Jejak Karya

Jejak Karya

Wednesday, August 25, 2010

Menunggumu Di Sayup Rindu

Wednesday, August 25, 2010 0 Comments
Menantimu…
Entah kenapa kata ini yang menjadi judul tulisan ini. Fikiranku seolah menjadi pengarah jemari tanganku untuk mengetik tiap hurufnya. Iya, kamu, seorang insan yang telah lama ke nanti tuk menemani perjalanan ini.

Tahun ini bersamaan dengan Ramadhan, aku masih ingat do’a yang kepanjatkan, lisanku berucap, ”Ya Allah, semoga Ramadhan tahun ini menjadi Ramadhan terakhir sahur sendirian…amin…”. he he he…. itulah sebuah do’a yang tulus kupanjatkan. hehe...

bagiku penantian saat itu adalah sebuah keindahan tersendiri. Karena mencnitai bagiku adalah berusaha mencintai dengan sebaik-baiknya mencintai, yakni mencintai dengan sempurna. Mencintai seseorang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna.
”Kita hidup bukanlah mencari seseorang yang sempurna untuk kita cintai, namun kita belajar untuk mencintai orang yang tidak sempurna dengan sempurna.”

Dan sebagaimana kata seorang sastrawan berkata,

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,

seperti kata-kata yang tak sempat terucapkan
oleh kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,

Seperti isyarat yang tak sempat dikatakan

Oleh awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.
( Aku Ingin, Sapardi Joko Damono)


Namun, aku masih sedang mencari sebuah arti, apakah ini memang fitrahku yang bermain atau hanyalah hiasan nafsu yang sedang berjalan. Ah….entahlah.

Ya Allah,
Jika kelak Engkau menjadi ia sebagai sahabatku, maka…
Jadikanlah kecintaanmu kepadaNya sebagai penyempurna rasa itu
Aku ingin mencintainya dengan cara yang sempurna meski ia tidak sempurna
Karena hidup bukanlah mencari seseorang yang sempurna untuk dicintai, namun belajar untuk mencintai orang yang tidak sempurna dengan sempurna.
Aku pun ingin mencintainya dengan sederhana


Mengutip kalimat seorang saudara ku,
Cinta yang sederhana, sesederhana cinta Abdurrahman bin Auf saat meninggalkan seluruh hartanya di Mekah demi mengikuti hijrahnya Rasulullah…
Sesederhana cinta Abu Bakar yang tetap diam saat seekor ular menggigit kakinya di Gua Tsur, demi tak ingin membangunkan Rasulullah yang tertidur di pangkuannya…
Sesederhana cinta Bilal bin Rabah yang rela terpanggang di bawah batu besar pada teriknya gurun…
Jadikanlah rasa itu karena ia begitu mencintaiMu
Hingga tiada seorang pun yang sanggup memindahkan Dia dihatimu
Termasuk juga diriku kelak…


Ya..Rabbi……
Aku tak meminta seseorang yang sempurna
Hingga aku dapat membuatnya sempurna di mataMu
Seseorang yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya
Seorang yang membutuhkan doaku untuk kehidupannya
Seseorang yang membutuhkan senyumku untuk mengatasi kesedihannya
Seseorang yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya lebih hidup


Aku tidak mengharap dia semulia Muhammad SAW,
setaqwa Abu Bakar, setampan Ali,
segagah Umar
Apalagi sekaya Utsman.

Karena aku sadar aku belum bisa semulia Ummu Sulaim,
Atau setaqwa Aisyah, pun setabah Fatimah,
Ataupun sekaya bunda Khadijah,
setegar Asma,
Juga segagah Nusaibah,
apalagi secantik Zainab
Aku hanya mengharap seorang wanita akhir zaman,
Yang punya cita-cita mengikuti jejak mereka,
Menjadi sholehah, menjadi ainul mardhiyah.


Aku mengetahui bahwa Engkau ingin kami bertemu pada waktu yang tepat
Dan Engkau akan membuat segalanya indah pada waktu yang telah Engkau tentukan….
dan semoga kelak kutemukan dirinya bercahayakan iman
Amin Allahuma amin.

~jika belum siap, cukup mencintai dalam diam saja….~

Wednesday, August 25, 2010 0 Comments
Bila belum siap melangkah lebih jauh dengan seseorang, cukup cintai ia dalam diam …
karena diammu adalah salah satu bukti cintamu padanya …
kau ingin memuliakan dia, dengan tidak mengajaknya menjalin hubungan yang terlarang, kau tak mau merusak kesucian dan penjagaan hatinya..
karena diammu memuliakan kesucian diri dan hatimu.. menghindarkan dirimu dari hal-hal yang akan merusak izzah dan iffahmu ..

karena diammu bukti kesetiaanmu padanya ..
karena mungkin saja orang yang kau cinta adalah juga orang yang telah ALLAH swt. pilihkan untukmu …

ingatkah kalian tentang kisah Fatimah dan ALi ?
yang keduanya saling memendam apa yang mereka rasakan …
tapi pada akhirnya mereka dipertemukan dalam ikatan suci nan indah
karena dalam diammu tersimpan kekuatan … kekuatan harapan …
hingga mungkin saja Allah akan membuat harapan itu menjadi nyata hingga cintamu yang diam itu dapat berbicara dalam kehidupan nyata …
bukankah Allah tak akan pernah memutuskan harapan hamba yang berharap padanya ?
dan jika memang ‘cinta dalam diammu’ itu tak memiliki kesempatan untuk berbicara di dunia nyata,

biarkan ia tetap diam …
jika dia memang bukan milikmu, toh Allah, melalui waktu akan menghapus ‘cinta dalam diammu’ itu dengan memberi rasa yang lebih indah dan orang yang tepat …
biarkan ‘cinta dalam diammu’ itu menjadi memori tersendiri dan sudut hatimu menjadi rahasia antara kau dengan Sang Pemilik hatimu …

Baarokallahu laka wa baarik ’alaika wa jama’a bainakumaa fii khoir

Wednesday, August 25, 2010 0 Comments
Saudaraku yang berbahagia…
Sebentar lagi dirimu akan memasuki dunia kehidupan yang baru. Kehidupan yang belum kamu kenal sebelumnya. Kehidupan yang mungkin akan sangat terasa asing bagimu. Maka, jangan tertipu Saudaraku, laluilah kehidupan barumu itu dengan segenap keyakinan. Pertama, yakinkan bahwa dirimu senantiasa bersamaNya. Kedua, yakinkan bahwa dirimu akan ditemani belahan jiwamu yang kan senantiasa menyertai setiap langkah perjuanganmu dan yang akan menguatkan imanmu. Tataplah kehidupan barumu dengan penuh kesiapan dan persiapan. Kesiapan mental dan persiapan material, kesiapan ruhiyah dan persiapan rupiah, kesiapan jiwa dan persiapan raga.

Saudaraku..
Duniamu saat itu tak ubahnya laksana sebuah gunung. Maka siapkanlah sejak awal bahwa dirimu hendak ”mendaki” bukan sekedar ”rekreasi”. Antara mendaki dan rekreasi tentu sangat jauh berbeda. Orang yang memandang bahwa pergi ke gunung hanya hendak rekreasi tentu tidak sama dengan yang memandang bahwa ke gunung hendak mendaki. Orang yg hendak rekreasi tentu memandang ”sebuah gunung” dengan pandangan dan angan-angan yang indah semata, suasana yang hijau, penuh kesejukan, air terjun yang indah, jalan yang lurus, tidak ada jurang, bertabur bunga di kanan kirinya, dan seabrek angan-angan indah yang membuat bahagia. Tapi orang yang hendak ”mendaki” tentu memandang ”sebuah gunung” secara realistis, di dalamnya akan ada tebing yang tinggi, jurang yang curam, rimba pepohonan yang sulit ditembus, jalan yang licin dan berliku, binatang buas yang siap menerkam sewaktu-waktu dan berbagai rintangan lainnya. Maka orang seperti ini sejak awal akan mempersiapkan segala sesuatu untuk bekal pendakian tersebut. Bagaimana dengan dirimu saat ini Saudaraku?

Saudaraku…
Itulah gambaran dunia yang akan kamu lalui. Dunia yang tidak murni penuh dengan keceriaan, kegembiraan dan kebahagiaan. Tapi sewaktu-waktu juga ada tebing yang tinggi, jurang yang terjal, jalan yang berliku, binatang buas yang mengganggu. Ingatlah Saudaraku, disekitarmu pasti ada 5 golongan yang menjadi ujian buatmu, pertama orang kafir yang memerangi, kedua orang munafik yang selalu membenci, ketiga orang mukmin yang hasad, dan keempat hawa nafsu yang selalu membelenggu dan kelima syaithon yang menipu. Tapi jangan khawatir saudaraku, jika kalian bisa melewati segala bentuk rintangan tersebut, insya Allah kenikmatan haqiqi akan kalian raih. Bekal kalian telah disiapkan oleh pemilik dunia ini, semua ada di sekitar kalian. Kalian pun telah diberi rambu-rambu petunjuk yang terabadikan dalam al-Qur’an dan As-Sunnah. Kumpulkanlah bekal itu sebanyak-banyaknya agar dirimu selamat sampai tujuan dengan penuh ridho dan diridhoiNya.

Saudaraku…
Di duniamu yang baru itu, dirimu akan bertemu dengan orang yang belum pernah kau kenal sebelumnya. Tidak hanya bertemu, tapi dirimu akan bersama dengannya dalam keseharianmu. Mungkin awalnya akan sangat aneh dan janggal. Itu sangat wajar karena kalian secara fitroh memang berbeda. Pastinya juga banyak hal yang tidak sama, terutama soal kesenangan dan ketidaksenangan akan sesuatu. Juga perbedaan sifat dan karakter antara kalian, perbedaan pola didikan dan pergaulan, perbedaan emosi dan perasaan. Semua pasti akan kalian temuai, tapi tidak menjadi masalah asalkan kalian mendasarkan pada kesamaan visi yang haqiqi, yaitu aqidah Islam. Insya Allah kebersamaan akan bisa segera terbangun dengan sendirinya. Di sinilah pentingnya sikap saling pengertian dan keterbukaan komunikasi antara satu dengan yang lainnya.

Saudaraku…
Sering kita mendengar, bahwa menikah adalah separuh dari agama atau setengah dari kesempurnaan agama. Memang tidak ada yang salah dalam pernyataan tersebut, karena memang Rasulullah yang pertama kali mengatakannya, tapi mungkin banyak diantara kita yang salah dalam memahami. Sehingga menikah dianggap tujuan akhir dalam sebuah perjuangan. Dengan menikah mereka menganggap agamanya benar-benar sudah sempurnya seratus persen. Benarkah???

Sedikit mesti perlu kita luruskan pemahaman ini, masih ada yang terpotong, …. hendaknya engkau menjaga separohnya yaitu iman. Dan inilah sebenarnya yang lebih utama. Apalah artinya seorang menikah jika menyebabkan kehilangan iman??? Jika iman sudah hilang maka meskipun ia menikah tetap tidak bisa mendapat separoh agama tersebut, na’udzubillah.

Saudaraku…
Dengan menikah diharapkan semakin bisa memupuk keimanan yang ada dalam dada. Pintu fitnah sedikit banyak mulai tertutup, hati menjadi lebih bisa ikhlas, mata mulai bisa tertunduk, ibadah semakin khusyu’, dakwah semakin mantap dan ukhuwah makin terjaga. Itulah yang hendaknya terjadi pada setiap diri muslim setelah mereka menikah. Namaun, tidak jarang terjadi pada sebagain saudara-saudara kita, setelah menikah justru terjadi kelemahan iman. Mereka mulai dilaikan oleh istri dan anak-anaknya, mulai lupa akan tanggungjawab terhadap dakwah, mulai jarang berjama’ah di masjid, dsb. Dan yang paling parah, iman mulai digadaikan demi mendapatkan kesenangan semu.

Saudaraku…
Menikah adalah sebagian proses dari proses panjang yang harus kita lewati. Ketika kita menikah, maka disitu kita akan dihadapkan pada kondisi yang sangat berbeda dengan idealisme. Di situlah saatnya kita harus arif dalam menyelaraskan antara idealisme yang selama ini kita bangun dengan realitas yang kita hadapi. Bukan bermaksud mematahkanya, tapi berusaha memanage realita bersinergi selaras menuju idealisme. Jangan sampai justru realita yang ada membuat kita lemah sehingga tidak punya keberanian untuk melangkah. Sehingga akhirnya kita kalah terbawa arus. Mungkin istrimu, lingkungan barumu, tempatmu berkarya tidak sesuai dengan idealisme. Banyak hal yang berbeda, tapi semua itu adalah ”karuniaNya” yang akan menguji keberadaanmu di dunia ini. Istrimu adalah ujian buatmu dan sebaliknya dirimu adalah ujian buat istrimu. Tidah semua yang baik menurut kita adalah baik menurutNya. Tapi yakinlah Allah tahu apa yang terbaik buat kita. Yakinlah, istrimu yang saat ini ada disampingmu adalah sosok yang terbaik buat dirimu, maka jangan sia-siakan mutiara tersebut. Jadikan ia bidadarimu di dunia juga di akhirat.

Saudaraku…
Peliharalah selalu bahtera rumah tangga kalian sebesar apapun badai yang akan menerpa. Selalu perbaikilah bahtera itu agar bisa mengantarkan diri kalian sampai tujuan akhir. Jangan biarkan siapa saja merusak bahtera tersebut dengan tipu daya sedahsyat apapun. Eratkan kedua tangan kalian untuk menghadapi semua rongrongan dari pihak-pihak yang tidak bertangggung jawab. Peliharalah kedekatan emosi, kesatuan hati, sering-seringlah bermuhasabah, saling percaya, saling tabayyun, saling nasihat-menasihati dan tetaplah bersabar. Insya Allah semua masalah akan bisa diselesaikan dengan baik. Kembalikan setiap masalah padaNya.

Saudaraku…
Meskipun pesan ini saya kirim untuk dirimu tapi pada hakikatnya adalah pesan untuk diriku sendiri. Maafkan diriku apabila selama ini banyak tingkah laku saya yang kurang berkenan di hati. Mohon dukungan dan doanya agar diri ini tetap istiqomah dijalanNya dan bisa segera menyusul kalian.

Akhirnya saya ucapkan:
Selamat Menempuh Hidup Baru,
Baarokallahu laka wa baarik ’alaika wa jama’a bainakumaa fii khoir

BETAPA LUASNYA SURGA….

Wednesday, August 25, 2010 0 Comments
Sahabat sekalian yang tengah berpuasa Ramadhan,

Mari kita terus kuatkan jiwa untuk menekuni segenap peribadahan di bulan Ramadhan ini demi menggapai ketaqwaan kepada Allah swt. Mari kita terus bersemangat dan bersegera meraih magfirah dari Allah swt dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa kepada Allah swt (QS Ali Imran:133).

Dan diantara yang senantiasa mesti kita perkuat dalam hati adalah keimanan kepada surga yang Allah janjikan. Adapun kuatnya keimanan ini berbanding lurus dengan ma'rifah (pengenalan) kepada surga itu sendiri.

Ibnu Mas'ud r.a. berkata: Rasulullah saw. bersabda: Saya mengetahui akhir ahli neraka keluar dari neraka, dan akhir ahli surga masuk surga. Yaitu seorang yang keluar dari neraka dengan merangkak-rangkak, maka Allah berfirman kepadanya: Pergilah masuk surga! Maka pergilah orang itu. Tiba-tiba terbayang padanya seolah-olah (surga) sudah penuh, maka ia berkata: Ya Tuhan saya mendapatkannya sudah penuh. Allah berfirman: Pergilah masuk surga! Maka ia kembali pergi dan didapatkannya seolah-olah sudah penuh. Ia pun kembali berkata: Ya Tuhan, ia sudah penuh. Maka Allah berfirman: Pergilah masuk surga, bagimu di surga sepuluh kali besarnya dunia. Maka berkata orang itu: Apakah Kau menertawakan (mengejek) saya, Tuhan, padahal Engkau raja? Berkata Ibnu Mas'ud: Maka saya melihat Rasulullah saw. tertawa hingga tampak giginya, sambil berkata: Demikianlah serendah-rendah ahli surga tingkatnya. (HR Bukhari-Muslim).

Subhanallah. Sedemikian besar balasan surga yang Allah telah siapkan bagi hamba-hambaNya. Maka alangkah meruginya kalau balasan yang agung itu ditukar dengan dunia yang amat kecil ini.

Sahabat sekalian, pernahkah kita merenungi sungguh-sungguh seluas apakah surga itu? Surga itu seluas langit dan bumi, sebagaimana difirmankan Allah swt pada Alquran surat Ali Imran:133.

Mari kita simak sebuah hadits yang memberi gambaran kuantitatif tentang keadaan surga ini.

Abu Sa'id Alkhudry r.a. berkata: Berkata Rasulullah saw.: Di surga ada pohon, kalau seorang berkendaraan kuda yang paling cepat lalu kuda itu berlari di bawahnya selama seratus tahu, tidak akan habis (putus) naungannya. (HR Bukhari-Muslim).

Maka seluas apakah kiranya naungan satu pohon surga itu? Kalau kita misalkan kuda tercepat berlari dengan kecepatan 70 km/jam, maka naungan pohon itu lebih besar daripada 100 tahun x 364 hari x 24 jam x 70 km/jam atau 61.152.000 km, enam puluh satu juta seratus lima puluh dua ribu kilometer!

Untuk membandingkan jarak itu dengan jarak tempuh di bumi, mari kita hitung keliling bumi yang berjari-jari sekitar 6.378 km. Maka keliling bumi didapat dari perkalian 2 x 3.14 x 6.378 km atau sekitar 40.053,84 km. Jika kita bagikan 61.152.000 km dengan 40.053,84 km, maka akan diperoleh angka 1.526,75.

Subhanallah. Artinya naungan pohon di surga itu lebih panjang daripada 1526 kali keliling bumi!

Sahabat sekalian, hitung-hitungan ini hanya untuk mengokohkan keyakinan akan luasnya balasan surga yang dijanjikan Allah swt. Dan hitungan ini hanyalah untuk sebuah pohon surga saja. Wallahu a'lamu bish shawwab.

Sahl bin Sa'ad r.a. berkata: Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya orang surga melihat orang yang di atas tingkat mereka, bagaikan melihat bintang di langit. (HR. Bukhari-Muslim)

Semoga kita termasuk diantara yang akan dimasukkan Allah swt ke dalam surga yang penuh kenikmatan di dalamnya. Aamiin yaa Rabbal 'aalamiin.

Monday, August 23, 2010

Berbagi itu Luar Biasa Bahagianya

Monday, August 23, 2010 0 Comments

Sabtu, 21 Agustus 2010 pukul 15.30 aku bersiap berangkat ke Manggarai. Hmm, berpetualang lagi nih! Maklum, sebagai pendatang baru di belantara Jakarta ini, aku belum cukup mengenal daerah-daerah di Jakarta termasuk Manggarai. Berbekal informasi yang aku dapat dari Mbak Karina (salah satu personel FLP DKI Jakarta), untuk bisa ke Manggarai dari terminal Kampung Melayu, aku harus naik metromini 60. Keluar dari RedZone dengan mengenakan tas punggung kesayanganku, aku menuju depan Indomaret Jalan Otista II, naik Kopamilet Jaya 18 menuju Kampung Melayu. Turun di Kampung Melayu, aku sempat tanya ke sopirnya di mana tempat metromini 60 mangkal. Pak sopir menunjukkan arahnya. Akupun berjalan menuju tempat yang ditunjuk pak sopir. Karena tak kudapati satupun metromini 60, aku bertanya ke seorang tukang ojek. Wah, ternyata metromini 60 itu sudah jarang beroperasi. Ya sudah, akhirnya aku memutuskan untuk naik busway. Sesuai arahan dari seorang kakak seniorku (alumni UNS yang sekarang juga di Jakarta), aku naik busway kemudian turun di halte Matraman I. Dari halte Matraman I aku berjalan menuju halte Matraman II kemudian naik busway yang jurusan Pulo Gadung. Di busway, sempat membuka AL Qur'an digitalku yang ada di HP untuk mengecek hafalan. Eh, lagi asyik-asyiknya, ternyata sudah sampai di halte Manggarai. Ternyata dekat sekali. Setelah dari halte, aku mencari Metromini 62 arah Pasar Minggu. Akupun bertanya pada seorang kondektur Kopaja. Terima kasih Ya Pak, sudah ditunjukkan.

Aku berjalan menuju tempat Metromini 62 itu mangkal sembari membuka halaman belakang buku "DIARY RAMADHAN" merahku yang sudah kutulis alamat lengkap Panti Asuhan Muslimin Jaya. Saat membayar ongkos kepada sang kondektur Metromini 62, aku mewanti-wantinya untuk menurunkanku di Gang Bedeng. Alhamdulillah, 5 menit kemudian sampai juga di Gang Bedeng. Turun, lalu berjalan kaki menuju panti. Eh, ketemu Mbak Dina Purnamasari yang sedang asyik telepon. Rambut baru nih! Mbak Dina adalah rekan seperjuanganku di Divisi Non Fiksi Muda Angkatan ke-14 FLP DKI Jakarta. Sampai di panti, sudah ada Mas Rusdin dan istrinya, Eva "Vana Pinkerz", dan beberapa rekan. Kami langsung naik ke lantai 2. Acara baru dimulai dan sudah sampai sesi perkenalan. Duduk, langsung ditunjuk untuk memperkenalkan diri. Waw, subhanallah... adik-adiknya banyak banget. Imut-imut. Setelah perkenalan, acara selanjutnya adalah permainan. Mbak Desi selaku MC mengarahkan adik-adik pada permainan kali ini. Adik-adik dibagi selembar kertas berisi 4 buah gambar dan mereka diminta untuk menceritakan gambar itu dengan menuliskannya. Wah, semua jadi pada serius menulis. Semangat!!! Saat itu, aku duduk di samping dua anak yang setelah kuintip tulisannya, baru aku tahu kalau mereka bernama Rio dan Bowo. Bowo kelas 3 SD, sedang Rio kelas 4 SD. Tulisan Bowo bagus, pakai huruf tegak bersambung. Saat aku sedang asyik 'ngobrol' dengan Mbak Suri, tiba-tiba Rio bertanya, "Bu, tulisannya berapa banyak?". Wehhh, aku dipanggil "ibu", kontan aku dan Mbak Suri nyengir. Hehehe... Pukul 16.45, kompetisipun berakhir. Selanjutnya, pembacaan puisi oleh Mbak Asqa yang berjudul "Renunganku"



Aku ingin seperti seorang syuhada

Yang hidup di sisi-Nya untuk selamanya

Aku ingin seperti seorang syuhada

Yang melimpahkan seluruh hidup hanya kepada-Nya

Ya Allah...

Betapa besar kenikmatan yang Engkau berikan

Segala kebahagiaan dan kekecewaan yang kualami

Adalah untuk mempertebal imanku

Aku berhamdalah

Tatkala Kau berikan kenikmatan

Dan aku belajar bersabar

Tatkala aku mendapat kesulitan

Karena ku yakin

Ada setitik harapan dalam kesusahanku

Karena ku percaya pada janji-Mu

Ya Allah...

Betapa lapangnya hati ini

Setelah begitu banyak kesulitan yang aku hadapi

Sekarang terbukalah mata hatiku

Bahwa hanya kepada Engkaulah

Tempat aku memohon pertolongan

Hanya Engkaulah yang mampu mengobati semua kesusahanku

Allah, terima kasih atas segalanya

Atas petunjuk dan hidayah-Mu kepadaku

Atas kerahiman-Mu yang masih mempedulikan aku

Sungguh, aku hanya dapat berharap kepada-Mu

Bukan kepada seorang manusiapun

Kini, aku lebih percaya kepada-Mu

Memahami maksud dan tujuan hidupku di dunia

Mengerti akan alasan Engkau menciptakan diriku

Memahami fungsiku di dunia ini

Ya Allah, begitu besar rasanya aku mencintai-Mu

Cinta yang begitu tulus dan murni

Tapi, mampukah aku mencapai cinta-Mu?

Hanya dengan izin-Mu, aku mampu mencapainya

Akhirnya, hanya ridho-Mu yang kucari

Hanya surga-Mu yang kudamba

Semoga Engkau selalu bersamaku

Dalam hatiku

Karena aku membutuhkan-Mu

Ya Allah, bila Kau panjangkan umurku

Jadikanlah aku orang yang beriman

Dan jangan Kau sia-siakan hidupku

Karena aku ingin sepenuhnya mengabdikan hidupku kepada-Mu



Oh ya... banyak personel FLP DKI Jakarta yang punya rambut baru nih. Sebut saja, Mbak Dina, Ikal, dan Pak Arya. Wew...

Setelah pembacaan puisi, dilanjutkan dengan sambutan oleh pengelola Panti Asuhan Muslimin Jaya, Bapak Idris. Pada sambutannya tersebut beliau menyampaikan bahwa saat ini jumlah total anak-anak panti sebanyak 50 orang, 30 laki-laki dan 20 perempuan. Mereka ada yang yatim piatu, yatim, piatu, dan anak-anak dari keluarga tidak mampu.

Selanjutnya, sambutan dari Kepala suku FLP DKI Jakarta, Taufan E.Prast. Dengan gayanya yang cuek tapi konyol, Kang Tef memperkenalkan FLP Jakarta kepada adik-adik. Beliaupun berharap bahwa acara ini tidak hanya sekali, tapi berkesinambungan karena berbagi itu luar biasa bahagianya.

Setelah itu, Kang Tef memperkenalkan beberapa penulis yang sudah menghasilkan banyak karya. Sebut saja, ada Mas Sokat, Kang Andy Joy Terjal Sunarto, Mbak Karina, Mbak Iecha, Mbak Era, dll. Kang Tef bagi-bagi doorprize. Saat adik-adik ditanya, "Siapa yang hari ini sudah baca buku?" Dengan berani Rio mengangkat tangan. Buku yang ia baca berjudul "Kura-kura". Akhirnya ia berhasil mendapat hadiah sebuah buku berjudul "Usamah bin Zaid". Setelah itu, adik-adik yang berani maju ke depan untuk menyanyi, mendapat doorprize berupa buku. Bowo juga maju dan menyanyikan lagu "Balonku ada Lima". Paling lucu waktu ada dua anak yang menyanyi "Cicak-cicak di Dinding". Hap-nya berkali-kali. Kata Kang Tef, kalau "hap" nya cuma sekali, berarti baru satu nyamuk yang mati. Jadinya "hap"-nya berkali-kali deh. Wah, Kang Tef ngerjain adik-adik nih. Hehehe...

Menjelang pukul 17.15, hadirlah Ustadz Zaki Mubarok di tengah-tengah kami. Beliau menyampaikan tausyah. Berikut inspirasi yang didapat :

Bila kita sayang pada anak yatim, insya Allah kita akan mendapat syafaat dari Rasulullah Saw. Kita akan dekat dengan Rasulullah Saw seperti dua jari yang saling merapat, bukan merenggang. Ustadz menceritakan tantangan-tantangan yang dihadapi Rasulullah Saw saat menyebarkan agama Islam. Ketika mau ke masjid, beliau "disambitin" oleh seorang kafir Quraisy. Tapi Rasulullah Saw tidak marah, beliau terus berdoa pada Allah agar orang yang melemparkan itu diberi petunjuk. Sampai suatu hari, saat Rasulullah Saw hendak ke masjid, tidak ada lagi yang "menyambiti" dia. Ternyata orang itu sakit dan jatuh miskin, malah sekarang jadi "tukang kemis" (pengemis). Hmm, waktu pak ustadz ngomong "tukang kemis" ini, banyak yang kasak-kusuk di belakangku. Membahas, kata dasar "kemis" yang sepertinya tak ada. Hehe... dasar penulis!!! Saat itu Rasulullah Saw sedang sakit, Abu Bakar bertemu dengan Aisyah dan menanyakan apakah ada kebiasaan Rasulullah Saw yang belum beliau laksanakan. Aisyah pun menceritakan kalau Rasulullah Saw sering memberi makan seorang pengemis buta yang dulu pernah "menyambiti" Rasulullah Saw dengan batu. Rasulullah tetap memberikan perhatian pada pengemis buta itu. Sebelum Rasulullah Saw sakit, beliau sering memberi makan orang itu. Lalu Abu Bakar mendatangi pengemis buta itu untuk memberikan makan. Tapi pengemis buta itu merasa ada yang berbeda. Pengemis itu mengatakan bahwa yang biasanya memberi makan, orangnya lembut. Akhirnya Abu Bakar mengatakan bahwa yang biasanya memberinya makan adalah Rasulullah Saw, orang yang biasa dia "sambiti".

Hikmah yang bisa diambil dari kisah di atas adalah : jika kita mendapatkan keburukan dari orang lain, jangan dibalas dengan keburukan pula, tapi balaslah dengan kebaikan.

Ustadz Zaki juga menyebutkan "Orang-orang yang dirindukan surga", yakni :

1. Membaca Al Qur'an

"Siapa yang sudah dapat juz 1?" Ustadz Zaki bertanya pada adik-adik.Alhamdulillah, Rio kembali mengangkat tangannya.

Setiap 1 huruf Al Qur'an mengandung 10 kebaikan

Di bulan Ramadhan, setiap amalan digandakan 70 kali. Termasuk membaca Al-Qur'an. Kalau Alif Lam Mim saja 3 huruf, berarti sudah berapa kebaikan tuh yang didapat?? Tapi jangan Alif Lam Mim melulu yang dilafalkan!!

2. Orang-orang yang senantiasa menjaga lisannya

3. Orang yang memberi makan orang-orang yang kelaparan

4. Orang-orang yang berpuasa di bulan Ramadhan

Pukul 05:57 adzanpun berkumandang, kami membaca doa buka puasa.

Ikal dan pasukannya (Arief, Soson, Sayuda) membagi-bagikan es buah dan makanan ta'jil pada kami. Aku, Mbak Suri, dan Budhe Anisa makan sambil bercakap-cakap pakai bahasa Jawa. Ngerjain Mawah nih! Hehehe... maaf ya Say!

Senang juga rasanya melihat adik-adik makan dengan lahapnya.

Habis makan snack, kami sholat Maghrib berjamaah, sebagian sholat di panti, sebagian lagi sholat di masjid dekat panti.

Setelah sholat berjamaah, kami makan bersama. Kardus kotak makannya berwarna MERAH. I LIKE IT. Setelah dibuka... SURPRISE!!! Isinya nasi yang dibungkus daun pisang. Bentuknya lucu. Setelah bungkusnya dibalik posisinya baru ketahuan kalau itu namanya NASI BOGANA, khas Tegal! Setelah dibuka, ternyata kayak nasi rames. Kami pun makan bersama. Dasar penulis, sambil makan sempat-sempatnya kita membahas tentang EYD dan beberapa kosa kata termasuk kata "disambiti" dan "kemis" tadi. Lucu!!! ^^v.

Sambil makan, aku mengamati Rio dan Bowo. Aku tanya pada mereka kenapa tidak dimakan. Mereka menjawab kalau mereka pengin makan nanti saja. Selesai makan, si kecil Rio beringsut mendekatiku. Ia pun bertanya, ""Bu, boleh tukar buku ini dengan Al-Qur'an itu?" Aku jelaskan padanya bahwa buku itu hadiah untuknya, sedang Al-Qur'an itu akan diserahkan ke panti dan bisa dia baca setiap saat. TERHARU!!!! Jadi makin cinta sama Rio, si kecil itu sangat tahu bahwa Al-Qur'an begitu berarti dalam hidupnya.. SUBHANALLAH....!!!

Setelah makan bersama, FLP DKI Jakarta menyerahkan hibah Al-Qur'an dan buku kepada panti asuhan Muslimin Jaya. Kemudian salam-salaman foto bersama deh! Serunya... Rio kembali mendekatiku dan mencium tanganku. Si kecil ini dah lengket ma aku deh ^^v.

Sebelum pulang, ada pembagian sertifikat INAUGURASI MUDA Angkatan 14 FLP DKI Jakarta. Hiks, ada beberapa yang belum kebagian. Ke mana hayo???

Subhanallah, hujan turun saat perjalanan pulang. Meski bawa payung, tapi aku tak membukanya. Biarkan diri ini merasakan cinta-Nya secara langsung lewat titik-titik air yang jatuh dari langit. Semoga ini pertanda berkah dari-Nya atas kegiatan yang kami lakukan hari ini. Aamiin...

***

Seutas tali memadu simpul tawamu duhai kawan

Simpulnya jatuh dipelupuk nurani yang tertambat cinta

Cinta berkawan bersama nikmati semusim masa

Disela kehangatan berkawan adalah aku pandang

Satu persatu garis wajah duhai kawan penuh harapan

Andai saja slalu bersama setiap masa sehati

Suratan Tuhan kita disini menapaki cerita bersama

Cinta berkawan karna sehati dalam kasih Illahi

Tepiskan hal yang berbeda agar kisahmu teramat panjang

Simpan rapi harapan berkawan selamanya..

(Cinta Berkawan_Edcoustic)

***

Special buat Anggota Muda angkatan 14 yang datang : Deasy, Mbak Suri, Mbak Dina, Mbak Nain, Eva, Mimin, Fitri, Mawah, Budhe Anisa, Mbak Nisa, Mbak Retno, Ikal, Arief, Soson, Sayuda, Ghofar, hmm... sapa lagi ya??? tetep jaga ukhuwah kita yaaa...

Untuk angkatan "Tua" ada Kang Taufan (pastinya), Mbak Era, Mbak Asqa, Mbak Iecha, Mbak Karina, Mbak Desi, Mbak Ade, Kang Arya, Pak Lamuna, Mas Rusdin, dll... terus bimbing kami ke "JALAN YANG BENAR" ^^v



Jakarta, 23 Agustus 2010

Aisya Avicenna

Wednesday, August 18, 2010

RAMADHAN, CINTA MEMANG ADA DI DALAMNYA…

Wednesday, August 18, 2010 0 Comments
Tak terasa putaran sang waktu telah membawa kita pada hari ke-8 di Bulan Ramadhan, bulan yang mulia ini…bulan yang penuh CINTA bagi jiwa-jiwa perindu kemenangan…

Cinta memang ajaib. Seperti menafsir kembali tentang pemaknaan syukur. Keajaiban syukur itu hanya akan dapat diterjemahkan dalam uraian-uraian yang menjiwa. Syukur hanya bersemi dalam jiwa-jiwa yang memiliki keterampilan sekaligus kecerdasan dalam memaknakan setiap apapun itu sebagai sebuah karunia. Makin cerdas dalam memaknakan setiap –sekecil apapun- sebagai karunia, makin tinggi pula keterampilan bersyukurnya. Cinta, membutuhkan pemaknaan yang mendalam dan menjiwa. Cinta kepada Allah SWT, cinta kepada Rasulullah, cinta kepada kedua orang tua kita, cinta kepada sahabat, cinta kepada ‘belahan jiwa’ kita, dll….

Cinta memang ajaib. Tumbuh berseminya adalah energi yang melipat-lipat. Jika kita ingin menafsir tentang keajaiban cinta, keajaiban itu hanya bisa diurai jika jiwa kita-pun telah mampu menerjemahkan setiap episode kerja-kerja jiwa itu sebagai buah dari cinta. Ketika cinta akhirnya harus berkorban, ketika cinta itu akhirnya membawa rasa kebersamaan dalam lara, dalam penderitaan dan ujian yang membuat hati menghiba. Ketika cinta itu akhirnya menumbuhkan kesetiaan yang tak terkira, ketika cinta itu mampu menafsir kedipan mata kekasih jiwa, bahkan setetes air mata kekasih sebagai tafsir bahasa jiwa yang penuh rona. Ketika cinta melahirkan kekuatan bertahan dari prinsip, bertahan untuk tetap sabar, ketika cinta membawa energi ketaatan dan ketundukan. Kepasrahan dan kebersandaran. Ketika cinta (akhirnya) bertasbih, mentasbihkan sang Pemilik Jiwa Cinta, Al-Waduud.

Itulah sebab musababnya kenapa Allah SWT SWT sesungguhnya Dzat Yang Maha Pecinta (al-waduud). Ketika Dia menyapa dalam bahasa cinta; qul yaa ibaadii (katakanlah: Wahai hambaku…). Janganlah kalian berputus asa dari RahmatKu.

Ketika Allah SWT tak pernah menyia-nyiakan setiap amal hambaNya, itupun bukti cinta. Allah SWT menguji manusia dengan kehendak Cinta-Nya agar daun-daun kekhilafan ini berguguran, agar harta-harta yang tergenggam jadi tersucikan, agar jiwa-jiwa kembali dalam kefitrahan, agar keyakinan tentang makna perjuangan itu semakin terkokohkan. Itulah rahasianya. Seorang hamba yang meneteskan air mata dalam keheningan munajatnya bahkan Allah SWT sampai mengatakan bahwa dialah yang kelak akan mendapatkan pertolongan-Ku. Allah SWT tak ‘membiarkan’ tetesan-tetesan air mata itu sebab tetesan itu punya makna; makna penyesalan, makna ketundukan, makna ketenangan (karena hanya pada-Nya-lah hidup ini diserahkan. Bahkan jika Allah SWT berkehendak, setetes air mata keinsyafan akan menjadi syafaat status hamba, menjadikan air mata sebagai wasilah ridha Allah SWT untuk memadamkan kilatan-kilatan siksa.

Itulah keajaibannya. Cinta melipat-lipatkan kemampuan jiwa untuk care (memberi perhatian), semacam keinginan menggelora agar sang kekasih selalu dalam keadaan baik, bahagia dan tentram karenanya. Melipat-lipatkan agar jiwa memiliki amaliyah mutakamilah (kerja totalitas antara gagasan,emosi jiwa dan tindakan nyata). Cinta sebagai spirit dan gagasan, emosi dan tindakan; gagasan tentang bagaimana membuat yang dicintai menjadi tumbuh berkembang lebih baik dan bahagia karenanya. Cinta tidak hanya getaran emosi melankolik tapi butuh pembuktian. Mencintai berarti merindui…, karena itulah buktinya. Seperti saat Ramadhan ini, munajat kerinduannya adalah; Waballighna ilaa RAMADHAN. Waballighna (Ya Allah SWT, pertemukan/sampaikan kami di Bulan Ramadhan…) waballighna adalah ungkapan kerinduan. Merindu-nya berarti mencintai-nya.

“…pabila cinta memanggilmu…
ikutilah dia walau jalannya berliku-liku…
Dan, pabila sayapnya merangkummu…
pasrahlah serta menyerah,
walau pedang tersembunyi
di sela sayap itu melukaimu…”

(Kahlil Gibran)

Mencintai Ramadhan, adalah mencintai setiap seluk lekuk kepribadian Ramadhan. Bertabur keberkahan. Berhias pesona. Berbingkai kesabaran. Bernaung di bawahnya keyakinan akan kemurahannya disana ada gelombang-gelombang pengguguran dosa. Disana ada pintu Ar-Rayyan yang terbuka. Pintu Rahmah dan maghfirah. Beratnya menghias pesona Ramadhan akan melahirkan lipatan-lipatan kekuatan untuk menghidupinya dengan cinta. Bila yang didapat adalan penggalan episode kepedihan dan penderitaan, maka cinta menjadi penawarnya sebagai kekuatan penyadaran jiwa menjadi pesona Ramadhan yang menentramkan. Tak ada kegalauan dan kegamangan, sebab cinta hanya mengenal membahagiakan kekasih jiwa. Cinta melipatkan kekuatan-kekuatan yang terserak. Cinta memang ada di dalamnya; seribu satu keajaiban.

[Keisya Avicenna, 8 Ramadhan 1431 H…”Agar Cinta Bersemi Indah’ –dari berbagai sumber, esp. tulisan : Kang Denny Eka Sukma Atmaja-]

Indonesiaku, Indonesiamu, Indonesia Kita…

Wednesday, August 18, 2010 0 Comments

Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu,
Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi
berterang-terang curang susah dicari tandingan,
Di negeriku anak lelaki anak perempuan, kemenakan, sepupu
dan cucu dimanja kuasa ayah, paman dan kakek
secara hancur-hancuran seujung kuku tak perlu malu,
Di negeriku komisi pembelian alat-alat berat, alat-alat ringan,
senjata, pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu dan
peuyeum dipotong birokrasi
lebih separuh masuk kantung jas safari,
Di kedutaan besar anak presiden, anak menteri, anak jenderal,
anak sekjen dan anak dirjen dilayani seperti presiden,
menteri, jenderal, sekjen dan dirjen sejati,
agar orangtua mereka bersenang hati,
Di negeriku penghitungan suara pemilihan umum
sangat-sangat-sangat-sangat-sangat jelas
penipuan besar-besaran tanpa seujung rambut pun bersalah perasaan,
Di negeriku khotbah, surat kabar, majalah, buku dan
sandiwara yang opininya bersilang tak habis
dan tak utus dilarang-larang,
Di negeriku dibakar pasar pedagang jelata
supaya berdiri pusat belanja modal raksasa,
Di negeriku Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah,
ciumlah harum aroma mereka punya jenazah,
sekarang saja sementara mereka kalah,
kelak perencana dan pembunuh itu di dasar neraka
oleh satpam akhirat akan diinjak dan dilunyah lumat-lumat,
Di negeriku keputusan pengadilan secara agak rahasia
dan tidak rahasia dapat ditawar dalam bentuk jual-beli,
kabarnya dengan sepotong SK
suatu hari akan masuk Bursa Efek Jakarta secara resmi,
Di negeriku rasa aman tak ada karena dua puluh pungutan,
lima belas ini-itu tekanan dan sepuluh macam ancaman,
Di negeriku telepon banyak disadap, mata-mata kelebihan kerja,
fotokopi gosip dan fitnah bertebar disebar-sebar,
Di negeriku sepakbola sudah naik tingkat
jadi pertunjukan teror penonton antarkota
cuma karena sebagian sangat kecil bangsa kita
tak pernah bersedia menerima skor pertandingan
yang disetujui bersama ….
(Dikutip dari puisi karya penyair Indonesia, Taufik Ismail: “Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia”)
***
Melihat kondisi bangsa kita seperti dalam puisi di atas akankah kita berdiam diri saja???
Mari terus kobarkan semangat MERAH PUTIH dalam diri kita!!!
***
17 Agustus…
Ternyata kemarin kita masih merayakannya dengan upacara bendera.
Ternyata kemarin kita masih hafal lagu Indonesia Raya
Ternyata kita masih ingat pada cara tegap kita menghormat merah putih
Ternyata cinta kita pada Indonesia masih begitu besar bahkan meledak-ledak…
Tapi itu… kemarin!
Hari ini… masih adakah rasa cinta yang demikian besarnya pada Indonesia seperti yang dirasa kemarin?
Atau rasa kemarin hanya sekedar euforia belaka? Sesaat, lalu hilang terbawa angin…

Jika memang kita adalah generasi penerus bangsa, agen perubahan bangsa, motor penggerak bangsa, maka kita harus mulai peduli dengan nasib bangsa, berjuang dalam dimensi kita, semampu kita, dan setulus hati kita. Tak hanya kemarin, tapi juga sekarang, dan sampai kapanpun…
***
Ya Allah..Lindungilah bangsa ini dengan kuasa-Mu,
Ya Allah..Tuntunlah bangsa ini dengan cahaya-Mu,
Ya Allah..Ridhoilah bangsa ini dengan kasih sayang-Mu,
Ya Allah..Ampunilah segala dosa bangsa ini, yang terkadang lalai memuja-Mu,
Ya Allah..Ampunilah segala dosa bangsa ini, yang sering menyekutukan-Mu,
Ya Allah..Yang Maha Penyayang, Yang Maha Bijaksana,
Mudahkanlah jalan bangsa ini meraih kebahagiaan dunia akhirat,
Ya Allah..Yang Maha Besar, Yang Maha Luhur..
Kami bersujud pada-Mu, Semoga Engkau selalu membukakan pintu hidayah-Mu pada hamba yang nista..
Robbana ‘atina fiddunyaa khasanah wa fil akhiroti khasanah waqinaa ‘adzabannar..
Bangkitlah negeriku...
Harapan itu masih ada!!!
***
Indonesia ...
Merah Darahku, Putih Tulangku
Bersatu Dalam Semangatmu

Indonesia ...
Debar Jantungku, Getar Nadiku
Berbaur Dalam Angan-anganmu

Gebyar-Gebyar, Pelangi Jingga

Biarpun Bumi Bergoncang
Kau Tetap Indonesiaku
Andaikan Matahari Terbit Dari Barat
Kaupun Tetap Indonesiaku

Tak Sebilah Pedang Yang Tajam
Dapat Palingkan Daku Darimu
Kusingsingkan Lengan
Rawe-rawe Rantas
Malang-malang Tuntas
Denganmu ...


Indonesia ...
Merah Darahku, Putih Tulangku
Bersatu Dalam Semangatmu

Indonesia ...
Debar Jantungku, Getar Nadiku
Berbaur Dalam Angan-anganmu

Gebyar-Gebyar, Pelangi Jingga

Indonesia ...
Merah Darahku, Putih Tulangku
Bersatu Dalam Semangatmu

Indonesia ...
Nada Laguku, Symphoni Perteguh
Selaras Dengan Symphonimu

**
Aku masih di sini.. di Indonesia!
Aisya Avicenna

Monday, August 16, 2010

Dulu Menulis, Kini Menulis, Sampai Nantipun Menulis

Monday, August 16, 2010 0 Comments

Oleh : Aisya Avicenna *)

Tahun Millenium sebagai Tahun Pijakan Pertama
Tahun 2000 yang juga dikenal sebagai tahun millenium menjadi momentum kelahiran Forum Lingkar Pena (FLP) DKI Jakarta. Saat itu ketua pertamanya adalah Saifulah M. Satori yang juga membawahi ketua cabang lainnya, yakni : Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Depok, Bekasi, Bogor, dan Tangerang. Meski kegiatan-kegiatannya masih menumpang dengan kegiatan FLP Pusat, sedikit demi sedikit FLP Jakarta mulai memperkenalkan diri pada khalayak.
Tahun 2002, FLP DKI Jakarta memasuki kepengurusan periode kedua di bawah pimpinan Azimah Rahayu. FLP DKI Jakarta mengalami perkembangan yang semakin pesat. Pada kepengurusan kali ini, FLP DKI Jakarta menggabungkan semua cabang. Untuk wilayah Tangerang, Bekasi, Bogor, dan Depok sudah tidak di bawah pimpinan ketua FLP DKI Jakarta lagi. Karya yang dilahirkan FLP DKI Jakarta juga semakin banyak. Masyarakat juga semakin berminat untuk bergabung dengan FLP.
Tahun 2004 FLP berganti kepengurusan lagi. Di bawah komando Andi Tenri Dala, pada periode ini terjadi perubahan yang cukup signifikan terkait pembagian wilayah, cabang, dan ranting.
Tahun 2007 kepemimpinan beralih ke Billy Antoro. Periode keempat FLP ini lebih berorientasi secara eksternal, berbeda dengan periode pertama, kedua, dan ketiga yang memang lebih berorientasi secara internal pada pondasi organisasi, struktur, dan pola kaderisasi. Pada periode ini FLP DKI Jakarta mencoba lebih mengenalkan eksistensi dirinya di berbagai media yang ada. Menulis dan terus menulis.

Ruhnya di Masjid, Semangatnya Berbagi
Pada tahun 2010 ini, kepengurusan FLP DKI Jakarta memasuki periode ke-5. Taufan E. Prast-lah yang diberi amanah sebagai ketua. Misi kepengurusan kali ini adalah menjadikan FLP DKI Jakarta yang penuh motivasi, melapangkan komunikasi, dan merajut silaturahmi. Seperti visi awal berdirinya FLP pada tahun 2007, yakni membangun Indonesia cinta membaca dan menulis serta membangun jaringan penulis berkualitas di Indonesia. FLP DKI Jakarta juga turut sepakat untuk menjadikan menulis sebagai salah satu proses pencerahan umat. Itulah mengapa disebut bahwa ruhnya FLP itu di masjid, selain karena tempat pertemuan rutin anggota FLP DKI Jakarta juga dilakukan di Masjid Amir Hamzah, Taman Ismail Marzuki.
Seburuk-buruknya tulisan anggota FLP Jakarta, pasti di dalamnya mengandung hikmah dan pelajaran. Tulisan yang mencerahkan, tulisan yang berpondasi pada Islam, dan tulisan yang mampu menebarkan kebaikan adalah tulisan-tulisan yang menjadi barometer karya anggota FLP Jakarta. Tulisan sebagai interpretasi dari semangat berbagi kebaikan lewat rangkaian kata yang berpadu menjadi karya yang inspiratif.
Pada tanggal 17-18 Juli 2010 di Palm Hill, Cikereteg, Bogor dilantiklah anggota terbaru FLP DKI Jakarta. Mereka dilantik menjadi anggota muda FLP Jakarta angkatan 14. Kini, FLP DKI Jakarta dengan pendatang barunya semoga juga memberi warna baru yang beriring dengan prestasi baru juga. Selain itu, semoga keanggotaan baru ini dapat menjadi sarana kompetisi untuk saling meningkatkan kompetensi masing-masing, mengingat persaingan di dunia kepenulisan juga semakin ketat.

Karya yang Menjadi Warisan
Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, penulis mati meninggalkan karya. Itulah yang menjadi harapan setiap penulis yang ada di FLP DKI Jakarta. Biarlah tulisan-tulisannya itu menjadi harta paling berharga untuk diwariskan. Biarlah karya-karya itu menjadi pemberat timbangan amal di hari akhir kelak. Harapannya, semoga seiring berjalannya waktu, FLP DKI Jakarta juga semakin maju dan produktif dalam mencetak penulis berikut karya-karyanya yang mampu memberi pencerahan bagi para pembaca. Karena menulis adalah sarana berinvestasi di akhirat yang bisa mendatangkan pahala yang berlipat. Dulu menulis, kini menulis, dan sampai nantipun akan terus semangat untuk merangkai tulisan terbaik.

Referensi : Modul Pelatihan Pramuda Angkatan 14

*) Penulis esai ini adalah Aisya Avicenna. Pemilik nama asli Etika Suryandari, S.Si ini berprofesi sebagai statistisi, penulis dan juga entrepreneur. Senang membaca, mengoleksi buku, dan berpetualang. Anggota Muda angkatan ke-14 FLP DKI Jakarta ini, mempunyai blog di : www.thickozone.blogspot.com

Ditulis dalam rangka mengikuti LOMBA INTERNAL FLP DKI JAKARTA

GORESAN TINTA ‘SATU HARI’ INSAN PERINDU SURGA [RAMADHANKU…]

Monday, August 16, 2010 0 Comments


Catatan ini berisi tentang diary seorang muslim selama satu hari dalam kehidupannya di Bulan Ramadhan. Semoga diary satu hari ini dapat menginspirasi dan memotivasi kita, dapat kita pelajari untuk kemudian lebih kita tingkatkan kepada derajat yang lebih tinggi lagi.

1. SHUBUH
Ia tersentak dari tidurnya setelah bunga tidur membawanya ke suatu tempat yang ia sendiri pun tidak tahu, karena ia sangat menikmati tidur tersebut. Ia memang lelah dan letih setelah seharian beribadah (maksudnya ibadah adalah semua detk-detik hidupnya hari itu ia niatkan untuk Allah SWT). Alangkah nikmatnya tidur, terucap dzikir olehnya, “Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kehidupan kepadaku dan kepada-Nyalah aku akan dibangkitkan”.

Beginilah kiranya hari dibangkitkan, satu kali dongakan, lalu semuanya berkumpul. Ia bangkit, membersihkan dirinya dengan wudhu yang suci sebelum datang bala tentara syaitan yang membuat ia tidur kembali.

Setelah itu ia sahur, bersama sahabat-sahabat kostnya, kemudian ketika mendengar Adzan Shubuh, ia melakukan shalat Sunnah Fajar secara ringkas lalu ia menuju masjid dengan tenang. Imam bertakbir, ia telah mengambil shaf di belakang imam, bertakbir bersamanya.

Allahu akbar, ia angkat tangannya, ia besarkan Allah SWT dalam dirinya, sedangkan dirinya adalah debu yang tidak ada arti. Sekarang, debu itu telah diizinkan menghadapkan Dzat yang Maha segalanya, dengan apa ia harus menghadap? Sedangkan ia seorang yang tidak punya daya dan upaya. Apa yang ia minta kepada Dzat yang memiliki semuanya, dengan sebanyak itu permintaannya, disaat itu sisi pertanyaan lain muncul, layakkah ia meminta dan memohon, sedangkan ia hamba yang sering membangkang kepada majikannya. Untuk bisa diterima berdiri dihadapannya saja sudah sebuah keutamaan, biarlah ia tidak meminta, mengakui dan menghitung kesalahannya saja sudah cukup baginya, begitulah ia dalam shalatnya sampai salam.

Setelah selesai berdzikir, lalu ia berdiri. Ia telah memasang niat untuk kuliah, menuntut ilmu sebagai bekal mewujudkan cita-citanya. Tak lupa sampai di kampus, ia sempatkan untuk sholat dhuha di mushola dan senantiasa mengisi waktu luangnya dengan mengaji dan mengkaji ayat-ayat suci Al Qur’an. Rasanya ibadahnya yang tadi sudah cukup menggoreskan norma ibadah dalam kesibukan dunianya.

2. DHUHUR
Adzan di masjid kampus dikumandangkan, ia tinggalkan semua kesibukan, lalu ia berangkat ke masjid, ia tuangkan air ke anggota wudhunya yang zhahir, dimulai dari muka. Ia sentuh muka yang seharian telah banyak melihat, rasa malu muncul. Bagaimana mungkin ia hanya membersihkan kulit muka tanpa membersihkan batin muka, tidak tahukah ia, kepada siapa ia menghadap? Apakah yang telah ia bangun tadi pagi, harus ia runtuhkan siang ini?? Tidak !!! ia harus kembali meminta dan memohon, ia sadari betul bahwa ia tidak akan bisa lepas dari Penciptanya, ia dapat melihat kesalahan dosanya tersebut jatuh bersamaan tetesan dari air wudhunya. Begitu seterusnya pada anggota wudhunya yang lain. Ia pun shalat dengan caranya yang tadi pula.

Dalam perjalanan pulang ke kost, ia sempat bertemu dengan seorang nenek yang biasa meminta-minta di lingkungan kampus. Wajah yang kian hari kian renta, namun nenek itu sebatang kara, entah dimana sekarang keluarganya. Ia berikan sebagian uang sakunya. Semoga dapat meringankan bebanmu ya nek…

3. ASHAR
Setelah melakukan shalat dan membaca Al Qur’an, ia pulang. Target dalam satu hari minimal 1 juz membaca Al Qur’an dan mentadhaburi artinya. Lalu ia duduk mengetik surat undangan kajian yang telah diamanahkan kepadanya oleh pengurus masjid kampus.
Sambil menunggu waktu berbuka, ia membersihkan kost-kostan yang selama ini sudah ia anggap sebagai miniatur kehidupannya sambil mendengarkan lantunan murrotal yang mengalun begitu syahdu, sambil ia murojaah hafalan Al Qur’an-nya. Telinganya mendengar, hati dan pikirannya meresapi apa yang didengar tetapi tangannya tetap bekerja.

Setelah selesai, ia membersihkan diri kemudian bersiap buka puasa bersama sahabat-sahabat kostnya. Sebagai aktivis masjid kampus, terkadang ia pun bertugas menyiapkan makanan berbuka (ifthor) di masjid. Tapi memang hari ini bukan gilirannya bertugas. Jadi, ia pun menyempatkan diri untuk bisa berbuka puasa bersama sahabat-sahabat kostnya yang sudah ia anggap sebagai keluarganya sendiri.

4. MAGHRIB
Shalat berjamaah adalah hari-harinya. Meramaikan hati dengan perjalanan spiritualnya yang panjang dengan Allah SWT. Setiap pertemuannya dengan Allah SWT, di shalat-shalat itu, lain pula cerita dan lain pula munajatnya, ceritanya dengan Allah SWT jauh lebih panjang dari cerita kehidupan dunianya.

Setiap geraknya ia bawakan kepada Allah SWT, setiap ia berbolak-balik dalam nikmat-Nya, ia pulangkan semuanya kepada Allah SWT. Kadang-kadang keluar dari mulutnya kata, “Alhamdulillah”. Akan tetapi, arti kata itu dalam dirinya begitu mendalam, sejalan dengan nikmat yang telah ia resapi itu. Kalau ia sedang meresapi itu, baru terasa baginya kehidupan.

5. ISYA’, TARAWIH DAN WITIR
Isya’, berangkatlah ia bersama sahabat-sahabatnya ke masjid. Menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan shalat sunah Tarawih dan Witir.

Berangkat dengan niat bertemu kawan-kawannya fillah, bagaimana ia tidak bahagia, mereka-mereka itu adalah manusia pilihan Allah SWT, nafasnya sama dengan nafas mereka, alur pikirannya sama dengan alur pikiran mereka, di saat nafas dan pikiran manusia kebanyakan telah rusak. Baginya, mereka adalah pelipur lara dari keterasingannya. Mereka adalah obat dari segala kesedihannya di dunia. Mereka adalah gambar yang hidup, yang menjadi penyemangat dirinya untuk selalu istiqomah di jalan Allah SWT.

Benar, ia tertawa lepas bersama mereka, karena tertawanya dengan yang lain adalah tertawa yang tertahankan. Mukanya manis dengan mereka, karena manis mukanya kepada yang lainnya adalah manis yang dipaksakan.
Begitulah, sampai ia pulang ke “miniatur kehidupannya” dengan berharap akan surga dan takut akan neraka.

[Keisya Avicenna, sumber inspirasi : Buku ‘BERSEMILAH RAMADHAN’….6 Ramadhan 1431 H]

KEPAKAN SAYAP RINDU

Monday, August 16, 2010 0 Comments
Benda kotak berjalan dgn putaran roda ini kmbli membawaku ke sbuah kota yg tlah merengkuhku dlm keagungan Cinta..



Luruh segala gundah tatkala kmbli terlukis indah hamparan impian..

Terbentang dlm nafas2 penuh harapan..

Dalam doa2 panjang tak berkesudahan..



Sendiri bukan halangan untk mematahkan sepi..

Bahagia itu ada karna qt punya cinta..

Seperti pg ni,brsama hiruk pikuk makhluk Tuhan brnama manusia..

Terpancar dari guratan wajah2 yg memendam asa..

Terperangkap kantuk..

Terjaga krn ada gelora smangat membara dlm jiwa..

Berbagai paras terekam dlm penglihatan ini..

Wajah2 yg penuh harap akan keindahan masa dpn..

Wajah2 lesu,krn jiwany tll kerdil hadapi ujian yg trus memburu..

Tapi hdup memang spt itu..

Dalam pergiliran roda yg tak tentu..

Kadang brputar di atas..

Trkadang pula di bwah..



Sayap ini tak mungkin mengepak sendirian..

Kalau toh bisa,kekuatan itu tak seberapa..

Kembali kutitipkan rindu pada pagi..

Agar embun luruhkan sunyi dlm hati..

Agar mentari pancarkan cahaya cinta dlm diri..



Dalam kepakan sayap rindu,yg akan singgah di tempat yg TEPAT dan TERBAIK suatu saat nanti...



Kepakan sayap rindu..dalam perjalanan pg ini..



[Keisya Avicenna]