Jejak Karya

Jejak Karya

Tuesday, March 15, 2011

“MEMBENTANGKAN HARAPAN PADA JEJAK-JEJAK PERJALANAN”

Tuesday, March 15, 2011 0 Comments



Sekali lagi aku ingin membiarkan aksara ini menemaniku, menjadi saksi perjalanan hidupku.

Seperti hari Selasa-Selasa sebelumnya, pagi ini aku pun berangkat menuju salah satu tempat di mana tersandar harapan besar untuk diriku sendiri. Aku ingin lebih dekat dan lebih dekat lagi dengan Al Qur’an. Yupz, tempat dimana aku juga menemukan sosok kakak-kakak yang luar biasa, seperti Mbak Nury dan Mbak Ivon. Dua “mbak” ku di FLP Pelangi yang menjadi inspirator sekaligus motivatorku juga.

Ahay, setelah semalam mabit bersama orang-orang luar biasa di masjid perjuangan Nurul Huda UNS, jam 05.15, aku balik kost untuk bersiap, tanpa sarapan, kemudian berangkat. Dengan langkah ringan, jam 06.15 kembali ku gendhong tas ‘backpacker’ hitam manisku menuju gerbang Surya. Naik angkun kuning menuju Sekarpace, ‘nongkrong’ di situ sambil nunggu NUSA B. Transportasi menuju PPQ Al Mahir memang hanya dilewati oleh kendaraan tertentu, kalau naik NUSA B cuma sekali jalan, langsung sampai Colomadu. Tapi kalau naik bis kota Setia Rini harus turun Manahan kemudian ganti angkun 08.

Hm, menikmati hilir mudik kendaraan yang berlalu lalang. Terekam banyak hal aktivitas pagi segelintir orang. Mulai dari pelajar, tukang becak, pengemis, sampai pegawai kantoran. Aha…saatnya mengasah kepekaan jiwa. Sumber ide bikin cerita itu bisa berasal dari banyak hal. Bahkan dari peristiwa yang terjadi di sekeliling kita yang terkadang tidak kita sadari itu bisa jadi sumber inspirasi.

Alhamdulillah, sampai di pertigaan dekat SMK Penerbangan, aku sempatkan sarapan. Nyoto dulu. Sudah ketiga kalinya aku sarapan di warung ini sebelum ke “bhepomany”. Sesekali ngobrol dengan ibu pemilik warung. Menikmati soto sambil berinspirasi dan mengagumi nuansa pagi. Selesai sarapan, kembali aku lanjutkan perjalanan. Sampai depan SMK, ada seorang ibu bejilbab dan berseragam PNS dengan “sepeda motor tuanya” berhenti di dekatku. Kemudian beliau menawarkan tumpangannya. Subhanallah, aku gak bisa berkata apa-apa lagi selain ucapan terima kasih. Padahal sebelumnya aku sempat menolak karena jarak PPQ AL Mahir juga sudah dekat. Tapi dengan wajahnya yang tulus, ibu itu “sedikit memaksaku”, alasan beliau karena jalannya juga searah. Jadi sekalian saja. Aku pun “mbonceng” ibu itu…^^

Ingatanku pun melayang tepat seminggu yang lalu. Kejadiannya waktu aku pulang. Keluar gerbang PPQ Al Mahir, aku bertemu dengan seorang Ibu. Akupun berkenalan dengan beliau dan kita ngobrol sepanjang perjalanan. Ibu itu juga bertanya banyak hal tentang aktivitasku, asalku dari mana, kuliah dimana, dll. Beliau seorang dosen UMS, pemilik sebuah panti asuhan dan TKIT pluz SDIT. Asli Flores tapi sudah lama tinggal di Boyolali. Ibu tadi akan menjemput “anak asuhnya” yang sudah “mondok tahfidz” di Al Mahir. Ceritanya, ibu tadi menjemput sang anak yang nantinya akan diamanahi untuk menjadi guru di SDIT milik beliau. Ah, Subhanallah…

Di tengah jalan, ibu itu mendekati sebuah taxi yang sopirnya sedang berteduh di bawah pohon Muntingia calabura (talok_red) sambil baca koran. Beliau bilang ke aku, kalau tadi dari Boyolali juga naik taxi itu. Akhirnya, beliau mengajak aku naik taxi itu kemudian balik lagi ke arah Al Mahir untuk menjemput anak asuhnya tadi yang beliau tinggal karena masih melakukan “perpisahan” dengan rekan-rekannya. Ibu itu harus buru-buru ke UMS karena ada rapat. Yasudah, karena bertemu taxi yang tadi, beliau memutuskan untuk naik taxi saja. Singkat cerita, aku turun di depan UMS. Mencium tangan ibu itu dan mengucapkan terima kasih. Beliau juga memberikanku no.telp dan menyuruhku kapan-kapan silaturahim ke panti asuhannya. Insya Allah ya Bu…Pertemuan yang cukup singkat namun sangat membekas! 30’ obrolan luar biasa terjadi di dalam taxi. Terima kasih ya, Bu.

***
Selalu saja banyak peristiwa luar biasa, mengejutkan dan tak terduga tiap hari Selasa.

Betapa aku sangat menikmati “sebuah perjalanan”. Dan mulai Senin kemarin, hari ini, dan hari-hari berikutnya…aku akan menikmati masa-masa untuk pulang kerja tanpa dijemput dan tanpa teman menikmati makan malam. Sangat berbeda dengan waktu-waktu lalu saat Mas Dhody masih bekerja di Solo. Setiap hari dia menjemputku dan biasanya kita langsung wisata kuliner, yang nraktir gantian. Sekarang, lelaki kedua yang sangat mencintaiku itu memutuskan untuk fokus berwirausaha di Wonogiri. SUKSES ya BRO!!! Aku pasti akan merindukan saat-saat nunggu jemputanmu ‘n saat kita makan malam bareng, terutama di warung BEBEK BAKAR PRESTO di jalan Urip Soemohardjo.

***
Bismillah, semoga setiap perjalanan yang aku lalui senantiasa menempa diriku untuk menjadi pribadi yang mandiri, pantang mengeluh dan tahan banting. Karena sampai sekarang pun aku masih teguh memegang prinsip, selama aku masih bisa melakukan sesuatu sendiri, sesuai dengan kemampuan yang aku miliki, aku tak akan pernah merengek minta bantuan orang lain atau merepotkan orang lain.

Harapanku di tahun ini aku berani menaklukkan jalan raya lagi, ah…kecelakaan 16 Agustus 2006 silam masih terekam manis di memory otakku. Kejadian yang membuatku merasakan trauma untuk naik sepeda motor (lagi)…hehehe… Meskipun sempat “mubeng-mubeng” di kampus naik motor tapi keberanianku belum full 100%. Tapi gakpapa lah. Dalam segala keterbatasanku sebagai seorang manusia, Allah Swt telah memberikanku banyak hal. Termasuk anugerah kedua kaki yang membuatku senantiasa bersyukur, setiap langkah kaki yang semoga selalu menuju pada kebaikan. Selalu dalam rangka mencari ridho-Nya. Karena kelak kedua organ inipun akan menjadi saksi atas apa yang sudah aku perbuat selama ini.

***
Hidup itu berpikir, berjalan, dan menemukan…

Kemenangan hari ini adalah kelapangan hati untuk bisa menerima tantangan. Ya, hidup ini memang penuh dengan tantangan. Bukan perjuangan namanya jika tanpa ada aral yang melintang. Memang, tak selamanya hari berhias sinaran mentari. Adakalanya guntur dan petir pun menghiasi. Memang, liku perjuangan juga tak ayal akan menemukan batu sandungan. Tapi perjuangan ku tak kan luntur hanya karena kerikil kecil yang sempat melukai kaki dalam menapaki langkah perjuangan ini.

Aku telah, masih, dan akan terus tegak berdiri. Memang belum banyak yang mampu aku persembahkan untuk orang-orang di sekelilingku, orang-orang yang sangat aku cintai. Tapi inilah yang terbaik yang mampu aku lakukan. Dan aku akan terus berusaha mempersembahkan yang terbaik. Aku hanya ingin seperti matahari bagi bumi, yang memberikan cahaya tanpa mengenal kata berhenti…

[Keisya Avicenna, “MEMBENTANGKAN HARAPAN PADA JEJAK-JEJAK PERJALANAN”. 15 Maret 2011 @Zona NOstalgia RoMAntic : belajar nulis tanpa berhenti selama satu jam (11.00-12.00). Aku mulai dengan mengisahkan apa yang aku alami hari ini sekaligus mereview peristiwa beberapa waktu lalu. Bonus renungan untuk diriku sendiri yang semoga bisa menginspirasi orang lain…SEMANGAT!!!]

Monday, March 14, 2011

Saat Kang Tef dan Kang Arul Bersanding

Monday, March 14, 2011 0 Comments
FLP Jakarta in Action (Aisya => jilbab merah di barisan kedua dari belakang)

Ahad pagi yang indah. Alhamdulillah, kondisi tubuh sudah kembali stabil meski belum 100% setelah nge-drop hari Jumat. Awalnya, Aisya berencana tidak datang ke pertemuan FLP Jakarta kali ini. Mengingat semalam ia pulang larut karena menghadiri “Indonesia Nasheed Award” di Jakarta Islamic Book Fair. Jadi, rada capek dan mengantuk. Teringat akan beberapa pesanan teman-teman FLP Jakarta, Aisya putuskan untuk tetap datang. Pesanan itu antara lain:
-Novel “NIBIRU” buat Soson
-Novel “Bumi Cinta” dan “Galaksi Kinanthi” buat Mbak Ayu
-“Something” buat Mbak Ria
-Oleh-oleh dari Wonogiri dan Solo berupa kacang mete dan emping melinjo buat Kang Tef (pada khususnya) dan teman-teman FLP Jakarta (pada umumnya)
Walhasil, bawaan Aisya pagi itu superberat! Hmm… Sampai di halaman masjid At-Tauhid Arif Rahman Hakim UI Salemba, Aisya bersua dengan Yuda dan seorang temannya. Kami sempat kebingungan waktu mau masuk karena pintu gerbang untuk masuk ke masjid dikunci. Untungnya ada pak satpam yang baik hati memberitahu kami kalau harusnya kami lewat jalan samping. Ternyata di lantai dasar sedang digelar acara Walimatul ‘Ursy dengan nuansa dekorasi warna MERAH HATI. Pas banget dengan kostum yang Aisya kenakan. Sebelum masuk masjid, sempat bersua juga dengan Mbak Dina dan Mbak Iecha yang katanya mau beli minuman buat pembicara.
“Ada Kanjeng tuh di atas!” kata Mbak Iecha
Akhirnya, Aisya dan Yuda naik ke lantai 3.
“Eh, Merah!” kata Kang Arul waktu Aisya tiba-tiba duduk di sampingnya. Surprise juga karena ada beliau hari itu. Setelah sesaat duduk di dekat Kang Arul, Aisya pindah posisi duduk di dekat Mbak Era yang hari itu kayak jeruk (baca : pakai gamis dan jilbab warna oranye). Acara sudah dimulai. Kang Tef (Kang Taufan E. Prast, ketua FLP Jakarta) sudah unjuk gigi. Didampingi Mbak Rurie dan Ikal. Awalnya Aisya pengin nulis yang disampaikan Kang Tef, tapi kalah dengan deru kendaraan. Alhasil, hanya beberapa kata yang terdokumentasi. Itupun sepotong-sepotong.
Mbak Dina pindah duduk di samping Aisya. Tiba-tiba Mbak Dina mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Taraaaa!!! Bolpoin yang ‘sekujur tubuh’nya berwarna merah (kecuali tintanya yang berwarna hitam), akhirnya sah menjadi milik Aisya. Makasih ya Mbak Dina… Tahu aja sih kalau Aisya suka banget warna merah!
Beberapa saat kemudian, Kang Arul yang tadi ‘adem-ayem’ di belakang, berdiri dan melangkah ke depan. Gantian Kang Arul nih yang bagi-bagi motivasi. Oh ya, pada pertemuan kali ini mengangkat tema : “Penulis, Media, dan Dunia Penerbitan”. Aisya sempat menulis beberapa potong materi dari Kang Arul di buku diary merahnya ^^. Sosok di sampingnya juga serius menulis dengan gaya khasnya. Aisya mencoba meniru cara menulisnya malah ketawa sendiri. Ahh, bu dosen ini memang unik! Satu hal lagi, dia berujar bahwa hanya dirinyalah yang bisa membaca tulisannya sendiri. Walhasil, Aisya ‘copy-paste’ saja tulisan dari bu dosen (baca : Mbak Dina) yang diposting pagi ini di FB.
Berikut adalah resume materi yang disampaikan oleh kedua pemateri. Selamat menikmati...
Untuk menjadi penulis yang sukses diperlukan proses di dalamnya dan tidak simsalabim begitu mudahnya. Selain berdoa yang tak putus kepada Allah Swt juga diperlukan beberapa hal yang sebaiknya dikuasai oleh penulis. Usaha apa sajakah? Usaha tersebut adalah (calon) penulis sebaiknya mengetahui bagaimana cara menulis yang baik, memahami anatomi penulisan, mempunyai kemauan dan kemampuan menulis, mendisiplinkan diri dan meluangkan waktu untuk menulis (misalnya, sehari meluangkan waktu menulis selama 2-3 jam, sehari menulis tiga kali setelah atau sebelum makan, ataupun seminggu sekali menulis), serta memiliki komitmen yang kuat untuk menulis.
Di dalam menjalani proses tersebut, maka diperlukan niat yang lurus. Niat yang lurus itu juga diimbangi dengan wawasan keislaman (karena FLP Jakarta itu kaderisasi penulis Islam open minded yang tetap mengacu kepada etika-etika dan norma-norma keislaman berdasarkan Al Quran dan Hadits, -red). Nah, untuk mewujudkan niat tersebut, maka kudu dipikirkan matang-matang dengan akal budi pekerti luhur nan sehat, mau dibawa ke mana niat tersebut? Mau menjadi profesi penulis yang profesional ataukah menulis hanya sekadar hobi?

Jika ingin menjadi penulis yang menjadikan kegiatan menulis sebagai hobi, artinya menulis dilakukan sebagai kegiatan di waktu luang, maka tak perlu susah payah disiplin meluangkan waktu ataupun keukeuh menulis tiga kali dalam sehari sebelum atau sesudah makan. Lakukan aktivitas tersebut dengan diliputi keikhlasan dan bertujuan ibadah hanya kepada Allah Swt.
Namun, jika memutuskan ingin menjadi penulis sebagai profesi, maka syarat-syarat seperti komitmen serius menulis, sengaja meluangkan waktu menulis, mengetahui persyaratan apa saja yang harus dikuasai jika ingin tulisan dipubliksikan di media online maupun offline, memiliki pangsa pasar yang kuat, membuat tulisan yang berbeda dan unik dengan penulis-penulis sebelumnya, dan mengetahui kapan buku akan diterbitkan. Selain itu, penulis juga harus fokus dengan bidang yang akan ditulisnya apakah fiksi atau nonfiksi. Saat hendak menulis fiksi atau nonfiksi, penulis mengumpulkan data terlebih dahulu kemudian barulah dituliskan dan dipublikasikan. Adapun, data tersebut diperoleh melalui riset yang sesuai dengan yang diperlukan.
Lebih lanjut, para pemateri memberikan tips pula bagaimana membuat biodata yang baik kalau kita ingin mengirimkan naskah ke penerbit:
1.Susunlah biodata tersebut menjadi 3 paragraf. Paragraf pertama itu adalah identitas pribadi: prestasi- sebaiknya menyertakan prestasi menulis-; dan e-mail/blog yang aktif.
2. Alamat e-mail adalah alamat identitas pribadi penulis. Jadi buatlah e-mail penulis yang mudah diingat dan dikenang.
Beberapa tips ringan lainnya berkaitan dengan tema Penulis, Media, dan Dunia Penerbitan, yaitu:
1. Editor biasanya tidak membaca semua naskah yang dikirimkan kepadanya. Oleh karena itu buatlah tulisan yang menarik di awal paragraf serta buatlah naskah yang berbeda dan unik.
2. Jadilah penulis fiksi yang baik dengan mempelajari dan memperkuat unsur intrinsik karya sastra. Beberapa unsur intrinsik tersebut terdiri dari tokoh, tema, latar, amanat, dan alur (*kalau masih kurang, silakan tambahkan sendiri, red).
3. Novel yang berhasil adalah novel yang menarik pembaca untuk membuka dan membaca halaman selanjutnya.
4. Pergunakanlah FB untuk berteman dengan penulis terkenal kemudian seringlah berinteraksi dengannya, misalnya menaruh jempol atas postingan status, note, atau link serta memberikan komen yang positif mengenai hal tersebut. Hati-hati memberikan jempol. memberikan komen atas note/link/status upload si penulis tersebut. Artinya, jangan asal menaruh jempol atau beri komentar di sana. Baca kembali postingannya lalu jika ingin tetap eksis dan tetap dikenal ama si penulis, selama postingan tersebut emang positif silakan taruh jempolnya atau komennya.
5. Ikutan dan aktif di millist yang berkaitan dengan penulis, media, dan dunia penerbitan.
6. Jangan hanya mengandalkan naskah namun bangunlah jaringan sosial, misalnya ikut FLP Jakarta (red).
Hal-hal di atas adalah beberapa materi yang disampaikan oleh Kang Taufan dan Kang Arul pada pertemuan ketiga Pramuda Angkatan ke-15 FLP Jakarta. Adapun, pertemuan selanjutnya (pertemuan keempat) insya Allah akan dilaksanakan kembali Ahad, 27 Maret 2011, waktunya pukul 10.00-13.00 WIB, tempat di Mesjid At-Tauhid Arif Rahman Hakim. Informasi dan pematerinya akan disampaikan menyusul kemudian. Pada pertemuan keempat tersebut masih diberikan kesempatan pendaftaran peserta untuk FLP Jakarta Angkatan ke-15. Informasi dan pendaftaran, silakan hub. Info Center FLP Jakarta : 0815.13596928 - 021-93541351 - 021-80370701.
Setelah pertemuan keempat, akan dibagi kelasnya yaitu kelas nonfiksi dan fiksi. Nah, insya Allah, setelah pembagian kelas tersebut (pertemuan ke-5), segenap divisi humas dan dokumentasi tidak akan mempublikasikan materi yang diberikan di kelas tersebut. Oleh karena itu, bagi yang berminat, menjadi anggota FLP Jakarta, silakan datang dan mendaftar ke Mbak Yusi dan Mbak Astri pada ke pertemuan 2 minggu setelah Ahad, 13 Maret 2011.

Salam hangat dari kami.
FLP Jakarta
Wassalam

Hmm, begitulah reportase pertemuan ketiga angkatan 15 yang ditulis oleh Mbak Dinda dengan sedikit revisi dari saya. Semoga bermanfaat…

NB :
- Menjelang Dhuhur, sempat foto-foto menggunakan kamera Kang Arul dan setelah diupload Kang Arul, hasilnya kereeeeen banget!
- Sayang, Mbak Ria tidak datang... sehingga hanya "something" buat Mbak Ria yang belum tersampaikan...
- Maaf ya, kemarin pulang duluan dan hanya pamit secara langsung ke Mbak Era dan Mbak Astri plus SMS ke Kang Tef karena masih belum fit benar, jadinya juga nggak bisa ikut ke Jakarta Islamic Book Fair lagi...

Best regards
Aisya Avicenna

“INI CERITA HIDUP GUE, APA CERITA HIDUP LOE ?” [Special Edition FLP Pelangi_12]

Monday, March 14, 2011 0 Comments



Ahad, 13 Maret 2011
Alhamdulillah, di saat diri membuka mata kondisi fisik sudah bisa diajak kerja sama. Ahay, saatnya mengukir kisah penuh warna di hari ini. Catatan 10 lembar sudah tertulis, mencoba mendokumentasikan kegiatan MUBENG KRATON hari Sabtu kemarin. Dan catatan ini adalah hasil reportase pertemuan FLP Pelangi ke-12. Cekidot !

Kost Pink, 13:00 WIB

Nungma dapat telp dari Mas Aries Adenata, ketua FLP Solo Raya yang rencananya mau “melengserkan diri. Saatnya melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan FLP kepada generasi berikutnya. Mas Aden rencananya jadi bintang tamu di pertemuan pekanan FLP kali ini. Beliau tanya lokasi markas kita (Ruang Multimedia-red).

Berhubung Nungma belum sampai lokasi, Nungma telp Kang Pahmi. E…pake acara sibuk tu HP. Then telp Diah Cmut ajah. E…gak diangkat-angkat. Lagi pada sibuk ngapain sih? Akhirnya mencoba telp Kang Pahmi lagi. Alhamdulillah, nyambung! Dari seberang sana terdengar suara orang ter-ngenez yang pernah Nungma temui. Nung bilang kalau Mas Aden ada di parkiran, bla..bla..bla.. haiyyah, gek tu bocah ngekek wae kie.
“Lha kowe saiki neng ndi?”, tanya dia.
Nung jawab, “Masih di kost. Nunggu mbak Santi. Kita kan HUMAS yang kompak.”
Hahaha…tu kepala suku semakin termehe-mehe ketawanya. Gila!

Jam 13:45 WIB…akhirnya Mbak Santi datang menjemput. Cihuy….saatnya meluncur ke markas. Sampai di markas bertemu duo unyu, Ayu n Diah Cmut yang lagi pada ribut nyari belimbing wuluh. Mas Dwi datang dengan Legenda-nya. Kemudian kita naik ke markas.

Markas Pelangi, 14:00-15.30
Masuk ke ruangan, mendapati Mbak Amrih dan Mbak Fitri sedang asyik menghidupkan LCD. Menyapa Mbak Nury, Mbak Eka, Mbak Ivon, Mas Nur, duduk di belakang ada Mas Aden sama Kang Pahmi. Masih dengan ekspresi yang aneh. E..ada Wildan juga. Wah, sephianya Kang Pahmi kok gak ada ya??? “Diajeng Tyo, kamu kemana?” hahaha…
Lagi asyik makan “pastel” pemberian Mbak Santi, Nungma dikejutkan oleh SMS dari Mbak Umi Kultum…
“Mb Nungma, tlg keluar bentar. Aku tabrakan di perempatan dr.oen”

Weikz, langsung dah. Tanpa ba-bi-bu, Nung ambil langkah seribu. Meninggalkan seculi pastel yang tinggal satu kali suap. Setengah percaya, Nung keluar gerbang SMP menuju daerah perempatan dr.Oen. Beneran, Nungma belum 100% percaya, karena SMSan kemarin malam dan komen2 di FB kita malah asyik guyonan dan bercanda. Sempat terpikir, jangan-jangan Mbak Umi ngerjain nih. Makanya, Nung belum ngasih tahu yang lain. Memastikan dulu. Celingak-celinguk di dekat bangjo. Di mana mbak Umi Kultum-nya??? Akhirnya tak telp. E, ternyata…Mbak Umi sudah nangkring dengan suksesnya di sebuah bangku merah depan toko dengan tampang meringis tapi tetap berusaha tersenyum manis. Gubraaaak….^^v

Ternyata eh ternyata, tadi sebelum belok ke arah SMP sempat terjadi adegan ciuman dengan bamper mobil. Mbak Umi pun dirawat oleh 2 cewek yang tadi juga ada di dalam mobil yang nabrak dia. Mereka anak Poltekes. Luka memar dan lecet-lecet di bagian tubuh sebelah kiri. Kaos kaki sebelah kirinya aja sampai sobek n dia pakai tas kresek sebagai pengganti kaos kaki. Ngekek deh aku! Ku ngasih tahu Diah Cmut kalau aku lagi nemenin Mbak Umi yang tadi tabrakan tapi jangan ngasih tahu sapa-sapa dulu. Karena perawatan lukanya belum usai. Setelah kelar, akhirnya bala bantuan pun datang. Ada Diah Cmut, Ayu’, dan Mas Dwi.

Selang beberapa saat kemudian, para anggota Pelangi pun bermunculan. Kayak laron aja. Gek mbak Umi pas ekspresinya gak cetho blazzz…senyam-senyum gak jelas. Hahaha…malah berakhir foto-foto. Jian, narsis puol. Sepeda motornya biar diperbaiki dulu dan kita pun kembali ke markas. Mbak Umi diboncengin Mbak Fitri pake legenda-nya Mas Dwi. Kemudian dipapah ke atas oleh Mbak Ivon dan Mbak Eka. Sampai di tangga menuju Ruang Multimedia, terjadilah diskusi konyol tentang “Kongkalikong”. Hahaha…istilah yang bikin ngakak guling-guling.

Duduk sebentar di kursi. Ah, banyak adegan yang bikin ketawa sampai nangis. Wkwkwk. tabahkan hatimu ya Mbak Umi. Berdoalah, doa orang teraniaya insya Allah diijabah. Hehehe…(foto-foto pun tetap berlangsung. Seru! ^^

Dan duo HUMAS Pelangi pun membuat kesimpulan atas kejadian yang baru saja menimpa Mbak Umi,
“Nung, ternyata memang benar, ada yang jauh lebih narsis, lebih manja, dan lebih konyol dari kita ya?”, ujar Mbak Santi, merasa kalah saingan. Hahaha…
“Iya, Mbak!”, kata Nungma mengiyakan. Wkwkwk…dasar mbak Umi Kultum!
***
Tak terasa adzan Ashar berkumandang.
Pada reportase ini Nungma tidak bisa mengisahkan aksi Mas Aden. Tolong yang kemarin ada di lokasi bisa menceritakan maksud dan tujuan Mas Aden jadi “bintang tamu” di pertemuan Pelangi kemarin. Katanya sih, “pamitan” karena mau lengser. Wah, bagi-bagi SAOS dong Mas buat kenang-kenangan. Hehe…

Saat asyik duduk-duduk di serambi depan Ruang Multimedia, Mas Aris El Durra datang. Ah, telat ni orang. Hehehe…kejadian seru baru saja terlewatkan.
Pending sholat Ashar sampai jam 15.30…kemudian lanjut materi dari Kang Pahmi.

Masih di Markas, 15.30-17.15 WIB
Kang Pahmi menjelaskan tentang “POWERFUL HEADLINE” dan “MENCURI PERHATIAN di PARAGRAF AWAL”. Materi yang seru…banyak ilmu dan hal baru yang didapat. Sip dah… tapi kegilaan dia pun tetap aja muncul. Apalagi saat tu kepala suku mengungkapkan kerinduannya dengan Diajeng Tya, sang sephia yang pada pertemuan kali ini Diajeng Tya berhalangan hadir karena harus “munggah gunung” memperdalam kitab sakti peninggalan Sun Go Kong. Hahahaha…
(Adegan di luar ruangan: Diah Cmut dan Ayu’ malah asyik bikin kreasi unik dan pemotretan untuk majalah EMBUN. Hihihi…)

Kita pun sempat dipertontonkan dengan short movie-nya Raditya Dika si “Kambing Jantan”. Hm, jadi pemantik semangat dan pelecut motivasi juga! “INI CERITA HIDUP GUE, APA CERITA HIDUP LOE???”

Ayo, keluarga Pelangi segera selesaikan naskahnya ya! Ingat, akhir bulan mau dicek dan ricek. Saling membantu, saling menyemangati dan saling mendoakan ya! Semoga senantiasa diberikan kemudahan oleh Allah SWT. Amin.

Ayo, Nung!!! KAMU BISA!!! BE FOCUS!!! (tanda “penthung” nya banyak, biar lebih semangat. Hehehe…).
Bismillah….

Dan kisah Pelangi sore ini ditutup oleh rona jingga penuh cinta dari lukisan senja yang begitu memesona…Awesome!

Ngabsen dulu ah…
Yang datang:

• Kang Pahmi, Mas Nur, Mas Dwi, Mas Aris El Durra, Mbak Amrih, Mbak Nury, Mbak Ivon, Mbak Fitri, Erni, Mbak Eka, Mbak Umi, Mbak Anik, Mbak Santi, Nungma, Diah Cmut, Ayu’, Mbak Fu’ah (jaga baik-baik calon ponakan Pelangi ya mbak!)

Yang gak datang:
• Mas Tyo (Diajeng Tya, ketidakhadiranmu membuat kakanda Pahmi kesepian tuh….hahaha), Mas Ruri (kecapekan ya Mas abiz meet n greet dengan Kyai Slamet?), Bunda Eny (dedek kecilnya kapan-kapan diajak dong, Bund), Pak Wiwid.

Logistik hari ini:
• teh panas, kue bolu tape, roti tawar bertabur meyses, pastel, ‘n pudding.

WORO-WORO:
• Ingat, tanggal 20 Maret 2011 ada MUSCAB FLP SOLO RAYA jam 08.00-15.00 di SD IT Nur Hidayah. Masa depan FLP SOLO RAYA ada di tangan perwakilan ranting yang datang. Hohoho…
• Tanggal 20 Maret 2011 otomatis pertemuan Pelangi libur dah. Sampai ketemu di pertemuan-pertemuan super seru selanjutnya yaaaaa…
• Doakan Pelangi segera MANTU! ^^

[Keisya Avicenna, humaz’crew. Terima kasih Kang Pahmi atas buku “MENITI JALAN PEWARIS NABI”-nya. Ah, sebuah ending yang sangat indah dan itu menunjukkan sisi “kewarasan”-mu. Hihihi…Sippp…^^v]

Sunday, March 13, 2011

Sendiri itu Tak Selamanya Asyik!

Sunday, March 13, 2011 0 Comments
Sabtu, 13 Maret 2011 sepulang dari ‘imunisasi pekanan’, Aisya dan beberapa teman satu lingkarannya berencana ke Jakarta Islamic Book Fair. Awalnya mereka mau naik taksi. Tapi berhubung jumlahnya 6 orang, jadinya sepakat naik angkutan umum. Macet. Maklum, malam minggu. Sampai di Gelora Bung Karno, kami langsung menuju panggung utama.
Subhanallah, sampai di sana kami disuguhi lagu “Bunda”-nya Melly Goeslaw yang tengah dibawakan oleh seorang anak laki-laki. Keren, suaranya lembut dan merdu banget! Bikin SPEECHLESS!!! Ada tempat duduk kosong di deretan depan. Aisya dan seorang sahabatnya berpindah ke sana. Saudari-saudarinya yang lain tengah menyebar mencari buku. Entahlah, hari itu Aisya tidak berminat mencari dan membeli buku.
Setelah penampilan adik tadi, acara dilanjutkan dengan pembagian doorprize dari Bank Syariah Mandiri. Saat pembagian hadiah hiburan, ada beberapa anak kecil yang diminta naik ke panggung. Naiklah 7 orang anak. Mereka diminta mengucapkan “satu sate tujuh tusuk” secara cepat. Ada 3 anak yang berhasil. Kemudian mereka juga diminta bernyanyi dan menghafal ayat Al-Qur’an.
Wow, subhanallah. Ada seorang anak kecil yang melantunkan Ar-Rahman. Aisya jadi malu, hafalan Ar-Rahmannya kabarnya gimana ya? Sepertinya perlu dimuroja’ah lagi! Ada lagi seorang anak (tinggi besar), sepertinya ia kena down syndrome. Tapi ia berani tampil di depan. Bicaranya juga cukup lancar meski kurang begitu jelas didengar.Dia termasuk anak yang berhasil mengucapkan kalimat tersebut dengan intonasi cepat. Saat ditantang MC untuk menyanyi, ia berani menyanyikan “Mari Bershalawat”nya Wali meski kata-katanya tidak begitu jelas didengar. Aisya terharu dan sangat salut dengan anak itu. Luar biasa!
Maghrib pun tiba. Aisya dan beberapa saudarinya menuju mushola. Sedang saudari-saudarinya yang kebetulan sedang berhalangan, tetap di panggung utama untuk ‘ngetag’ tempat yang ‘pewe’. Ahh, indahnya kebersamaan! Setelah wudhu, Aisya dan teman-temannya menuju mushola khusus akhwat. Nah, saat itulah, ia bertemu dengan seorang sahabatnya yang juga alumni UNS. Aisya cuma menyapa namanya. Sahabat itu kaget dan menoleh. “Mau sholat dulu,” Aisya segera bergegas menyusul saudari-saudarinya. Hmm, siapa ya sahabat Aisya itu? Off the record saja deh (disebutin juga nggak kenal! ^^)
Setelah sholat Maghrib berjamaah, Aisya bertemu Fe di dekat pintu keluar mushola. Fe adalah sahabat dunia mayanya yang kebetulan sudah 2 kali bertemu di dunia nyata. Hmm, serba kebetulan deh! Aisya kembali ke panggung utama. Acara pun dimulai. Saat itulah ada SMS masuk ke ponsel Aisya, dari sahabatnya juga. Alumni UNS juga, tapi bukan yang tadi. Dia menanyakan apakah Aisya sudah ke Jakarta Islamic Book Fair (JIBF). Aisya menjawab dan menjelaskan kalau ia sedang berada di JIBF. Sahabatnya itu membalas lagi kalau dia juga lagi ada di sana. Aisya menoleh ke belakang. Dan pandangannya tepat tertuju pada sahabat yang SMS dia tadi. Sahabatnya itu belum tahu posisi Aisya sampai akhirnya ia diberi tahu kalau posisi Aisya ada di deretan tiga dari depan. Sahabat itu pindah posisi ke samping panggung utama. Saat itulah mereka bisa saling tegur sapa. Tidak bisa saling bertemu langsung karena saat itu pengunjung panggung utama mulai penuh. Ia datang bersama belahan jiwanya. Duh, mendadak mupeng! Memang asyik sih kalau malam minggu, ke book fair, plus ditemani pasangan! Memang, ‘sendiri itu tak selamanya asyik’! SABAR 37x!!!
Aisya baru ngeh kalau malam itu acaranya bertitel “1st Indonesia Nasheed Award”. Setahu Aisya sih mau ada konser nasyid di panggung utama. Gitu saja. Ealah, ternyata malah malam penganugerahan buat nasyid-nasyid di Indonesia. Aisya duduk di kursi deret ketiga. Kebetulan, kursi deret pertama dan kedua digunakan para munsyid yang mendapat nominasi. Sebut saja, ada SNADA, Izzatul Islam, Edcoustic, Fika (Doa Kalbu), dan Suby-Ina.
Acara yang diselenggarakan oleh Forum Silaturahmi Nasyid Indonesia (FSNI) ini diawali dengan pembukaan oleh duo MC yang lumayan lucu. Dilanjutkan dengan penampilan Edcoustic yang membawakan lagu Medley (“Perjalanan”, “Sebiru Hari Ini”, dan Menjadi Diriku”) dilanjutkan “Muhasabah Cinta”. Setelah itu pembacaan nominasi untuk beberapa kategori. Simak nih ya..
1.Nasyid Acapela terbaik diraih grup nasyid AWAN dari Semarang.
2.Grup Acapela terbaik diraih grup nasyid GRADASI
3.Nasyid Haroki terbaik diraih grup nasyid Shoutul Harokah untuk “Bangkitlah Negeriku”
4.Grup Haroki terbaik diraih oleh Izzatul Islam
5.Lagu favorit diraih oleh The CS dengan judul “Ummi, Ibu, Bunda Apapun Namanya”
6.Solois favorit diraih oleh Opick
7.Grup Islamic Romantic diraih oleh Suby-Ina
8.Lagu Islamic Romantic diraih oleh Suby-Ina untuk nasyid yang berjudul “Ujung Penantian”
9.Nasyid Mancanegara terfavorit diraih oleh Maher Zain untuk lagu “Barakallahulaka”
10.Pioneer Grup Nasyid Acapela diraih oleh SNADA
11.Pioneer Grup Nasyid Haroki diraih oleh Izzatul Islam
12.Special Achievement diberikan kepada tokoh yang sangat berperan penting dalam harmonisasi nasyid di tanah air yang diberikan kepada Agus Idwar.
Di sela-sela pembacaan nominasi di atas, ada juga pemutaran video klip “Insya Allah”-nya Maher Zain yang berduet dengan Fadli (Padi). Seru! Bikin merinding! Salah satu pembaca nominasinya juga luar biasa memukau. Siapa lagi kalau bukan Anna Althafunisa alias Oki Setiana Dewi. So beautiful! Ada juga penampilan dari SNADA yang menyanyikan “Penolong Sejati”, FATIMAH yang menyanyikan “Muhasabah Cinta”, Mas Suby dan Mbak Ina yang menyanyikan “Ujung Penantian” (paling suka nih ma penampilan dan lagunya) dan Izzatul Islam yang menyanyikan “Gaza” dan “Jejak” (suka juga, jadi semangat menghentak-hentak!). Penampilan Mas Suby dan Mbak Ina (yang ternyata suami istri.. hmm, baru tahu!), sangat inspiratif! Menjadi pelajaran bagi Aisya, bahwa setelah menikah tuh tetap harus produktif, bahkan adanya pasangan bisa menjadi partner kerja sama untuk melipatgandakan prestasi.
Langsung Aisya membayangkan...
Bila pasanganku kelak seorang penulis, maka akan aku ajak menulis buku bersama...
Bila pasanganku kelak seorang PNS, maka akan aku ajak merumuskan strategi membangun bangsa..
Bila pasanganku kelak seorang trainer, maka akan aku ajak mengisi training bersama...
Bila pasanganku kelak seorang entrpreneur, maka akan aku ajak bisnis bersama..
Ahh, yang paling penting.. pasanganku kelak harus bisa menjadi IMAM yang baik untuk keluarga kami.
Hmm, sudah ah membayangkannya!

Acara selesai. Aisya dan saudari-saudarinya pulang naik bus jurusan Cawang. Awalnya berdiri, tapi akhirnya ada seorang saudarinya yang memberikan tempat duduk pada Aisya. Saudarinya itu tahu kalau kondisi Aisya belum benar-benar fit. Aisya sangat bersyukur karena hari itu ia tidak berpetualang sendiri, tapi bersama saudari-saudari yang sangat ia cintai. Hmm, memang ya adakalanya sendiri itu tak selamanya asyik!

Aisya Avicenna

MUBENG KRATON: “PERJALANAN KITA JADI CERITA”

Sunday, March 13, 2011 0 Comments




Ketika pagi membuka hari
Tak henti lisan ini berucap penuh kesyukuran tiada henti,padaMu Ya Ilahi Rabbi
atas semua nikmat yang telah Engkau beri
Mata ini memandang hamparan ilalang hijau yang lembut bergoyang
Cericit burung menyenandungkan lagu seolah ikut berdendang
Bersama iringan simfoni alam, mencoba menyatukan nada-nada menjadi berirama
Tiupan angin berhembus halus menghadirkan kesejukan yang begitu tulus
Ketika ku tatap langit, serasa diri ini turut mengangkasa
Ingin rasanya terbang mensketsa impian, menuliskannya di atas sana…
[Keisya Avicenna_celoteh aksaraku di Buku DNA]
***

Tetesan embun menambah kemewahan romantisme pagi ini, iringi rona jingga Sang Bagas yang perlahan meninggi tuk terangi hari. Nungma masih asyik bercengkerama dengan catatan hariannya, membuka lembar demi lembar yang telah tertulis, membiarkan aksara berbicara untuk mendokumentasikan hidupnya. Kembali ia lihat jadwal yang tertulis di lembar “AGENDA BULAN MARET”. Hm, tepat di hari Sabtu tertanggal 12 Maret 2011 ada agenda MUBENG KRATON bareng Kang Nassirun Purwokartun bersama keluarga FLP Pelangi Solo Raya. Cihuy…bergegas ia menyelesaikan tugas-tugasnya pagi itu kemudian bersiap untuk melakukan “petualangan” seru hari ini.

Melihat jam di N 5310-nya, 07.45 WIB. Dengan langkah ringan sambil menjinjing helm dan menggendhong tas “backpacker” hitam manis yang telah malang-melintang menemani aksi petualangannya, Nungma berjalan menuju daerah belakang UNS. Menanti kedatangan Mbak Santi. Nungma duduk di salah satu kursi merah depan apotek, mengeluarkan buku sketsanya dan mulai mencoret-coret kertas putih itu dengan berbagai gambar. Salah satunya gambar tukang becak. Nungma jadi ingat sama Pak Katno, tukang becak langganannya, yang sudah 15 tahun berprofesi sebagai tukang becak untuk menghidupi seorang istri dan tiga orang anaknya.

Sekitar jam 08.15, yang dinanti Nungma pun datang. Dengan jaket pink dan jilbab kremnya, gadis cantik asal Sragen itu tersenyum penuh keceriaan. Turun dari sepeda motornya kemudian berkata,
“Nungma, aku ke apotik dulu ya!”
“Iya mbak,” jawab Nungma sambil membereskan perkap menggambarnya tadi.
Selang beberapa menit kemudian, Mbak Santi keluar sambil memamerkan bulatan-bulatan hijau dengan merk PROMAG. Mengeluarkan salah satu isinya kemudian mengunyah bulatan hijau itu seolah tengah asyik mengunyah “permen cecak”. Hihi…
“Nung, beli maeman dulu yuk!” ajak Mbak Santi
“Itu ada toko roti mbak,” kata Nungma sambil mengajak Mbak Santi memasuki sebuah toko di samping apotik.
“Tapi aku pengin gorengan Nung. Beli di Pasar Gede mungkin ada ya?”,
“Okelah Mbak. Ayo, berangkat!”

Perjalanan menuju Pasar Gede pun berlangsung sangat menyenangkan. Sesekali Nungma membuka pesan yang masuk ke inbox-nya. Salah satunya dari Mas Tyo,
“Ngumpule dimana? Pas-e?”
Nungma bales, “Daerah Gladag, tunggu aja di dekat Patung Slamet Riyadhi, kamu hormat dulu Mas sama tu patung, ntar dikasih kata sandi. Hahaha…”
“Aku udah hormat di patung Gladag, sama Kang Nass.”
SMS-an yang dung-dung tralala.

Setelah dapat 6 buah timus dan 6 buah klenyem di Pasar Gede, Mbak Santi dan Nungma pun segera menuju daerah Gladag. Parkir di dekat tukang stiker sepeda motor kemudian jalan kaki sampai taman dekat patung Slamet Riyadhi yang masih gagah berdiri. “Pak, kalau capek istirahat dulu ya, Mas Tyo siap menggantikan.” (hahaha…imajinasinya Nungma).

Ah, kalau berada di daerah ini, Nungma jadi mengenang masa-masa jadi mahasiswa dulu. Sering banget ikut “aksi” di kawasan itu. HIDUP MAHASISWA!!! Paling tak terlupakan ya pas aksi bareng rekan-rekan BEM SI (BEM Seluruh Indonesia), dengan jas almamater warna-warni kita berikrar SUMPAH MAHASISWA INDONESIA!!! Ough, unforgetable memories dah…Nung rela mbolos kuliah Fisiologi Mikroba hanya untuk membersamai rekan-rekan mahasiswa dari berbagai pelosok Indonesia. Uhuy, beruntung juga waktu itu malah kosong kuliahnya. Hahaha…

Dengan wajah yang berseri-seri, seperti wajah sang mentari yang mulai meninggi, duo humas itu pun menyapa para personil Pelangi yang sudah nongkrong di situ. Ada Mbak Nury dengan baju merah hatinya, Mbak Ivon dengan jilbab biru mudanya, Ustadzah Sa’idah (teman mbak Ivon sekaligus guru tahsinnya Nungma di PPQ Al Mahir…^^v), Mbak Umi dengan gamis merah batanya, Ayu’ dengan kostum bunga-bunga dan jilbab pinky-pinkynya, Diah Cmut dengan kaos, jilbab, dan jaket yang warnanya ungu semua.hihi…dikau jadi kelihatan tambah unyu. Mbak Eka dengan kostum ala “bu dosen” tapi lebih casual. Hehehe…

Belum sempat duduk manis, Nungma pun tenggelam bersama aksi foto-foto para ibu PKK itu. Hihihi. Datanglah Mas Tyo dengan kamera NIKON-nya. Jeprat-jepret…asyik dah! Aksi pemotretan ternyata membuat perut terasa lapar (lagi!), duduk-duduk dulu, makan gorengan sambil minum dan bersenda gurau. Ah, saat-saat kebersamaan yang sungguh membahagiakan.

Kang Nass, Mas Dwi, dan Mas Ruri pun datang mendekati kita. Kemudian kita cari lokasi yang nyaman untuk “memprologi” agenda Mubeng Kraton hari ini.
“Fahmi endi? Wis tangi durung? Wingi aku SMS jam 7 nganti saiki durung dibales,” tanya Kang Nass kepada anak-anak Pelangi mempertanyakan keberadaan sang kepala suku. Hahaha, tu pethunya emang dung-dung deh. Paling pake acara umbah-umbah n nyetrika dulu. Atau gak ketiduran lagi karena terlalu larut malam nge-ronda jadi Kamen Rider. Membasmi kejahatan. Hahaha…dung-dung sangat!

Setelah menemukan posisi yang pe-we untuk menggelar koran, acara pun dibuka oleh Kang Nass. Beliau menjelaskan 3 agenda kita hari ini. Pertama, ngefix kan proyek Pelangi dan Majalah EMBUN, kedua kita akan bersama-sama mencoba memaknai kembali masa-masa kejayaan Islam dengan agenda “Mubeng Kraton”, kebetulan Kang Nass juga tengah menggarap buku tentang Kota Solo sebagai wujud dan bukti kecintaan beliau setelah 10 tahun ada di Kota Solo. Wow!!! Dan yang ketiga, mempertegas agenda tanggal 19 Maret untuk adik-adik FLP UNS (khusus bagi yang ingin serius jadi penulis). Sippp dah….(adegan tambahan: ada Mas Tyo yang masih asyik jeprat-jepret).
Setelah prolognya usai, saatnya jeng-jeng…

Memasuki area Gladag, kita melewati Gapura Gladag. Di sana terdapat patung raksasa yang tengah membawa gada. Patung ini menggambarkan penghalang yang sangat menakutkan, angkara murka dan watak kekerasan. Hikmahnya, ketika kita ingin “nggayuh kautaman”, kita pasti akan menghadapi banyak sekali rintangan, hambatan, dan cobaan. Ketika kita tidak tabah dan mudah menyerah, kita pasti akan gagal dalam menggapai impian dan cita-cita kita.

Sampailah di alun-alun utara…tadi sebelum masuk alun-alun ada dua Ficus benjamina yang berasal dari family Moraceae. Begitu ilmu Biologi yang pernah Nungma dapatkan setelah belajar binomial nomenklatur warisan bapak taksonomi, Carolus Linnaeus. Haiyaah………

Masuk pendhopo kraton, ada meriam besar. Huaaah, gimana make’nya nih? Hoho…wizzz, pokoknya seru banget lah mubeng-mubengnya. Apalagi sambil mengabadikan spesies alias poto-poto. Masuk kawasan pendopo. Kang Nass juga sempat cerita kalau bangunan itu menjadi salah satu cikal-bakal berdirinya UNS. Dulu namanya UGS (Universitas Gabungan Surakarta). Nungma pun manggut-manggut. O….
***
Cerita yang lengkap bisa dibaca di note nya Mbak Eka.hehe…
http://www.facebook.com/home.php#!/notes/eka-susylowati/unforgettable-memories-in-kraton-surakarta/197603503593107
***
Sampai di depan pendopo, tampaklah sosok “duo ngenez” yang datang. Haha, ternyata Mas Tyo tadi menghilang kie njemput soulmatenya to??? Hahaha…gek wis adus durung tu kepala suku??? Ntar kita bingung mbedain dengan Kyai Slamet. Ckikikik…dengan pasang tampang ngeneznya, tu pethunya ngeles kalau telat karena abiz syuting Twilight! Haiyyah, jadi petugas yang ngipasi sutradaranya ajah pake ngelezzz…hahaha…
Perjalanan pun dilanjutkan, menuju Sasana Mulya.
Adegan yang bikin ngakakgulingguling adalah ketika menyaksikan aksi mbak Umi Kultum berpose dengan patung. Hahaha…sempet-sempetnya bergaya dengan mencet hidung tu patung. Jiaaan, narsisnya Nungma n mbak Santi ternyata belum ada apa-apanya dibandingkan aksi narsisnya Mbak Umi. Gubraaaaaaaakkk!!!
Kemudian keliling Kampung Baluwarti….
Sampailah di SD Pamardi Siwi, bertemu adik-adik yang lucu berseragam Pramuka. Para siswinya sedang asyik bermain hulahop. Foto-foto dah! Karena ingin mengenang masa-masa kecilnya, Mas Tyo pun bergabung dengan mereka. Oalah, selain berbakat jadi fotografer, ternyata Mas Tyo juga berbakat jadi instruktur hola hop.

“Anak-anak, begini lho caranya. Lingkaran hola hop dimasukkan kemudian dipegang sebatas perut. Udah siap semua? Diputar dengan menjaga keseimbangan, ya! Mulai bergoyang yuk!,” kata Mas Tyo selaku instruktur hola hop sambil bergoyang, untungnya gak pake adegan gaya ngebornya Inul. Hahaha…ngayal.com! Tapi sumpah, aksi Mas Tyo kala itu bikin kita ngakakglundhungglundhung!!!

Perjalanan selanjutnya, menuju Alun-Alun Selatan. Tempat yang kosong tanpa bangunan yang berarti alam baka. Haha…tempat favoritnya Mas Tyo n Kang Fahmi nih. Ada saudara kembar mereka. Mas Kyai Slamet. Kebo bule yang hanya dikeluarkan satu tahun sekali pada waktu malam 1 Sura. Wah, herannya kenapa tu kotoran kebo jadi rebutan pas malam itu doang yo? Padahal tiap hari tu kebo pasti juga buang hajat. Hehe…ah, tradisi n mitos!!! Pas di bagian ini, Trio Permen Sunduk (Ayu’, Diah Cmut, n Nungma) gak ikutan masuk. Mereka bertiga malah asyik nangkring di warung juz buah dekat pintu masuk, dengan berbekal uang 5.000an dua lembar pemberian Kang Fahmi.

“Mas, juz apelnya satu, jus tomatnya tiga, jus alpukatnya satu, gak pake lama ya, Mas!!” order Ayu kepada Mas-mase. Hehe…
Nungma ngambil 2 roti dari stoples, satunya dikasihkan ke Diah Cmut karena Ayu’nya gak mau. Diet katanya, hihi…gubrak!
“Yu’, aku jus apelnya gak pake es ya!”, kata Nungma
Kemudian Ayu bilang ke Mas-e.
“Nung, kalau gak pake es berarti jus anget dong!”, ujar si Cmut.
“Bukan, kalau jus gak pake es berarti namanya JU”, timpal si eNung.
Hahaha…obrolan unyu…

***
Setelah jusnya jadi, e… rombongan sudah selesai bezuk kebo bule. Wah, padahal Nungma pengin nyuruh Mas Tyo n Mas Ruri untuk bacain puisi buat tu para kebo. Akhirnya, Nung n Diah Cmut masuk ke area kebo bule. Belum sampai mendekat, crooot….jus alpukatnya Cmut tumpah. Ahihihi…ngompol season dua nih! Untungnya saksi matanya cuma aku Mut, kalau ada Kang Fahmi pasti kamu habis. Habis Dipitnah!!!xixixi.. Gak jadi mendekat ke area kebo bule, cukup melambaikan tangan dari jauh aja. Ah, adegan yang sangat mengharukan. Heuheu….^^.

Nungma n Diah Cmut pun segera menyusul rombongan. Kita kembali ke Alun-Alun Utara. Berkumpul bersama. Mbak Amrih juga ikutan. Foto-foto dah…Salut deh buat Mas Tyo!!! Hahaha…meski harus berngenes-ngenes ria gak ikutan foto bareng.
Ada adegan lucu lagi. Sekarang tentang Mbak Santi.
“Nung, lumba-lumbanya lucu dan bagus ya…bisa jungkir balik”, kata gadis cantik itu penuh kekaguman.
Hahaha…..
“Beli aja mbak!”, kata Nungma sambil ngakakgulingguling.
***
Kemudian kita pun duduk melingkar di pendopo, menggelar semua bekal dan jajanan. Asyiiiik, dapat bros juga dari Mas Tyo. Terima kasih, Mas!!! Belum ada 10’ duduk, kita ‘diusir secara halus’ oleh kerabat keraton. Hahaha, akhirnya pindah deh di bawah pohon, deket lapangan. Kang Nass mulai asyik bercerita. Tentang perjalanan hidup dan perjuangannya menjadi seorang “seniman” dan “penulis”. Karena jadi “penulis”, Kang Nass mampu mengangkat harkat dan martabatnya, hingga akhirnya bisa berjodoh dengan Bu Nass (Bu Yuli Astuti), istri beliau sekarang. Konon dulu…sang istri berperan sebagai ‘mak comblang’ sahabatnya, ealah…malah beliau yang ditantang Kang Nass untuk dijadikan pendamping hidup. Kisah yang lucu dan seru…dibikin cerita aja, Kang! Kang Nass juga memberikan banyak motivasi kepada kami untuk terus menulis. Karena menulis itu kerja individual. Hihi, Nungma juga dapat masukan nih. Semangat menulisnya dah OK, tinggal bagian editingnya nih yang harus lebih diseriusi. Teman-teman, mohon dibantu yak!!! Oke yak… ^^

Pada kesempatan kali itu pun, Kang Nass juga membagi-bagikan buku. Kali ini yang beruntung, Mas Tyo, Mas Dwi ‘n Diah Cmut. Yang belum kebagian, sabar yak…tunggu sesi selanjutnya!!!

Tak terasa adzan Dhuhur berkumandang. Kang Nass dah jalan duluan menuju Masjid Agung Surakarta. Walah, anak buahnya malah asyik menikmati “empek-empek” bikinan Mbak Ivon. Hihi…

Setelah selesai, kita-kita pun nyusul ke masjid. Diah Cmut, Ayu’, mbak Ivon, mbak Umi Kultum pada balik duluan. CU tomorrow. Berhubung lagi gak sholat, Nungma nemenin Mbak Santi sambil liat jepretan di NIKON-nya Mas Tyo. Hihi….gambarnya lucu-lucu.

Ba’da sholat, kita ke bagian buku-buku bekas. Sempet foto-foto juga. Dan akhirnya Nung beli buku yang dulu sempat tertunda gak jadi beli waktu di pameran buku. Hanya dengan uang 10.000 rupiah, akhirnya buku MAINTAIN THE HEART-nya Aa’Gym bisa menambah koleksi “AL FIRDAUS 2”. Ahay…terima kasih juga buat Mas Dwi yang rela menyumbangkan uang 5.000-nya dan akhirnya Nung bisa mendapatkan novel “SETITIK KABUT SELAKSA CINTA”nya Mbak Izzatul Jannah. Sebuah novel yang selama ini masuk dalam daftar novel yang Nungma cari. Hm, ada yang punya novel KETIKA MAS GAGAH PERGI-nya Mbak HTR gak??? Kalau ada yang punya, Nungma minta ya…(gak pinjem lho!!! Wkwkwk…). Makasih ya Mas Dwi!!!

Kang Nass pun akhirnya pamitan pulang. Waktu untuk keluarga tercintanya dan bekerja. Sedangkan kita-kita??? It’s time to lunch!!! Laper berat euy…Akhirnya, duduk manis di dekat penjual tahu kupat. Seperti biasa, Nungma pesan tahu kupat tanpa tahu (setelah tadi beli jus tanpa es.hehehe). Makan siang yang sangat heboh dan menyenangkan. Adik-adik UNS juga masih lengkap bertiga. Wien, Nur, dan Kurnia. Tapi Wahab UMS kok dah ngilang ya??? Tertinggal dimana tu bocah??? Ada yang tahu???

Perbincangan keluarga Pelangi seputar “rencana mantu” ke depan. Hihihi…wah, benar-benar gila!!! Sampai akhirnya, Nungma merasa ada yang tidak beres dengan kepalanya bagian kanan. Migrain-pun menyerang dan mencoba meruntuhkan pertahanan fisiknya.

Tepat jam 14.00, keluarga Pelangi pun berpisah. Terima kasih buat Mbak Amrih yang dah nraktir. Kang Fahmi, kapan-kapan tak tagih traktiranmu!!! Hm, nebeng mbak Santi, Nungma pun meluncur menuju kostan. Sepanjang perjalanan, satu hal yang dilakukan memejamkan mata karena menahan rasa sakit yang luar biasa!!! Pengin rasanya segera ‘ngglethak’. Heuheu…

***
Ah, meski Nungma pun berakhir “ngenez” karena migrain…tapi agenda Mubeng Kraton kemarin sungguh sangat luar biasa sekali bangeeeetttt!!!
Alhamdulillah, ketika membuka mata tadi…migraine itu sudah pamitan…ahay, bersyukur bisa berjumpa di hari Ahad penuh semangad!!! Saatnya kembali mengukir cerita penuh warna….
Sampai ketemu nanti siang di markas yak!!!
***


Matur nuwun sanget kagem para aktor dan aktris yang sudah menjalankan lakonnya dengan sangat baik di skenario yang telah Dia tuliskan untuk kita hari ini….
1. Kang Nassirun Purwokartun: terima kasih untuk ilmu, pengetahuan, wawasan, motivasi, cerita-ceritanya yang luar biasa, serta waktu yang sudah dialokasikan khusus untuk mengokohkan kebersamaan Keluarga Pelangi. Doakan ya kang, kita bisa menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah. Amin..^^
2. Mas Tyo: sang fotografer, meskipun harus rela berngenez-ngenez ria gak ikutan difoto. Jangan minta Nungma untuk menggantikan posisimu sebagai seorang fotografer ya, MAs. Karena dengan sangat tegas, pasti Nungma berkata: “TIDAK!!!”. Hahaha….Terima kasih ya Mas, jepretan2mu menjadi sebuah dokumentasi hidup untuk kita semua.
3. Mas Dwi: terima kasih atas sumbangan 5.000-mu ya Mas!!! Novel itu sangat luar biasa buatku…hehe…Hanya Allah yang mampu membalas kebaikanmu. Termasuk usulan obatmu tadi malam.
4. Mas Ruri: terima kasih ya Mas, karena sudah bersabar menghadapi orang-orang unyu di Pelangi (ex: Mas Dwi, Mas Tyo, n Kang Fahmi). Hihihi…tetaplah kalem dan selalu tersenyum.
5. Kang Fahmi: terima kasih buat kepala suku. Orang ter-ngenez di Pelangi, yang selalu rela mengorbankan semuanya untuk kelangsungan hidup anak-cucunya di Pelangi. Teruskan kegilaanmu, karena itu sudah menjadi ciri khas orang-orang yang “extraordinary”.
6. Wahab UMS, adik-adik FLP UNS (Wien, Nur, Kurnia): jangan heran dengan ‘kegilaan’ kami ya…hehe…
7. Mbak Santi: terima kasih ya Mbak, atas tebengannya, atas gorengannya, atas hari-hari HUMAS yang semakin berseri-seri sepanjang hari…
8. Mbak Umi: teruskan kenarsisanmu, Mbak. Kapan-kapan bagi-bagi ilmu buat aku n Mbak Santi ya. Hehe….gubraaaakkk buat Mbak Umi Kultum. Terima kasih buat poto-potonya!
9. Mbak Eka: ibu dosen yang satu tanah kelahiran dengan Nungma ini selalu mampu memberikan semangat. Siiipp, bu dosen. Beliau rela meliburkan murid-muridnya hanya untuk membersamai keluarga Pelangi. Hahaha, dosene yo pengin jeng-jeng, mahasiswanya senang dosennya juga senang! (mbak Santi, upload foto mbak Eka pas lagi ngemut permen sunduk dong!xixixi)
10. Mbak Nury: meski kebersamaan dengan Mbak Nury cukup singkat di hari itu, tapi terima kasih ya Mbak buat semangat dan motivasinya…SALUT!!!
11. Mbak Ivon: terima kasih ya Mbak, buat “empek-empek”nya. Meskipun banyak yang ngira itu bakwan. Ah, gubrak tenan! Tapi enak kok mbak…kapan-kapan ajarin bikin yak! Terima kasih juga buat Ustadzah Sa’idah yang tadi dah ikut n sempat jadi fotografernya aksi Nungma n Mbak Santi..
12. Mbak Amrih: terima kasih wafer Tango-nya! Terima kasih juga karena dah rela ngedit karya anak-anak Pelangi untuk majalah Embun. Nungma belum bisa berkontribusi di bagian perdana nih. Karena kemarin KO!!! Minimal bantu menyemangati dan mendoakan dulu. Hehe…terima kasih juga dah ditraktir makan siang. Sering-sering ya Mbak!!
13. Erny: terima kasih dah jadi fasilitator Keluarga Pelangi. Sabar ya nduk dalam menghadapi kakak-kakakmu yang “aneh-aneh” ini.
14. Diah Cmut: terima kasih ya Mut!! Buat semuanya dah…^^. Jangan “ngompol” lagi yak…
15. Ayu’: terima kasih buat permen sunduknya ya Yu’. Bersabarlah dalam menghadapi pitnah-pitnah dari orang-orang di sekitarmu. Ahahaha….
***
[N] ikmati indah perjalanan yang terbentang di depanmu
[U] kirlah kisah terindah tuk membuat JEJAK TERHEBAT dalam hidupmu…
[N] iscaya kan kau temui beranekaragam keagungan-Nya
[G] ali dan rasakan gema alam yang berhembus bersama sentuhan kasih-Nya
[M] elukiskan kebahagiaan dalam canda dan bukan air mata kesedihan
[A] lam akan selalu menjadi saksi terpautnya hati…
dalam indahnya CINTA…dalam tulusnya sebuah PERSAHABATAN…

[Keisya Avicenna, 3 jam menyelesaikan tulisan ini…semoga menjadi [NO]stalagia [R]o[MA]ntic yang tidak ingin dilupakan….!!!]

NB : AYO, KRITIK TULISAN INI!!!! (10 lembar yang menyembuhkan….salah satu terapi migrain yang mujarab adalah….MENULIS!!!)

Saturday, March 12, 2011

Dari BALEKAMBANG, BINCANG PENANGSANG, HUNTING BUKU sambil MBOLANG…^^

Saturday, March 12, 2011 0 Comments





Ah, dah tiga hari ini Nungma mendiamkan doralepito. Kenapa? Karena ada kesibukan lain yang mengharuskan menulis dengan cara konvensional alias tulis tangan. Subhanallah walhamdulillah…Allah SWT telah mengaruniakan organ “tangan” yang luar biasa ini. 10 jari yang saling berkolaborasi dan bersinergi. Untuk memegang pena dan menuliskan banyak hal meluapkan isi kepala. Hehehe.

Lihat kalender di dinding. Tanggal 10 Maret. Baru ingat, kalau hari ini hari terakhir pameran buku di Solo Islamic Book Fair. Sabtu kemarin sudah kesana sebenarnya, tapi belum bisa fokus hunting buku. Malah jadi moderator di acara BINCANG PENANGSANG bareng Kang Nassirun Poerwokartun bersama temen-temen FLP Solo Raya.
Flash back dulu ke hari Sabtu tanggal 5 Maret 2011 yuk…

Sabtu, 5 Maret 2011
Nostalgia Akhwat MIPA di Balekambang
Dengan berbekal novel Penangsang yang tebelnya lebih dari 700, Nungma melangkahkan kaki menuju gapura jalan Surya Utama untuk ‘nyegat’ angkun 03. Tas “backpacker” nya Nung lebih terasa berat dari biasanya. Yang jelas isi wajib tas itu harus ada Al Qur’an, air putih, pena, buku DNA dan buku bacaan pluz payung. Isi yang lain hukumnya sunah, kayak camilan, tissue, dll. Dari sekarpace naik minibus arah ke terminal. Bertemu Etika Aisya Avicenna, kemudian kita mbecak sampai Balekambang.

NOstalgia RoMAntic pun terjadi. Ada mbak Ria, mbak Rini, Betty, Kur”, Saras, menyusul mbak Afni dan mbak Anti. 9 muslimah MIPA. Hihi…ada kejadian “mengusir secara halus” dua insan yang tengah pacaran…hehe…makan siomay bersama, foto-foto, sampai akhirnya tiap orang harus bercerita kehidupan pasca kampus sama planning masa depan. Setelah puas menikmati suasana Balekambang, kita ber-9 pun makan siang di Lombok Ijoe. Asyik, di traktir mbak Thicko nih. Tak terasa sudah jam 12.45, adik-adik FLP UNS dah SMS menanyakan posisi. Uhuy, segera meluncur ke Graha Wisata Niaga. I’m commiiiiing….^^v

Bincang-Bincang Penangsang bareng Kang Nassirun Purwokartun di SOLO IBF
Rencana awal, SUPERTWIN akan tampil bersama sebagai moderator membersamai Kang Nassirun Purwokartun, tapi berhubung mbak Thicko suaranya ‘tergadaikan’ karena flu berat jadinya Nungma aja yang beraksi. Sumpah, grogi banget pas di awal. Ma’rifatul medan ku kurang lama soale. Hehe… alhasil, Nungma kurang bisa menguasai intonasi di permulaan. Hoho…sampai Kang Nass aja bilang: “gak usah cepat-cepat”. Huahaha…inilah salah satu kelemahan yang masih terus Nung minimalisir, termasuk ketika ngajar di GO. Kadang “ngemengnya” terlalu cepet. Tapi terus semangat belajar dan memperbaiki public speaking-mu ya Nung!!! “Minimal kamu dah berani bicara di depan umum…” (padahal dulu paling males kalau disuruh ngemeng di forum…hehehe…tapi Alhamdulillah, sekarang dah lebih PD dan berani, meski Nungma sadar masih banyak kekurangan di sana-sini. Hoho….hari ini jadi moderator seorang novelis semoga kelak gantian dimoderatori oleh orang lain pas bedah buku karya sendiri. Amin…jadi salah satu motivasi juga nih!).

Wah, anak-anak Pelangi dah pada datang juga (ada Diah Cmut, Ayu’, mbak Santi. Mbak Umi, Mas Tyo, Mas Dwi, Mas Aris El Durra, Kang Pahmi, siapa lagi ea?). Gek do ngguya-ngguyu neng mburi. Jadi pengin nimpuk!!! Hahaha…paling pada syok, ngapain tu personil humas pelangi nangkring di panggung??? Hahaha...hey, tjah…ini juga salah satu tugas humas. Berkoar-koar di depan umum. Xixixixi…Hidup Humas yang selalu berseri-seri sepanjang hari (iya kan mbak Santi, mbak Amrih???hehe…HIDUP HUMAS!!! Plok..plok..plok..). Pas beraksi, kadang ada yang say hello dari jauh, kayak adik-adik MIPA, adik-adik UNS juga, eh…ada mbak Bella juga (dengan ekspresinya yang tidak jelas.hahaha), malah bikin Nung ketawa/i sendiri dengan tingkah polah mereka….hm…

Bicara tentang novel Penangsang, novel ini special karena memotret dari sisi lain. Biasanya dari sisi Hadiwijaya (Karebet), kali ini dari sisi Penangsangnya. Upaya yang sangat BERANI dan BARU!!! Salut dah buat Kang Nass, apalagi proyek penggarapan buku itu hanya memakan waktu 5 bulan. Wow!! Tapi tentunya sudah melalui research yang cukup panjang dan penuh perjuangan.

Pokoknya, pengalaman jadi moderator hari itu seru banget lah. Gak bakal terlupakan seumur hidup dah…(minimal dalam sejarah hidupku tertulis kalau pernah jadi moderatornya seorang Kang Nass yang luar biasa itu…hehe…ada bahan cerita buat anak-cucu kelak). Yang penting, happy ending dan berakhir foto-foto…moment yang paling Nung suka. ^^v

Ada beberapa inspirasi yang bisa Nung dapatkan selain ilmu kanuragan yang luar biasa dari acara itu :
1. Saatnya kembali “MENGAKRABI KATA”.
2. Sejarah bisa ditulis ulang dan ditafsirkan ulang.
• Karena sejarah adalah Nostalgia RoMAntic. Hehehe…(versi NORMA)
3. Tentang sebuah “konsep pewarisan”. Salah satu warisan yang mungkin bisa kita berikan untuk generasi mendatang adalah BUKU. Lembaran-lembaran kertas yang tersusun buah karya kita.
4. Syahadat kreativitas : “TIDAK ADA YANG TIDAK BISA, SELAIN BISA!!!”
5. Tidak ada alasan apapun untuk tidak menulis. Jangan jadikan “bassic” kita sebagai penghalang, jadikan ia sebagai tantangan yang harus ditaklukkan!!!
Terima kasih Kang Nass..terima kasih adik-adik FLP UNS…terima kasih keluarga Pelangiku…terima kasih FLP SOLO RAYA!!!

Kamis, 10 Maret 2011
Mendekati Salah Satu Sumber Inspirasi: Pameran Buku
Cukup itu aja NOstalgia RoMAntic tanggal 5 kemarin, dan di hari terakhir Solo IBF, akhirnya Nungma memutuskan untuk ‘mbolang sendirian’. Hehe…berangkat dari kost jam 08.30. seperti biasa setelah sampai sekarpace, naik ATMO. Hm, update status dulu ah…
“………..


Saatnya berinspirasi..melihat banyak hal yang lucu bin seru sambil berimajinasi. Pas lewat depan stasiun Balapan lihat ada tulisan “potong rambut Ruri”. Hahaha…jadi inget Mas Sururi Pelangi. Gara-gara tadi pagi beliau tak tugasi bikin puisi yang ditujukan untuk Mas Slamet, sebagai bentuk hadiah saat kita “MUBENG KRATON” hari Sabtu besok. Ckikikik…gek di FB ada dua unyu yang komen statusku. Bhupa supu ‘kang sopah’ dan si Muwu ‘ayu’. Dasar!!!

Turun perempatan SGM kemudian naik Surya Kencana, turun di depan Graha Wisata Niaga. Ahay, saatnya hunting buku…(tidak boleh melebihi budget yang telah ditetapkan). Hinggap dari satu stand ke stand berikutnya. Ah, ni tas dah berat. Ada 8 buku baru yang terbeli. Dan Insya Allah, buku-buku itu yang sedang dibutuhkan saat ini dan semoga mampu menjadi bekal untuk menyongsong masa depan serta mewujudkan impian. Amin.

Kayaknya Nung menangkap sosok seseorang penulis favorit juga nih…ahay, Mbak Afifah Afra lagi asyik pegang HP di depan stand INDIVA. Menyapa beliau dan ngobrol dengan beliau. Nung juga sempat beli buku di INDIVA yang berjudul “LELAKI YANG DIIMPIKAN BIDADARI”. Hehehe…tu buku rencana mau Nung berikan buat kakak tercinta.

Hm, tak terasa sudah jam 11. Menurut schedule, jam kunjungan di Solo IBF usai. Karena jam 14.00 Nung ngajar. Minimal ada sedikit waktu buat rehat sebentar sebelum beraktivitas lagi. Ke bagian informasi dulu, tukar kupon. Paling seru pas sesi ngisi form kesan dan pesan serta harapan. Hm, acara yang paling menarik di Solo IBF ini, Nung tulis pas tanggal 5 Maret waktu Bincang-Bincang PENANGSANG bareng Kang Nass…hehehe…n harapan buat Solo IBF ke depan, ya semoga standnya tambah banyak dan tambah rame, acaranya tambah seru, bedah bukunya juga tambah banyak. Dalam hati ada harapan-harapan yang lain….semoga buku-buku anak-anak FLP Pelangi dah mejeng di stand-stand IBF, keluarga FLP Pelangi atau FLP Solo Raya bisa bikin stand di Solo IBF, n yang paling penting Nung punya “teman” waktu hunting buku biar bisa diajak diskusi waktu milih buku. Hwkwkwk…HARAPAN ITU SENANTIASA ADA!!!!

[Keisya Avicenna, Catatan 11 Maret 2011: met milad UNS ku tercinta, kawah candradimuka-ku selama 3,6 tahun…]

NB alias NamBah :
Kejadian yang bikin ngakakgulingguling pas tanggal 5 Maret di Solo IBF :
1. Waktu Kang Nass nyebutin nama Ayu’, tu anak pas banget nongol di samping kiri panggung. Hahaha…gek ekspresine innocent banget!!! Muwu Thedmamu!!!
2. Pasca bedah novel malah jadi ajang jumpa fans-nya SUPERTWIN. Hehehe…terima kasih buat fans kami yang jauh-jauh datang dari luar negeri. Mbak Santi dari Sragentina dan Mbak Umi Kultum. Pemaksaan buat foto bareng. Haha…

Ah, HARI-HARIKU dan WARNA-WARNI YANG KUPILIH!!!
Terima kasih ya Rabb…scenario-Mu indah…sangat indah…

Thursday, March 10, 2011

Antara Aisya Avicenna, Ruben, dan Maher Zain dalam “Open Your Eyes”

Thursday, March 10, 2011 0 Comments
Abu Bakar Ruben

Beberapa bulan yang lalu, iseng-iseng saya download lagu “Open Your Eyes”-nya Maher Zain, ternyata saya malah mendapat yang versi video lengkap dengan gambar-gambar yang inspiratif. Setelah misi download itu berhasil, saya memutar lagu itu berulang kali sambil mendalami maknanya. Saya juga menjadikannya sebagai nada SMS di ponsel saya. Bukan bermaksud berlebihan sih, hanya saja lagu ini memang sangat inspiratif.
Nah, di tengah lagu yang sedang diputar… ada potongan (semacam konferensi pers) dari seorang laki-laki berjas hitam. Awalnya saya mengira itu Maher Zain yang berambut gondrong. Tapi hari ini.. (telat banget ya.. tapi nggak apalah), saya baru tahu kalau lelaki itu bernama Abu Bakar Ruben saat saya iseng-iseng membuka Republika Online.
Berikut kisah Abu Bakar Ruben yang dimuat dalam Republika Online (link : http://www.republika.co.id//berita/dunia-islam/mualaf/11/03/04/167428-ruben-sempat-mencemooh-apa-belajar-islam-itu-gila)
Ruben Sempat Mencemooh 'Apa Belajar Islam? Itu Gila!'

Kisah pencarian Abu Bakar Ruben dimulai sejak ia berada di bangku kuliah. Saat itu ia ditimpa banyak masalah. Teman dekatnya meninggal karena kecanduan narkoba. Orangtuanya bercerai dan ia mengalami kesulitan keuangan.

"Saya pun mulai bertanya apa sebenarnya tujuan hidup itu?" tuturnya. Peristiwa sulit yang terjadi hampir bertubi-tubi itu menjadi katarsis bagi Ruben untuk melirik agama.

Ruben dibesarkan di Melbourne oleh orangtua yang tak percaya Tuhan. "Saat kecil saya memang dibesarkan untuk menganut Kristen, tapi orang tua saya atheis, sehingga saya cenderung memiliki pandangan atheis," ungkap Ruben.

Agama pertama yang ia coba pelajari adalah Kristen. Kebetulan seorang teman mengundangnya untuk datang ke kemah keagamanan. "Mereka bernyanyi, suara mereka bagus, tapi saya bingung apa artinya," tutur Ruben.

"Mereka kemudian bilang bahwa Tuhan mencintai saya." Ruben keheranan. "Bagaimana mungkin tuhan mencintai saya sedangkan saya punya anjing dia tidak tidak mencintai saya," tuturnya. Rupanya saat itu kehidupan Ruben tak tentu arah. Ia bukan tipe orang yang bisa diandalkan, meskipun yang meminta bantuan adalah orang tuanya dan ia memiliki seekor anjing yang kemudian tak pernah ia urus.

Tak menemukan apa yang ia cari ia pun melangkah lagi, kini giliran Katholik dan Anglican Baptis. Namun ada hal yang membuat ia terganggu setiap saat ia bertanya kepada pemeluknya. "Mereka akan membuka injil dan kemudian berkata 'Oh jawabannya ini saudaraku' sambil beropini," tutur Ruben.

"Setiap kali mereka menjawab mereka beropini, sehingga saya menyimpulkan tentu banyak sekali intepretasi dalam Kristen," katanya. Padahal, lanjutnya, itu belum termasuk perbedaan dalam gereja.

Antara satu pendeta dengan pendeta lain bisa memiliki intepretasi berbeda dan saling mengklaim satu sama lain. "Injil satu rasa tapi intepretasi bermacam dan setiap orang bisa melakukan, itu sangat membingungkan," ujarnya.

Berikutnya ia melakukan persentuhan dengan Hindu. Ia berteman dengan seorang penganut keyakinan tersebut saat bekerja paruh waktu. "Saya kemudian dikenalkan dengan tuhan berkepala gajah." Lagi-lagi Ruben bertanya, mengapa Tuhan harus berkepala gajah, apa hubungan gajah dengan tuhan. "Mengapa tidak singa? lebih perkasa. Bagi saya sangat tidak logis dan sulit untuk dipahami."

Menginvestigasi lebih jauh ia menyelidiki agama Yahudi. "Ya nama saya Abu Bakar Ruben, berasal dari Rubenstein, nama yang sangat Yahudi karena itu saya juga mencoba mencari tahu apa itu Yahudi,' tuturnya. Namun tak ada satupun dari keyakinan itu yang mengena di hatinya.

Hingga suatu saat ia bertemu temanya yang beragama Kristen. "Saya ditanya bagaimana pencarianmu, apa saja yang sudah kampu pelajari?" kata Ruben menirukan ucapan si teman. Ia menjawab semua, mulai Kristen, Katholik, Hindu, Budha, Yahudi, Anglikan tapi tak ada yang bisa menarik hatinya.

Si teman bertanya lagi, "Bagaimana dengan Islam?". Pertanyaan langsung disambar Ruben dengan cemooh, "Apa, Islam? Buat apa saya mengivestigasi agama terorisme? Itu gila."

Tapi respon tubuh Ruben berkata lain. "Saya tidak tahu mengapa dan apa yang menggerakan saya, yang jelas saya mengenakan sepatu, berpakaian rapi dan pergi ke masjid. Saya tak punya petunjuk, bagaimana saya melakukan itu," tutur Ruben.

Begitu masuk masjid, Ruben merasa cemas. "Saya berpikir 'Aduh saya bakal mati di sini, saya satu-satunya kulit putih yang terlihat," tuturnya. Ketika itu seorang pria Timur Tengah berperawakan besar dengan cambang tebal mengenakan abaya mendekatinya. Ia bernama Abu Hamzah.

Tiba-tiba diluar dugaan Ruben, Abu Hamzah menyapanya dengan ramah dan bahkan meminta seorang yang lain untuk membuatkan teh bagi Ruben. "Tak pernah saya bayangkan bakal mendapat perlakuan seperti itu," kata Ruben.

Ia pun mulai banyak bertanya, tentang teman-temannya yang telah meninggal, tentang apa itu masa lalu dan masa yang akan datang. Abu Hamzah, seperti yang dituturkan Ruben, berdiri mengambil Al Qur'an dan membuka kitab itu lalu menunjukkan sebuah ayat dan meminta Ruben membaca seraya berkata ini jawabannya.

"Itu benar-benar menghentak saya," kenangnya. Ia pun menanyakan hal-hal sulit lain, seperti mengapa menumbuhkan janggut, mengapat menggunakan hijab, mengapa memiliki istri empat. "Saya pikir itu adalah pertanyaan-pertanyaan sulit, tapi sungguh luar biasa, mereka selalu membuka Al Qur'an dan lalu memberikan kepada saya untuk dibaca. Itu selalu mereka lakukan sebelum mengulas lebih jauh dengan buku hadis yang juga ada di dalam masjid," tutur Ruben.
"Mereka selalu membuka Al Quran untuk menjawab dan sama sekali tidak beropini," ujarnya. Kemudian Ruben pun bertanya, "Saya ingin tahu tentang opini anda tentang ini, tentang aturan itu." Diluar harapan Ruben, mereka menjawab, "Saya tidak mungkin dan tidak boleh beropini tentang Firman Tuhan".
"Subhanallah, itulah yang benar-benar menyentuh saya dan selalu membuat saya teringat," ujar Ruben yang telah memeluk Islam saat menuturkan kisahnya. Malamnya ia pun membawa pulang Al Quran. "Dan ketika saya membaca, saya bukan hanya menemukan kisah, tapi seolah-olah ada yang memandu saya."

Ia memandang Al Qur'an tak hanya benar tetapi juga logis dan ilmiah. Ia takjub bagaimana Al Qur'an juga menguraikan proses penciptaan dan kelahiran manusia, penuturan proses sel telur yang dibuahi hingga tercipta gumpalan darah, tumbuh tulang, peniupan ruh hingga akhirnya membentuk janin yang siap dilahirkan ke bumi.

"Inilah yang saya cari, ini yang saya perlukan," ujarnya. Butuh enam bulan sebelum ia sampai pada kesimpulan itu. Tapi ketika hendak membuat perubahan besar, Ruben menginginkan pembenaran lain untuk menguatkan keputusannya. "Saya sudah siap melakukan lompatan besar, tapi ingin satu dorongan saja, tak perlu besar, kecil pun cukup," tuturnya.

Untuk itu ia bahkan melakukan dialog Tuhan. "Ayolah Allah satu saja," ujarnya menirukan ucapannya sendiri saat itu. Ia duduk diam di tengah ruangan dengan satu lilin menyala. Lama ia menunggu. Tak satupun hal terjadi. "Terus terang sangat kecewa. 'Aduh Engkau melewatkan satu kesempatan'" ujar Ruben saat itu kepada Tuhan.

Ia kembali menunggu pertanda kedua. Lagi-lagi tak ada perubahan, tak ada petunjuk. "Aduh tolong jangan kecewakan aku lagi. Saya lagi-lagi sungguh kecewa." tutur Ruben yang akhirnya memutuskan membuka Al Quran. Ia terhenti oleh beberapa ayat, salah satunya berbunyi "Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami(nya) (QS 16:12)

Membaca ayat itu Ruben tersadar. "Betapa arogannya saya menuntut tanda spesifik seperti yang saya mau. Matahari dan semua ciptaannya di muka bumi adalah tanda bagi kita semua," tutur Ruben.

Begitu yakin dengan keputusannya ia kembali berkunjung ke masjid. "Saya tidak tahu harus berbuat apa dan harus mengucapkan apa, jadi saya putuskan ke masjid." Tiba di masjid Ruben terkejut menjumpai ruangan begitu penuh orang. Rupanya saat itu hari pertama Ramadhan.

Mengutarakan niatnya, ia pun diminta untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. "Sangat belepotan, pemandu saya bilang 'Asyhadu' saya jawab "As, apa?" sampai berulang kali. Menggelikan." kenang Ruben.

Si pemandu menegaskan pada Ruben bahwa ia harus mengucapkan syahadat dalam bahasa aslinya, Arab. Kalimat itu tak bisa diucapkan dalam bahasa Inggris. Berlatih beberapa saat, lidah Ruben akhirnya lancar mengucapkan ikrar tersebut. Pada hari pertama Ramadhan itu ia pun resmi menjadi Muslim.

Begitu selesai Ruben mengaku ada beban yang tertarik dan lepas keluar dari tubuhnya. "Saya merasa ringan," ujarnya. Ia mengira saat itu akan mendapat sambutan teriakan dan takbir 'Allahu Akbar' dari jamaah pria yang berada dalam masjid. "Tapi ternyata tidak, satu persatu mereka mendatangi saya, menjabat tangan saya dan mencium saya. Bahkan saya belum pernah mendapat ciuman sebanyak itu dari wanita," tutur Ruben berkelakar.

"Tapi itu peristiwa sangat berharga dan tidak bisa saya lupakan. Saya bahagia karena saat itu juga saya mendapat banyak saudara."

Mengetahui ia masuk Islam, orangtuanya sempat cemas. "Mereka takut tiba-tiba nanti saya sudah memanggul AK 47 dan memegang granat," selorohnya. "Saya jelaskan itu tidak mungkin. Terus terang saya merasa tenang. Mental saya lebih stabil, saya juga lebih fokus dan mereka (orangtua-red) melihat perubahan itu." tutur Ruben.

Penasaran, ayahnya pun ikut membaca Al Qur'an. Mereka berkata kepada Ruben sejak menjadi Muslim ia menjadi pribadi lebih baik. "Kamu menjadi orang yang lebih bisa diandalkan, dipercaya dan bisa diminta tolong,'kata Ruben menirukan ucapan ayahnya. "Itulah yang saya rasakan dan saya akan terus meyakini dan mendalami agama ini."
**
Hmm, luar biasa ya kisahnya!
Ya Allah. Kuatkan niat kami untuk selalu berjalan di jalan-Mu ya Allah. Jalan yang engkau ridloi. Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat. Bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat. Amiin
Isyhadu bi anna Muslimin…

***
Menulis sambil mendengarkan Maher Zain 


OPEN YOUR EYES

Look around yourselves
Can't you see this wonder
Spreaded infront of you
The clouds floating by
The skies are clear and blue
Planets in the orbits
The moon and the sun
Such perfect harmony

Let's start question in ourselves
Isn't this proof enough for us
Or are we so blind
To push it all aside..
No..

We just have to
Open our eyes, our hearts, and minds
If we just look bright to see the signs
We can't keep hiding from the truth
Let it take us by surprise
Take us in the best way
(Allah..)
Guide us every single day..
(Allah..)
Keep us close to You
Until the end of time..

Look inside yourselves
Such a perfect order
Hiding in yourselves
Running in your veins
What about anger love and pain
And all the things you're feeling
Can you touch them with your hand?
So are they really there?

Lets start question in ourselves
Isn't this proof enough for us?
Or are we so blind
To push it all aside..?
No..

We just have to
Open our eyes, our hearts, and minds
If we just look bright to see the signs
We can't keep hiding from the truth
Let it take us by surprise
Take us in the best way
(Allah..)
Guide us every single day..
(Allah..)
Keep us close to You
Until the end of time..

When a baby's born
So helpless and weak
And you're watching him growing..
So why deny
Whats in front of your eyes
The biggest miracle of life..

We just have to
Open our eyes, our hearts, and minds
If we just look quiet we'll see the signs
We can't keep hiding from the truth
Let it take us by surprise
Take us in the best way
(Allah..)
Guide us every single day..
(Allah..)
Keep us close to You
Until the end of time..

Open your eyes and hearts and minds
If you just look bright to see the signs
We can't keep hiding from the truth
Let it take us by surprise
Take us in the best way
(Allah..)
Guide us every single day..
(Allah..)
Keep us close to You
Until the end of time..

Allah..
You created everything
We belong to You
Ya Robb we raise our hands
Forever we thank You..
Alhamdulillah..


 
Aisya Avicenna

Wednesday, March 09, 2011

Model untuk Modal Rumah Tangga

Wednesday, March 09, 2011 0 Comments

MODEL RUMAH TANGGA APA YANG KAU INGINKAN?
Sebuah tulisan yang diambil dari buku "Life Excellence" Reza M Syarief...

Para insan sejati, ketika anda masih single, anda belum berkeinginan untuk menjadi suami atau istri, maka hal terpenting yang pertama kali harus Anda pikirkan dan lakukan, bukanlah mempertanyakan siapakah orang yang pantas menjadi calon pendamping hidup saya? atau mempertanyakan siapa yang paling cocok menjadi calon suami/istri saya? TETAPI, yang paling utama yang harus anda pikirkan pertama kali adalah MODEL dan GAYA Rumah Tangga macam apa yang akan anda bentuk di dalam kehidupan anda?

Sedikit berbagi mengenai apa yang telah saya baca.
Dalam Kehidupan di masyarakat setidaknya ada 6 Model Rumah Tangga :

PERTAMA, Model RT gaya HOTEL... mengapa disebut Hotel? karena dalam model ini, rumah hanya sebagai tempat transit, bukan tempat tinggal tetap. Kalau anda melihat ada sebuah rumah tangga dimana sang suami pulang hanya untuk menumpang tidur, makan, (maaf) buang air, maka sebenarnya model rumah tangga itu sudah bisa disebut sebagai model rumah tangga gaya hotel. yang sering disebut 3 UR : dapur, kasur, sumur.

KEDUA, Model RT gaya HOSPITAL... dalam model ini, rumah tangga didasarkan pada politik balas jasa. Dokter merasa menolong pasien, sehingga pasien berhutang jasa padanya, begitu pula sebaliknya, pasien merasa jika dia tidak periksa di dokter tersebut, maka si dokter tidak dapat duit. Suami istri masing-masing merasa lebih, sehingga tidak akan bertemu dan tidak akan sinergi. suami merasa berjasa pada istrinya, begitu pula sang suami.

KETIGA, model RT gaya PASAR... seperti di pasar pada umumnya, ada penjual dan ada pembeli. Sang penjual menggunakan prinsip "menjual dengan harga setinggi-tingginya", sedangkan pembeli menggunakan prinsip "membeli dengan harga serendah-rendahnya". Jika sang penjual dan pembeli saling mengatakan "Pokoknya", dan dua-duanya memakai "Titik", maka tidak akan terjadi penawaran. Rumah tangga seperti ini tdk ada kompromi.

KEEMPAT, model RT gaya KUBURAN... anda mungkin sudah tahu bagaimana suasana kuburan. Sunyi, senyap, tenang dan tidak ada suara. Nah, yang dimaksud dengan model rumah tangga ini adalah rumah tangga yang tidak ada komunikasi, suami istri, anak2, semuanya pendiam, oleh karena itu, wajar ketika anak2nya juga tidak bisa bicara, ketika bapak dan ibunya tidak mengajarkan kosa kata.

Nah, sampai disini, termasuk model rumah tangga apakah yang anda bina? atau jika anda sebagai anak, termasuk manakah rumah tangga bapak/ibu anda?

sekarang, kita sampai ke model yang KELIMA dan KEENAM, model rumah tangga yang kita harapkan..

KELIMA, model RT gaya SEKOLAH... ditandai dengan 3 A, Asah, Asih dan Asuh... disini dibutuhkan komitmen untuk saling berkomitmen mengasah, mengasihi, dan mengasuh semua anggota keluarga. pernikahan anda ibarat sekolah yang akan meningkatkan kemampuan anda.

KEENAM, model RT gaya MASJID...
cirri-cirinya ada 4 :
1. Ketulusan, Sincerity, dibangun dalam ketulusan. bagaikan kita berwudhu dalam sholat, tanpa wudhu, sholat tidak sah, oleh karena itu kita berwudhu untuk membersihkan hati dan menuluskan jiwa.
2. Ada imam dan ada makmum. Ada pemimpin dan ada yang dipimpin. Imam bergerak, makmumpun mengikuti imam, ada kebersamaan.
3. Loyalitas. Istri dan anak-anak taat pada suami selama dalam kebaikan.
4. Kedamaian. Sholat diakhiri dengan salam. Keselamatan, ketenangan dan kedamaian senantiasa mewarnai suasana rumah tangga gaya masjid.

Itulah sedikit yang bisa saya paparkan ulang, Semoga keluarga kita termasuk keluarga dengan model campuran kelima dan keenam... Wallahua'lam bish showab...


Mimpi besarku : membangun keluarga SMART! Mudahkanlah ya Rabb..

Repost by : Aisya Avicenna

Tuesday, March 08, 2011

Renungan Sebelum Bergelar "MSI"

Tuesday, March 08, 2011 0 Comments

Tertuliskan puisi di bawah ini untuk para aktivis Islam di manapun berada. Jangan pernah meninggalkan perjuangan di jalan Allah. Betapa seluruh hajat hidup seharusnya bertumpu pada kepentingan perjuangan di jalan Allah termasuk menikah, berkeluarga, bersuami isteri. Inilah tren pernikahan yang seharusnya kita pertahankan. Wallahu a’lam

Buat manusia istimewa dalam hidup ini… dan juga isteri-isteri pejuang… serta bakal isteri seorang pejuang

Isteriku….
Apabila kusentuh telapak tanganmu…
Saat kuusap dan kurasakan guratannya,
Kudapatkan parutan kasar dan semakin kasar….
Dan ketika kupandangi wajahmu….
Terpancar sinar bahagia dan ketenangan walaupun kutahu…
Redup matamu menyimpan satu rintihan yang memberat….
Ketika kutersentak dari pembaringan di kala fajar kadzib menyingsing…
Aku terpana dengan munajatmu yang syahdu.


Isteriku…
Tatkala teman-temanmu tengah bersantai, happy fun….
Di keramaian dunia ciptaan mereka…
Engkau bahagia mengorbankan seluruh detik-detikmu….
Hanya untuk Islam dan keagungan muslimin…
Tatkala lengan-lengan mereka dibaluti…
Pelbagai hiasan yang indah…
Leher-leher mereka memberat dilingkari dengan kilauan emas berlian…
Pakaian-pakaian anggun bak puteri kayangan…
Wajah mereka dibaluri pelbagai warna dan jenama…
Kau umpama ladang ummah…
Kau menginfaqkan seluruh jiwa dan raga demi kebangkitan Islam…
Kau tak pernah bersungut-sungut, mengeluh, meminta-minta maupun
mengadu domba…
Tatkala mereka berlomba-lomba mengejar pangkat dan nama…
Kau sibuk menjulang nama dengan pengaduanmu di sisi yang Esa…

Isteriku….
Bukan aku tidak mampu membelikan benda dan hiasan-hiasan tersebut… Tetapi isteriku…
Aku masih ingat tatkala aku menyuntingmu untuk kujadikan isteri dan penghuni kamar hatiku….
Kau melafazkan satu tuntutan, “Saya siap mendampingi perjuangan ini bersama akhi tetapi dengan syarat…” Sambil tersenyum kau menghela nafas dalam-dalam….Aku termangu sendirian… Syarat apakah itu? Bungalow kah? Hamparan tanah berhektar-hektar kah? Mobil mewahkah? Intan berliankah? Pakaian sutera yang high class? Perabot mahal dari Itali kah?… Atau honeymoon di Paris ?..
Lama kau mengumpulkan kekuatan untuk sekedar berkata…

Akhirnya…
Arghhh… Permintaanmu itu…
Pasti ditertawakan oleh kerabat dan teman-teman kita…
Aku tergugu, haru dan bangga…
Dengan penuh keyakinan kau berkata..
“Akhi , Mampukah akhi menjadikan saya sebagai isteri yang
kedua ?….
Mampukah akhi menjadikan Islam sebagai isteri pertama yang lebih memerlukan perhatian?…
Mampukah akhi meletakkan kepentingan Islam melebihi segala-galanya termasuk urusan-urusan dunia?…
Mampukah akhi menjual diri semata-mata karena Islam?..
Mampukah akhi berkorban meninggalkan kelezatan dunia?…
Mampukah akhi menjadikan Islam laksana bara api….
Akhi perlu menggenggamnya agar bara itu terus menyala…

Mampukah akhi menjadi lilin yang rela membakar diri untuk Islam.. Bukannya seperti lampu pijar yang bisa di’on’kan bila perlu dan di’off’kan bila tidak….
Mampukah akhi mendengar hinaan yang bakal dilontarkan kepada anda karena perjuangan anda….
Dan…mampukah akhi menjadikan saya isteri seorang pejuang yang tidak dimanja dengan fatamorgana dunia?…

Aduh! Banyaknya syarat-syarat itu isteriku…
Namun aku menerima syarat-syarat tersebut karena aku tahu..
Jiwamu kosong dari syurga dunia…
Karena aku tahu kau mampu mengubah dunia ini dengan iman dan akhlakmu..
Bukannya kau yang diubah oleh dunia…

Isteriku..
Akhirnya jadilah engkau penolong setiaku sebagai nakhoda mengemudi bahtera kehidupan kita…
Susah senang kita tempuh bersama…
Aku terharu dengan segala kebaikanmu…
Kau jaga akhlakmu…
Kau pelihara maruahmu selaku muslimah…
Kau tak pernah mengeluh apabila sering ditinggalkan demi tugasku menegakkan Islam ke persada agung….
Kau jua sanggup mengekang mata menungguku sambil memberikan aku suatu senyuman terindah di ambang pintu tatkala aku pulang lewat malam…. Malah kau seringkali meniupkan semangat untuk aku terus tsabat di pentas perjuangan ini….
Kau tabur bunga-bunga jihad walaupun kita masih jauh dengan keharuman kemenangan…

Isteriku..
Tangkasnya engkau selaku isteri…
Biarpun kau jua sibuk bersama mengorbankan tenaga dalam perjuanganku ini..
Kau jaga relasi kita dengan indahnya…
Kau siraminya dengan wangian cinta dan kasih sayang….
Kau tak pernah menjadikan kesibukanmu itu untuk kau lari dari amanahmu meskipun jadualmu padat dengan agenda-agenda bersama masyarakat dan kaum sejenismu….
Cekalnya engkau mendidik anak-anak…
Kau kenalkan mereka dengan Allah, Rasul saw, para sahabat yang mulia serta para
pejuang Islam…
Kau titipkan semangat mereka sebagai generasi pelapis jundullah…
Kau asuh mereka hidup dengan Al Quran…
Malah kau temani mereka mengulangkaji pelajaran dikala menjelang imtihan…

Isteriku…
Barangkali inilah pelajaran dari ustadzah Zainab Al Ghazali…
Tangan yang mengayun buaian dapat mengguncang dunia…
Kau beri didikan dua generasi sekaligus, generasi kini dan generasi kan datang

Suamimu dan anak-anakmu dengan MAHABBAH
Andai ibunda Khadijah Al Kubra masih ada..
Pasti beliau tersenyum bangga karena masih ada srikandi Islam…
SEPERTIMU…WAHAI ISTERIKU…


sumber : anonim

Monday, March 07, 2011

MENULIS BERSAMAMU..

Monday, March 07, 2011 0 Comments
sayapku msh sebelah..
sering oleng saatku mnempuh pjalanan..
msh kerap kelelahn pdhl blm smpe tjuan..
mk dr itu, brsamamu q tmukan kkuatn &
smangat utk merangkai kata hngga titik trakhir..