Jejak Karya

Jejak Karya

Wednesday, March 23, 2011

WARNA 3 RANAH [Part 1]

Wednesday, March 23, 2011 0 Comments
Bedah Novel PENANGSANG bersama Kang Nass

SEMARANG : Selasa, 1 Maret 2011.

Hari pertama di bulan Maret. Pukul 14.00 akhirnya mendarat juga di Bandara Ahmad Yani, Semarang. Oh ya, tadi berangkat dari kos jam 09.30 dijemput Sulis dengan Blue Bird. Lanjut ke stasiun Gambir untuk naik bus Damri. Sekitar beberapa menit, penumpang penuh. Bus Damri pun melaju menuju bandara Soekarno Hatta. Perjalanan menuju bandara memakan waktu sekitar 1 jam. Dalam perjalanan, alhamdulillah Aisya sempat menamatkan dua buah buku motivasi karya Asma Nadia dan Isa Alamsyah, suaminya.

Setelah tiba di bandara, Aisya dan Sulis bertemu Mas Mycko, Bu Heni, dan Bu Ana. Mereka segera melakukan check in dan boarding. Sempat beli roti juga. Pada ekspedisi kali ini, Aisya naik burung besi bertitel Garuda Indonesia. Untuk pertama kalinya. Sekedar berkisah, dalam buku impiannya nomor 47, Aisya menuliskan impiannya : “naik pesawat”. Norak? Ahh, nggak juga! Alhamdulillah, impian itu sudah terwujud setahun yang lalu. Bahkan Aisya sudah pernah naik pesawat sebanyak 6 kali (dengan trayek Jakarta-Jogja, Jogja-Jakarta, Jakarta-Solo, Jakarta-Surabaya, Jakarta-Semarang, dan terakhir Solo-Jakarta) dengan armada penerbangan yang berbeda-beda pula. Sekali lagi Aisya yakin, bahwa kita harus memiliki impian karena impian itu melahirkan kebahagiaan jika menjadi kenyataan. Kalau toh belum segera menjadi kenyataan, impian bisa menjadi daya dorong yang membuat kita bersemangat untuk mewujudkan impian itu.

Aisya dan rombongannya yang terdiri dari 5 orang dijemput dari KSO Semarang. Kami menuju Gumaya Tower Hotel. Ah, Semarang. Kota ini adalah kota bersejarah bagi Aisya. Saat masih SD kelas 5, untuk pertama kalinya ia ke Semarang. Aisya bersama ibu dan gurunya menemani Keisya (saudari kembarnya) untuk mengikuti lomba sinopsis. Lantas, saat kuliah Aisya juga mencari bahan skripsinya di Universitas Diponegoro. Selan itu, Aisya juga beberapa kali mengikuti event semacam workshop entrepreneur di Semarang. Pernah juga, saat mengikuti training dengan Pak Heppy Trenggono, Aisya berhasil membuat Dream Board 5 tahun ke depan yang sampai sekarang masih tertempel di dinding kamarnya. Aisya pernah mengisi training mahasiswa berprestasi bersama saudari kembarnya di MIPA UNDIP. Ahh, sebenarnya masih banyak lagi kalau dituliskan. Pokoknya, kota Semarang adalah salah satu kota bersejarah dalam hidup Aisya.

Setelah sampai di hotel, Aisya segera sholat Zhuhur bersama Sulis. Habis itu perjalanan dilanjutkan. Setelah makan siang di restoran unik di Semarang, namanya Mbah Jingkrak dengan menu yang namanya juga unik, Aisya dan rombongan menuju kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Semarang. Wah, ternyata sudah hampir tutup dan sebagian sudah pada pulang. Tapi untungnya Aisya dan rombongan masih sempat melihat-lihat batik dan beberapa kerajinan tangan kualitas ekspor yang berasal dari beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Setelah kunjungan itu, rombongan kembali ke hotel untuk istirahat dan bersih-bersih diri.

Sehabis Isya, Aisya dan rombongan menuju restoran di daerah Gombel. Wow, subhanallah.. Luar biasa! Dari restoran itu, lampu-lampu kota Semarang berkerlap-kerlip indah. Jalan raya depan restoran itu, sering sekali dilewati Aisya bersama Tyo (sahabatnya UNDIP) kala mereka berpetualang di kota ini.

Setelah makan malam, kami kembali ke hotel untuk melakukan persiapan akhir acara besok. Aisya dan panitia lainnya (kebetulan Aisya adalah panitia termuda), mempersiapkan materi di ruang acara. Wow, ruangannya begitu besar dengan kapasitas 200 orang. Pukul 23.00, aktivitas selesai. Mereka kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat.


SEMARANG : Rabu, 2 Maret 2011Pukul 07.30 Aisya dan Sulis sudah siap di restoran hotel untuk sarapan. Aisya memilih bubur ayam dan teh manis hangat untuk mengawali sarapannya. Berlanjut makan waffle kismis dan beberapa potong buah. Kenyang sudah! Setelah itu, Aisya menuju ruang acara. Aisya mendapat tugas sebagai penerima tamu. Pukul 08.00 beberapa tamu undangan sudah berdatangan. Tiba-tiba Aisya mendapat telepon dari atasannya. Ia diminta membantu atasannya tersebut. Akhirnya, Aisya ditemani Sulis menemui sang pimpinan. Sementara itu, tugas menerima tamu dihibahkan kepada Bu Heni dan Bu Ana.

Pukul 09.30, Aisya sudah menyelesaikan tugas dari sang pimpinan. Ia dan Sulis kembali bergabung dengan panitia. Acara sudah dimulai. Wow, pesertanya membludak. Penuh. Malahan rekan-rekan wartawan sampai duduk di bawah. Puas juga sih rasanya karena bisa dibilang acara yang bertema “Peningkatan Daya Saing Industri dan Pengamanan Perdagangan Dalam Negeri melalui Tertib Administrasi Importir" berjalan lancar dan sukses. Aisya mengingat-ingat beberapa hari sebelum hari H, ia disibukkan dengan konfirmasi dari peserta. Maklum, ia dan Sulis ditunjuk sebagai penanggung jawab peserta. Email dan nomor HP-nya yang dijadikan kontak penghubung antara peserta dan panitia. Alhasil, hampir tiap hari Aisya harus cek email dan harus menerima telepon dari Semarang. Lucunya, karena email Aisya bernama akhwat_visioner@yahoo.com, sempat ada dua peserta yang membalas email dengan sebutan “Bp. Akhwat”. Gubrakz!!!

Alhamdulillah, acara selesai pukul 12.30. Semua berjalan lancar. Setelah sholat di mushola hotel yang terletak di lantai 6, Aisya turun ke lobi karena ada seorang sahabat yang telah menanti. Sahabat itu datang bersama temannya. Ia satu almamater dengan Aisya waktu kuliah di UNS dulu. Kini ia bekerja di Semarang. Mengetahui Aisya ada di Semarang, ia bermaksud silaturahim.

“Wah, ternyata belum berubah!”. Begitu komentarnya waktu bertemu Aisya. Hmm, ya begitulah Aisya. Masih seperti yang dulu. Insya Allah, mencoba untuk istiqomah di tengah tantangan yang kerap mendera. Mereka bertiga diskusi dan berbagi pengalaman pasca kampus, membahas pengalaman kerja masing-masing, eh... tapi ujung-ujungnya membahas tentang pernikahan!

“Mau cari di Solo atau Jakarta?” Aisya cuma tersenyum saat ditanya seperti itu. Hmm, pilihan Allah adalah yang terbaik! Tapi Aisya memang sudah punya kriteria bagaimana pendampingnya kelak. Ahh, semoga Allah ridho! Hampir jam 14.00. Mereka kembali ke kantor, sedangkan Aisya naik lagi ke lantai 2 untuk makan siang. Setelah itu check out dari hotel.

Pukul 15.30, Aisya dan rombongan yang akan ke Jogja, naik dalam 1 mobil. Hujan deras mengguyur Semarang. Aisya diantar sampai tempat pemberhentian bus yang menuju Solo. Alhamdulillah, waktu itu hujan sudah reda. Akhirnya, Aisya naik bus patas AC menuju Solo. Busnya lumayan kosong sehingga Aisya duduk sendiri. Ahh, sendiri kadang tidak asyik. Kalau ada teman ngobrolnya, pasti enak! ^^v. Akhirnya Aisya menyetel nasyid dan murottal untuk mengusir kesendiriannya.

SOLO : Rabu, 2 Maret 2011Menjelang Maghrib, ia SMS Keisya (saudari kembarnya). Mereka janjian naik bus yang sama dari Solo. Aisya sampai Solo menjelang Isya. Setelah sampai di terminal Tirtonadi, Aisya berganti bus jurusan Wonogiri. Di depan Rumah Sakit Moewardi, naiklah Keisya di bus yang ditumpangi Aisya. Akhirnya, mereka duduk berdekatan dan berbagi cerita sampai di rumah.

WONOGIRI : Rabu, 2 Maret 2011Sampai di rumah sekitar pukul 21.00, langsung disambut Babe, Ibuk, dan Kang Dodoy. Rasa kangen pada keluarga terhapus sudah. Rasa lapar pun sirna setelah terhidang sate kambing di depan Aisya. Sambil makan bersama Keisya, malam itu mereka merencanakan acara keesokan harinya, yakni silaturahim ke rumah kakek di Giriwoyo, Wonogiri.

WONOGIRI : Kamis, 3 Maret 2011
Pagi yang indah, sejuk menawan hati. Aisya dan keluarga hari itu akan ke rumah kakek dengan mengendarai bus. Mereka naik bus “Aneka Jaya”. Meski duduk terpisah-pisah, tapi mereka berlima tetap bisa saling bercanda. Maklum saja, ayah Aisya (yang sering dipanggil “BABE”) adalah sosok yang humoris. Sampai di terminal Baturetno, mereka sempat singgah sebentar di sebuah toko untuk membeli buah tangan dan mencari mobil yang bisa disewa. Setelah menuai kata sepakat dengan sang sopir, akhirnya mereka naik sebuah mobil Carry bercat putih menuju rumah kakek. Di dekat pasar Giriwoyo, mereka berhenti sejenak untuk sarapan di sebuah warung makan yang juga tempat favorit Babe dan Ibuknya Aisya.

Setelah makan, perjalanan pun berlanjut. Subhanallah, pemandangan yang tersaji begitu memesona. Sawah membentang bak permadani hijau. Gunung menjulang biru bagai pencakar langit. Akhirnya mereka sampai di rumah kakek pukul 09.00. Kakek dan Nenek menyambut dengan gembira. Aisya, Keisya, dan Kang Dodoy sempat bermain-main di sungai kecil yang ada di depan rumah kakek. Seru! Mereka juga sempat silaturahim ke rumah seorang saudara yang sedang sakit. Eh, ternyata beliau sedang check up ke rumah sakit. Jadinya tidak bertemu. Sebelum ke rumah beliau, Babe sempat memetik jambu merah dengan menggunakan bambu. Lucu!

Nah, saat sedang di rumah saudaranya itulah Keisya mendapat telepon dari seorang sahabatnya, yang juga sahabat Aisya. Sahabat itu mengabarkan bahwa akan menikah dua minggu lagi. Sebuah kejutan! Ehem, waktu Aisya berbicara dengan sahabatnya itu, Aisya diberondong pertanyaan yang sama persis seperti saat ia di Semarang kemarin, “Mau cari ikhwan Solo atau Jakarta?” Hadeh...

Jam 11.00, mereka makan siang bersama setelah itu siap-siap pulang ke rumah. Mengapa cuma sebentar? Karena Keisya harus ke Solo sebelum jam 14.00, ada jadwal mengajar. Akhirnya jam 12.30 sudah tiba di rumah. Keisya waktu itu terserang flu dan sepertinya menular ke Aisya.

Sekitar jam 14.00, Aisya dan Babe tercintanya ke pasar Wonogiri. Mereka mau ke counter kaca mata langganan yang terkenal bagus tapi murah. Setelah menemani Aisya sejenak, Babe meninggalkan Aisya untuk beli sayuran yang akan dijadikan makanan unggas-unggas kesayangannya. Setelah semua urusan beres, akhirnya mereka kembali ke rumah.




Malam harinya, Aisya bersama kakaknya tercinta (Kang Dodoy) makan steak di MOENGIL STEAK yang berlokasi di dekat RSUD Wonogiri. Wah, ternyata pesanan mereka sama yakni Mixed Steak Hotplate plus lemon tea hangat.

SOLO : Jumat, 4 Maret 2011
Pagi ini Aisya berangkat ke Solo jam 05.30. Awalnya mau berangkat lebih pagi lagi, tapi berhubung busnya tidak kunjung datang, akhirnya yang niatnya mau ikutan Kajian Jumat Pagi sepertinya pupus sudah, tapi semoga sudah terhitung pahala karena sudah diniatkan. Aamiin... Akhirnya jam 07.00 baru sampai Solo. Naik becaknya Pak Katno (becak langganan sejak kuliah), turun di belakang kampus. Aisya ketemu Keisya, tapi Aisya memutuskan untuk sholat Dhuha dulu di Masjid Nurul Huda Islamic Centre (NHIC), sedang Aisya lanjut ke Pesantren Mahasiswa (Pesma) Ar-Royan.


Saat hendak memasuki tempat wudhu akhwat di Masjid NHIC, Aisya bertemu dengan beberapa adik tingkat (akhwat) dan menyapa mereka. Beberapa dari mereka sempat terkecoh karena Aisya disangka Keisya. Seru juga karena berhasil mengecoh mereka. Nggak sengaja lho ya!

Setelah sholat Dhuha dan tilawah di masjid NHIC.. Aisya bernasyid, eh.. berkontemplasi... sambil mengingat-ingat masa lalunya di kampus ini...


sebuah kisah masa lalu hadir di benakku
saat kulihat surau itu
menyibak lembaran masa yang indah
bersama sahabatku

sepotong episode masa lalu aku
episode sejarah yang membuatku kini
merasakan bahagia dalam diin-Mu
merubah arahan langkah di hidupku

setiap sudut surau itu menyimpan kisah
kadang kurindu cerita yang
tak pernah hilang kenangan
bersama mencari cahaya-Mu



Setelah puas merenung di NH, Aisya berjalan kaki menuju Pesma Ar-Royan. Sebelum sampai lokasi, ia sempat mampir di warung untuk membeli permen "Tolak Angin". Hmm, Aisya terserang flu! Akhirnya sampai juga di Ar-Royan, langsung disambut Keisya di meja registrasi. Ia langsung registrasi dan masuk.

Acara agak terlambat mulainya karena menunggu Mas Gola dan Mbak Tias yang sedang dalam perjalanan. Sekitar pukul 10.00 aksi dua penulis dahsyat itu pun dimulai. Keisya yang merangkap jadi peserta pun segera membersamai Aisya dan segera mengoptimalkan segenap panca indera untuk berinspirasi dan menyerap ilmu sebanyak-banyaknya. BE A WRITER = BE CREATIVE!!! Seru banget deh…ada simulasi membuat nama pena (Keisya Avicenna and Aisya Avicenna, ni nama penanya SUPERTWIN. Filosofinya juga ada kok. Keisya dari kata “keyza” yang konon kata mbah Google artinya “bidadari yang cantik”. Aisya karena terinspirasi dari bunda Aisyah. Tyuz Avicenna karena mereka suka dengan tokoh Ibnu Sina). Ada pemutaran film RUMAH DUNIA juga…







Break sholat Jumat. Mas Gola pengin sholat Jumat di Masjid Agung Surakarta. Siiiip…akhirnya, berangkat deh ke sana. Masih nggak percaya lagi, bisa satu mobil bareng dua penulis favorit. AAenangnya!!! Di mobil ada mbak Janoer N Noer (yang tadi bikin nama pena “Nur Ash Sholihaat”…hihi…), ada Mas Aris El Durra yang ngikut juga, Mas Trims nggak mau ketinggalan, mas driver (Nung blm tahu namanya), ada my supertwin juga (Etika Aisya Avicenna), duduk di sebelah Mbak Tias Tatanka, dan Mas Gol A Gong duduk di depan. Dahsyat . Speechless euy….akhirnya bisa ngobrol seru juga dengan mas Gola dan mbak Tias. Keisya paling suka buku mereka yang “INI RUMAH KITA, SAYANG…”. Memoar yang sangat romantic tentang perjuangan dalam hidup.


Sampai di pelataran parkir Masjid Agung Surakarta, yang putra segera bergegas ke masjid, sedangkan yang putri (mbak Tias, mbak Noer, si kembar Keisya dan Aisya) menjelajah Pasar Klewer. Uhuy….seru euy. Tak lupa foto-foto! Jam 12.45, saatnya kembali ke parkiran. Mas Aris, Mas Trims, dan Mas Driver akhirnya datang…tapi Mas Gola nya mana??? Hehe…mampir-mampir dulu ternyata. Hm, foto-foto dah. Seru..seru…^^v.

Kembali ke Pesma Ar Royyan, makan siang bareng dulu kemudian mulai pelatihan lagi sampai jam 15.30. Sippp…Hujan menambah kesejukan nuansa sore itu. Alhamdulillah, event BE A WRITER berjalan dengan lancar. Berakhir foto-foto dan hunting tanda tangan. Terima kasih buat Mas Gol A Gong dan Mbak Tias Tatanka. Sukses selalu ya!!! Salam buat rekan-rekan di Serang, Banten dan juga RUMAH DUNIA!!! Semoga kelak bisa ke sana. Amin ya Rabb!

Hujan belum jua mereda. Tapi waktu terus berlalu tak mau menunggu. Akhirnya Aisya nebeng Ayu yang waktu itu juga mau pulang. Aisya diantar Ayu sampai Pendaringan. Wah, flunya semakin parah sepertinya.




WONOGIRI : Kamis, 4 Juni 2011Sampai di rumah, Aisya langsung tepar. Habis Isya langsung mendapat perawatan ekstra dari Ibuk dan Babe. Setelah itu Aisya tidur karena badannya panas.

SOLO : Sabtu, 5 Maret 2011
Alhamdulillah, kondisi tubuh sudah mendingan. Mungkin karena keinginan kuat untuk bertemu teman-teman, akhirnya penyakit itu mereda juga. Tak enak juga dengan teman-teman yang sudah diundang karena rencananya kami juga akan makan-makan (Aisya mendadak jadi korban perampokan, nraktir.com). Pukul 07.30 dengan tekad dan semangat kuat, Aisya naik bus ke Solo. Aisya janjian bertemu Keisya di terminal Tirtonadi. Sekitar jam 09.00 kurang Aisya sudah duduk manis di ruang tunggu terminal. Sempat membaca sebuah buku, sampai akhirnya Keisya datang.

Karena Keisya mengenakan jaket berwarna merah hati, Aisya lantas meminta tukar dengan jaket yang tengah dikenakannya. Sehingga, hari itu Aisya MERAH banget! Mulai dari jilbab, kemeja, jaket, hingga roknya merah hati semua. Keluar dari terminal Tirtonadi, Aisya dan Keisya naik becak menuju Taman Balekambang. Seru juga, mbecak! Sampai di pintu gerbang Balaikambang, mereka jajan batagor dan empek-empek dulu. Hihi.. Setelah itu masuk ke taman, bertemu Kurnia dan Rini yang juga mau beli jajanan. Sampai di tengah taman sudah ada Ria, Betty, dan Saras yang menanti.

Setelah Kurnia dan Rini kembali, mereka pun mencari kursi taman yang kosong. Ada kejadian “mengusir secara halus” dua insan yang tengah pacaran. Mereka makan siomay bersama, foto-foto, sampai akhirnya tiap orang harus bercerita kehidupan pasca kampus dan planning masa depan. Di tengah sharing itulah Afni dan Anti datang. Salah satu kesimpulan yang sama dalam pertemuan itu adalah mereka sama-sama ingin menikah tahun ini. Semoga Allah memudahkan dan mewujudkan impian mereka. Aaamiin...

Setelah puas menikmati suasana Balekambang, mereka bersembilan pun makan siang di Lombok Ijoe. Aisya yang mentraktir. Tak terasa sudah jam 12.45, perpisahan terjadi. Aisya diantar Ria ke Graha Wisata Niaga. Sedangkan Keisya bersama Anti.

Rencana awal, SUPERTWIN (Keisya dan Aisya) akan tampil bersama sebagai moderator membersamai Kang Nassirun Purwokartun, tapi berhubung Aisya suaranya ‘tergadaikan’ karena flu berat jadinya Keisya saja yang beraksi.

Wah, anak-anak FLP Pelangi sudah pada datang juga (ada Diah Cmut, Ayu’, mbak Santi. Mbak Umi, Mas Tyo, Mas Dwi, Mas Aris El Durra, Kang Pahmi, siapa lagi ea?). Inilah pertemuan perdana Aisya dengan Kang Pahmi. Gubrakz.. ternyata penulis yang satu ini... Hadeeh... Susah deh diungkapkan dengan kata-kata (saking bingung milih kata yang paling ancur).

Bicara tentang novel Penangsang, novel ini special karena memotret dari sisi lain. Biasanya dari sisi Hadiwijaya (Karebet), kali ini dari sisi Penangsangnya. Upaya yang sangat BERANI dan BARU!!! Salut deh buat Kang Nass, apalagi proyek penggarapan buku itu hanya memakan waktu 5 bulan. Wow!! Tapi tentunya sudah melalui research yang cukup panjang dan penuh perjuangan.

Acara selesai, pasukan dibubarkan! Begitulah suara MC (eh, nggak ding!). Acara selesai, sesi selanjutnya ada signing book dan foto-foto. Seru juga, Kang Nass mencoret-coret Diary MERAH Aisya dengan rentetan kata inspiratif “PENULIS YANG TIDAK MENULIS ADALAH PENIPU (PALING TIDAK MENIPU DIRINYA SENDIRI)”. Ada yang lucu, malah beberapa ‘penggemar’ Aisya dan Keisya mengajak foto bertiga juga. Hmm, dasar SUPERTWIN! Aisya sempat melihat sosok seorang munsyid yang cukup terkenal di kota Solo yang waktu itu tengah ‘umak-umik’ mendendangkan “Sebiru Hari Ini”-nya Edcoustic karena kebetulan nasyid itu yang tengah membahana di Solo IBF. Aisya juga bertemu dengan salah seorang sahabatnya yang jauh-jauh datang dari Semarang dengan membawa wingko babat.

Setelah puas foto-fotonya (btw, ni foto-foto apa bedah buku to acaranya??), Aisya dan Keisya keliling stand Solo Islamic Book Fair. Saat sedang menunggu Keisya yang tengah di toilet, secara kebetulan Aisya bertemu dengan Hanna, seorang sahabatnya waktu dulu mengikuti Short Course Islamic Banking di Solo. Ya, setelah dinyatakan lulus dan sambil menunggu wisuda, Aisya memanfaatkan ‘waktu tunggu’-nya dengan mengikuti kursus perbankan syariah. Aisya dan Keisya membeli 3 buah gamis dan beberapa buku, termasuk 2 buku baru sahabatnya yang berjudul “Amira, Cinta dari Tanah Surga” dan “Al-Qur’an Braille untuk Nadia").

Keluar dari stand buku, Aisya bertemu dengan Mbak Anis Zulaikha yang dulu satu kost dengannya. Beliau bersama sang suami. Setelah itu Aisya juga bertemu dengan Damar, adik tingkatnya di jurusan Matematikan. Sebuah pertemuan tak terduga lagi. Setelah ngobrol sebentar, Aisya dan Keisya memutuskan untuk pulang. Kala itu hujan cukup deras. Akhirnya mereka naik becak menuju tempat pemberhentian bus jurusan Wonogiri. Dalam perjalanan sempat beli srabi Solo. Saat turun dari becak, alhamdulillah hujan sudah cukup reda. Mereka juga langsung dapat bus. Di dalam bus itulah mereka menikmati Srabi Solo yang hangat dan luar biasa enaknya itu.

WONOGIRI : Sabtu, 5 Maret 2011
Menjelang Maghrib, Aisya dan Keisya tiba di rumah. Oleh-olehnya langsung disambut oleh Babe dan Ibuk. Kebetulan hari itu, sepupu mereka juga datang. Wah, rame...

WONOGIRI : Ahad, 6 Maret 2011
Keisya pagi buta ke Solo karena ada agenda. Aisya hari ini masak dengan Ibuk. Nama masakannya “Asem-Asem Sayap Ayam”. Masakan favorit Aisya. Ahh, waktu cepat sekali berlalu. Tak terasa, jam 14.00 siang Aisya harus meninggalkan Wonogiri. Perpisahan. So Sad! Aisya naik bus jurusan Solo. Turun di Kerten. Cari taksi tapi tidak segera ketemu. Akhirnya dapat juga taksi berwujud Avanza yang ternyata harganya cukup murah untuk ke Bandara Adi Sumarmo. Bapak sopirnya cukup komunikatif. Beliau bercerita tentang pengalamannya selama menjadi sopir taksi. Aisya juga sempat dicecar dengan beberapa pertanyaan. Mulai dari masalah keluarga, pendidikan, pekerjaan, dan satu pertanyaan sensitif, “Sudah berkeluarga atau belum?”. Malahan disusul pertanyaan, “Lha mau nyari orang Solo atau Jakarta, Mbak?” (Pertanyaan yang sama untuk ketiga kalinya dalam ekspedisi kali ini). “Cari orang Solo yang bekerja di Jakarta saja, Mbak!” (usulan pak sopir selanjutnya).

Pukul 16.30, Aisya check in di counter Garuda Indonesia, lanjut boarding dan menuju ruang tunggu. Di ruang tunggu itulah Aisya mulai membaca “Inilah Rumah Kita, Sayang” karya Mas Gol A Gong dan Mbak Tias Tatanka.

Pukul 18.00, semua penumpang dipersilakan masuk pesawat. Sekitar pukul 18.20, pesawat pun terbang. Aisya duduk di sisi sayap kanan, dekat jendela. Subhanallah, luar biasa. Pemandangan langit senja begitu indah. Ada semburat merah di langit barat. Pesawat semakin meninggi. Solo di waktu malam begitu indah, kerlap-kerlip lampu terhampar. Aisya melanjutkan membaca bukunya Mas Gol A Gong di dalam pesawat. Saat di tengah penerbangan, sempat was-was juga karena dinyatakan cuaca sedang buruk. Pesawat sempat goyang-goyang seperti bajaj yang berada di jalanan yang tak rata. Dzikir pun terlantun tak berjeda. Alhamdulillah, lega melanda saat diumumkan bahwa pesawat sebentar lagi mendarat di Bandara Soekarno-Hatta.

Pukul 19.15 akhirnya menginjak bumi Jakarta kembali. Keluar dari pesawat, naik bus bandara menuju pintu keluar. Awalnya berniat naik taksi biar cepat. Wealah, ternyata tarifnya Rp 200.000,-. Aisya memutuskan untuk naik bus DAMRI yang tarifnya Rp 20.000,-. Selama perjalanan menuju Gambir, Aisya berhasil merampungkan buku “Inilah Rumah Kita Sayang”. Keren banget buku itu! Berkisah tentang proses pernikahan dan kehidupan rumah tangga Mas Gol A Gong dan Mbak Tias Tatanka. Setelah sampai di Gambir, Aisya naik taksi menuju kos. Alhamdulillah, jam 21.00 sudah berada di REDZONE..

Puji syukur kehadirat Allah Swt karena petualangan kali ini begitu luar biasa...

Aisya Avicenna

Monday, March 21, 2011

Muslimah vs Bidadari

Monday, March 21, 2011 0 Comments
Mengapa muslimah bs lebih cantik dari para bidadari? jawab Rasulullah : “Karena shalat, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah akan menghiasi wajah mereka dengan cahaya, tubuh mereka dengan sutera, kulit mereka putih mulus, pakaian mereka berwarna hijau, perhiasan mereka kuning mengkilap. wadah dupa mereka terbuat dari permata dan sisir mereka terbuat dari emas. (HR.Ath-Thabrani)

Seharusnya...Solusinya.... (Catatan Mas Aris El Durra)

Monday, March 21, 2011 0 Comments

Seharusnya...Solusinya....
by Aris El Durra on Sunday, March 20, 2011 at 10:59pm
Bismillah...

Sebuah kelegaan yang luar biasa saya rasakan hari ini. Hari ini saya betul-betul merasa “plong” dan lega luar biasa. Sepertinya sebuah jalan keluar sudah mulai terbentang luas saat ini.

Hari ini, Alhamdulillah....
Sedikit amanah (sebuah janji pribadi tepatnya red) yang seolah-olah sudah saya serahkan pada tempatnya. Paling tidak gambaran itu sudah jelas terpampang sekarang.
Hari ini ketua FLP Solo raya telah terpilih, mbak Asri Istiqomah. Barokallah buat mbak asri.

Bersamaan dengan itu pulalah berarti sedikit banyak saya merasakan janji pribadi saya sudah selesai saya wujudkan.

Sebuah keharuan dan kelegaan luar biasa saya rasakan hari ini.

Kalau boleh kilas balik sebentar…


Kenapa aris eldurra mau-maunya "ubet ngalor ngidul", "Diayahi dhewe".
Sebuah kejadian yang membuatku tertohok saat itu. Dan membuatku mengancam serta berjanji dalam hati tuk Justru lebih siap tempur di FLP Solo adalah kejadian ketika saya Sms seluruh anggota FLP Solo Raya dan angkatan saya untuk hadir dalam rapat membahas pelat pulpen saat itu (sebelum ramadhan tepatnya rapat diadakan red.) disebuah masjid depan as gross belakang kampus UNS, saya ingat betul kejadian ditempat itu. Bahkan aroma suasananya pun saya masih bisa saya rasakan saat ini.

Waktu itu wajar pulalah kalau saya mengharapkan paling tidak hadir sekitar 5-8 orang teman hadir, tetapi alangkah tertohoknya saya waktu itu. Yang hadir adalah saya dan mas farhan. Betul-betul hanya kami berdua, beberapa teman berhalangan hadir waktu itu dan sebagian sms menanyakan tentang jalannya rapat, Saya jawab "Alhamdulilah luar biasa, sukses".

Sejak saat itulah awal saya justru menyatakan dalam diri saya (sebuah janji pribadi), kalau saya akan fight sampai titik darah penghabisan untuk event ini. Terlepas dari semua kejadian yang saya sedikit "tidak mau tahu" dengan kondisi A-Z di FLP Solo raya saat itu. Saya berjanji akan mensukseskan acara ini.
Cukup Alloh bagiku benar-benar kutanamkan saat itu.

Ya sudah, mulai dari design pamfleat, lobi ukmi, Lazis, pin, sertifikat, bolak-balik kerumah mas aden, surat perjanjian, nego acara, siapkan pra acara (touring yogya 1, 2, Buka puasa, acara bareng kang sakti, pak BT,etc), secara umum saya kayaknya ubet dhewe "ngalor ngidul". Saya nekat mengundang semua anggota calon peserta FLP Solo Raya.
Maka tak jarang waktu itu sayapun tak begitu kenal dengan personal yang hadir satu persatu.

Semua acara itu salah satu tujuannya tidak lain supaya mereka tertarik tuk bergabung dengan FLP Solo Raya dan mengikuti pelatihan kepenulisan (pelat pulpen) sebagai pintu masuk FLP Solo Raya.

Berbagai triks pribadi saya gencarkan, termasuk mengirimi sms ke daftar telp pribadi maupun members eldurra yang saya punyai, lini-lini eldurra saya gerakkan tuk event ini. Termasuk pula terus memfollow up dan mendata satu persatu teman-teman yang ikut dalam pra event pelat pulpen. Sekedar sapa dan menanyakan kabar atau memberikan sms motivasi menulis dan sebagainya. Setiap sms yang masuk saya respon dan selalu saya balas .

Bahkan database pribadi di phone bookpun yang tidak ada hubungan dengan FLP saya hapus (maklum kapasitas phone book hape saya adalah hanya 1.000 orang). Saya terpaksa harus merelakan beberapa daftar relasi saya hapus dari phone book.

Hampir tiap hari saya sms puluhan bahkan ratusan tuk memberikan propaganda agar Teman-teman secara tidak langsung tertarik dengan FLP dan mau hadir dalam Pelat pulpen dan menjadi members FLP Solo Raya.
Setiap hari pula, saya melayani sms yang menanyakan seluk beluk pelat pulpen, FLP itu apa, kamu siap , bahkan kadang kala yang isinya agak “nyleneh” , etc.

Bahkan saya pun meluas tuk menyebarkan sms dengan beberapa kode yang sebenarnya gak ada hubungannya dengan Acara itu. Tapi bagi saya itu juga mempengaruhi FLP kedepannya.
Saya sms "T" dan kadang saya sms "S".

Sesuatu yang tiba-tiba terloncat dalam pikiran saya. Saya ingin tahu siapa diantara teman-teman yang terbiasa melaksanakan "T" dan "S" secara rutin dan tepat waktu.

Waktu itu saya tidak menjawab dari setiap sms yang masuk dan penasaran dengan maksud T dan S itu. Saya akan jawab di pelatihan kepenulisan besok, pikir saya terlontar seketika waktu itu.

Beberapa teman sudah bisa menebak kalau T disana maksudnya adalah Tahajud dan S adalah Subuh.
Kalau mengingat kejadian pra event itu saya sedikir merasakan unik dan lucu juga.

Tak tahu sudah berapa ribuan sms saya keluarkan tuk propaganda itu.

Dan Alhamdulillah acara pelat pulpenpun dengan berbagai kekurangan yang ada saya katakan lumayan sukses tuk mendatangkan sekitar 250 an orang. Padahal biasanya acara pelat pulpen jumlah peserta, misalnya tuk angkatan saya adalah 30 orang.

Setelah acara pelat pulpen itu, saya pikir mulai selesai urusan saya tuk “ngalor-ngidul” berkaitan dengan FLP.

Ternyata oh ternyata..
Masalah berlanjut satu demi satu, mau dikemanakan Peserta Pelat Pulpen kemarin ??.

Kepala saya pening sekali memikirkan hal itu. Dan Akhirnya keputusan dibuat dengan membentuk ranting-ranting. FLP UNS, UMS, STAIN, Pelajar dan Umum.

Jujur….Ide itu memang terlontar setelah pelaksanaan Pelat pulpen itu (sepertinya yang disampaikan mas aries adenata tadi red). Dan saya tahu betul…Bahwa secara personal kita belum siap tuk hal ini. (saya dan angkatan saya adalah bukan pengurus FLP Solo Raya red.).

Maka pantas dan wajar saja, kalau ada masalah disana-sini. Dan komentar dari peserta yang bersautan disana-sini. Dan yang pertama kali terkena dan dapat informasi adalah saya. Maklum informasi dan komentar langsung masuk ke hape saya.

Pertanyaan mas kapan pertemuan lanjutan setelah Pelat Pulpen selalu masuk bertubi-tubi ke hape saya. Dan jujur saya mau jawab gimana lumayan bingung juga.

Saya terus mensuport dan memberikan argument kalau emang kita butuh waktu 1-2 bulan untuk menenangkan diri setelah diadakan pelat pulpen kemarin. Padahal dalam pikiran saya, kita masih bingung mau dikemanakan FLP Solo raya.
Sebulan kemudian saya sms meminta mas Aden tuk segera gelar rapat. Dan Alhamdulillah rapat bisa diadakan di markas gizone waktu itu dan yang hadir adalah saya, mas aden, mbak yatik, sotya, erny dan tetra.

Salah satu kesepakatan yang penting adalah dibentuk Pembina atau pembimbing tuk masing-masing ranting.Mbak Tetra usul namanya bukan Pembina atau pembimbing tapi adalah fasilitator saja. Karena memang kita hanya seorang fasilitator saja. Dan kitapun sepakat untuk menggunakan nama ini.

Mau tidak mau diluar mas Aden semua menjadi fasilitator. Maka sayapun mengajukan tuk fasilitator UNS (karena posisi kerja yang dekat dengan UNS), mbak Yatik STAIN, Sotya UMS, Tetra pelajar dan Erny Umum.

Nach waktu itu kita masih bingung konsep acara seperti apa yang akan kita bentuk atau buat. Maka disepakati waktu itu, pokoknya kita resmikan FLP masing-masing ranting habis itu kewajiban FLP Solo Raya adalah mengadakan acara Sebulan sekali. Tuk event selebihnya menjadi tanggung jawab dari masing-masing ranting.

Satu persatu ranting mulai dibentuk dan mulailah sekarang bermunculan gaya FLP masing-masing ranting seiring dengan berbagai permasalahan yang dihadapinya pula dan Alhamdulilah paling tidak titik solusi sudah mulai bisa dibicarakan bersama seiring dengan adanya pengurus nanti.

Lalu seharusnya seperti apa…

Sekarang inilah waktunya tuk menyatakan “seharusnya”…..

Seharusnya Ada Agenda rapat Rutin Bulanan tuk FLP Solo ray. Solusinya adalah buat agenda minimal sekali sebulan tuk rapat. Semakin banyak intensitas pertemuan akan mengurangi berbagai fitnah, kesalahan komunikasi diantara pengurus.

Seharusnya ada divisi yang menangani hal-hal yang bersifat “sensitive”..Dalam kacamata saya seperti divisi tabayun, dimana divisi inilah yang akan menangani dan menengahi setiap fitnah, salah informasi, maupun pembicaraan diluar forum yang tidak seharusnya diungkapkan. Divisi inilah yang akan mengkonfirmasi hal-hal yang bersifat “ngembosi” atau bersifat personal yang perlu diklarifikasi, ketidak aktifan seseorang di komunitas, komentar miring dan lain sebagainya yang terlontar secara langsung maupun tidak langsung adalah menjadi tugas divisi in tuk menyelesaikannya. Solusinya bentuk divisi ini. Sangat urgent sekali divisi ini.

Seharusnya setiap tahun ada refresh kepengurusan yang telah ada. Maklum di tengah perjalanan itu akan ada personel yang tidak aktif lagi bisa dikarenakan factor pekerjaan, keluarga ataupun hal-hal pribadi lainnya. Maka solusinya setelah satu tahun berjalan maka masing-masing pengurus ditanyai komitmen dan kesanggupannya.

Seharusnya ada ranting baru yang bisa menengahi personel dengan karakter yang berbeda dan lintas generasi yaitu Ranting Umida ( Umi dan Abi Muda). Ranting inilah yang tepat tuk karakter siapapun dia orang baru atau lama yang sudah menikah tuk berkumpul disini. Karena saya merasakan perbedaan gaya gerak dan pola pikir dari anggota ketika dia sudah menikah. Diranting inilah berkumpul semua personel baik itu pengurus lama, pengurus baru maupun members baru yang sudah menikah. Pertemuannyanya pun disesuaikan dengan gaya mereka sendiri. Apakah dalam bentuk arisan bulanan atau dua bulanan atau refreshing keluarga atau apalah. Suatu saat semua teman-teman akan masuk ke ranting umida ini. Kenapa members baru juga dilibatkan ??..Members baru yang sudah berkeluarga dilibatkan dan diharapkan masuk ke ranting ini karena memang disanalah gaya mereka bisa berkembang, tetapi secara personal tuk meningkatkan bobot kemampuan individunya maka diharapkan personal itu tetap diminta tuk bergabung pula di FLP ranting umum (pelangi). Solusinya paling tidak ini menjadi wacana pemikiran kita. Bahwa tak selamanya kita bisa mengikuti gaya seperti sekarang di masing-masing ranting yang kita ikuti. Tapi kalau bisa dibentuk sejak dini lebih baik.

Seharusnya semua peserta pelat pulpen kemarin direfresh dan ditanyai komitmentnya tuk gabung di FLP. Mau jadi members aktif atau pasif yang hanya mengikuti event isidental saja. atau bahkan yang ketiga tidak bisa aktif di keduanya (paling tidak tiga tipe ini yang muncul). Solusinya dibuat suatu pertemuan akbar semua anggota FLP Solo raya semacam upgrading cabang.

Dan lain sebagainya yang mungkin tidak bisa diwakili dengan kata-kata. Karena kadang kalau kita lupa bahwa ada hal-hal yang tidak bisa diwakili lewat tulisan kita. Sebaik-baik komunikasi adalah dengan komunisi secara langsung. Ada respon balik. Ada ekspresi yang bisa dilihat dan ada perkataan yang tidak bisa diwakilkan dengan mengetik dalam tulisan.
Mungkin empat hal ini saja yang saya usulkan lewat tulisan..

Selebihnya kita berjalan bersama-sama tuk memperbaiki FLP Solo Raya ini..
Bismillah…..
Jazakumulloh buat keluargaku FLP Solo Raya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.


nb :

*Mungkin lewat tulisan inilah saya ingin membuat komitmen pribadi agar saya sendiri punya arah yang jelas dalam menulis sebuah karya, saya nyatakan setahun lagi jikalau saya tidak bisa menerbitkan sebuah buku meskipun hanya buku indie, maka dengan hormat ijinkan saya untuk mengundurkan diri sejenak dari FLP Solo Raya. Mohon pemaklumannya karena sudah 1,5 tahun ini saya lewati tahap ini dan memang target saya adalah 1,5 tahun mencoba meraba-raba , setahun kemudian pasang target ( 20 maret 2011 sampai 20 Maret 2012).

*Spesial terima kasih buat teman-teman yang telah mendukung propaganda saya "menolak aris eldurra sebagai calon ketua flp solo raya", dan memang demikianlah saya teman. Sayalah yang lebih paham terhadap diri saya pribadi. Kalau mau saya tetap aktif bergerak di FLP maka jadikan aku yang kedua, ketiga dan seterusnya.

Barokallah fiikum....


Komen Kang Fahmi :

bro, karya tak harus berbentuk buku. jika seperti itu, tentu tak ada muhammadiyah, al-ikhwan, nu, persis, ataulah majelis adz-dzikra. ente lebih dari sekadar legenda. lebih dari sekadar panutan. lebih dari sekadar inspirasi bagi kawan-kawan. ente jauh hari sudah membuktikan, lelaku lebih menyelesaikan persoalan daripada rerentet kata yang berbusa-busa itu.

bergerak lagi kawan. it's just d'beginning. saya kira tak ada yang boleh mundur --atau mungkin beristirahat sejenak--. ketua baru telah terpilih. ikon semangat baru harus dibrand dan dishare ke semua. itu artinya, banyak nian yang harus jad...i komporisnya. tak ada yang boleh di luar sistim. sekadar mengamati, ataupun sekadar mengkritisi. semua harus di dalam. menyelesaikan pekerjaan. ada sekian anggota yang kemampuannya masih harus dilesatkan. biarlah semua berperan. biarlah semua membantu asri menyelesaikan pekerjaanya. yang lihai melesatkan bakat itu, supportlah ia dengan senyum dari semua. yang pandai manajerial, bantulah ia sekuat raga. ini saatnya revival. butuh banyak pilar. atau akan tumbang lagi seperti saat chaos dulu. biarlah lelah kita usung bersama. biarlah senyum kita kembangkan sehangat-hangatnya. tak ada yang boleh berhenti. atau akan sulit lagi untuk memulai. tak ada yang boleh mundur. atau satu persatu akan juga mundur tak teratur. ini baru permulaan. mari memulainya dengan rangkulan terhebat yang pernah kita punya.

Thursday, March 17, 2011

Ananda, Cinta Bunda Tak Bertepi

Thursday, March 17, 2011 0 Comments
ALLAHU AKBAR!!!

Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Selamat pagi Ananda tersayang.

Selamat berjumpa lagi dengan hari yang baru.

Selamat merangkai karya dengan senantiasa meluruskan niat untuk Allah semata.


Semoga Ananda senantiasa menjadi pribadi yang pandai bersyukur agar kenikmatan dan karunia-Nya senantiasa berlimpah. Semoga Ananda menjadi umat tersayang dari Baginda Rasulullah Saw yang syafa'atnya turut pula dihadiahkan kepada kita sebagai umatnya. Aamiin Ya Rabbal'alamiin.


Ananda tersayang, ini surat Bunda yang pertama untuk Ananda. Maafkan Bunda ya, bukan berarti Bunda tak mau menyempatkan waktu barang sejenak untuk menuliskannya, tapi memang terasa sulit untuk mengungkapkan isi hati Bunda lewat kata-kata. Rangkaian kata ini belum cukup mewakili cinta Bunda pada Ananda. Rangkaian kata ini belum mampu menggambarkan apa yang membuncah di hati Bunda.


Ananda tercinta, kehadiran Ananda menjadikan hidup Bunda semakin diliputi perasaan bahagia. Menjadi ibu adalah karunia dari-Nya yang begitu luar biasa. Membuat hidup Bunda terasa lengkap karena kehadiran Ananda di tengah keluarga kita. Ya, keluarga kita yang insya Allah penuh dengan kebahagiaan. Sakinah, mawadah, warahmah. Bunda bangga karena mempunyai gelar baru sebagai seorang ibu. Alhamdulillah, senangnya hati Bunda. Panggil ibumu ini dengan sebutan “Bunda” ya.


Ananda belum mengenal Bunda ya? Izinkan Bunda memperkenalkan diri dulu ya. Biar Ananda makin sayang dengan Bunda. Etika Suryandari, itulah nama Bunda yang diberikan oleh ayah Bunda, kakek Ananda tercinta. Bunda diberi nama "Etika" karena Bunda diharapkan dapat menjadi orang yang berakhlak baik (beretika), "Surya" berarti matahari. Bunda diharapkan menjadi pribadi yang bermanfaat untuk banyak orang layaknya matahari yang banyak menebarkan manfaat pada semua makhluk. Dan "ndari" berasal dari bahasa Jawa "ndadari" yang berarti bersinar terang. Bunda diharapkan menjadi cahaya bagi sekitar, mampu memberi inspirasi pada orang lain. Nama ini adalah tanggung jawab, Anandaku sayang. Semoga Bunda dapat menjadi seperti apa yang diharapkan ibu dan ayah Bunda. Aamiin Ya Rabbal'alamiin.

Oh ya, Bunda sekarang beraktivitas sebagai calon Statistisi di Kementerian Perdagangan Jakarta. Statistisi? Pasti Ananda belum tahu ya maksudnya. Statistisi adalah orang yang pekerjaannya berhubungan dengan data. Banyak berhubungan dengan Matematika juga. Ya, karena Bunda sarjana Matematika, Sayang. Bunda berharap kelak Ananda juga menyukai pelajaran Matematika karena kebanyakan anak-anak tidak menyukai pelajaran ini. Bunda akan membimbing dan mengajari Ananda dengan sepenuh hati! Kita akan belajar bersama ya Sayang. Meski Bunda bekerja di kantor, Bunda berjanji tetap akan memprioritaskan urusan keluarga karena Bunda ingin selalu memberikan yang terbaik pada keluarga.

Selain beraktivitas di kantor, kini Bunda juga aktif di Forum Lingkar Pena (FLP) Jakarta. Di komunitas inilah Bunda belajar banyak untuk menjadi seorang penulis. Hmm, Bunda memang memiliki impian untuk menjadi penulis, Ananda sayang. Bahkan Bunda memiliki impian untuk menjadikan keluarga kita adalah keluarga penulis. Suatu saat nanti, Bunda ingin bisa melahirkan karya kita bersama. Sebuah buku karya Bunda, Ayah, dan juga Ananda. Subhanallah, alangkah bahagianya jika mimpi itu benar-benar terealisasi. Semoga saja Allah memberi kemudahan ya Sayang... aamiin..

Saat Bunda menulis surat ini, Ananda memang belum lahir. Bunda bahkan belum bertemu Ayah. Bunda akan terus berusaha melakukan yang terbaik untuk Ananda dengan memilih Ayah yang sholeh, yang bisa menjadi imam kita kelak. Sudah tertanam dalam diri Bunda bahwa pernikahan Bunda dengan Ayah nanti bervisi untuk mewujudkan pernikahan sebagai penyempurna agama yang bukan sekedar untuk mencari bahagia, tapi menuai keberkahan di dunia dan akhirat, bersama menuju surga-Nya. Ya, kita akan berjuang bersama menuju surga-Nya. Al-Firdaus, surga tertinggi dambaan setiap muslim sejati. Ananda adalah kunci surga bagi Bunda. Maka, Bunda akan terus menjaga kunci itu sebaik-baiknya.


Sebuah konsep keluarga SMART akan Bunda bangun bersama Ayah Ananda kelak. Semoga kami bisa membimbing Ananda menjadi mujahid-mujahidah tangguh kebanggaan dien ini, Islam yang mulia. Ananda ingin tau apa itu keluarga SMART? Inilah keluarga impian Bunda yang kelak akan Bunda wujudkan bersama Ananda dan bersama Ayah tentunya. (* SMART-nya sengaja disensor! ^^v *)

Ananda tersayang, mari kita wujudkan bersama impian besar ini ya...


Menjadi seorang ibu memang tak mudah. Tapi Bunda akan terus melakukan yang terbaik untuk Ananda. Karena Ananda adalah amanah dari-Nya. Amanah yang luar biasa. Bunda akan membimbing Ananda menjadi generasi Qur’ani, generasi yang cinta Al-Qur’an. Mari membaca Al Qur'an dengan tartil, memahami artinya, menghafalnya, dan saling mengingatkan dengan mengamalkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Sehingga di suatu masa nanti saat Bunda menghadap-Nya, Bunda akan memakai mahkota berkilauan. Ya, itu hadiah dari Ananda pada Bunda sebagai seorang anak yang cinta Al-Qur’an.


Ananda tercinta, jadilah cahaya bagi Bunda. Pilihlah kata terbaik, pilihlah sikap terpuji saat berinteraksi dengan Bunda dan yang lainnya. Karena dengan begitu, Bunda akan semakin bahagia dan bangga pada Ananda. Karena Bunda inginkan anak-anak Bunda adalah anak-anak yang sholeh dan sholehah. Surga berada di telapak kaki Ibu. Semoga Allah Swt juga berkenan meletakkan surga-Nya pada diri Bunda. Bunda ingin menjadi ibu terbaik untuk Ananda kelak.


Ananda terkasih, Bunda menyadari bahwa Ananda hanyalah titipan. Ananda bukan milik Bunda. Ananda juga bukan milik Ayah. Tapi, Ananda milik Allah Swt. Bunda tidak akan menuntut balas budi Ananda atas pengorbanan Bunda yang telah mengandung, melahirkan, menyusui, dan merawat Ananda. Bunda hanya ingin Ananda berbakti sepenuhnya pada Allah Swt. Menjadi hamba-Nya yang beriman dan beramal sholeh.


Tak terasa, bagaskara kian meninggi. Sudah saatnya Bunda mempersiapkan diri untuk merangkai karya. Bunda akan mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk mencukupi kebutuhan Ananda kelak. Doakan Bunda ya, semoga setiap rezeki yang Bunda terima adalah rezeki yang halal dan penuh kebarokahan dari Allah Swt karena Bunda selalu inginkan yang terbaik untuk Ananda.. Sudah dulu ya, sekian surat dari Bunda.


Ananda, cinta Bunda tak bertepi.

Wassalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Jakarta, 30 September 2010_06:13

Bunda yang sangat mencintaimu,

Aisya Avicenna


*Surat ini pernah diikutkan dalam lomba menulis surat dari calon Bunda pada Ananda, tp gak tau kabarnya... ^^v

MENUNGGU HINGGA SUNYI YANG SEMPURNA

Thursday, March 17, 2011 0 Comments



Saat detik merangkak menyambut waktu Subuh…
Ada sosok yang tengah berpikir di kolong langit
Mengeja konstelasi bintang
Mencoba cari petunjuk
‘tuk temukan jawaban

Ada setitik keraguan, menjadi sandungan bagi tekadnya
Bersama sebuah kisah yang mengembara sendirian, tanpa berkawan

Hening melintas menggulirkan waktu
Kembali batinnya mengeja angka
Hatinya mendesah…
Betapa berlikunya jalan menuju keikhlasan
Betapa berat menjaga suasana hati yang sudah terkondisi agar tidak terkotori

Membuat jiwanya semakin ‘kaya’ (semoga…)
Batinnya pun mengamini
“Bahwa hidup menawarkan warna lain dari yang selama ini ia jalani”

Mendamba sebuah ketegaran
Ketegaran yang tidak mudah menguap oleh waktu
Berharap temukan sebuah senyum
Senyuman paling melegakan sepanjang hidup…

“Ya Rabb, inikah kebahagiaan yang Kau ‘tunda’ untuknya?”

***
“Kesediahn tak perlu diberi nama
Dan kebahagian itu kita sendiri yang menciptakannya…
Karena Tuhan mencintaimu lebih dari yang kamu perlu”

Saat langit malam terlukis sinar bintang dengan kecemerlangan yang tak berbanding…

[Keisya Avicenna, 15 Maret 2011…Jelang Peristiwa Subuh di Masjid Perjuangan NH IC]

Tergesa-gesa atau Menyegerakan

Thursday, March 17, 2011 0 Comments

Selama Proses itu Berlangsung....


Proses pernikahan ada yang berlangsung cepat, ada pula yang membutuhkan waktu lama. Mengenai waktu yang dibutuhkan selama proses, saya teringat kepada doa keluar rumah yang artinya,

"Dengan menyebut nama Allah atas jiwaku, hartaku, dan agamaku. Ya Allah, jadikanlah aku ridha dengan apa yang Engkau tetapkan dan jadikanlah barakah apa yang telah Engkau takdirkan. Sehingga, tidak kepingin aku untuk menyegerakan apa yang Engkau tunda, dan menunda apa yang Engkau segerakan."

Ada satu catatan. Pernikahan termasuk salah satu dari tiga perkara yang dianjurkan untuk disegerakan. Jika tidak ada hal yang merintangi, mempercepatnya adalah lebih baik. Mempercepat proses pernikahan termasuk salah satu kebaikan dan lebih dekat dengan kemaslahatan, barakah, dan ridha Allah. Insya-Allah, pertolongan Allah sangat dekat. Apa-apa yang menghalangi langkah untuk menyegerakan, akan dimudahkan dan dilapangkan. Sesungguhnya Allah tidak zalim terhadap apa-apa yang diserukan-Nya. Allah tidak zalim terhadap hamba-Nya, betapa pun Allah Mutlak Kekuasaan-Nya. Kitalah yang sering zalim kepada Allah.



Laa ilaaha illa Anta, subhanaka innii kuntu minazh-zhalimin. Rabbana zhalamna anfusana waillam taghfirlana lanaa kuunanna minal khosirin.

Ya Allah, ampunilah hamba atas kezaliman hamba sendiri.

Mempercepat proses pernikahan adalah lebih baik, tetapi hendaknya tidak terjatuh pada sikap tergesa-gesa. Selama proses berlangsung, kita membutuhkan informasi dan pembicaraan berkaitan dengan rencana pernikahan. Adakalanya, kita mendapatkan informasi mengenai beberapa hal dari keluarga calon, perantara, atau orang lain. Adakalanya, kita mendapatkan keterangan tentang beberapa hal dari calon pendamping secara langsung.



Masa menjelang nikah adalah masa yang sensitive. Apa yang berlangsung selama masa ini, bagaimana memaknainya, mempengaruhi bagaimana kedua manusia itu kelak akan menghayati pernikahannya. Proses antara pinangan dengan pelaksanaan akad, hingga detik-detik akadnya, bisa menjernihkan niat-niat yang masih keruh sehingga pada saat keduanya melakukan shalat berjama'ah segera setelah akad, mereka banyak beristighfar, memohon pertolongan Allah untuk melimpahkan kebarakahan dan menjauhkan dari keburukan, serta merasakan syukur yang dalam karena telah terhindar dari ancaman maksiat. Tetapi, proses menuju pernikahan bisa juga mengeruhkan niat-niat, sekalipun sekilas tampak mendapat pembenaran agama. Padahal manusia mendapatkan hasil dari perbuatannya sesuai dengan apa yang diniatkan. Rasulullah menasehatkan:


"Mintalah fatwa dari hatimu. Kebaikan itu adalah apa-apa yang tenteram jiwa padanya dan tenteram pula dalam hati. Dan dosa itu adalah apa-apa yang syak dalam jiwa dan ragu-ragu dalam hati, walaupun orang-orang memberikan fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya."


Tanda-tanda Perumpamaan

“Menyegerakan atau tergesa-gesa?”



Kalau suatu saat Anda naik motor dan menjumpai tikungan tajam, apa yang Anda lakukan? Apakah Anda akan segera membelokkan kemudi tanpa mengurangi kecepatan karena ingin cepat sampai? Atau, Anda mengurangi kecepatan sedikit, menelikung dengan miring, dan sesudah berbelok baru menambah kecepatan sedikit demi sedikit?



Jika Anda memilih yang pertama, sangat mungkin Anda terpental sendiri. Anda terjatuh, sehingga harus berhenti sejenak atau agak lama. Baru kemudian dapat meneruskan perjalanan. Keinginan Anda untuk cepat sampai di tempat tujuan dengan tidak mengurangi kecepatan, apalagi justru dengan menambah kecepatan, tidak membuat Anda lebih cepat sampai dengan tenang, tenteram, dan aman. Bisa-bisa, kalau kecepatan Anda tetap antara sebelum berbelok dengan saat-saat berbelok, Anda justru terpental. Antara gaya sentrifugal dan gaya sentripetal, tidak seimbang.



Jika Anda memilih yang kedua, insya-Allah Anda akan dapat sampai lebih cepat. Awalnya memang mengurangi kecepatan, tapi sesudah betul-betul memasuki tikungan dengan baik, Anda bisa menambah kecepatan. Jika Anda mengurangi kecepatan lebih banyak lagi, Anda bahkan dapat membelok tanpa harus memiringkan badan banyak-banyak.



Jalan yang lempang adalah tamsil dari masa melajang, masa ketika masih sendiri. Belokan adalah proses peralihan menuju status baru, menikah dan berumah tangga. Sedang jalan berikutnya yang dilalui setelah berbelok, adalah kehidupan keluarga setelah menikah. Pilihan pertama adalah sikap tergesa-gesa untuk menikah, sedangkan pilihan yang kedua adalah menyegerakan.



Dari Anas r.a., Rasulullah Saw. bersabda,

"Siapa yang menikahi seorang wanita karena kedudukannya, Allah hanya akan menambah kehinaan kepadanya; siapa yang menikahinya karena kekayaan, Allah hanya akan memberinya kemiskinan; siapa yang menikahi wanita karena bagus nasabnya, Allah akan menambah kerendahan padanya. Namun, siapa yang menikah karena ingin menjaga pandangan dan nafsunya atau karena ingin mempererat kasih-sayang, Allah akan senantiasa membarakahi dan menambah kebarakahan itu kepadanya."

(HR Ath-Thabrani)



Artikel hasil copas dari:


e- book KADO PERNIKAHAN


[Mohammad Fauzil Adhim]

Tuesday, March 15, 2011

Keputusan

Tuesday, March 15, 2011 1 Comments

"Pikirkanlah secara mendalam sebelum membuat kputusan akhir atau menentukan langkah pertama" 
(Syaikh Aidh bin Abdullah Al Qarni)

~Keputusan adakalanya harus disegerakan, namun ada kalanya pula kita harus mengambil jeda waktu untuk berpikir. Tergantung persoalan yang sedang kita hadapi. Ada saatnya kita boleh mengulur waktu, ada saatnya pula kita tidak boleh terlambat, walau sejenak. Semoga Allah ridho pada setiap keputusan kita. Aamiin~

“MEMBENTANGKAN HARAPAN PADA JEJAK-JEJAK PERJALANAN”

Tuesday, March 15, 2011 0 Comments



Sekali lagi aku ingin membiarkan aksara ini menemaniku, menjadi saksi perjalanan hidupku.

Seperti hari Selasa-Selasa sebelumnya, pagi ini aku pun berangkat menuju salah satu tempat di mana tersandar harapan besar untuk diriku sendiri. Aku ingin lebih dekat dan lebih dekat lagi dengan Al Qur’an. Yupz, tempat dimana aku juga menemukan sosok kakak-kakak yang luar biasa, seperti Mbak Nury dan Mbak Ivon. Dua “mbak” ku di FLP Pelangi yang menjadi inspirator sekaligus motivatorku juga.

Ahay, setelah semalam mabit bersama orang-orang luar biasa di masjid perjuangan Nurul Huda UNS, jam 05.15, aku balik kost untuk bersiap, tanpa sarapan, kemudian berangkat. Dengan langkah ringan, jam 06.15 kembali ku gendhong tas ‘backpacker’ hitam manisku menuju gerbang Surya. Naik angkun kuning menuju Sekarpace, ‘nongkrong’ di situ sambil nunggu NUSA B. Transportasi menuju PPQ Al Mahir memang hanya dilewati oleh kendaraan tertentu, kalau naik NUSA B cuma sekali jalan, langsung sampai Colomadu. Tapi kalau naik bis kota Setia Rini harus turun Manahan kemudian ganti angkun 08.

Hm, menikmati hilir mudik kendaraan yang berlalu lalang. Terekam banyak hal aktivitas pagi segelintir orang. Mulai dari pelajar, tukang becak, pengemis, sampai pegawai kantoran. Aha…saatnya mengasah kepekaan jiwa. Sumber ide bikin cerita itu bisa berasal dari banyak hal. Bahkan dari peristiwa yang terjadi di sekeliling kita yang terkadang tidak kita sadari itu bisa jadi sumber inspirasi.

Alhamdulillah, sampai di pertigaan dekat SMK Penerbangan, aku sempatkan sarapan. Nyoto dulu. Sudah ketiga kalinya aku sarapan di warung ini sebelum ke “bhepomany”. Sesekali ngobrol dengan ibu pemilik warung. Menikmati soto sambil berinspirasi dan mengagumi nuansa pagi. Selesai sarapan, kembali aku lanjutkan perjalanan. Sampai depan SMK, ada seorang ibu bejilbab dan berseragam PNS dengan “sepeda motor tuanya” berhenti di dekatku. Kemudian beliau menawarkan tumpangannya. Subhanallah, aku gak bisa berkata apa-apa lagi selain ucapan terima kasih. Padahal sebelumnya aku sempat menolak karena jarak PPQ AL Mahir juga sudah dekat. Tapi dengan wajahnya yang tulus, ibu itu “sedikit memaksaku”, alasan beliau karena jalannya juga searah. Jadi sekalian saja. Aku pun “mbonceng” ibu itu…^^

Ingatanku pun melayang tepat seminggu yang lalu. Kejadiannya waktu aku pulang. Keluar gerbang PPQ Al Mahir, aku bertemu dengan seorang Ibu. Akupun berkenalan dengan beliau dan kita ngobrol sepanjang perjalanan. Ibu itu juga bertanya banyak hal tentang aktivitasku, asalku dari mana, kuliah dimana, dll. Beliau seorang dosen UMS, pemilik sebuah panti asuhan dan TKIT pluz SDIT. Asli Flores tapi sudah lama tinggal di Boyolali. Ibu tadi akan menjemput “anak asuhnya” yang sudah “mondok tahfidz” di Al Mahir. Ceritanya, ibu tadi menjemput sang anak yang nantinya akan diamanahi untuk menjadi guru di SDIT milik beliau. Ah, Subhanallah…

Di tengah jalan, ibu itu mendekati sebuah taxi yang sopirnya sedang berteduh di bawah pohon Muntingia calabura (talok_red) sambil baca koran. Beliau bilang ke aku, kalau tadi dari Boyolali juga naik taxi itu. Akhirnya, beliau mengajak aku naik taxi itu kemudian balik lagi ke arah Al Mahir untuk menjemput anak asuhnya tadi yang beliau tinggal karena masih melakukan “perpisahan” dengan rekan-rekannya. Ibu itu harus buru-buru ke UMS karena ada rapat. Yasudah, karena bertemu taxi yang tadi, beliau memutuskan untuk naik taxi saja. Singkat cerita, aku turun di depan UMS. Mencium tangan ibu itu dan mengucapkan terima kasih. Beliau juga memberikanku no.telp dan menyuruhku kapan-kapan silaturahim ke panti asuhannya. Insya Allah ya Bu…Pertemuan yang cukup singkat namun sangat membekas! 30’ obrolan luar biasa terjadi di dalam taxi. Terima kasih ya, Bu.

***
Selalu saja banyak peristiwa luar biasa, mengejutkan dan tak terduga tiap hari Selasa.

Betapa aku sangat menikmati “sebuah perjalanan”. Dan mulai Senin kemarin, hari ini, dan hari-hari berikutnya…aku akan menikmati masa-masa untuk pulang kerja tanpa dijemput dan tanpa teman menikmati makan malam. Sangat berbeda dengan waktu-waktu lalu saat Mas Dhody masih bekerja di Solo. Setiap hari dia menjemputku dan biasanya kita langsung wisata kuliner, yang nraktir gantian. Sekarang, lelaki kedua yang sangat mencintaiku itu memutuskan untuk fokus berwirausaha di Wonogiri. SUKSES ya BRO!!! Aku pasti akan merindukan saat-saat nunggu jemputanmu ‘n saat kita makan malam bareng, terutama di warung BEBEK BAKAR PRESTO di jalan Urip Soemohardjo.

***
Bismillah, semoga setiap perjalanan yang aku lalui senantiasa menempa diriku untuk menjadi pribadi yang mandiri, pantang mengeluh dan tahan banting. Karena sampai sekarang pun aku masih teguh memegang prinsip, selama aku masih bisa melakukan sesuatu sendiri, sesuai dengan kemampuan yang aku miliki, aku tak akan pernah merengek minta bantuan orang lain atau merepotkan orang lain.

Harapanku di tahun ini aku berani menaklukkan jalan raya lagi, ah…kecelakaan 16 Agustus 2006 silam masih terekam manis di memory otakku. Kejadian yang membuatku merasakan trauma untuk naik sepeda motor (lagi)…hehehe… Meskipun sempat “mubeng-mubeng” di kampus naik motor tapi keberanianku belum full 100%. Tapi gakpapa lah. Dalam segala keterbatasanku sebagai seorang manusia, Allah Swt telah memberikanku banyak hal. Termasuk anugerah kedua kaki yang membuatku senantiasa bersyukur, setiap langkah kaki yang semoga selalu menuju pada kebaikan. Selalu dalam rangka mencari ridho-Nya. Karena kelak kedua organ inipun akan menjadi saksi atas apa yang sudah aku perbuat selama ini.

***
Hidup itu berpikir, berjalan, dan menemukan…

Kemenangan hari ini adalah kelapangan hati untuk bisa menerima tantangan. Ya, hidup ini memang penuh dengan tantangan. Bukan perjuangan namanya jika tanpa ada aral yang melintang. Memang, tak selamanya hari berhias sinaran mentari. Adakalanya guntur dan petir pun menghiasi. Memang, liku perjuangan juga tak ayal akan menemukan batu sandungan. Tapi perjuangan ku tak kan luntur hanya karena kerikil kecil yang sempat melukai kaki dalam menapaki langkah perjuangan ini.

Aku telah, masih, dan akan terus tegak berdiri. Memang belum banyak yang mampu aku persembahkan untuk orang-orang di sekelilingku, orang-orang yang sangat aku cintai. Tapi inilah yang terbaik yang mampu aku lakukan. Dan aku akan terus berusaha mempersembahkan yang terbaik. Aku hanya ingin seperti matahari bagi bumi, yang memberikan cahaya tanpa mengenal kata berhenti…

[Keisya Avicenna, “MEMBENTANGKAN HARAPAN PADA JEJAK-JEJAK PERJALANAN”. 15 Maret 2011 @Zona NOstalgia RoMAntic : belajar nulis tanpa berhenti selama satu jam (11.00-12.00). Aku mulai dengan mengisahkan apa yang aku alami hari ini sekaligus mereview peristiwa beberapa waktu lalu. Bonus renungan untuk diriku sendiri yang semoga bisa menginspirasi orang lain…SEMANGAT!!!]

Monday, March 14, 2011

Saat Kang Tef dan Kang Arul Bersanding

Monday, March 14, 2011 0 Comments
FLP Jakarta in Action (Aisya => jilbab merah di barisan kedua dari belakang)

Ahad pagi yang indah. Alhamdulillah, kondisi tubuh sudah kembali stabil meski belum 100% setelah nge-drop hari Jumat. Awalnya, Aisya berencana tidak datang ke pertemuan FLP Jakarta kali ini. Mengingat semalam ia pulang larut karena menghadiri “Indonesia Nasheed Award” di Jakarta Islamic Book Fair. Jadi, rada capek dan mengantuk. Teringat akan beberapa pesanan teman-teman FLP Jakarta, Aisya putuskan untuk tetap datang. Pesanan itu antara lain:
-Novel “NIBIRU” buat Soson
-Novel “Bumi Cinta” dan “Galaksi Kinanthi” buat Mbak Ayu
-“Something” buat Mbak Ria
-Oleh-oleh dari Wonogiri dan Solo berupa kacang mete dan emping melinjo buat Kang Tef (pada khususnya) dan teman-teman FLP Jakarta (pada umumnya)
Walhasil, bawaan Aisya pagi itu superberat! Hmm… Sampai di halaman masjid At-Tauhid Arif Rahman Hakim UI Salemba, Aisya bersua dengan Yuda dan seorang temannya. Kami sempat kebingungan waktu mau masuk karena pintu gerbang untuk masuk ke masjid dikunci. Untungnya ada pak satpam yang baik hati memberitahu kami kalau harusnya kami lewat jalan samping. Ternyata di lantai dasar sedang digelar acara Walimatul ‘Ursy dengan nuansa dekorasi warna MERAH HATI. Pas banget dengan kostum yang Aisya kenakan. Sebelum masuk masjid, sempat bersua juga dengan Mbak Dina dan Mbak Iecha yang katanya mau beli minuman buat pembicara.
“Ada Kanjeng tuh di atas!” kata Mbak Iecha
Akhirnya, Aisya dan Yuda naik ke lantai 3.
“Eh, Merah!” kata Kang Arul waktu Aisya tiba-tiba duduk di sampingnya. Surprise juga karena ada beliau hari itu. Setelah sesaat duduk di dekat Kang Arul, Aisya pindah posisi duduk di dekat Mbak Era yang hari itu kayak jeruk (baca : pakai gamis dan jilbab warna oranye). Acara sudah dimulai. Kang Tef (Kang Taufan E. Prast, ketua FLP Jakarta) sudah unjuk gigi. Didampingi Mbak Rurie dan Ikal. Awalnya Aisya pengin nulis yang disampaikan Kang Tef, tapi kalah dengan deru kendaraan. Alhasil, hanya beberapa kata yang terdokumentasi. Itupun sepotong-sepotong.
Mbak Dina pindah duduk di samping Aisya. Tiba-tiba Mbak Dina mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Taraaaa!!! Bolpoin yang ‘sekujur tubuh’nya berwarna merah (kecuali tintanya yang berwarna hitam), akhirnya sah menjadi milik Aisya. Makasih ya Mbak Dina… Tahu aja sih kalau Aisya suka banget warna merah!
Beberapa saat kemudian, Kang Arul yang tadi ‘adem-ayem’ di belakang, berdiri dan melangkah ke depan. Gantian Kang Arul nih yang bagi-bagi motivasi. Oh ya, pada pertemuan kali ini mengangkat tema : “Penulis, Media, dan Dunia Penerbitan”. Aisya sempat menulis beberapa potong materi dari Kang Arul di buku diary merahnya ^^. Sosok di sampingnya juga serius menulis dengan gaya khasnya. Aisya mencoba meniru cara menulisnya malah ketawa sendiri. Ahh, bu dosen ini memang unik! Satu hal lagi, dia berujar bahwa hanya dirinyalah yang bisa membaca tulisannya sendiri. Walhasil, Aisya ‘copy-paste’ saja tulisan dari bu dosen (baca : Mbak Dina) yang diposting pagi ini di FB.
Berikut adalah resume materi yang disampaikan oleh kedua pemateri. Selamat menikmati...
Untuk menjadi penulis yang sukses diperlukan proses di dalamnya dan tidak simsalabim begitu mudahnya. Selain berdoa yang tak putus kepada Allah Swt juga diperlukan beberapa hal yang sebaiknya dikuasai oleh penulis. Usaha apa sajakah? Usaha tersebut adalah (calon) penulis sebaiknya mengetahui bagaimana cara menulis yang baik, memahami anatomi penulisan, mempunyai kemauan dan kemampuan menulis, mendisiplinkan diri dan meluangkan waktu untuk menulis (misalnya, sehari meluangkan waktu menulis selama 2-3 jam, sehari menulis tiga kali setelah atau sebelum makan, ataupun seminggu sekali menulis), serta memiliki komitmen yang kuat untuk menulis.
Di dalam menjalani proses tersebut, maka diperlukan niat yang lurus. Niat yang lurus itu juga diimbangi dengan wawasan keislaman (karena FLP Jakarta itu kaderisasi penulis Islam open minded yang tetap mengacu kepada etika-etika dan norma-norma keislaman berdasarkan Al Quran dan Hadits, -red). Nah, untuk mewujudkan niat tersebut, maka kudu dipikirkan matang-matang dengan akal budi pekerti luhur nan sehat, mau dibawa ke mana niat tersebut? Mau menjadi profesi penulis yang profesional ataukah menulis hanya sekadar hobi?

Jika ingin menjadi penulis yang menjadikan kegiatan menulis sebagai hobi, artinya menulis dilakukan sebagai kegiatan di waktu luang, maka tak perlu susah payah disiplin meluangkan waktu ataupun keukeuh menulis tiga kali dalam sehari sebelum atau sesudah makan. Lakukan aktivitas tersebut dengan diliputi keikhlasan dan bertujuan ibadah hanya kepada Allah Swt.
Namun, jika memutuskan ingin menjadi penulis sebagai profesi, maka syarat-syarat seperti komitmen serius menulis, sengaja meluangkan waktu menulis, mengetahui persyaratan apa saja yang harus dikuasai jika ingin tulisan dipubliksikan di media online maupun offline, memiliki pangsa pasar yang kuat, membuat tulisan yang berbeda dan unik dengan penulis-penulis sebelumnya, dan mengetahui kapan buku akan diterbitkan. Selain itu, penulis juga harus fokus dengan bidang yang akan ditulisnya apakah fiksi atau nonfiksi. Saat hendak menulis fiksi atau nonfiksi, penulis mengumpulkan data terlebih dahulu kemudian barulah dituliskan dan dipublikasikan. Adapun, data tersebut diperoleh melalui riset yang sesuai dengan yang diperlukan.
Lebih lanjut, para pemateri memberikan tips pula bagaimana membuat biodata yang baik kalau kita ingin mengirimkan naskah ke penerbit:
1.Susunlah biodata tersebut menjadi 3 paragraf. Paragraf pertama itu adalah identitas pribadi: prestasi- sebaiknya menyertakan prestasi menulis-; dan e-mail/blog yang aktif.
2. Alamat e-mail adalah alamat identitas pribadi penulis. Jadi buatlah e-mail penulis yang mudah diingat dan dikenang.
Beberapa tips ringan lainnya berkaitan dengan tema Penulis, Media, dan Dunia Penerbitan, yaitu:
1. Editor biasanya tidak membaca semua naskah yang dikirimkan kepadanya. Oleh karena itu buatlah tulisan yang menarik di awal paragraf serta buatlah naskah yang berbeda dan unik.
2. Jadilah penulis fiksi yang baik dengan mempelajari dan memperkuat unsur intrinsik karya sastra. Beberapa unsur intrinsik tersebut terdiri dari tokoh, tema, latar, amanat, dan alur (*kalau masih kurang, silakan tambahkan sendiri, red).
3. Novel yang berhasil adalah novel yang menarik pembaca untuk membuka dan membaca halaman selanjutnya.
4. Pergunakanlah FB untuk berteman dengan penulis terkenal kemudian seringlah berinteraksi dengannya, misalnya menaruh jempol atas postingan status, note, atau link serta memberikan komen yang positif mengenai hal tersebut. Hati-hati memberikan jempol. memberikan komen atas note/link/status upload si penulis tersebut. Artinya, jangan asal menaruh jempol atau beri komentar di sana. Baca kembali postingannya lalu jika ingin tetap eksis dan tetap dikenal ama si penulis, selama postingan tersebut emang positif silakan taruh jempolnya atau komennya.
5. Ikutan dan aktif di millist yang berkaitan dengan penulis, media, dan dunia penerbitan.
6. Jangan hanya mengandalkan naskah namun bangunlah jaringan sosial, misalnya ikut FLP Jakarta (red).
Hal-hal di atas adalah beberapa materi yang disampaikan oleh Kang Taufan dan Kang Arul pada pertemuan ketiga Pramuda Angkatan ke-15 FLP Jakarta. Adapun, pertemuan selanjutnya (pertemuan keempat) insya Allah akan dilaksanakan kembali Ahad, 27 Maret 2011, waktunya pukul 10.00-13.00 WIB, tempat di Mesjid At-Tauhid Arif Rahman Hakim. Informasi dan pematerinya akan disampaikan menyusul kemudian. Pada pertemuan keempat tersebut masih diberikan kesempatan pendaftaran peserta untuk FLP Jakarta Angkatan ke-15. Informasi dan pendaftaran, silakan hub. Info Center FLP Jakarta : 0815.13596928 - 021-93541351 - 021-80370701.
Setelah pertemuan keempat, akan dibagi kelasnya yaitu kelas nonfiksi dan fiksi. Nah, insya Allah, setelah pembagian kelas tersebut (pertemuan ke-5), segenap divisi humas dan dokumentasi tidak akan mempublikasikan materi yang diberikan di kelas tersebut. Oleh karena itu, bagi yang berminat, menjadi anggota FLP Jakarta, silakan datang dan mendaftar ke Mbak Yusi dan Mbak Astri pada ke pertemuan 2 minggu setelah Ahad, 13 Maret 2011.

Salam hangat dari kami.
FLP Jakarta
Wassalam

Hmm, begitulah reportase pertemuan ketiga angkatan 15 yang ditulis oleh Mbak Dinda dengan sedikit revisi dari saya. Semoga bermanfaat…

NB :
- Menjelang Dhuhur, sempat foto-foto menggunakan kamera Kang Arul dan setelah diupload Kang Arul, hasilnya kereeeeen banget!
- Sayang, Mbak Ria tidak datang... sehingga hanya "something" buat Mbak Ria yang belum tersampaikan...
- Maaf ya, kemarin pulang duluan dan hanya pamit secara langsung ke Mbak Era dan Mbak Astri plus SMS ke Kang Tef karena masih belum fit benar, jadinya juga nggak bisa ikut ke Jakarta Islamic Book Fair lagi...

Best regards
Aisya Avicenna