Jejak Karya

Jejak Karya
Showing posts with label motivasi. Show all posts
Showing posts with label motivasi. Show all posts

Thursday, October 01, 2020

BELAJAR OTODIDAK MENJADI GURU

Thursday, October 01, 2020 0 Comments

 



“Mbak Norma, aku les lagi ya sama Mbak Norma,” kata Randi (6 SD) via telepon.

 

Randi, murid les mapel saya sejak dia kelas 3 SD. Pertemuan dengannya bermula tatkala saya ngontrak rumah di Jalan Damar Barat III. Jalan itu berhadapan dengan sebuah sekolah negeri tempat Randi belajar.

 

Siang itu, Randi diantar ibunya ke rumah saya. Ibunya cerita kalau Randi cukup tertinggal dengan teman-temannya. Nilainya di bawah rata-rata dan ibunya sering memberi label kalau Randi anak ‘nakal’ dan cukup susah diatur. Di rumah, dia tidak pernah belajar. Dia mau belajar kalau ditungguin kakaknya yang tentara. Tapi, kondisinya kan tidak memungkinkan. Kakaknya sekarang harus dinas di Solo. Randi dengan kakaknya memang selisih cukup jauh usianya, sekitar 10 tahun.

 

Singkat cerita, Randi akhirnya les privat dengan saya sepekan 3x. Butuh perjuangan untuk membersamainya belajar. Setidaknya saya punya bekal pernah menjadi tentor pengajar SD di Ganesha Operation (Solo-Wonogiri-Bogor-Semarang) selama kurang lebih 3 tahun.

 

Setelah 2 tahun tinggal di Damar, kami pindah kontrakan di daerah Jati. Randi pun bertekad tetap les ke rumah saya (DNA) meskipun harus naik angkot pulang pergi. Masya Allah. Semangat anak ini memang luar biasa. Alhamdulillah, prestasi akademiknya di sekolah juga meningkat tajam sampai kemudian dia lulus SD dan diterima di sebuah SMP pilihannya.

 

Dan yang terpenting, kala itu Randi tidak hanya belajar akademik saja. Tapi, saya tekankan padanya untuk selalu belajar menjadi anak yang baik dan salih. Terbukti, ketika bapaknya (yang kadang menjemput Randi ketika les) bilang kalau Randi suka membantu orang tuanya di rumah, mau belajar sendiri tanpa disuruh, juga mulai rajin salat. Alhamdulillah. Saya berpesan padanya, jika nanti tidak les lagi di DNA untuk benar-benar jaga sikap dan pergaulan karena memasuki dunia remaja itu banyak sekali tantangan dan godaannya.

 

Randi (paling kiri) saat les di DNA bersama teman-temannya.

Semoga Allah selalu menjagamu, Randi. Semoga kamu tumbuh jadi anak salih kebanggaan bapak-ibuk. Semoga Allah mudahkan langkahmu untuk mewujudkan impian dan cita-citamu di masa depan nanti.

[*]

 

Saya Bangga Menjadi Guru

Guru…

Tidak pernah terlintas dalam benak saya untuk terjun dalam profesi ini. Namun, saya bangga menjadi guru. Profesi menjadi seorang guru adalah profesi yang ‘menantang’. Meskipun ada sebagian orang yang beropini berprofesi menjadi seorang guru adalah suatu pekerjaan yang enteng. Karena sekilas, tugasnya hanya mengajar dan mengajar. Akan tetapi, sejatinya seorang guru tidaklah hanya bertugas mengajar di dalam kelas.

 

Seorang guru juga dituntut untuk bisa memberi contoh kepada murid-muridnya, tanpa harus melihat siapa dan di mana ia berada. Untuk itu, tidak keliru jika ada pepatah yang mengatakan: “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Dalam artian, sebagai seorang guru harus senantiasa memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu sebelum memperbaiki orang lain (baca: anak didik).

 

Betapa pentingnya keteladanan seorang guru. Saya bangga menjadi seorang guru karena saya bisa terus memotivasi diri sendiri untuk melakukan perbaikan diri secara kontinyu. Bagaimana kita mengajarkan kebaikan kalau diri kita sendiri belum baik? Bagaimana kita mentransfer ilmu kalau otak kita miskin ilmu karena malas untuk belajar?

 

Jika seorang guru sudah memberi contoh yang baik, maka dengan sendirinya seorang murid akan malu untuk tidak mencontohnya. Hal inilah yang membuat kharismatik seorang guru akan tumbuh dengan sendirinya tanpa harus diminta. Karena hubungan emosional antara guru dan murid sangat berpengaruh atas pembentukan karakter anak didik.

 

Permasalahan yang muncul di negeri ini terutama dalam ranah pendidikan, bangsa ini memang sedang dilanda degradasi moral. Bangsa ini butuh dan kekurangan figur teladan yang baik. Jarang kita menemukan seorang figur yang bisa menginspirasi bawahannya (baca: muridnya) untuk memiliki kesadaran hidup menuju ke arah yang lebih baik. Jadi, bisa ditarik kesimpulan bahwa guru yang baik adalah mereka yang bisa mengajar para muridnya menuju perubahan tingkah laku yang lebih baik.

 

Guru dan Bukan Guru

Di dunia ini hanya ada 2 profesi, yaitu guru dan bukan guru. Kita boleh kagum pada seorang dokter ahli yang mampu menyembuhkan penyakit yang kritis, juga sangat kagum kepada yang merancang sebuah jembatan panjang dengan tingkat kesulitan tinggi. Pertanyaannya, kehebatan orang-orang tersebut apakah terlepas dari peranan seorang guru? Banyak cerita tentang keberhasilan seorang anak akibat guru yang hebat, namun banyak cerita juga tentang kegagalan karena guru salah didik. Kegagalan Albert Einstein, Thomas Alfa Edison, Stephen Hawking dan sebagainya di sekolah, dia bayar melalui belajar sendiri, dia menjadikan alam dan ilmu sebagai gurunya.

 

Pentingkah seorang guru? Penting! Tapi guru yang mana? Yang jelas tidak ada tempat bagi guru yang “kecelakaan”, yaitu guru yang hanya manjadi guru sekadar mendapatkan pekerjaan. Namun, seorang guru profesional adalah guru dengan panggilan nurani, panggilan jiwa.

 

Mungkin pada awalnya tidak sengaja jadi guru, namun jika yang bersangkutan dengan cepat menyadari akan pentingnya peran dia sebagai guru, lalu ia bangun paradigmanya, dan dengan nurani ia melangkahkan kaki ke hadapan anak-anak didiknya. Inilah guru yang dicari, ditunggu, dipuja, dan disayang sepanjang masa. Hal inilah yang terus memotivasi saya ketika memilih “jalan” dan profesi ini.

 

Belajar Otodidak Menjadi Seorang Guru

Bassic keilmuan saya adalah scientist. MIPA murni, dan bukan dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Tapi profesi menjadi seorang pengajar menjadi salah satu impian dan cita-cita saya pasca kampus. Bismillah, akhirnya saya memutuskan dan mengambil pilihan untuk mengajar di bimbingan belajar. Seperti terhipnotis oleh sebuah kalimat motivatif: 

“Menjadi Guru atau Tidak Sama Sekali”. Hehe...

 

“Menjadi guru adalah pilihan yang berani. Berani jadi guru, harus berani pula menjalani segala konskuensinya. Apabila mampu menjalaninya secara konsisten, jalan ke surga akan menunggu, jika tidak, bahaya menghadang!”

 

Kalimat ini bukan untuk menakut-nakuti, melainkan untuk mengangkat kembali pamor guru yang mulai memudar. Dan kalimat itulah yang mampu memotivasi saya untuk memantabkan hati di profesi ini.  

 

Menurut pendapat saya, modal utama jadi guru adalah “nurani”, bukan “akademiknya”. Maka siapapun itu, apapun latar belakang pendidikannya, jika tidak memiliki nurani sebagai pendidik, mohon maaf, tidak ada toleransi.

 

Pertanyaannya, “apakah latar belakang pendidikan mempengaruhi hal ini?”. Jawabannya bisa “Ya”, bisa “Tidak”. Maybe YES, Maybe NO! Artinya, latar belakang pendidikan tidaklah terlalu penting, apalagi dalam sebuah sistem pendidikan yang “tidak terarah” seperti yang kita alami saat ini.

 

Apakah hanya orang-orang yang berlatar belakang pendidikan dari Ilmu Kependidikan dan Keguruan saja yang boleh jadi guru? Idealnya memang begitu, tapi tunggu dulu! Pada dasarnya setiap manusia ditakdirkan menjadi guru bagi generasi penerusnya. Namun banyak di antara kita yang tidak menyadari hal ini, bahkan yang sudah memilih profesi jadi guru pun banyak yang tidak menyadari hal ini, sehingga dia menyia-nyiakan kesempatan berharga dalam hidupnya.

 

Jika sistem dan proses pendidikan dari awal berjalan sesuai dengan kaidahnya, yaitu membantu anak untuk menemukan potensi dirinya sedini mungkin, lalu mereka dibekali dengan sikap “belajar bagaimana belajar”, sehingga belajar menjadi bagian dari hidupnya dan pada akhirnya tidak “menyesatkan” orang dari fitrahnya, maka mereka yang memilih “GURU” sebagai PROFESI adalah orang-orang yang tepat. Bukan kecelakaan atau kebetulan jadi guru. Memilih jadi guru karena memang telah dipersiapkan oleh Allah SWT sebelum ruh ditiupkan dalam rahim.

 

Orang Tua sebagai Guru Pertama

Pembelajaran daring selama pandemi Corona ini “mewajibkan” setiap orang tua yang sudah memiliki anak usia sekolah (dari TK hingga kuliah) untuk berperan ganda sebagai guru anak-anak ketika di rumah. Kalau untuk anak yang usia SMP-SMA atau kuliah sudah bisa lebih mandiri. Namun, untuk anak-anak yang usia TK dan SD, peran orang tua masih sangat signifikan. Karena itu, perlu merefleksi diri kembali karena sejatinya orang tualah guru pertama anak-anak di lingkungan keluarga

 

Salah satu cara untuk mensyukuri kondisi sekarang yang mewajibkan kita menjadi “guru” adalah  “konsisten” pada amanah sebagai pendidik. Tujuan kita mendidik anak adalah agar anak-anak tumbuh menjadi manusia yang cerdas, berilmu pengetahuan, dan berakhlak mulia. Ukuran keberhasilan mendidik adalah terjadinya perubahan perilaku anak dari tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa, dan tidak terbiasa menjadi terbiasa, sesuai dengan apa yang kita inginkan bersama.

 

Menjadi Guru Teladan

Sosok Nabi Muhammad kiranya bisa dijadikan contoh bagaimana agar kita menjadi guru panutan (teladan). Nabi Muhammad merupakan sosok yang digugu dan ditiru. Nabi Muhammad bisa menjadi sumber inspirasi dan teladan bagi para sahabat-sahabatnya. Bahkan sampai kini pun Nabi Muhammad merupakan panutan yang belum ada tandingannya. Maka kepada beliaulah kita harus meneladani. Dengan demikian, kita bisa menjadi guru teladan bagi anak didik kita seperti halnya Nabi Muhammad menjadi teladan bagi sahabat-sahabatnya serta umatnya.

 

Ada beberapa tips yang ingin saya bagikan untuk menjadi guru teladan:

 

❤Memiliki karakter yang kuat sebagai seorang pendidik. Bisa ditinjau dari 4 aspek: komitmen, kompeten, kerja keras, dan konsisten dalam mengemban amanah serta mampu memberikan keteladanan dari aspek: kesederhanaan, kedekatan, dan pelayanan maksimal.

 

❤ Cerdas: intelektual, emosional, dan spiritual.

 

❤Bekerja keras dengan penuh pengabdian. Menjadi guru teladan itu butuh perjuangan, pengorbanan, dan totalitas.

 

❤ Guru teladan adalah guru yang C.O.M.F.O.R.T

C = Carring = Peduli

O = Observant = Perhatian

M = Mindfull = Cermat/ teliti

F = Friendly = Ramah

O = Obliging = siap sedia/ tanggap

R = Responsible = bertanggung jawab

T = Tackfull = bijaksana

 

❤Menjadi guru teladan adalah pencapaian maksimal dari sebuah prestasi dalam menjalani suatu profesi. Jadi, mulailah terlebih dulu dengan membangun motivasi internal. Karena BERPRESTASI adalah DAKWAH! Mungkin satu hal ini bisa menjadi motivasi.

 

❤Guru teladan adalah guru yang cerdas dan sempurna akalnya, baik akhlaknya, dan kuat fisiknya. Karena dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara mendalam; dengan akhlak yang baik ia dapat menjadi contoh dan teladan bagi para muridnya; dan dengan kuat fisiknya ia dapat melaksanakan tugas mengajar, mendidik, dan mengarahkan anak didiknya.

 

Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan dan meridhoi setiap langkah-langkah kita, untuk menjadi lentera yang membebaskan: dari gulita menuju pelita. Aamiin.

 

Wallahu a’lam bishowab.

 



Thursday, April 07, 2016

Perbaiki Kualitas Hidupmu dengan Bijak Berinternet

Thursday, April 07, 2016 2 Comments
IM3 Ooredoo -gadgetren.com


Waktu menggelinding begitu cepat. Roda zaman terus berputar. Sekarang, dunia seperti hanya dalam genggaman. Kalau ingin menyampaikan pesan, tidak perlu bertatap muka, kemajuan teknologi bisa jadi solusi atas nama efisiensi waktu dan menawarkan beragam kemudahan dalam banyak hal.

Saya punya komputer sendiri saat mau masuk SMA, waktu itu masih pentium 2 –kalau tidak salah-, itupun belinya yang second. Alat penyimpan filenya masih berupa disket. Ibu, adalah sosok pertama yang mengajari saya mengoperasikan komputer karena sehari-hari ibu bekerja sebagai HRD di sebuah pabrik swasta dan harus berinteraksi dengan komputer. Awalnya saya baru belajar mengenal Ms.Word dan Ms.Excel, belum yang lain karena tugas-tugas sekolah masih banyak yang dikerjakan secara manual alias tulis tangan. Waktu itu, paling suka nulis-nulis puisi atau cerpen. Sampai suatu ketika, saya diajak sahabat saya pergi ke warnet. Waktu itu saya baru tahu kalau warnet itu warung internet. Dan itu satu-satunya warnet yang ada di Kota Wonogiri. Itulah pertama kali saya bersentuhan dengan internet. Saya belajar membuat email di plasa.com, lalu sahabat saya mengajarkan cara membuat Friendster. Ternyata asyik juga.

Lama-lama saya belajar membuat email di yahoo lalu mulai sering chating-an dengan teman via Yahoo Messenger (YM). Kalau ingin main internet, ya harus ke warnet. Saya pun bisa berkomunikasi dengan teman-teman lama saya (teman SD dan SMP) yang saya jumpai di Friendster atau YM. Kebanyakan dari mereka melanjutkan sekolah di luar kota Wonogiri. Meski terkadang saya masih sering mengirim surat secara konvensional (lewat jasa pak pos), saya sedikit demi sedikit beralih mengirim surat elektronik (email). Ya, memang waktu itu saya punya beberapa sahabat pena, ada yang sejak SD. Berawal dari saya mengikuti lomba sampai tingkat Provinsi. Alhasil saya punya banyak sahabat dari beberapa kota di Jawa Tengah khususnya. Kalau pengin internetan di warnet harus punya stok sabar yang unlimited, karena biasanya lambreta dan loading lama. Hihihi.

Kalau anak sekarang mah sudah sejak bayi –mungkin- sudah berinteraksi dengan internet dan sekarang pun WIFI sudah ada di mana-mana. Saya pun sangat bersyukur, saat ini hidup di zaman yang serba canggih dan modern.

Alhamdulillah, setelah lulus SMA, HP saya mulai ada fitur yang bisa digunakan untuk mengakses internet. Nomor HP saya sejak dulu pun tidak ganti-ganti, setia banget sama nomor Indosat. Kalau lagi banyak tugas yang menuntut harus browsing di internet, saya sering ke warnet dekat kos-kosan memanfaatkan paketan 1 jam yang masih cukup murah. Setelah saya punya laptop sendiri (hasil kreditan, hihihi), saya dibelikan modem. Laptop dan modem ini harus berbagi dengan kembaran saya karena kita tinggal satu kos dan satu fakultas.

Seiring berjalannya waktu saya mengenal Facebook, Twitter, Instagram, Blogspot, dll. Media sosial itu harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, harus tetap memerhatikan norma dan etika yang berlaku *eh. Saya mulai ngeblog tahun 2008, lalu punya akun Facebook 2009, Twitter dan Instagram menyusul kemudian. Saya sendiri merasakan banyak sekali manfaat yang bisa saya dapatkan dari internet:

·       Mendekatkan yang jauh, dan semoga tidak menjauhkan yang dekat. Internet, dalam hal ini media sosial bisa jadi sarana silaturahim jarak jauh dengan sahabat atau keluarga kita di belahan bumi mana pun. Senang sekali rasanya saat saya bisa ‘menemukan’ kembali sahabat saya waktu lomba sinopsis jaman SD dulu. Kebanyakan dari mereka jadi orang-orang sukses dan penuh prestasi.

·  Bisa jualan online. Pertama kalinya saya belajar jualan online dengan memanfaatkan Facebook sekitar tahun 2010. Waktu itu saya jualan buku Diary Ramadhan, yang saya ketik sendiri, fotokopi dan jilid spiral. Sederhana sekali tampilannya. Tapi, entah kenapa, bisa terjual lebih dari 300 eksemplar dalam waktu kurang lebih satu bulan. Waktu itu saya bisa menabung dengan nominal yang sangat menggiurkan hasil dari berjualan buku itu. Sejak itu, saya bertekad ingin punya buku karya sendiri yang diterbitkan oleh penerbit mayor. Alhamdulillah, akhir 2010 saya gabung di Forum Lingkar Pena (FLP) Solo Raya. Saya belajar menulis buku nonfiksi. Saya pun mulai sering ikut proyek antologi bareng teman-teman. Saya juga mendapatkan ‘proyek’ untuk menulis buku cerita anak. Bayarannya lumayan euy. Saya memanfaatkan internet untuk mencari referensi, ngeblog sebagai sarana mengasah skill menulis, dan membaca blog/tulisan-tulisan penulis yang sudah mumpuni. Dari sana, saya belajar banyak hal.

·     Alhamdulillah, impian saya pun terwujud di akhir 2013. Akhirnya saya punya buku solo yang diterbitkan oleh Penerbit Tiga Serangkai yang berjudul BEAUTY JANNATY. Buku yang saya susun dan tulis dengan sepenuh hati. Butuh riset panjang kurang lebih satu tahun untuk mencari referensi yang bisa memperkaya buku ini. Saya pun banyak menjual buku ini dengan cara online. Saya pun sering mendapatkan undangan untuk mengisi seminar atau bedah buku di beberapa kota. Dan lagi-lagi, kecanggihan internet dan alat telekomunikasi zaman sekarang sangat membantu karier kepenulisan saya.
Sebagian karya SUPERTWIN

Alhamdulillah, BEAUTY JANNATY sudah cetak ulang.

·    Ups, saya pun ‘menyelidiki’ calon suami saya dengan memanfaatkan fasilitas internet, lho! Nanya mbah ‘Google’. Xixixi. Saya selidiki lewat akun medsos beliau juga chatingan dengan sahabat-sahabat dekatnya. Benar-benar mantap, deh. Soalnya waktu itu saat mau ta’aruf, saya belum pernah bertemu bahkan belum pernah kenal sama sosok laki-laki itu sebelumnya.

·       Kecanggihan internet juga memudahkan saya untuk ikut kuliah online dengan fasilitas WEBINAR. Biasanya kuliah tentang motivasi bisnis atau parenting. 

Alhamdulillah, akhirnya saya bisa membeli HP Android dengan fitur yang bagi saya banyak membantu pekerjaan saya saat ini. Sekarang saya mengelola DNA CREATIVE HOUSE dengan salah satu fokus kerja pelatihan menulis untuk anak dan remaja di Semarang baik online maupun offline (DNA WRITING CLUB). Selain itu, saya juga jualan online buku-buku karya saya, juga jadi agen buku-buku anak dari beberapa penerbit. Otomatis aktivitas online tidak bisa dipisahkan dalam keseharian saya.


Anak-anak sering browsing dengan internet untuk riset tulisan mereka (dok. DNA Writing Club)
Alhamdulillah, awal tahun 2015 ini saya pun memakai simcard IM3 Ooredoo”. Wuzz… wuzz… wuzzz, lancar jaya! Meskipun HP saya belum support 4G, tapi saya pernah membandingkan dengan HP abang Dodoy yang sudah support 4G (doi juga pake simcard IM3 Ooredoo). Pernah juga mbandingin sama HP suami yang juga sudah support 4G, dan di situ kadang saya merasa sedih… pengin segera ganti HP yang support 4G juga *ngekepcelenganayamdulu, biar ‘uwer-uwer’nya nggak kelamaan. Beneran deh, HP saya masih kalah cepat! Bisa diintip di video ini perbandingannya…


Sumber : You Tube

Waktu acara Fun Blogging#9 tanggal 19 Maret 2016 di Gedung Indosat, kita juga dikenalin dengan paket Freedom Combo”. Makin ngiler, deh. Karena paketannya hemat dan gak bikin kantong kering. Ini daftar harganya : 




Di Fun Blogging#9 kemarin saya juga banyak belajar tentang dunia NGE-BLOG dari para pakar : Mbak Haya Aliya Zaki, Mbak Shinta Ries, dan Mbak Ani Berta. Terima kasih para cikgu yang sudah blak-blakan berbagi ilmu dan pengalamannya di dunia blogging. Terima kasih juga untuk Indosat Ooredoo yang telah banyak memudahkan aktivitas dan pekerjaan saya.

Akhirnya, saya selalu berdoa semoga aktivitas saya bersosial media, memanfaatkan kecanggihan teknologi dengan fasilitas internet, selalu bernilai ibadah. Karena segala kemudahan yang ada saat ini seharusnya bisa membuat kita semakin semangat untuk menjadi lebih baik dengan senantiasa berharap penuh akan keridhoan Allah SWT untuk semua aktivitas kita. Ya, menjadi pribadi yang lebih baik, memperbaiki kualitas hidup, menjadi lebih produktif dan bermanfaat dengan bijak berinternet. Semoga… Aamiin.

Keseruan FUN BLOGGING#9 SEMARANG di Gedung INDOSAT Jl. Pandanaran

[Kamis, 7 April 2016]








Wednesday, January 13, 2016

PERPUSTAKAAN, SWARGANE SI TUKANG NULIS

Wednesday, January 13, 2016 0 Comments


Nyantai di Kafe Lingga, Hotel Lingga Bandung


Nalika aku isih cilik, aku seneng banget maca.  Wong tuwaku banjur langganan kalawarti bocah, kaya Majalah Bobo lan Donal Bebek. Nalika aku wis SMP lan SMA wong tuwaku ganti langganan kalawarti kanggo remaja, Majalah Aneka Yess lan Majalah Annida. Jaman semono, Bapak uga langganan ariwarti, layang kabar sing metune saben dina. Sanajan gajine bapak dadi pegawe gur cukupan, nanging bapak lan ibuk seneng nek keluargane dadi pinter lan jembar wawasane amarga maca. Sak omah dadi seneng maca kabeh. Ana ing ariwarti apa dene kalawarti kuwi kamot sawernaning kawruh kayata bab agama, bab tetanen, bab dedagangan, bab politik, bab seni, bab sejarah lan sakpanunggalane. Akeh banget faedahe.
Amarga seneng maca, aku yo dadi bocah sing seneng nulis crita. Nganti aku tau melu lomba nulis lan ngringkes buku wacan. Nalika iku, aku bisa makili Kabupaten Wonogiri lomba neng tingkat Provinsi Jawa Tengah. Seneng banget atiku.
Wektu preinan sekolah, aku karo kembaranku kerep lunga nang perpustakaan. Aku maca lan nyilih buku. Saben dina aku ngisi wektu liburanku ana ing perpustakaan kuwi. Kala-kala janjian karo kanca-kanca ben iso dolan bareng.
            Nganti sak iki aku wis urip bebrayan ing Semarang, aku isih seneng maca buku lan langganan tuku kalawarti. Aku uga seneng lunga nang perpustakaan. Ana ing kutha Semarang, aku kerep maca buku utawa nyilih buku nang Perpustakaan Wilayah (Perwil) Provinsi Jawa Tengah, sing manggon ana ing Jalan Sriwijaya.
            Perwil ana 3 tingkat. Tingkat dasar kanggo panggonan ngurusi administrasi, koyo pendaftaran lan nggawe kartu anggota anyar. Menawa arep gawe kartu anggota, kena bayaran Rp 10.000,00. Ana ing tingkat dasar iki uga ana ‘playground’, panggonan kanggo dolanan bocah-bocah. Kajaba kuwi, uga ana loker, WC, lan mushola. Munggah nang lantai 2, ana loker maneh. Loker gunane kanggo nyimpen barang-barang . Awake dhewe mung diolehake nggawa piranti-piranti sabutuhe bae. Cukup nggawa dompet, HP, buku catetan, piranti kanggo nulis utawa laptop. Nang lantai 2, ana ruangan khusus kanggo maca buku anak-anak lan remaja, uga ana ruangan khusus kanggo maca buku nonfiksi, buku novel uga dipisah ana ing ruangan dhewe. Sabanjure, ana ing tingkat 3 ana ruangan kanggo nyimpen buku-buku kuno lan arsip-arsip liyane.
            Neng Perwil Jateng, ana buku-buku sing ora iso disilih kaya buku ensiklopedia, nanging iso di-fotokopi. Ana petugas sing bagian motokopi. Dadine rasah kuatir mbok menawa ana bagian penting saka buku ensiklopedia sing dibutuhake, iso di-fotokopi sakperlune. Sakwise nemtokake buku sing arep disilih, awake dhewe banjur nyang meja petugas. Saiki perpustakaan wis soyo apik lan modern, nganggo sistem komputerisasi, wis ora perlu dicateti siji mboko siji. Kari nunjukake barcode (barcode buku lan kartu anggota perpustakaan) nang alat, langsung diproses kanthi otomatis. Neng cedhak lawang metu uga ana piranti detektor sing gunane kanggo ndeteksi menawa ana pengunjung perpustakaan sing ‘nakal’ (nyilih buku nanging ora ijin). Kesel maca buku utawa sakwise nyilih buku, iso mampir jajan ana ing kantin sisih perpustakaan. Perwil Semarang pancen panggonan sing cocok banget kanggo ngangsu kawruh lan refreshing.
[*]
            Kanggo wong sing seneng moco lan uga seneng nulis crita kaya aku, ana ing perpustakaan  prayogane wis kaya ana ing ‘swarga’. Buku-buku sing ditata rapi ana ing rak buku, ambune dluwang sing khas, nggawe aku betah suwe-suwe ana ing perpustakaan. Pilihan buku sing isa diwaca lan disilih ana werna-werna. Opo meneh nek aku lagi akeh entuk gawean nulis. Perpustakaan dadi panggonan favorit kanggo nggolek referensi wacan. Kajaba kuwi, perpustakaan (Perwil Jateng) iso dadi kantor kapindhoku kanggo nyambut gawe. Tukang nulis crita lan nulis buku wacan dadi gaweanku saiki. Aku iso entuk dhuwit (royalti) saka nulis. Sadurunge nulis, aku kudu nggolek referensi (sumber wacan) sing iso nglengkapi tulisan-tulisanku. Perpustakaan (Perwil Jateng) bener-bener dadi ‘swarga’ kanggoku, si tukang nulis.
            Kajaba buku, neng Perwil Jateng uga ana fasilitas sambungan internet (Wi-Fi) gratis sing super cepet. Umpama pas aku ora nggawa laptop, ana komputer sing iso digunakake. Wah, tambah seneng atiku! Bukune lumayan komplit lan ditata kanthi rapi, ruangane jembar, fasilitase mbantu nggarap gaweanku nulis.
[*]
            “Buku yaiku jendela dunia lan maca sing bisa dadi kuncine.”
            Nanging jendela tanpa omah banjur opo dadine? Perpustakaan kuwi sing dadi omahe. Akeh wong, ora mung siswa, mahasiswa, peneliti, pegawai, ugo wong kang iseng-iseng wae kepengen maca buku padha menyang perpustakaan. Dadi ora bisa dipungkiri menawa perpustakaan bisa dadi salah sawijining panggonan kang migunani.
            Kanggoku perpustakaan akeh banget faedahe, kaya to :
1.      Panggonan sing nyawisake koleksi literatur sing migunani.
2.      Bisa ngrangsang kesenengan maca kanggo masyarakat amarga maca bisa dadi sumber pangaweruhan sing paling gedhe.
3.      Perpustakaan iso dadi panggonan kanggo refreshing.
4.      Akeh sumber informasi sing bisa dientukake saka perpustakaan, lak sak panunggalane.
Amarga saka keuntungan sing akeh kui, prayogane awake dhewe kudu seneng nggolek ilmu ana ing perpustakaan. Awake dhewe uga bisa ngajak kanca utawa keluarga rame-rame menyang perpustakaan.

Bandung, Desember 2015

[Keisya Avicenna]







           


Thursday, December 30, 2010

Kupu-kupu di Dalam Buku

Thursday, December 30, 2010 0 Comments
Ketika duduk di stasiun bus, di gerbong kereta api, di ruang tunggu praktek dokter anak, di balai desa, kulihat orang-orang di sekitarku duduk membaca buku, dan aku bertanya di negeri mana gerangan aku sekarang.

Ketika berjalan sepanjang gang antara rak-rak panjang, di perpustakaan yang mengandung ratusan ribu buku dan cahaya lampunya terang benderang, kulihat anak-anak muda dan anak-anak tua sibuk membaca dan menuliskan catatan, dan aku bertanya di negeri mana gerangan aku sekarang.

Ketika bertandang di sebuah toko, warna-warni produk yang dipajang terbentang, orang-orang memborong itu barang dan mereka berdiri beraturan di depan tempat pembayaran, dan aku bertanya di toko buku negeri mana gerangan aku sekarang.


Ketika singgah di sebuah rumah, kulihat ada anak kecil bertanya tentang kupu-kupu pada mamanya, dan mamanya tak bisa menjawab keingintahuan putrinya, kemudian katanya, “Tunggu mama buka ensiklopedia dulu, yang tahu tentang kupu-kupu,” dan aku bertanya di rumah negeri mana gerangan aku sekarang.


Agaknya inilah yang kita rindukan bersama, di stasiun bus dan ruang tunggu kereta api negeri ini buku dibaca, di perpustakaan perguruan, kota, dan desa buku dibaca, di perpustakaan perguruan, kota, dan desa buku dibaca, di tempat penjualan buku laris dibeli, dan ensiklopedia yang terpajang di ruang tamu tidak berselimut debu karena memang dibaca.
Taufiq Ismail (1996)


Tulisan yang sangat bagus untuk direnungkan!
***

Membaca : Virus yang Menular

 
Teringat beberapa hari yang lalu saat saya berada di Kopaja 502. Sudah menjadi kebiasaan saya kalau pergi kemanapun, selalu ada 2-3 buku yang ada di tas. Alhamdulillah, pagi itu saya mendapat tempat duduk, bersebelahan dengan seorang wanita yang berusia sekitar 30-an tahun. Setelah menunaikan kewajiban sebagai seorang penumpang (baca : bayar ongkos), saya buka tas dan mengeluarkan sebuah buku kemudian khusyuk membacanya. Saya telaah kalimat demi kalimat dari buku motivasi yang sedang saya baca. Kadang, saya terdiam sesaat. Menutup buku itu sambil menyelipkan jari pada halaman yang tengah saya baca. Kemudian saya memandang ke jendela dan merenungkan isi buku tersebut. 


Setelang ‘aksi tafakur’ itu selesai, saya buka kembali buku itu dan lanjut membaca. Kasak-kusuk wanita di sebelah saya, yang awalnya hanya duduk diam dan cenderung melamun, juga membuka tasnya. Agak penasaran, saya meliriknya. Dan apa yang ia keluarkan? Sebuah buku! Tepatnya, novel “Bidadari-Bidadari Surga” karya Tere Liye. Kemudian, ia juga turut membaca. Awalnya saya ingin mengajak diskusi tentang novel itu karena saya sudah membacanya. Akan tetapi, niat itu urung saya lakukan karena saya tak ingin mengganggu konsentrasinya. Karena saya sendiri juga tak mau diganggu kalau saya tengah serius dengan buku-buku saya. 


Hmm, ternyata aktifitas membaca saya pagi itu menjadi ‘virus yang menular’ pada orang lain. Membaca adalah salah satu sarana mengoptimalkan otak kita. Karena dengan membaca, otak kita akan terangsang untuk berpikir. Kemudian akan berimbas pada diri kita untuk bergerak jika hikmah dari bacaan itu bisa kita temukan.
Selamat membaca!


Sayangilah buku, karena ia adalah sahabat yang baik… Dengannya, kita bisa ‘bermanfaat’ dan ‘berbagi manfaat’.


“Khairun naasi anfa’uhum linnaas.”
“Sebaik-baik manusia adalah siapa yang paling banyak bermanfaat bagi orang lain”


Aisya Avicenna

Wednesday, December 29, 2010

Persepsi Impian

Wednesday, December 29, 2010 0 Comments
Alhamdulillah, jam 12 kurang sudah terbangun. Saat ini pukul 00:53, ketika tengah asyik membaca tulisan motivasi dari seorang teman ada pesawat terbang yang melintas di atas kepala saya. Maksudnya di langit sana lho! Langsung saya teringat kisah saya di bulan Mei tahun 2009. Waktu itu saya mengikuti workshop kewirausahaan di UNDIP Semarang bersama Bapak Heppy Trenggono, seorang pengusaha sukses. Dalam workshop itu, semua peserta diminta membuat DREAM BOARD. Sebuah visualisasi impian berjangka 5 tahun yang dibuat dalam bentuk maket.

Salah satu impian yang saya tulis di tahun 2012 adalah : naik pesawat. Hmm, syukur alhamdulillah... pada tahun 2010 ini Allah berkenan memberikan saya kesempatan untuk ‘menjelajah awan’ sebanyak 4 kali. LUAR BIASA! Semua ini karena KEHENDAK ALLAH Swt... Benar saja, seindah apapun rencana kita, rencana Allah itu jauh lebih indah. Kalau di buku mimpi, impian naik pesawat itu terdaftar di impian ke-45. Akhirnya, impian itupun bisa saya coret. Sebuah impian yang pencapaiannya ‘dipercepat’. Sebuah impian yang bisa saya raih atas pertolongan Allah yang Dia ‘titipkan’ pada orang lain.


Pukul 01:03 eh... ada pesawat yang melintas lagi... Hmm, kembali ke masalah impian. Ada lagi yang saya tulis di DREAM BOARD itu. Pada tahun 2010, salah satu impian saya adalah punya income 13 juta per bulan. Wow, angka yang sangat bombastis ya! (minimal menurut saya ^^v). Apakah impian itu sudah terwujud? Jawabannya belum (kalau perhitungannya secara materi). Dan itu berarti, ini adalah ‘impian yang belum menjadi nyata’ atau ‘impian yang tertunda’. Akan tetapi, dalam perspektif yang berbeda, bisa saja saya menilai bahwa impian tersebut ‘sudah menjadi kenyataan’, bahkan ‘jumlahnya lebih dari sekedar yang saya impikan’. 


Secara materi, mungkin penghasilan yang saya dapat dalam waktu sebulan sekitar 1,7 juta. Akan tetapi, secara nonmateri? Contoh sederhananya, saat kita menghirup oksigen. Coba Anda hitung berapa oksigen yang Anda hirup perharinya! Kalikan dengan harga OXYCAN atau tabung oksigen di Rumah Sakit? Tentu jumlahnya akan melampaui angka 13 juta dalam sebulan, kan? Dengan begitu kita akan senantiasa bersyukur dan semakin bersyukur. Dan apa balasan bagi orang yang bersyukur??? Saya yakin Anda sudah tahu jawabannya. ‘Cara kerja’ Allah memang tidak ada yang bisa menduga. So, jadikan itu sebagai motivasi!


Nah, ini yang sama namakan ‘persepsi impian’. Tak jarang kita menganggap impian kita ‘belum dapat dicapai’ karena ‘merasa sulit/tidak mungkin’ dalam mencapainya. Padahal, jika kita sedikit mengubah persepsi kita, kondisi kita akan jauh lebih baik. Pikiran dan perasaan kita akan jauh lebih POSITIF. Kita melihatnya dari ‘kaca mata’ yang berbeda. Sehingga dengan memaknai bahwa impian kita sebenarnya sudah terwujud, hal ini akan memacu kita untuk ‘memperbaiki hasil’ dari impian tersebut agar menjadi ‘lebih nyata’ (baca : tidak abstrak lagi). Apakah suatu saat income saya mencapai 13 jt/bulan? Insya Allah, bisa saja. Bahkan bisa lebih dari kisaran dua angka itu. Jika Allah berkehendak dan jika saya memperjuangkannya!


Beranilah bermimpi!
Beranilah memperjuangkan impian itu!
Pukul 01:21 eh, ada pesawat lagi! Saya akhiri tulisan ini ya... 


Salam SEMANGKA! SEMangat merANGkai KArya!!!
Aisya Avicenna

Thursday, December 09, 2010

NILAI KITA

Thursday, December 09, 2010 0 Comments

Kita sama di hadapan-Nya
Tiada berbeda semua manusia
Nilai kita di hadapan-Nya
Hanyalah taqwa setulus jiwa
Ada masa kan kita lalui
Tuk temukan arti hakikat diri
Dan kan tiba waktu tuk kembali
Semua tak berarti...
Tak berarti lagi
Bukanlah harta yang meninggikan
Tak juga siapa yang melahirkan
Tetapi apa kita lakukan
Yang jelas menentukan
Dan bukan hanya kata yang menggambarkan
Siapa kita... siapa kita...
Tetapi apa kita lakukan
Yang jelas menentukan...
Siapa kita...


Jumat pagi yang indah. Duduklah di sebuah taman seorang kakek bersama kelima cucunya di bawah pohon beralaskan tikar pandan. Sang kakek sedang asyik membaca, sedangkan kelima cucunya tengah bermain ular tangga. Tiba-tiba sang kakek bertanya,
“Siapa di antara kalian yang mau uang 100.000?”

Kelima anak itu berhenti bermain dan serempak mengacungkan tangan sambil memasang muka manis penuh senyum dan harap. Sang kakek lalu berkata, “Kakek akan memberikan uang ini, setelah kalian semua melihat ini dulu.”

Kakek tersebut lalu meremas-remas uang Rp 100.000,00 itu hingga lusuh. Di remasnya terus hingga beberapa saat. Ia lalu kembali bertanya, “Siapa yang masih mau dengan uang yang lusuh ini?” Kelima cucunya masih tetap bersemangat mengangkat tangan.

“Terus... kalau kakek injak bagaimana?“ Kemudian, kakek itu menjatuhkan uang tersebut ke tanah dan menginjaknya dengan sepatu. Dipijak dan ditekannya dengan keras uang tersebut hingga kotor dan kumal. Beberapa saat kemudian, iamengambil kembali uang itu. Sang kakek kembali bertanya, “Siapa yang masih mau uang ini?”

Tetap saja. Kelima anak itu mengangkat tangan mereka. Bahkan hingga mengundang perhatian setiap orang. Dan akhirnya, hampir semua yang ada di taman itu mengacungkan tangan.
***
Apa inspirasi dan pelajaran yang bisa diambil dari cerita di atas???
Kita ketahui bahwa apapun yang dilakukan oleh sang Kakek, semua anak akan tetap menginginkan uang itu. Mengapa? karena tindakan kakek itu tidak akan mengurangi nilai dari uang yang dihadiahkan. Uang itu tetap akan bernilai Rp 100.000,00.

Nah, seringkali dalam hidup ini, kita merasa lusuh, kotor, tertekan, tidak berarti, terinjak, tak kuasa atas apa yang terjadi pada sekeliling kita, bahkan atas segala keputusan yang telah kita ambil. Kita merasa rapuh. Kita juga kerap mengeluh atas ujian yang diberikan-Nya. Kita seringkali merasa tak berguna, tak berharga di mata orang lain. Kita merasa disepelekan, diacuhkan dan tak dipedulikan oleh lingkungan kita. Under estimated deh!

Namun, percayalah, apapun yang telah, sedang, dan yang akan terjadi, kita tak akan pernah kehilangan nilai kita di mata Allah. Bagi-Nya, lusuh, kotor, tertekan, ternoda, selalu ada saat untuk ampunan dan maaf dari-Nya.

Nilai dari diri kita, tidak timbul dari apa yang kita sandang, atau dari apa yang kita dapat. Nilai diri kita akan dihitung dari ketaqwaan kita. Ber-ETIKA atau tidakkah kita. Seberapapun kita diinjak oleh ketidakadilan, kita akan tetap menjadi andalan. Syaratnya, jika kita konsisten dan komitmen (baca : istiqomah) dalam menjaga sikap kita.

Akhlak ialah bunga kehidupan kita. Cermin seberapa bernilainya manusia. Orang yang tidak mempunyai akhlak (akhlak yang baik tentunya...), meskipun ia berharta, tidak ada nilainya. Meskipun dia cantik, tapi jika sikapnya buruk dan tiada berakhlak, maka kecantikannya tiada berguna baginya. Begitu pula dengan orang yang berpangkat tinggi, tanpa akhlak, dia menjadi orang yang tak berarti.


Sekedar refreshing sambil ngutak-atik angka, jika kita mengandaikan huruf A-B-C-D-E-F- -dst sampai Z sebagai susunan angka 1-2-3-4-5-6-dst sampai 26 maka hanya dengan ATTITUDE kita bisa mendapatkan nilai 100. Namun, bila kita mencobanya dengan kata-kata lain maka nilainya tidak akan mencapai 100.
Buktinya apa….?


LOVE = L+O+V+E : 12+15+21+5 : 53
HARDWORK = H+A+R+D+W+O+R+K : …?
MONEY = M+O+N+E+Y : ... ?
SKILL = S+K+I+L+L : …?
Kita lihat sekarang bila dengan ATTITUDE = A+T+T+I+T+U+D+E : 1+20+20+9+20+21+4+5 : 100


Mengapa harus ATTITUDE? Sebab cara bersikap (baca : akhlak) kita dalam menghadapi segala sesuatu akan menentukan kesuksesan dalam menjalaninya. Sekarang saatnya mengubah sikap kita menjadi sikap yang positif.


"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya baik baginya dan kebaikan itu tidak dimiliki kecuali oleh seorang mukmin. Apabila ia mendapat kesenangan ia bersyukur dan itulah yang terbaik untuknya. Dan apabila mendapat musibah ia bersabar dan itulah yang terbaik untuknya." (HR. Muslim).

LET’S START FROM OURSELVES!!!
Renungan pagi @ REDZone, hari ketiga di bulan Muharram
Aisya Avicenna

Tuesday, November 30, 2010

Ikan Bandeng

Tuesday, November 30, 2010 0 Comments

Ikan bandeng. Siapa yang tak suka? Dagingnya memang lezat, sayangnya bandeng memiliki tulang dan duri yang susah dipisahkan dari dagingnya. Tersimpan manis dalam ingatan, saat ibu bersusah payah memisahkan tulang dan duri satu per satu dari ikan bandeng saat menyuapi saya waktu kecil dulu. Betapa sangat berhati-hati agar tidak ada satu ruas duri pun yang masuk ke dalam mulut mungil saya. Semoga Allah memberkahi kasih sayang ibu... aamiin...

Salah satu cara mengatasi masalah tulang dan duri itu adalah dengan mengolah bandeng menjadi bandeng presto.Bandeng diolah dengan pressure cooker, alat masak yang bekerja dengan memberikan tekanan tinggi. Tekanan ini telah diatur sedemikian rupa, sehingga tulang dan duri bandeng tersebut menjadi lunak, tetapi dagingnya sendiri tidak rusak.

Hampir mirip dengan ikan bandeng, ada juga “tulang dan duri” dalam diri kita yang membuat hidup kita terkadang tidak menyenangkan. Entah itu bagi diri kita sendiri, orang lain, bahkan Sang Pemilik kita. Mungkin “tulang dan duri” itu berupa kesombongan, kekerasan hati, egois, pola pikir yang keliru, tingkah yang tidak beretika, dan lain sebagainya.

Maka, kerap kali Allah Swt harus mengatasinya dengan “memasukkan” kita untuk sementara waktu ke dalam pressure cooker, yakni situasi hidup yang membuat kita tertekan atau stress. Tentu Allah Swt mengaturnya dalam tekanan yang sesuai dan tidak melebihi kemampuan kita untuk menanggungnya. Tekanan itu akan cukup kuat untuk “melunakkan duri dan tulang” atau membentuk kita, tetapi tidak sampai membuat kita hancur.

Oleh karena itu, apabila saat ini kita dihadapkan pada situasi yang “tertekan”, misal : batas pengumpulan skripsi yang makin dekat, deadline pembayaran hutang, deadline naskah (bagi penulis nih!), isi dompet menipis padahal kebutuhan hidup semakin banyak, dll maka janganlah menyerah! Gunakan kesempatan ini untuk merenung dan mencari apa yang Dia inginkan untuk kita ubah. Jalani semua ini dengan kesabaran dan ketekunan.

Semoga dengan ‘tekanan’ itu, akan mengubah pribadi kita menjadi lebih baik...



Backsong : “Cermin Tak Pernah Berdusta” (Star Five)

Cermin yang biasa kupandangi di setiap hari
Sekali lagi membiaskan bayangan diri
Wajah ini hati ini tempat sgala rasa bermula
Kan indahkah akhir sgala kita
Apakah diriku ini kan bercahaya bersinar di syurga-Mu menatap penuh rindu
Ataukah diriku ini kan hangus legam terbakar dalam nyala di neraka membara
Sungguh berbeda yang nampak dan yang tersembunyi
Hanya kepalsuan menipu topeng belakajiwa ini tubuh ini hati yang merajai diri
Tlah bersalah hamba-Mu melangkah
Cermin tak pernah berdusta yang indah topeng semata
Ya Allah aku malu tlah tertipu
Ampuni hamba sebelum akhir waktu Kemanakah diriku ini berakhir di surga atau di neraka-Mu
Aku takkan mampu
Ampuni hamba sebelum akhir waktu
Selamatkan aku...
Kemanakah diriku... Diriku ini berakhir...
Amin Ya Rabbal 'alamiin...


Saat DEADLINE mendera,
30 November 2010_05:40

Aisya Avicenna

Sunday, December 21, 2008

Dalam kegalauan hati...Tak ada yang lebih indah selain tarbiyah Allah....

Sunday, December 21, 2008 0 Comments
Rabbku, telah kupenuhi panggilan-Mu, membawa tubuh ringkih ini
melewati jalan yang Kau kehendaki. Telah kucoba melepas segenap yang aku mampu
untuk mengatasi beratnya medan yang menghalang.
Telah coba kuatasi sedapatnya panasnya hari-hari kulewati.

Namun ampuni aku ya Rabbi.
Betapa seringnya hamba tertegun ragu,
untuk melanjutkan perjalanan yang panjang ini.
Semuanya memang dikarenakan kelemahan hati ini
yang masih saja berharap mencicipi kenikmatan duniawi.

Kinipun hati yang peragu ini masih diguncang gundah.
Akankah Kau terima buah karya tangan lemah ini?
Akankah Kau hargai,
apabila saat ini hatiku masih juga mengharapkan wajah lain selain wajah-Mu?
Jika masih juga kunanti senyum lain selain senyum-Mu?
Juga masih kudambakan pujian selain dari pujian-Mu?
Betapa semakin berat persangkaanku akan kesia-siaan amalanku,
jika kuingat Engkau Maha Pencemburu!

Rabbi, bukan tak ingin aku istiqomah melewati hari-hari.
Bukan tak hendak aku sabar menanti janji-Mu.
Namun Rabbi, apakah salah jika aku menyandarkan diri pada dinding lain
dalam sebuah bangunan Islam-Mu.

Namun Rabb, lagi-lagi Kau tarbiyah aku dalam kealpaan mimpi semuku.
Tak sanggup ku bendung air mata keharuan atas belaian ini.
Karena aku tahu, tidak semua hamba-Mu Kau perlakukan seperti aku.
Tersibak juga tirai kelam yang senantiasa menyeret langkahku menjauh dari-Mu,
sungguh aku bersyukur atas semua ini.
Aku sadar tidak sama pejuang dengan perintang.
Kembali ku ingat sebait doa yang pernah terucap,
tentang sebuah janji dan amanahku.
Menginggatnya, semakin kuat kokoh kakiku.

Rabb, ketika bibirku mengucapkan sebait janji untuk berkhidmad pada-Mu,
tidak saja dihadapan Engkau tapi juga dihadapan hadirin yang hadir kala itu,
kembali hatiku ragu, akankah aku sanggup memegang amanah itu?,
walaupun bertentangan dengan hati nuraniku sekalipun?

Rabb, apakah ini jawaban setiap doa-doaku?.
Agar Engkau sertakan aku di dalam barisan para salafussholeh?.
Apakah ini jawaban setiap rintihanku,
agar Engkau jadikan setiap nikmat yang ada pada diriku
sebagai mahar yang akan aku persembahkan pada-Mu?

Rabbi, ampuni atas segala kelemahan imanku,
Bimbing aku melewati jalan orang-orang bernyali singa,
Namun aku cukup arif menyadari Rabb, siapalah aku ini,
betapa diri ini tak layak disejajarkan dengan mereka.
Siapakah aku ini dibandingkan mereka yang senantiasa
bersimbah peluh dan debu untuk membuktikan kecintaanya kepada-Mu?
Betapa lancangnya aku mengukur diri
Dengan mereka yang menghabiskan malam-malamnya
dengan sujud tersungkur mengharapkan ampunan dan cinta-Mu.