika dengan narasi pakai koma.
"Tapi keselamatanmu juga urusanku," sanggahku sambil menangis, "Jangan tinggalkan aku." (pakai titik)
"Tapi keselamatanmu juga urusanku, jangan tinggalkan aku," sanggahku sambil menangis. (pakai koma)

PERATURAN KEENAM
Kalau diawali narasi sebelum dialog dikasih koma dulu menempel pada huruf terakhir kalimat narasi lalu spasi lalu petik buka
Aku bertanya padanya, "Kamu mau ke mana?"

Ok segitu dulu, semoga bermanfaat kalau ada kesalahan mohon dikoreksi.

[Jejak BJ] : JILBABKU UNTUK INDONESIAKU (Meyda Safira dan Bunda Darosy)

Thursday, December 19, 2013 0 Comments

JILBABKU UNTUK INDONESIAKU

Sabtu, 14 September 2013.

Bertempat di Fakultas Kedokteran UNDIP, diselenggarakan event IHSD yang menghadirkan artis muslimah Meyda Safiradan Bunda Darosy Endah. Keikutsertaanku dalam acara ini, bermula saat aku melihat banner super gedhe yang dipajang di depan Masjid Kampus UNDIP. Mas Sis bilang, “Dik, keren tuh acaranya! Bisa nitip stand Beauty Jannaty juga ada Bunda Darosy, lho! Beliau itu ibu dari Ilham Bersaudara.”

Dengan polosnya, aku bertanya, “Siapa tuh Ilham Bersaudara?” Mas Sis menjelaskan kalau Ilham itu dulu finalis Pildacil (aku baru ngeh dan baru inget, kalau aku dulu ngefans dengan sosok Ilham saat ajang Pildacil). Setelah ngontak panitia dan berkoordinasi akhirnya Beauty Jannaty bisa terdisplay dengan sangat cantik pada event tersebut.

Sabtu pagi, aku dan Mas Sis ke FK dulu pasang standing banner dan nitip buku BJ dan TSOS. Lanjut Mas Sis nganter aku buat ngajat ekstakurikuler jurnalistik di SDIT Bina Insani. Jam 10.00 setelah ekstra selesai, aku bergegas ke FK untuk mengikuti acara tersebut. Alhamdulillah, acara baru saja dimulai.

Sesi pertama diisi oleh Meyda Safira. Sosok muslimah yang cantik dengan segudang potensi dan prestasi. Meyda berpesan, ridho orang tua = ridho Allah. Meyda juga bercerita keikutsertaannya dalam casting film KCB. Banyak ‘hal ajaib’ yang itu semua adalah skenario terindah dari Allah SWT. Banyak kasus terjadi di lokasi syuting terkait interaksi dengan lawan jenis, tapi Meyda berusaha untuk menjaga dirinya. Salah satu contohnya, tidak mau bersalaman dengan laki-laki yang bukan muhrimnya. “Kalau kita punya prinsip yang baik, Insya Allah lingkungan yang sulit pun lama-kelamaan akan mendukung…” kata Meyda menjelaskan.

Terkait keistiqomahan dalam menjaga hijab, Meyda Safira membagi tipsnya. Cekidot!
1.   Niat yang kuat karena Allah.
2.   Belajar dengan lingkungan yang mendukung.
3. Rangkullah teman-teman yang baru saja berhijab. Dengan begitu, bisa saling menguatkan.
4.   Cari lingkungan yang kondusif.
(aku menangkap kalimat yang keren, “kalau ada liqo’-liqo’ gitu, ikut…”)
5.   Semangat untuk tholabul ‘ilmy.

Sesi kedua disampaikan oleh Bunda Darosy Endah. Sungguh, aku langsung terpikat dengan gaya public speaking-nya yang langsung menyedot 100% perhatian dan konsentrasiku. Aku amati gerak-gerik dan segala tutur kata beliau. Wow bangeeet! Apalagi saat membaca puisi dan Bunda sempat mengajak peserta melantunkan penggalan lagu “Jangan Menyerah” nya The Massiv. Bener-bener bikin gue terpana!

Bunda Darosy menyampaikan bahasan “JILBAB IS MY LIFE STYLE”
Berjilbab merupakan perintah Allah dan dasarnya sudah jelas-jelas tercantum di dalam kitab suci Al-Qur’an (QS. An-Nuur : 31 dan QS. Al-Ahzab : 59). Aktivitas apapun kalau dasarnya perintah, pasti akan ada godaan maupun ujian tetapi Allah tidak akan ingkar dengan janji-Nya. Allah SWT pasti akan memberi kemudahan-kemudahan, asalkan kita berlapang dada untuk menikmati proses dengan terus-menerus, sungguh-sungguh, dan menyempurnakan.

Hidup itu terbagi dua :
1.   Harapan (pada akhirat)
2.   Takut (merasa diawasi Allah)
Segala aktivitas kita orientasinya harus ridho Ilahi dan bukan ridho diri.
Menurut manusia baik, belum tentu menurut Allah juga baik. Ah, semua kalimat yang disampaikan Bunda Darosy berbobot dan mak jleb semuaaa…

Bunda Darosy sempat bercerita. Kalau beberapa waktu lalu, beliau jatuh dari tangga lantai dua di Fakultas Psikologi UNDIP (beliau dosen psikologi). Cerita sebelumnya, Bunda menerima hibah penelitian bersama temannya dan Bunda bilang ke temannya tersebut kalau beberapa waktu ke depan akan fokus untuk penelitian dan mengurangi waktunya berdakwah (ceramah). Saat Bunda mau pulang ke rumah, sambil menenteng tas laptop, saat jalan menuruni tangga ke lantai satu, tiba-tiba dari arah bawah, para mahasiswa baru berlari dengan cepat ke lantai dua. Mereka masih menjalani OSPEK dan waktu itu disuruh berganti pakaian batik oleh para seniornya dalam batas waktu tertentu. Bunda tertabrak dan jatuh. Kaki Bunda keseleo. Seketika, Bunda langsung evaluasi diri. Ya, dakwah itu tidak mengenal kata “istirahat”. Karena justru amanah berdakwah itulah yang menjaga diri kita. Tips dari Bunda : DUITS : Doa-Usaha-Ikhlas-Tawakkal-Syukur.

Oh ya, Bunda juga menayangkan video perjalanan dakwah Bunda bersama Ilham Bersaudara. Aaargh, gue kagak kedeeep! Dalam hati berdoa, “aku ingin mendidik anak-anak hingga kelak bisa seperti mereka.” Aamiin…

Karena ibu itu pendidik pertama dan utama. Bunda telah melahirkan empat orang permata yang sangat istimewa (Ilham, Taufiq, Fira, dan Kintan). Nah, agar anak-anak tumbuh dengan prestasi kokoh (yang penuh dengan harapan akhirat), Bunda selalu membiasakan “mengawali kehidupan dengan menghidupkan Al-Qur’an” sejak mereka kecil dan melakukan komunikasi dua arah. Bunda justru menciptakan anak-anak yang kritis dan bukan anak yang penurut. Catat ya, KRITIS!

Kata Bunda, dapat tips dari Ilham nih, PACARAN! (lho, pacaran kan nggak boleh?) tapi ini beda!
PACARAN = [P]elajari [A]l-Qur’an [C]intai [A]llah dan [R]asul-Nya, [A]mar Ma’ruf [N]ahi Munkar. Hehe, Ilham ada-ada saja!

Selanjutnya, ada sesi tanya jawab. Aku sempat mengajukan pertanyaan kepada Meyda dan Bunda. Setelah itu, ada sesi foto bersama. Aku bergegas keluar, mengambil dua buku Beauty Jannaty, coret-coret pesan dan tanda tangan lanjut maju ikutan foto. Setelah foto, saat bersalaman. Aku sampaikan ke Meyda dan Bunda, kalau Beauty Jannaty adalah karya terbaruku dan bilang, “semoga bermanfaat”. Bunda malah menarik tanganku, kemudian berkata, “Setelah selesai acara, ketemu Bunda dulu ya, Dik!” Meyda tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Hihi. So sweet moment…

Saat kedua pembicara ke ruang transit, aku turut serta. Kesampaian deh ngobrol lebih dekat dengan Meyda Safira dan Bunda Darosy. Ngomong-ngomong soal Meyda, aku jadi teringat dengan karya korti Bio’06 (Sutikno) “Ketika Bio’06 Bertasbih”. Aku berperan sebagai sosok Husna Ambarwati. Tahu, kan? Peran Husna dibawakan oleh Meyda. Sosok muslimah sekaligus penulis buku best seller. Dan hari itu aku bertemu langsung. Husna Ambarwati bertemu Husna asli. Hihi. Meyda cerita kalau dia juga tengah merampungkan satu naskah buku yang Desember 2013 nanti launching (Hujan Safir, judulnya).

Dari pertemuan dengan Bunda Darosy, ada satu amanah yang tiba-tiba tersandang di pundakku. Aku harus membantu beliau nulis. Wow, amanah yang nggak main-main. Beliau sempat bilang kalau sudah banyak (ada sekitar 10-an) orang yang mengajak Bunda untuk membagi kisah perjuangan hidupnya (hingga putra-putrinya dua kali memecahkan Rekor MURI dan 5x diundang dalam acara kepresidenan RI), tapi orang-orang itu (ada penulis, wartawan, mahasiswa, dll) hanya semangat di awal saja, tidak pernah ada kelanjutannya. Hmm, bismillah… semoga bisa menjadi ladang dakwah.

***
September 2013-Desember 2013
Alhamdulillah, dari aksi spontanitasku memberikan hadiah BEAUTY JANNATY kepada Bunda Darosy, atas izin Allah, 22 Desember 2013 ini lahirlah sebuah buku yang ditulis dengan penuh cinta : CAHAYA CINTA IBUNDA.Dan sudah ada beberapa jadwal di beberapa kota untuk membedah buku ini.

Subhanallah, sungguh luar biasa skenario Allah SWT. Semuanya telah tertulis dengan sangat rapi dan indah di Lauh Mahfuz. Semoga lahirnya CCI bisa memberikan pencerahan dan kebarokahan buat semua. Dengan semangat : “DARI KELUARGA, DENGAN CINTA, UNTUK INDONESIA” Allahu Akbar!!!

[Keisya Avicenna, 16 Safar 1434 H]


 KCB (asli)

 KCB (aspal) hehe...

 Bersama Meyda Safira, ibunya Meyda, Bunda Darosy Endah, dan panitia UNDIP

 Cahaya Cinta Ibunda (CCI)

Wednesday, December 18, 2013

CATATAN LANGKAH KEMBARA HIKMAH

Wednesday, December 18, 2013 0 Comments


CATATAN LANGKAH KEMBARA HIKMAH
Oleh: Keisya Avicenna

Jika tiap impian hanya dipertemukan getah pahit dirasa
Bila tiap kerinduan hanya dihadapkan pada racun kemunafikan yang penuh dusta
Maka, hadapkan diri pada langit yang pintunya selalu terbuka.
Mengadu di dalam butir-butir pengakuan dan berharap hanya pada-Nya
agar lepas segala kegelisahan dan dipertemukan dengan ketenangan…
 
Ya Rabb, jadikan penerimaan qadar-Mu lebih indah selaksa daun-daun zaitun
Berhiaskan embun yang dipancari sang fajar di pagi hari
Jadikan episode ini lebih indah…
Lebih baik dari pagi yang tersusun cahaya yang ditemani kilapan senyuman
***
Menjelang penghujung akhir tahun 2011, sebentar lagi kita akan membuka gerbang kehidupan di tahun baru 2012. Sudah seharusnya kita melakukan evaluasi atas pencapaian maupun cita-cita yang belum tercapai. Dan detik ini aku ingin menciptakan “terminal” dalam diriku, ‘pemberhentian sejenak’, untuk sejenak merenung, memahami, dan belajar memaknai lebih dalam. Menengok masa lalu untuk kemudian membuat sebuah resolusi yang harus aku ikhtiarkan maksimal untuk menjejak nyata di tahun mendatang. Ada lima resolusi terbesar di tahun 2012 yang akan aku uraikan dalam untaian aksara yang tengah menemaniku bermetamorfosa kali ini. Aksara-aksara yang menemaniku membuat notulensi akhir tahun yang kelak menjadi blue print kehidupanku di tahun 2012.
Sebagai insan ciptaan Allah Swt, kita harus selalu menatap harapan terbaik di masa depan. Ya, karena hidup ini hanya terdiri dari tiga bagian: masa lalu, masa kini dan masa depan. Masa lalu adalah pelajaran terbaik, masa kini adalah prestasi terbaik dan masa depan adalah cita-cita terbaik. Jika kita selalu mengisi hati kita dengan penyesalan untuk masa lalu dan kekhawatiran untuk masa depan, kita tidak memiliki hari ini untuk kita syukuri. Tetaplah bersyukur dan bersyukur, walau mungkin kita melihat sebongkah cahaya kecil di atas bukit kegelapan. Sesungguhnya Allah Swt mengabulkan doa-doa dalam prasangka hamba-Nya. Kata-kata syukur selalu didahului oleh sabar. Sabar itu lebih mudah dilakukan. Banyak orang yang berhasil sabar dalam kedukaan, namun amat sulit untuk menemukan orang yang mampu mensyukuri nikmat Allah dalam kesempitan yang ia alami.
Inilah resolusi pertama dan merupakan resolusi terbesarku di tahun 2012…
 “Ya Rabb, jika masih ada sedikit kebaikan dariku dan Kau menganggapku telah pantas, datangkanlah seseorang yang akan menjadi partnerku mengarungi hidup ini. Datangkanlah dengan cara yang bersih, sederhana. Jika dia jauh, maka dekatkanlah. Jika dia telah dekat, maka sampaikanlah waktunya. Ya Rabbi… Engkau Mahatahu apa yang tepat dan terbaik untukku, untuk dunia dan akhiratku.”
 Sebuah doa yang akhir-akhir ini sering aku panjatkan. Doa yang tak pernah henti membasahi lisan ini. Usiaku sekarang sudah genap 24 tahun. Berdasarkan apa yang pernah aku tuliskan dalam “life mapping”, aku berencana menikah di usia 24 tahun dan menikah merupakan salah satu impian terbesarku di tahun 2012. Ya, menikah adalah resolusi terbesarku di tahun 2012. Bismillah, senantiasa aku meluruskan niat. Menikah itu ibadah dan menikah adalah separuh dien, salah satu hal yang merupakan sunah Rasulullah Saw. Akhirnya, aku pun mulai menyusun dan menuliskan kriteria-kriteria sosok “lelaki idaman” yang aku damba kelak untuk menjadi seorang imamku, selama-lamanya. Seorang suami sekaligus ayah dari anak-anakku kelak
Selain menetapkan kriteria, aku pun menyusun visi dan misi yang akan aku bangun dalam universitas kehidupan bernama: pernikahan. Aku mempunyai misi pernikahan yaitu mewujudkan pernikahan sebagai penyempurna agama yang bukan sekedar untuk mencari bahagia, tapi menuai keberkahan di dunia dan akhirat, bersama menuju surga-Nya.” Untuk merealisasikan misi itu akupun menetapkan ”AMANAH” sebagai visi pernikahanku. Aku ingin membentuk keluarga yang AMANAH karena semua yang terjadi dalam hidup kita, sekecil apapun yang kita lakukan, semuanya pasti akan dimintai pertanggungjawaban. AMANAH ini ada uraiannya:
[A]  :  Al Qur’an dan Al Hadits sebagai pedoman utama
[M] : Mengorientasikan semua aktivitas untuk mencari ridho Allah SWT, dilakukan sesuai tuntunan Rasulullah SAW
[A] : Aktualisasi diri dan perbaikan diri secara kolektif dalam rangka membentuk dan membangun keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah, dakwah serta amanah
[N] : Nikah = kesempatan menjadi lebih baik dari hari ke hari, menjadikan ‘pernikahan’ sebagai medan jihad, medan ber-fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan), dan medan bersyukur.
[A] : A Miraculous Journey (Pernikahan adalah penyatuan kedua jalan yang berbeda, kemudian berjalan bersama dalam satu jalan yang baru, jalan yang lebih lebar, sebuah perjalanan penuh hikmah, ‘perjalanan yang ajaib’)
[H] : Hidup dalam suatu rumah tangga yang menjadi surga serta sebagai ‘markas dakwah’.

Sampai detik ini aku senantiasa yakin bahwa bersabar akan penantian pasti membuahkan hasil yang istimewa. Dan sungguh benar janji Allah Swt, "Wanita yang keji untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji untuk wanita yang keji pula, sedangkan wanita yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik juga diperuntukkan bagi wanita yang baik…” (QS. An-Nur: 26).
Satu hal terpenting yang terus-menerus aku upayakan sampai sekarang adalah evaluasi diri dan mencoba lebih mengenal diri sendiri. Aku teringat nasihat Ustadz Anis Matta, Lc: “Pemahaman diri yang benar tentang diri sendiri akan melahirkan penerimaan diri yang baik. Membuat kita menerima diri secara apa adanya. Tidak menganggap diri kita melebihi kapasitasnya atau kurang dari kapasitasnya. Kalau kita mampu menerima diri kita dengan baik, setelah menikah pada umumnya kita juga mampu menerima pasangan kita dengan baik.”Nah, nasihat ini selalu menjadi pelecut semangatku untuk lebih memahami diri sendiri sebagai langkah awal untuk terus memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas diri karena “dia” akan datang sesuai kondisi iman di hati.
Jika ada sisa harapan dalam hidupku di jalan-Nya, aku berharap segera usai penantianku akan anugerah separuh dien-Nya. Menikah dengan lelaki pilihan-Nya di tahun 2012 ini. Lelaki yang AMANAH, yang benar-benar terpilih TEPAT dan TERBAIK untuk menemani hidupku selamanya (dunia dan akhirat) dan mempunyai keluarga yang sakinah, mawwadah, warohmah, dakwah, dan amanah. “Bersinergi untuk sebuah kemaslahatan…”
Ya Rabbi, jiwaku takkan lelah menghitung lembaran yang telah terlewati, hati takkan risau, jua tak ingin berkeluh. Semoga “dia” (yang tengah Engkau persiapkan) adalah sosok yang TEPAT dan TERBAIK untukku, untuk dunia dan akhiratku. Aamiin.
***
Resolusi terbesar kedua, aku ingin lebih fokus menghafalkan dan mempelajari Al Qur’an. Ibnu Umar berkata, Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya perumpamaan orang yang menghafal Al Qur'an itu bagaikan pemilik onta yang diikat, jika dirawat dengan cermat, maka tetap dapat dipertahankannya (dimilikinya) dan bila dilepas maka akan hilang” [H.R. Bukhari dan Muslim]. Abu Musa r.a. berkata: Rasulullah Saw. bersabda: “Telatenilah mempelajari Al Qur'an, demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, Al Qur'an itu lebih cepat larinya daripada onta yang lepas dari tali ikatnya” [H.R. Bukhari dan Muslim]. Subhanallah! Insya Allah, aku bertekad akan semakin mencintai ayat-ayat Cinta-Mu, Ya Rabb…
Resolusi terbesar ketiga, aku ingin mempersiapkan diri dan keluarga untuk umroh dan naik haji. Hal ini menjadi salah satu motivasi terbesar agar aku bisa menjadi anak yang senantiasa berbakti dan mampu mewujudkan impian Babe, Ibuk, Mas Dhody, dan Mbak Thicko. Sebuah ikhtiar yang senantiasa aku perjuangkan dengan sungguh-sungguh agar aku bisa membalas segala jerih payah, perjuangan, dan pengorbanan orang-orang yang sangat ikhlas mencintaiku.
Resolusi terbesar keempat, aku ingin menjadi penulis produktif yang senantiasa mengikhtiarkan BEST SELLER untuk setiap karya-karyanya. Kenapa harus BEST SELLER? Karena ketika karya kita luar biasa, ketika karya kita istimewa akan banyak orang yang membelinya, membaginya kepada banyak orang pula, dan itu terjadi secara berkesinambungan. Otomatis, Insya Allah tabungan pahala akan semakin banyak.
Resolusi terbesar kelima, aku ingin mengikuti jejak Bunda Khadijah. Aku ingin belajar menjadi seorang pengusaha muslimah. Saat ini aku tengah merintis usaha crafting (kerajinan tangan) bersama teman-temanku. Semoga di tahun 2012 nanti, kami lebih bisa mengembangkan usaha tersebut serta menjadi muslimah yang mandiri dan kreatif.
Ya Allah, aku tahu Engkau sedang merancang skenario terbaik untukku. Maka satu saja pintaku, kuatkanlah aku apapun skenario-Mu untukku. Akupun belajar percaya bahwa semua hal dalam hidup ini ada dalam aturan-Nya. Musim kehidupan inipun berjalan sesuai dengan sunatullah dan sama sekali tidak dapat diprediksi. Ketika kita berupaya untuk selalu bersyukur atas setiap musim yang kita alami, Insya Allah akan membuat kehidupan ini menjadi lebih bermakna. Allah Swt yang lebih mengetahui sesuatu itu baik atau buruk.
Adasetiap waktu untuk setiap tujuan yang telah Allah Swt tetapkan bagi makhluk-Nya. Masing-masing ‘musim’ yang diberikan-Nya kepada makhluk-Nya memiliki keberkahan tersendiri. Mereka akan tetap datang kepada kita tanpa peduli apakah kita menginginkan musim itu atau tidak. Setiap musim selalu Allah Swt ciptakan pada waktu yang tepat. Dan Allah Swt akan membuat segala sesuatunya indah TEPAT pada waktu dan kondisi TERBAIK yang telah ditentukan-Nya. Adapun yang patut kita lakukan hanyalah bersyukur dalam segala kelapangan dan kesempitan.
Ya Rabb, inilah langkah kembaraku dengan motivasi tertinggi merengkuh keridhoan-Mu… Berikanlah hamba kemudahan. Aamiin Ya Rabbal’alamiin…

Solo,  di penghujung Desember 2011
Keisya Avicenna


Tuesday, December 17, 2013

Seri Baiti Jannati 1 : Catatan Cinta Ibunda

Tuesday, December 17, 2013

Endorsment

Rasa gelisah waktu menunggu jodoh. Rasa mual waktu hamil muda. Rasa sakit waktu melahirkan. Rasa letih waktu mengasuh. Rasa sedih waktu berdoa di sepertiga malam... Semuanya terobati ketika anak-anak menjadi penyejuk mata ibunda. Selamat membaca buku "Cahaya Cinta Ibunda" yang menjadi buku pertama dari seri Baiti Jannati. Alhamdulillah, bagus sekali...
[Teh Ninih Gymnastiar, penulis buku best seller 'Menata Spiritual Muslimah']

Wednesday, December 11, 2013

11-12-13, 14:15

Wednesday, December 11, 2013
Waktu terus berjalan.. tak ada yang bisa menahan...
bilangan usia makin bertambah.. seiring pula membuncah amanah..
biduk rumah tangga yang tengah kita bina.. semoga semakin samara dalam ridhaNya..
terus semangat mewujudkan mimpi bersama...
saling menopang dalam suka dan duka...

Dinda semakin mencintai kanda karenaNya...



#SMS ROMANTIS
(11-12-13, jam 14:15)