Jejak Karya

Jejak Karya

Wednesday, October 20, 2010

Ganepo

Wednesday, October 20, 2010 0 Comments

Setiap masa pasti punya cerita, termasuk masa kecil kita. Masa kecil adalah masa di mana keceriaan menjadi rona keseharian. Ada tawa, canda, kenakalan, meski terkadang diwarnai tangis meski tak lama bertahan. Masa kecil identik dengan masa bermain. Banyak permainan di masa kecil dulu yang masih terkenang hingga sekarang. Sayangnya, permainan-permainan masa kecil itu sudah mulai ditinggalkan, terkalahkan oleh permainan modern yang memang lebih dibanggakan.
Aku melewati masa kecilku di sebuah kota kecil yang berada di Jawa Tengah, tepatnya daerah Wonogiri. Meski tempat tinggalku terletak di daerah kecamatan, tapi bisa dibilang daerahnya tidak begitu ramai. Aku terlahir kembar dan merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Kakak sulungku laki-laki. Semasa kecil, aku dan saudari kembarku sering bermain dengan kakakku dan kawan-kawannya yang sebagian besar laki-laki. Bisa dibilang si kembar kecil dulu memang agak tomboy. Ada satu permainan unik yang masih aku ingat sampai sekarang. Permainan itu bernama ganepo.
Ganepo adalah permainan tradisional yang biasa dimainkan oleh 3-7 orang. Inti dari permainan ini adalah setiap orang berusaha untuk merobohkan tumpukan pecahan genteng yang terbuat dari tanah liat dengan menggunakan senjata berupa batu lempengan. Sebelum memulai permainan, kami membuat dua garis pembatas. Pertama, garis pembatas yang berbentuk melingkar yang melingkupi tumpukan pecahan genteng. Garis lingkaran ini sebagai batasan tidak diperbolehkannya senjata pemain masuk ke daerah sasaran. Biasanya lingkaran yang dibuat berdiameter 30-50 cm. Kedua, garis pembatas sebagai titik awal pemain melempar senjata mereka. Biasanya sepanjang dua meter dari tumpukan pecahan genteng yang akan dijadikan sasaran tersebut. Semua pemain berdiri di belakang garis. Salah seorang pemain memberi aba-aba, satu... dua... tiga... kemudian semua pemain melemparkan senjatanya ke arena permainan. Kalau sampai ada pemain yang senjatanya masuk ke dalam garis lingkaran, maka lemparannya diulang karena itu berarti jarak “tembakan”nya nanti terlampau dekat dengan sasaran. Saat semua senjata sudah berada di arena permainan, pemain yang senjatanya jatuh paling dekat dengan sasaran bisa mengawali permainan dengan melemparkan senjatanya ke arah sasaran.
Orang yang berhasil merobohkan tumpukan pecahan genteng tersebut, berarti ia mengalahkan pemain berikutnya. Pemain yang kalah harus menata tumpukan pecahan genteng tadi. Saat menata tumpukan, pemain yang kalah menghitung dari satu sampai sepuluh sedang pemain yang lain bersembunyi. Seperti halnya petak umpet, pemain yang kalah harus mencari pemain yang bersembunyi. Sedang pemain yang bersembunyi berjaga-jaga agar tempat persembunyiannya tidak diketahui oleh pemain yang kalah. Saat pemain yang kalah berhasil menemukan pemain yang tengah bersembunyi, maka ia harus berlari menuju tumpukan genteng yang sudah disusunnya. Ia harus menyentuh tumpukan itu sambil menyebutkan nama pemain yang ia temukan persembunyiannya dan berteriak “ganepo”. Begitu seterusnya, berlaku pula untuk pemain yang lain.
Nah, saat pemain yang kalah dan berjaga itu tengah berusaha menemukan salah satu pemain, pemain yang bersembunyi dapat menjadi penyerang. Saat menyerang itu, mereka berusaha menjatuhkan kembali tumpukan genteng yang sudah disusun pemain yang kalah. Kalau ia berhasil menjatuhkan kembali tumpukan genteng itu, misal dengan menggunakan kakinya. Maka, pemain yang kalah tadi kembali menata ulang tumpukan genteng tersebut dan mulai menghitung dari satu sampai sepuluh. Pemain yang lain bersembunyi kembali. Begitu seterusnya. Akan tetapi, saat keluar dan bermaksud merobohkan tumpukan pecahan genteng tersebut tetapi ternyata lebih dahulu diketahui oleh pemain yang kalah, maka pemain yang keluar itu menjadi kalah dan ganti berjaga, menghitung sampai sepuluh, dan pemain yang lain bersembunyi kembali. Saat semuanya sudah ditemukan, maka permainan dimulai lagi dari awal.
Setiap kisah pasti ada hikmah, demikian halnya sebuah permainan. Pasti mengandung pelajaran. Begitu juga dengan permainan ganepo ini. Permainan ini mengajarkan nilai-nilai yang bisa dijadikan inspirasi dalam kehidupan kita. Nilai-nilai tersebut antara lain :
1.Kecermatan
Setiap pemain harus cermat dalam melemparkan senjatanya ke arah sasaran. Seperti halnya dalam hidup. Setiap orang harus punya tujuan, impian, atau cita-cita. Jika ia memiliki sesuatu yang ingin dicapai, maka ia akan berusaha dan berjuang untuk mendapatkannya.
2.Lapang dada
Dalam setiap permainan, pasti ada yang menang dan ada juga yang kalah. Wajar. Jika memang kalah, harus diterima dengan lapang dada, tidak dengan marah atau malah bermain curang. Dan jika menang, jangan lantas menjadi sombong atau merendahkan pemain yang kalah.
3.Kewaspadaan
Pemain yang kalah hendaknya bersikap waspada jangan sampai tumpukan genteng yang sudah ia tata bisa dijatuhkan oleh pemain yang bersembunyi. Demikian halnya pemain yang bersembunyi juga harus waspada jangan sampai tempat persembunyiannya diketahui pemain yang kalah. Kewaspadaan memang sangat dibutuhkan dalam hidup agar kita lebih berhati-hati dalam setiap keadaan dan kondisi.
4.Berani mengambil risiko
Pemain yang bersembunyi dan hendak menyerang memang harus berani mengambil risiko dirinya akan diketahui oleh pemain yang kalah. Demikian juga pemain yang kalah, ia juga harus berani mengambil risiko untuk meninggalkan tumpukan genteng dan menemukan pemain lain yang bersembunyi karena bisa saja tumpukan genteng itu diserang atau dijatuhkan pemain lain. Demikian halnya dalam hidup, kita harus berani mengambil risiko. Jika tidak, kita hanya akan menjadi pecundang dan tak pernah bisa meraih sesuatu yang kita impikan.

Demikianlah sekelumit cerita tentang permainan ganepo. Sayang sekali, permainan ini sudah jarang dijumpai di lingkungan saya. Anak-anak sudah dilenakan dengan munculnya beragam permainan modern yang beberapa di antaranya ternyata membahayakan bagi mereka, tak hanya secara fisik, tapi juga secara psikologis. Oleh sebab itu, hendaknya orang tua harus ekstra hati-hati dalam memilihkan sarana permainan bagi anak-anak dan meningkatkan pengawasan saat buah hati bermain dengan teman-temannya.

Aisya Avicenna

***

Tulisan ini pernah diikutkan dalam lomba “Meniti Jejak Bocah di Peti Sejarah” yang diselenggarakan oleh Folipenol Publishing. Tapi belum berkesempatan untuk menang karena hanya dipilih 30 naskah terbaik dari 120 naskah yang masuk! Tetap semangat menulis!!!

20.10.2010 : Mozaik Indah

Wednesday, October 20, 2010 0 Comments

Sandarkan lelah hari...
Hilangkan duka kala...

Kau terluka... Pedih hati

Tak selamanya indah...
Kini mungkin hadirnya

Saat duka... Saat lara...
Yang sudah berlalu biarkanlah sudah

Tak perlu sesali jangan kau tangisi
Jika asa dan bahagia tak kau rasa
Dengarkanlah dan rasakanlah

Kicau burung berdendang

Nyanyian alam...
Riuh bersahutan...

Betapa merdunya (Petuah Hati – Jamus Kalimasada)

Pagi ini, alam seolah-olah berbahasa. Meski mentari belum menampakkan senyumnya tapi aku berterima kasih atas cahayanya yang setia menerangi langit harapan. Angin berbisik, dengan tulus kuucapkan terima kasih atas salam yang ia semilirkan tiap kali sedih merajai hati. Burung-burung kecil berceloteh riang, segera saja kutebarkan rasa terima kasih karena kebersahajaan mereka yang mengajarkanku untuk selalu bahagia, di mana pun berada. Semua pernik sederhana yang menjadi mozaik indah di pagiku ini.
Oh, di alam rimba... Damai di rasa... Segala-galanya terlukis sempurna... Di alam rimba... Keajaibannya Pesona di jiwa... (Damai - NowSeeHeart)
Terima kasih ya Allah, karena Engkau belum pernah memberiku alasan untuk tidak bersyukur kepada-Mu.
Demikianlah. Ada banyak hal kecil yang sekilas tampak hirau di mata kita. Akan tetapi sesungguhnya pernik-pernik sederhana itu bagaikan mozaik indah jika kita melihatnya dengan hati. Ketika kita mampu menyerap makna dari setiap pernik hari, kita akan tersadar bahwa ada begitu banyak alasan untuk bersyukur di dunia ini.

Coba lihat dan renungkan! Langit dan istana-Nya Hamparan samudra Betapa indahnya Percayalah…. Kau dalam LINDUNGAN CINTA Maha Segala Maha…. (Petuah Hati – Jamus Kalimasada)

Semua pernik itu, bersama dengan nikmat iman, Islam, kesehatan, rizki, dan kehadiran orang-orang tercinta dalam hidup kita, adalah hal-hal yang perlu kita syukuri setiap saatnya. Karena meski seluruh syukur kita dipuja-pujikan bagi-Nya tidak akan menambah kebesaran-Nya sedikit pun, Allah berfirman: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.’” (QS. Ibrahim [14]: 7)

Ya Allah, kami tahu bahwa semua janji-Mu adalah haq. Karena itu jangan biarkan kami berlaku seperti Kaum Nuh, Kaum ‘Ad, dan Kaum Tsamud yang binasa karena mengingkari nikmat-Mu. Selamatkan kami dari kekufuran yang mungkin mencelakakan diri kami sendiri, ya Allah. Hanya Engkau, ya Rabbana, yang mungkin menyelamatkan kami dengan belas kasih-Mu yang tiada bertepi.

Bersujud kepada Allah Bersyukur sepanjang waktu Setiap nafasku, seluruh hidupku Semoga diberkahi Allah... (Alhamdulillah – Opick feat. Amanda)

Kami sadar, ya Allah, betapa luar biasa kasih yang Engkau limpahkan pada kami. Maka karuniakanlah kami kemampuan bersyukur dengan sebaik-baiknya syukur, ya Allah. Dengan hati yang terang benderang karena cahaya-Mu. Dengan kesadaran seorang hamba yang tiada tanpa-Mu. Dengan hamdalah yang terus menghiasi laku dan langkahku. Ajarkan kami, ya Rabbana, cara bersyukur atas kemurahan-Mu yang tiada cukup dituliskan meski ranting-ranting pohon habis menjadi pena dan air laut habis menjadi tinta.
“Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. Al-Ahqaaf [46]: 15)
***
Petuah untuk Hati

Bersabarlah!!!
Atas pedih yang dirasa

Atas resah yang menyapa
Atas gundah yang menjelma
Kerahkan
yang kau bisa
Sungguh, ini tak seberapa
Karena ikhtiar takkan pernah sia-sia


Yakinlah!!!

Ada yang kan membalut segala luka

Ada yang kan melipur segala lara

Ada yang kan menghapus segala nestapa

Kuatkan saja mahabbah pada-Nya

Sungguh, ini tak seberapa

Karena Ia takkan ingkari janji-Nya


Rasakanlah!!!

Segala nikmat yang tersemat

Segala anugerah yang terjamah

Segala karunia yang terasa
Berzikirlah sepenuh jiwa
Sungguh, ini tak seberapa

Karena Dia adalah segala

Karena Dia adalah MAHA segala MAHA…

Syukurilah!!!
Kuatnya azzam yang terhujam
Manisnya iman yang tertanam

Indahnya cinta yang membunga
Meski mempesona tiada tara

Sungguh, ini tak seberapa

Karena ini hanyalah cicipan surga-Nya

Pagi yang istimewa di RedZone, 20.10.2010 menjelang jam 6 pagi
Aisya Avicenna

Tuesday, October 19, 2010

Kiat Menjadi Istri Sholehah

Tuesday, October 19, 2010 0 Comments

(Kiriman dari Ustadz Abdul Hakim Solo)

1. Lelaki gemar diberi perhatian akan hal-hal yang remeh yang berkaitan dengan dirinya. Dia akan senang bila istrinya mengenakan kancing bajunya, mengelap sepatunya, memotong kukunya, dan sebagaiya. Sabda Rasulullah SAW, "Ya Fathimah, barangsiapa wanita meminyakkan rambut dan janggut suaminya serta memotong kumisnya dan mengerat kukunya, maka Allah akan memberikan minuman air dari sungai-sungai di surga, diringankan baginya sakaratul maut, kuburnya akan didapati menjadi taman surga, Allah akan mencatatkannya bebas dari api neraka, dan selamat titian shirat."

2. Pernahkah Anda dipanggil suami ketika Anda memasak? Anda wajib memenuhi panggilannya. Jika perlu, segera matikan api dan tunaikan permintaannya.

3. Kebanyakan lelaki cukup cerewet dengan kebersihan. Mereka akan bosan apabila isterinya menyambutnya dengan rupa yang semrawut, kusut, dan anak-anak yang lusuh dan kumal "bak kapal pecah dan berantakan".

4. Lelaki suka dilayani seperti raja oleh isterinya yang memiliki sifat keibuan. Dia suka isterinya mengelap peluhnya, menyediakan keperluan untuk mandi, dan berdiri ketika ia hendak pergi dan kembali.

5. Lelaki suka dipuji. Jangan lupa hargai setiap barang pemberiannya meskipun tidak bagus atau tidak seberapa nilainya.

6. Lelaki akan bosan jika isterinya melulu menagih janji. Mau makan apa, hendak kemana, dan lain-lain.

7. Ada sebagaian lelaki mengatakan, "Isteri yang menghidangkan makanan tanpa menemaninya makan adalah memberi makan kucing." Anda mesti menemaninya meskipun satu suapan. Thabit Al-Banani berkata, "Terdapat seorang wanita dari Bani Israil yang buta sebelah matanya dan sangat baik pekertinya terhadap suaminya. Apabila dia menghidangkan makanan di hadapan suaminya, dipegangnya pelita sampai suaminya selesai makan. Pada suatu malam pelitanya kehabisan sumbu. Lalu diambil rambutnya untuk dijadikan sumbu. Esok harinya matanya kemballi melihat. Allah memuliakannya karena rasa hormatnya pada suami."

8. Lelaki senang dengan kefasihan isterinya dalam berkata, bijak dalam bertindak, dan menjadi partner dalam diskusi. Dia akan muak terhadap wanita yang banyak omong tetapi tak bermakna.

9. Kebanyakan lelaki beranggapan "Baiti Jannati". Rumahku adalah surgaku dan penenang pikiranku. Jadi wajar jika Anda memelihara suasana rumah dan berperan sebagai bidadari rumah.

10. Kalau Anda menginginkan agar suami berlama-lama di rumah, maka jangan menyambutnya dengan masalah anak dan dapur.

11. Suami (mayoritas) suka kepada istri yang kreatif dalam soal memasak, menghias rumah, dan mengurus dirinya dalam melayani suami.

12. Tempat tidur adalah rahasia suami isteri. Jadikan dia kamar yang eksklusif dan pribadi. Suami tidak suka ruang tidurnya dimasuki orang tanpa izinnya.

13. Pantang bagi suami kalau sedang tidur diganggu. Hal ini akan membuatnya marah. Jauhkan anak-anak darinya ketika dia tidur.

14. Pantang bagi suami kalau isteri menolak hajatnya kecuali jika isterinya sedang sakit. "Apabila suami memanggilnya ke tempat tidur tetapi ditolaknya hingga suaminya marah, maka wanita itu tidur dalam laknat malaikat hingga pagi hari." (HR. Muttafaqun 'Alaihi).

15. Hanya ketaqwaan Anda yang dapat menguasai ego suami dan membantunya membentuk pribadi muslim yang tangguh serta menjadi suami ideal. Lelaki tidak mudah dengan ucapan cinta, tetapi cukup dengan keluhuran Anda dalam berkorban untuk taat dan menyayangi dirirnya, karena lelaki hanya keras pikirannya tetapi sensitif perasaannya.

Wallaahu a'lam.

Kiat Menjadi Suami Sholeh

Tuesday, October 19, 2010 0 Comments

(Kiriman dari Ustadz Abdul Hakim Solo)

Jika ada seorang istri yang sholehah yang selalu memperhatikan, melayani suami dengan segala kebaikan. Ia juga selalu menuruti segala perintah dan memenuhi keinginan sang suami dengan kepatuhan yang sempurna. Menjaga ibadahnya dan selalu mengingatkan suami untuk berlomba mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Ia menjadi istri yang manis dan selalu hangat disamping suaminya, serta menjadi teman perjalanan yang menyenangkan. Tidak banyak menuntut dan menerima dengan rasa syukur apapun dan seberapapun rezeki yang didapat suami.

Bukankah tidak ada alasan lagi bagi sang suami untuk tidak membalasnya dengan menjadi suami yang sholeh, penuh perhatian dan kasih sayang. Demikian beberapa kiat untuk menjadi suami yang sukses:

1. Berdandanlah untuk istri anda, selalu bersih dan wangi.Sesering apakah kita tampil didepan istri dengan pakaian ala kadarnya? Sama halnya dengan suami yang menginginkan istrinya kelihatan manis untuknya, setiap istri juga menginginkan suaminya berdandan untuknya.Sebagai contoh, ingat, bahwa Rasulullah saw selalu menggosok giginya terlebih dulu sebelum menemui istrinya setelah bepergian. Beliau juga selalu menyukai senyum yang paling manis.

2. Panggillah istri anda dengan nama yang cantik.Rasulullah saw mempunyai nama panggilan untuk istri-istrinya yang sangat mereka sukai. Panggillah istri anda dengan nama yang paling indah baginya dan hindari menggunakan nama-nama yang menyakitkan perasaan mereka.

3. Jangan memperlakukan seorang istri seperti lalat.Kita tidak pernah menghiraukan seekor lalat di dalam kehidupan kita sehari-hari, tahu-tahu dia menjadi penyakit buat kita. Sama halnya seorang istri yang berbuat baik sepanjang hari, jika tidak pernah mendapat perhatian dari suaminya, maka dia juga akan memperlakukan suaminya bagai sebuah penyakit. Jangan sekali-kali perlakukan dia seperti ini; kenali semua kebaikan yang dia lakukan dan pusatkan perhatian padanya.

4. Jika anda melihat kesalahan dari istri anda, cobalah untuk diam dan tidak berkomentar apa pun!Ini adalah cara Rasulullah saw yang biasa dilakukan saat beliau melihat sesuatu yang tidak pantas dilakukan istri-istrinya (radhiyallahu ‘anhuma). Ini adalah teknik bagi seorang Muslim sebagai kepala rumah tangga.

5. Tersenyum untuk istri anda kapan saja anda melihatnya dan memeluknya sesering mungkin.Senyuman adalah shadaqah dan istri anda termasuk ummat muslim juga. Bayangkan hidup dengannya dengan senyum yang selalu tersungging. Ingatlah, sunnah juga menerangkan bahwa Rasulullah saw selalu mencium istrinya sebelum pergi sholat ke masjid, bahkan saat beliau sedang berpuasa.

6. Berterima-kasihlah untuk semua yang dia lakukan untuk anda.Sekecil apapun yang istri anda lakukan buat anda, jangan sekali-kali menganggapnya sebagai hal sepele. Berterima kasihlah, karena ucapan terima kasih anda sungguh berarti bagi istri anda dan akan terukir indah dihatinya.Ambil contoh, ucapkan terima kasih untuk ketika usai makan malam yang dia sediakan. Juga untuk kebersihan rumah dan selusin pekerjaan yang lainnya.

7. Mintalah padanya untuk menulis sepuluh perbuatan terakhir yang telah anda lakukan untuknya yang membuat dia senang. Kemudian pergi dan lakukan itu kembali.Mungkin agak sulit untuk mengenali apa yang membuat istri anda senang. Anda tidak perlu untuk bermain tebak-tebakkan, tanyakan padanya dan kerjakan secara berulang-ulang selama hidup anda.

8. Jangan mengecilkan keinginannya. Hiburlan dia.Kadang-kadang seorang suami perlu mengabulkan permintaan istrinya. Rasulullah saw memberikan contoh buat kita dalam sebuah kejadian ketika Safiyyah radhiyallahu ‘anha menangis karena dia (Safiyyah) berkata bahwa beliau (Rasulullah) memberikan sebuah unta yang lamban. Rasulullah pun menyapu air matanya, menghiburnya, dan membawakannya sebuah unta yang lain.

9. Penuh humor dan bermain-mainlah dengan istri anda.Lihatlah betapa Rasulullah saw pernah bertanding lari dengan istrinya Aisyah radhiyallahu ‘anha di sebuah padang, dan membiarkan Aisyah memenangkannya. Kapan saat terakhir kita melakukan hal seperti itu?

10. Ingatlah selalu sabda Rasulullah SAW: “Yang terbaik di antara kalian adalah yang memperlakukan keluarganya dengan baik. Dan aku adalah yang terbaik memperlakukan keluargaku.”

Cobalah jadi yang terbaik. Sebagai kata akhir: Jangan pernah lupa berdo'a kepada Allah Azza wa Jalla, agar membuat pernikahan anda bahagia

Riuh Rendah Jalan Buku, Dicari Penulis Jitu

Tuesday, October 19, 2010 0 Comments


by Bambang Trim on Sunday, October 17, 2010 at 8:46pm

Siapa sebenarnya yang meramaikan jalan buku itu? Dialah para pengarang dan penulis. Sumber utama nafas penerbitan adalah naskah dan para kreatornya adalah para pengarang dan penulis. Ide yang tebersit di otak mereka, lalu menjelma menjadi karya adalah peta masa depan industri perbukuan. Karena itu, sepatutnya memang para pengarang dan para penulis diberi sebuah peluang untuk bertumbuh dan berkembang dengan pupuk alami tanpa pestisida. :)

Sepuluhan lebih orang-orang muda meskipun di antaranya ada seorang bapak sepuh dari FLP Solo, sore ini mampir ke rumah kontrakan saya di daerah Colomadu. Kami langsung membuka diskusi soal penerbitan dan pernasakahan. Posisi sebagai tuan rumah juga merangkap menjadi pembicara sentral membuat saya bicara lepas. Maka saya bicara soal hal ideal yang dapat dilakukan penerbit kepada pengarang dan penulis; lalu soal jalan taktis menerbitkan buku; mainstream penulisan; dan banyak hal yang isinya masih seputar apa dan bagaimana menulis buku. Boleh jadi ini topik lama soal keinginan menjadi penulis dan bagaimana dapat direalisasikan. Namun, saya paham selalu lahir generasi baru penulisan pada setiap zaman atau satu dekade.

Saya adalah generasi remaja yang tumbuh bersama Imung, Lupus, dan Balada Si Roy. Saya generasi yang juga menikmati kedigjayaan gaya menulis populer Arswendo, Emha Ainun Nadjib, dan Jalaluddin Rakhmat. Saya masih bisa menikmati sisa kehebatan penulisan Romo Mangun, Kuntowijoya, Umar Kayam, hingga Motinggo Busye. Mereka para maestro tulisan yang tulisannya benar-benar memiliki daya pikat luar biasa. Lalu, lahir generasi baru penulis seperti Ayu Utami, Seno Gumira, Dewi Dee, HTR, hingga masa Kang Abik dan Andrea Hirata, bahkan ke masa Raditya Dika. Semua menunjukkan daya, di luar keabsurdan yang kadang disandang dari metode, gaya, hingga hasil karya.
Kini, para kaum muda tadi sedang mencari cara sekaligus model sebuah jalan buku yang akan mereka tempuh. Beruntung mereka berada pada zaman tumbuhnya industri penerbitan dan makin baiknya kompensasi penulisan. Mereka juga tumbuh pada zaman mudahnya mengakses informasi hanya dalam satu klik. Mereka juga tumbuh pada zaman yang tidak membutuhkan tip-ex untuk mengulang ketik tulisan yang keliru atau tak bermutu. Namun, dalam satu sisi kadang-kadang banyak dari mereka yang kehilangan orientasi dalam menulis. Menulis buku untuk apa? Mau ngapain? Caranya bagaimana?

Bergulat dengan industri buku sejak 1994, membawa saya mengikuti riuh rendah industri buku--sebuah industri kreatif pengemasan ide yang selalu dinamis. Dahulu para penulis muncul dan tumbuh dengan sebuah proses. Namun, proses itu kini semakin bersicepat dan kadang-kadang tak terpikirkan lagi. Tiba-tiba seseorang yang baru muncul sudah mengusung portofolio telah menulis puluhan hingga ratusan buku. Ada lagi yang mengusung portofolio bahwa bukunya adalah buku best seller meski namanya terasa baru terdengar dan bukunya tak pernah terlihat diekspose di toko buku modern. Zaman kini memang serba instan sampai menawarkan kemudahan. Hanya dengan menggunakan jasa digital printing dan POD, seseorang dapat menerbitkan buku sendiri tanpa harus melewati saringan bernama rapat redaksi ataupun editorial sebuah penerbit. Maka tak perlu mengurut dada tumbuhnya penulis karbitan ataupun tiba-tiba begitu banyak orang yang seolah menjadi penyair sekaligus novelis.

Inilah industri yang riuh rendah dan diramaikan oleh para pengarang/penulis seperti pendekar dari berbagai golongan. Mereka ada yang unjuk gigi, dan ada pula yang 'low profile' lebih mengandalkan unjuk gigih. Jurus yang mereka mainkan kini bermacam-macam: ada yang menggunakan senjata milist, facebook, twitter, atau cara-cara kuno. Ada juga yang menggunakan jurus Dewa Mabuk, Kunyuk Melempar Buah, atau Tendangan Tanpa Bayangan. Sampai di sini banyak penerbit yang terkecoh, ada yang langsung mati terkapar, dan ada juga yang mampu berkelit, jumpalitan. Tak dimungkiri bahwa peran para pengarang/penulis inilah yang membuat industri penerbitan menjadi riuh rendah, termasuk juga adanya kehadiran pendekar asing, seperti JK Rowling, Stephanie Meyer, Dan Brown, Rhonda Byrne, Dr. Oz, dan Malcom Godwell yang juga turut menggoyang pasar buku Indonesia.

Sekumpulan teman-teman FLP tadi memang seperti sedang mencari ilmu kanuragan. Seperti ini yang saya suka, proaktif mendatangi para penggiat dunia buku dan literasi, lalu berdiskusi secara informal. Pesan saya bahwa seberapa banyak pun mereka mengikuti seminar atau training penulisan takkan berarti apa-apa manakala tak terlihat jalan sedikit pun untuk berkarya dan menancapkan eksistensi. Betul, persaingan semakin hari semakin tinggi. Namun, Allah akan mempertemukan peluang bagi mereka-mereka yang mau mengambil jalan berpayah-payah atau menggumpalkan segenap cinta dan cita di dunia perbukuan. Lalu, yang dibutuhkan selanjutnya adalah strategi dan taktik jitu--bukan sekadar motivasi atau berita baik bahwa menulis buku itu mudah, bisa dilakukan siapa saja, bahkan dengan embel-embel kisah sukses para penulis. Lha, para penulis sukses itu secara kebetulan atau memang sudah rezekinya bertemu peluang karena sebuah jalinan takdir sehingga bukunya terbit--sebagian dari mereka memiliki sejarah rumit sebagai penulis hingga bisa diterbitkan. Karena itu, antara motivasi dan kisah sukses harus dijalin dengan metode, strategi, dan keprigelan mengamati situasi, tren, serta kecenderungan penerbitan buku.

Masalahnya siapa yang benar-benar mau membuka 'rahasia' metode, taktik, dan ilmu prigel itu secara up-to-date sekaligus membumi kepada mereka? Boleh jadi kita berharap para begawan akan turun gunung atau para pendekar-pendekar bernama akan mencari murid-murid untuk melanggengkan ajaran mereka. Di sinilah kita berharap pucuk dicinta, ulam pun tiba. Literasi harus babat alas masuk ke segala sendi untuk mendapatkan murid-murid berbakat. Para penerbit harus mampu menciptakan para pendekar di dunia editor dan penulisan untuk kemudian mendampingkannya dengan para junior-junior yang siap menjalani proses.

Jujur, tak mudah melahirkan penulis jitu dari rahim penerbit. Dan memang tak mudah mendapatkan penulis-penulis jitu dalam satu dekade ketika jalan buku terlalu banyak persimpangan yang menyesatkan: beberapa penulis yang sesungguhnya potensial itu akhirnya malah tersesat ke hutan belantara. Terkadang justru penerbit sendiri yang 'mengusir' para penulis tadi hanya karena tampil seperti 'pendekar pengemis'. Padahal, ia memiliki senjata mustika. Maka ada pepatah bijak: "Kenali pohon-pohonnya, bukan hutannya."

Ditunggulah perjodohan dahsyat: penulis jitu bertemu editor nagasastra dan penerbit segala tahu. :)

::catatan kreativitas Bambang Trim
Praktisi Perbukuan Indonesia yang kini mukim di Solo