Jejak Karya

Jejak Karya

Wednesday, July 06, 2011

TIME HEALS EVERY WOUND

Wednesday, July 06, 2011 0 Comments
TIME HEALS EVERY WOUND :
“Karena Aku Sangat Mencintaimu, Ibu…”

Ajaibnya sang waktu, masa lalu yang menyakitkan lambat laun bisa menjelma menjadi [NO]stalgia [R]o[MA]ntic yang tak ingin dilupakan…

Bulan Juli 2003, detik ini Keisya kembali mengenangnya…
Tak terasa sudah 8 tahun yang lalu, tapi peristiwa itu selalu melekat dalam memori otaknya. Saat ini, Keisya seperti memutar kembali ‘sebuah rekaman skenario kehidupan’ yang telah dituliskan-Nya dengan luar biasa dan pastinya sarat akan makna.
Waktu itu, Keisya adalah seorang gadis remaja yang tengah asyik-asyiknya menikmati masa putih abu-abu. Bulan Juli 2003 ia naik kelas 2 SMA. Prestasinya di kelas 1 SMA pun tidak mengecewakan. Peringkat 5 besar masih menghiasi rapornya dan di kelas 1 SMA dia berkesempatan duduk satu bangku dengan saudara kembarnya dan seringkali membuat guru-guru dan teman-temannya keliru karena sulit membedakan. Keisya dan Aisya memang kembar identik.
Masuk hari pertama di tahun ajaran baru kelas 2 SMA. Keisya masuk di kelas 2.2 dan Aisya di kelas 2.3. Seperti biasa, tahun ajaran baru selalu identik dengan MOS (Masa Orientasi Siswa). Wah, Keisya dah punya adik tingkat nih. Berangkat pagi, bertemu dengan teman-teman baru di kelas yang baru. Keisya memutuskan untuk duduk satu bangku dengan Ifang. Sebelum bel masuk berbunyi, Keisya dan Ifang serta beberapa teman yang lain turun ke lapangan upacara untuk melihat murid-murid kelas satu yang di-MOS oleh para ‘senior’ (kebanyakan dari para pengurus OSIS). Keisya menyaksikan MOS yang tengah ‘panas-panasnya’ berlangsung, peraturan para ‘senior’ pun masih sama: pertama, senior selalu benar dan kedua, jika terjadi kesalahan, kembali ke peraturan yang pertama. Hah, peraturan macam apa ini??? Pada waktu itu, tiba-tiba Keisya mengalami sesuatu hal yang membuat dirinya seolah kembali ke masa MOS-nya satu tahun silam. Keisya seolah-olah ‘di-MOS’ lagi. Setahun lalu, Keisya memang pernah mengalami kejadian yang sangat tidak mengenakkan pada waktu MOS. Waktu itu, sehabis pengecekan barang PR, para senior berteriak-teriak mirip orang kesetanan, seolah mencari-cari kesalahan para junior dan Keisya juga menjadi salah satu ‘korban’ dari ‘keganasan’ para senior.
Pada waktu baris, tiba-tiba Keisya dihampiri oleh salah seorang senior (yang pada akhirnya senior ini dinobatkan sebagai ‘senior tergalak’), Keisya ditanya macam-macam. Keisya menjawab pertanyaannya sesuai dengan kenyataan dan sesuai dengan yang Keisya ketahui. Senior ini sepertinya tidak puas dengan jawaban Keisya. Mungkin jawaban Keisya membuat dia seolah diremehkan atau kurang dihargai jabatannya sebagai seorang senior. Wah, Keisya jadi bulan-bulanan senior nih! Apalagi dia memanggil beberapa senior yang lain. Nyali Keisya pun ciut. Bagaimana tidak, Keisya masih merasa terasing dengan lingkungannya yang baru. Masih butuh adaptasi. Keisya pun jadi bertanya-tanya : “Apa yang salah dengan jawaban tadi??”. Aduh, ni senior bikin gara-gara aja….
Yah, itu peristiwa setahun yang lalu dan saat Keisya melihat MOS adik kelasnya, ia seolah merasa seperti ‘di-MOS’ lagi. Ya mungkin ini yang disebut trauma! Trauma MOS. Pasca melihat MOS adik kelasnya itu, mendadak kepala Keisya pusing bukan main. Keisya benar-benar tidak bisa berkonsentrasi dengan kegiatan pengenalan kelas, pelajaran pertama Biologi, dan semua yang seharusnya ia nikmati pada hari pertama masuk sekolah. Di telinga Keisya berdengung suara-suara para senior yang berteriak-teriak, membentak-bentak, marah-marah seperti kejadian MOS yang ia alami satu tahun silam. Ketika di rumahpun ia mengalami hal-hal yang membuat seisi rumah kebingungan. Keisya jadi benar-benar aneh pada waktu itu.
Hari kedua masuk sekolah, Keisya kembali mengalami hal yang sama. Seperti kaset yang memutar kembali semua kejadian itu. Kejadian yang benar-benar menyakitkan dan menyisakan semacam trauma. Pada akhirnya, Keisya ‘ambruk’. Ia mengalami sebuah guncangan psikologis dalam dirinya. Kemudian ia pun dibawa pulang ke rumah. Sore harinya karena kondisi Keisya bukannya semakin membaik tapi justru semakin memburuk, Keisya akhirnya dibawa ke salah satu rumah sakit khusus syaraf di kota Solo. Keisya masih boleh dibawa pulang karena kondisinya bisa dibilang masih cukup stabil dan hanya butuh waktu dan istirahat total untuk menenangkan diri. Tapi selang beberapa hari kemudian, Keisya akhirnya harus ditangani serius oleh para dokter. Hasil Computerized Tomography Scan (CT-scan), menunjukkan ada yang bermasalah dengan syaraf otaknya. Rasa trauma ini bukan hal yang biasa. Terlalu rumit untuk dijelaskan dengan istilah kedokteran.
Cobaan yang cukup berat dialami keluarga Keisya. Pada waktu itu, rumah Keisya sebenarnya tengah direnovasi. Tapi, karena Keisya harus opname dan menjalani perawatan di rumah sakit, dengan terpaksa renovasi dihentikan dan seluruh biaya dialihkan untuk biaya pengobatan Keisya. Ya Rabbi…cobaan ini terlalu berat bagi keluarga Keisya. Biaya rumah sakit, biaya pengobatan, biaya terapi, semuanya tidak murah.
Pada waktu Keisya pertama kali masuk rumah sakit, Ibu-lah sosok yang paling syok dengan peristiwa yang dialami Keisya. Ibu selalu menangis. Tapi Ibu jugalah sosok yang selalu mengajari Keisya makna ketegaran dan kesabaran dalam menghadapi ujian dari Allah SWT. Mas Dhody, kakak sulungnya Keisya menjadi orang yang pertama kali yakin, suatu hari nanti Keisya pasti sembuh. Sembuh total!! Bapak adalah sosok yang selalu memberikan motivasi. Satu hal yang paling Keisya ingat, sehabis terapi Bapak mengelus rambut Keisya dan membisikkan sesuatu ke telinga Keisya : “Bapak ingin melihat kamu sembuh, dik…” . Bapak berkata sambil menahan air matanya. Bisikan itu selalu membuat Keisya menangis dan memiliki semangat luar biasa untuk bisa sembuh. Aisya, saudari kembar Keisya juga menjadi sosok yang selalu berusaha menghadirkan keceriaan dan rasa optimis dalam hari-hari Keisya saat menjalani pengobatan dan terapi di rumah sakit.
Masa itu menjadi masa-masa terpuruk dalam kehidupan Keisya. Tapi kehadiran keluarga selalu bisa memberikan motivasi dan harapan baru bagi dirinya untuk selalu sabar dan tegar melalui masa-masa sulit itu. Keisya benar-benar merasakan kasih sayang dan cinta luar biasa dari keluarganya, terutama Ibu. Selama 22 hari, Ibu rela izin dari pekerjaannya di kantor. Selama 22 hari, Ibu rela jatah waktu tidurnya dikurangi. Selama 22 hari, Ibu-lah yang selalu ada di samping Keisya, selama 22 hari Ibu yang selalu memenuhi kebutuhan Keisya ketika dirawat di rumah sakit, selama 22 hari Ibu yang selalu menangis di setiap sholat malamnya, selama 22 hari Ibu-lah yang selalu berusaha membuat Keisya tersenyum. Ibu yang tak pernah lelah membisikkan kata-kata motivasi untuk Keisya, Ibu yang selalu menemani Keisya menikmati udara segar kala pagi dengan berjalan-jalan di sekitar rumah sakit, menyaksikan hiruk-pikuk jalan utama kota Solo, melihat pembangunan sebuah mall terbesar kota Solo….ya, selama 22 hari Keisya harus menjalani perawatan, terapi, dan pengobatan intens yang ditangani oleh dokter-dokter dan perawat yang ahli. Sampai akhirnya, Keisya sembuh!!!
Bulan Agusus 2003…setiap pekan Keisya harus rutin check up dan membeli obat. Dan inipun membutuhkan biaya yang tidak murah. Pertengahan Agustus 2003 dokter mengizinkan Keisya untuk kembali ke sekolah. Kebahagiaan luar biasa yang Keisya rasakan, bisa bertemu kembali dengan teman-teman, para guru, dan semua hal yang Keisya rindukan di SMA. Tetapi, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Bukan hal yang mudah mengejar ketinggalan pelajaran selama kurang lebih 1,5 bulan. Kemampuan otak Keisya belum maksimal. Akhirnya, Keisya ‘ambruk’ lagi. Dokter yang selama ini menangani Keisya akhirnya membuat keputusan Keisya cuti sekolah dulu selama satu tahun!!! Serasa petir menyambar di siang hari, Keisya benar-benar syok waktu itu. Menangis…ya Keisya menangis sejadi-jadinya. Di hadapan dokter, para perawat, bapak dan ibu. Ia sangat sedih…sedih sekali. Keisya tidak bisa membayangkan harus cuti sekolah selama satu tahun. Benar-benar Keisya merasa saat itu menjadi saat-saat paling rapuh dan terpuruk dalam hidupnya. Tapi sekali lagi, Ibu yang memeluk, ibu yang mencium, ibu yang menguatkan Keisya, Ibu yang menghapus air mata Keisya….Oh, Ibu…semoga Keisya bisa kuat dan tegar karena Allah SWT…”karena Allah SWT pasti punya hikmah dan pelajaran berharga di balik ini semua” dan itu yang selalu engkau ajarkan, Bu…

Al waqtu juz’un minal ilaj : “Waktu adalah sebagian dari proses penyembuhan”

Keisya mulai menjalani masa-masa ‘cuti’ nya di rumah, di istana KYDEN, istananya yang baru setengah jadi. Setiap hari, Keisya merasakan kesedihan yang teramat sangat saat menjalani masa-masa awal ‘cuti’ di rumah. Bagaimana tidak sedih, setiap hari ia menyaksikan saudari kembarnya, Aisya, memakai seragam putih abu-abunya dan berangkat ke sekolah dengan penuh semangat. Sedangkan ia??? Setiap hari di rumah, sibuk dengan pikirannya : ‘Kapan aku bisa kembali ke sekolah?”. Sampai akhirnya, tanggal 26 Oktober 2003, Bapak dan Ibu mendirikan sebuah warung kecil di depan rumah dan Keisya-lah yang harus mengelolanya. Setidaknya itu bisa menjadi hiburan tersendiri bagi Keisya. Setiap hari, setelah Keisya benar-benar bisa melakukan aktivitasnya sendiri, bapak dan ibu memulai aktivitasnya kembali seperti biasa, berangkat ke kantor, Mas Dhody bekerja di Solo dan Aisya menikmati masa-masa kelas 2 SMA. Iri, Keisya benar-benar iri sama saudari kembarnya waktu itu. Tapi rasa itu berangsur hilang karena Keisya mulai sibuk juga dengan aktivitasnya sehari-hari. Setiap hari ia menunggu warung kecilnya sambil membaca, menulis buku harian, membuat puisi, membuat es lilin aneka rasa, dan mendengarkan musik. Ia ditemani oleh tetangganya, salah seorang ‘murid’ Bapak di panti. Ya, orang yang sudah Keisya anggap sebagai kakak ini menderita gangguan pada pendengaran dan cara dia berbicara. Tapi, ia juga menjadi sosok motivator dalam hidup Keisya. Pada waktu luang, Keisya mengajari ia membaca, Keisya pun belajar main gitar. Seru…setidaknya Keisya bisa menikmati masa-masa keceriaan dalam hari-harinya. Sesekali ada beberapa sahabat SMA yang main ke rumah dan itu membuat Keisya terhibur dan semakin bahagia.
***
Detik merangkak menjadi menit, sang jam berlalu menggulung hari demi hari dan bulan demi bulan pun berganti…Tak terasa, sebentar lagi sudah memasuki tahun ajaran baru. Insya Allah, Keisya benar-benar sudah sembuh total. Keisya sudah bertekad tahun ajaran 2004/2005 Keisya kembali masuk sekolah. Pada suatu malam di sepertiga bagiannya, Keisya sempat mengalami kejadian luar biasa saat sholat tahajud. Benar-benar Allah SWT menunjukkan kebesaran-Nya dan pasca kejadian itu, Keisya semakin yakin dan mantab untuk kembali ke sekolah. Ibu-lah orang yang pertama kali bertanya : “Kenapa menangis, Dik?”. Keisya pernah ragu kala itu, apakah Keisya bisa menyesuaikan diri lagi di sekolah? Apakah mental Keisya siap untuk kembali menjadi murid kelas 2 SMA dan memiliki teman-teman yang dulu menjadi adik kelasnya sedangkan teman yang seangkatannya sekarang sudah menjadi kakak kelasnya? Dan lagi-lagi, Ibu-lah yang memeluk dan menghapus air mata Keisya. Ibu menenangkan dengan kata-kata bijaknya, ibu kembali menguatkan Keisya!!
Akhirnya, Keisya kembali ke sekolah. Respon dan sambutan yang luar biasa Keisya dapatkan dari semua teman-temannya yang sekarang sudah kelas 3 dan adik-adik kelasnya yang sekarang menjadi teman seangkatannya. Keisya pun menunjukkan prestasi gemilang di sekolahnya, selalu masuk peringkat 3 besar dan ini salah satu bukti kalau ia sudah benar-benar sembuh serta menjadi bukti rasa sayang dan cinta Allah SWT untuk dirinya begitu luar biasa!
“Ya Rabbi, Engkau takkan pernah memberikan keputusan-Mu yang nomor dua…keputusan-Mu pastilah selalu nomor satu dan itu pasti yang TERBAIK”. Ya Allah, izinkan Keisya memaknai semua ini. Setiap peristiwa pasti ada hikmahnya. Keisya pun menjalani hari-harinya di sekolah dengan penuh semangat. Ia seolah merasa ‘terlahir kembali’. Keisya menjadi gadis yang selalu tersenyum ceria, sosok yang selalu bersemangat, tegar, tidak mudah rapuh dan pantang mengeluh. Kalimat “Laa Yukalifullahu Nafsan Illa Wus’aha” senantiasa menjadi motivator terdahsyat dalam kesehariannya.
Tak terasa sudah 8 tahun silam, semua peristiwa itu menjadi sebuah [NO]stalgia [R]o[MA]ntic yang tak ingin dilupakan. Ketika mengenang peristiwa itu, mengingatkan Keisya akan perjuangan Ibu, Bapak, Mas Dhody, Aisya, dan semua orang yang telah berpengaruh dan membersamai Keisya pada masa-masa ‘terpuruk’ itu dan salah satu hikmahnya menjadikan Keisya semakin sayang dan cinta dengan keluarganya. Semangat BIRRUL WALIDAIN akan selalu ada dalam setiap hembusan nafasnya, dalam setiap detak jantungnya. Terutama untukmu, Ibu…
Melukiskan keindahan seorang ibu butuh kekuatan ekstra untuk menyadarkan kembali arti kehadirannya untuk diri kita. Terkadang kita sadar, banyak hal yang terjadi, banyak khilaf yang telah berlalu, begitu banyak arti, banyak makna dan mengalir begitu saja. Tanpa kita sadar, sudah banyak hal indah yang telah terlewati bersamanya, dan kita pun melupakan begitu saja. Sadar ataupun tidak, terkadang yang ada hanya harapan, tuntutan dan bahkan menyalahkan. Nauu`dzubillah…
Just for my mom…
Sebuah rangkaian kalimat sarat makna, menghadirkan berjuta inspirasi, menyuguhkan penggalan pertanyaan yang kita sendirilah yang mampu menjawabnya! ”Mau nggak dapat ‘door prize’ tanpa diundi dan surprise full prestise? Penghargaan besar, peluang yang jarang, investasi hakiki. Segera, rebut dan dapatkan kelas surga sebaik-baiknya! Beramal bakti sepanjang hari kepada kedua orangtua. Raih hidup penuh berkah. Anugerah di atas anugerah. Tak perlu gelisah. Pintu surga itu ada di rumah. Buku yang menggugah jiwa kepahlawanan, menggali energi kesuksesan, menemukan motivasi dan inspirasi dahsyat meraih sukses dan bahagia dunia akhirat. Bukalah pintu tobat kala dosa menggelisahkanmu. Bukalah jendela rahmat untuk mengantar suksesmu. Nikmati belaian ventilasi nan wangi kala berbagai problem menghampiri. Temukan relung-relung kebahagiaan dengan berbakti kepada kedua orangtua, khususnya kepada ibu. Ibu yang sangat berjasa kepadamu. “The Great Power of Mother, inspirasi dahsyat dunia akhirat.” [Solikhin Abu Izzudin]

Allah swt pun telah berfirman dalam ayat-ayat CINTA-Nya…
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang Ibu Bapaknya; Ibunya telah mengandung dalam keadaan LEMAH yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kedua Ibu Bapakmu, hanya kepada-Ku-lah tempat kembalimu”.
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mensekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia ini dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku-lah kembalimu maka Ku-berikan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.
(Q.S. Luqman [31]:14-15).
Betapa dahsyatnya ayat tersebut menjelaskan posisi orang tua. Bahkan, ketika mereka memaksa kita untuk mensekutukan-Nya, meski kita diperintahkan oleh Allah untuk menolaknya, tapi kita tetap harus mempergauli/ memperlakukan mereka dengan baik di dunia. Bahkan, amalan kepada orang tua merupakan salah satu amalan yang paling utama selain sholat tepat pada waktunya dan Jihad fisabilillah.
Sekarang Keisya masih mendapati Ibu menanti kedatangannya, kepulangannya di rumah. Keisya masih mendapatkan kasih sayang Ibu setiap saat…Untuk itu saudaraku, jika Ibu-mu masih ada, belum terlambat jika mulai saat ini kita mencoba untuk menghargai jerih payahnya..untuk memberikan yang TERBAIK bagi Ibu. Menunjukkan PRESTASI dan KESUKSESAN kita, untuk ditukar dengan senyum BANGGA dan BAHAGIA dari Ibu…! Pun jika beliau sudah kembali ke Sang Pemilik Kehidupan dan Kematian, tetap jadilah anak yang sholih dan sholihah agar Ibu senantiasa tersenyum bahagia di syurga-Nya.

"Ya Allah, cintai Ibuku, beri aku kesempatan untuk bisa membahagiakan Ibu dan jika saatnya nanti Ibu Kau panggil, panggillah dalam keadaan khusnul khatimah. Ampunilah segala dosa-dosanya dan sayangilah ia, sebagaimana ia menyayangi aku selagi aku kecil "
"Titip Ibuku ya Allah"

[Based on true story, by : Keisya Avicenna]

Keisya Avicenna adalah nama pena dari Norma Ambarwati, S.Si. Terlahir kembar pada tanggal 2 Februari 1987. Saat ini ia berprofesi sebagai pengajar SD di Ganesha Operation Solo dan penulis freelance. Menguatkan azzamnya untuk menjadi seorang penulis dengan bergabung di Forum Lingkar Pena (FLP) Solo Raya angkatan ke-7. Senang membaca, menulis,menggambar, membuat puisi, mengisi training, koleksi buku, berpetualang, melihat bintang, berkontemplasi, dan melakukan hal-hal yang menantang serta full inspirasi. Penulis yang berdomisili di Banaran Rt 02/X Wonoboyo Wonogiri ini bisa dihubungi di keisya_avicenna@yahoo.com, webblog : http://nungma.blogspot.com

Link postingan Ke FB :
http://www.facebook.com/note.php?created&¬e_id=10150095001855660#!/note.php?note_id=10150095001855660¬if_t=like&fbb=r9ce69696&refid=0

KETIKA AKU MERASA FUTUR, SEMANGAT MELEMAH… KISAH INI YANG KEMBALI MELECUTKAN SEMANGATKU!!!
Semoga “senyuman” senantiasa menghias di wajah ini… ^^v. Love u, all…

Friday, July 01, 2011

PR Pak Langit (tentang aku dan “Rahasia Langit”…^^v)

Friday, July 01, 2011 0 Comments

N: “Sedari kemarin aku amati, kenapa roman mukamu mendung sekali, kawan?

A: “Aku rindu cinta pertamaku.”

N: “Hah…aku gak salah dengar, nih? Cowok dingin, cuek abiz, introvert kayak kamu juga bisa ngrasain jatuh cinta?”

A: “Aku juga manusia biasa, bro! Tapi ini bukan masalah jatuh cinta yang bisa bikin hati patah bahkan hancur berkeping-keping. Akhir-akhir ini ada yang begitu bergemuruh dalam dadaku. Aku merindukan rasa rindu ini. Kerinduan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Kerinduanku pada sosok berhati malaikat yang menjelma manusia yang belum pernah aku temui sampai detik ini.”

N: “Aaargh, gak biasanya kamu jadi melankolis kayak gini, kawan!”

A: “Hm…aku serius nih! Aku rindu tatapan mata yang teduh, sebening embun pagi yang menyejukkan. Aku iri padamu, bro! Kamu masih bisa merasakan belaian lembut dan kasih sayang seorang Ibu. Aku selalu iri saat menatap anak-anak kecil yang digandeng tangannya oleh Ibu-Ibu mereka dan saling tertawa penuh keceriaan. Kebahagiaan mereka begitu lengkap sedangkan aku tak pernah sekalipun mengecap manisnya cinta dari sosok manusia luar biasa bernama Ibu. Aku tak pernah mengenal sosoknya sejak tangis pertamaku memecah keheningan malam itu.”

N: “Ooo…, Ibu. Ah, kamu jadi ngingetin aku dengan kejadian tadi pagi di rumah. Karena kurang nafsu makan atau lebih tepatnya lagi kurang mood, aku gak ngabisin sarapanku. Padahal aku pun tahu, sehabis Subuh tadi Ibu sudah menyiapkan sarapan untuk kami sekeluarga. Sekilas aku sempat menangkap raut kecewa dari wajahnya meskipun beliau berhasil menutupi kekecewaan itu dengan senyuman. Sebuah senyum paling melegakan sepanjang hidupku.”

A: “Bro, kita mungkin dilahirkan dari rahim seorang perempuan biasa. Tapi dialah perempuan yang telah rela menggadaikan jiwanya demi memperjuangkan hidup sang buah hati yang dikandungnya. Ibu adalah anugerah terindah dari Allah Swt untuk kita. Meski aku harus menelan kesedihanku dalam-dalam karena Allah Swt jauh lebih sayang sama Ibu sebelum sempat aku merasakan dekapan hangatnya.”

N: “Kata-katamu sungguh menyadarkanku, kawan. Aku sekarang benar-benar ngrasa bersalah. Aku gak bisa menghargai hasil kerja keras Ibu meski dalam hal kecil dan sederhana sekalipun. Oh Ibu, maafkan anakmu ini!”

A: “Ah, rasanya kita semua pernah mengalami jatuh cinta. Dan cinta pertama itu terhatur pada seseorang yang selalu berada di samping kita dalam suka maupun duka, tempat curahan hati dan segala keluh kesah. Bersyukurlah karena kesempatan itu masih ada buatmy. Dan Ibu-lah cinta pertamaku. Meskipun aku tak pernah menatap senyumannya tapi aku selalu yakin cintaku selalu berbalas tanpa aku harus meminta. Ibu sudah bahagia di surga-Nya.”

N: “Iya, kawan. Ingin rasanya sekarang menghambur ke pelukan Ibu dan mengucap terima kasih sebanyak yang aku bisa. Ternyata kerinduanmu menjadi pencerahan hatiku hari ini.”

A: “Bro, sebentar lagi aku akan menikah. Aku berharap, pilihan calon pendamping hidupku adalah pilihan yang tepat. Semoga ia menjelma selayaknya Ibu yang mampu menjadi pelabuhan cinta bagi anak-anaknya. Doakan aku, ya!”

***

Ckikikik…Nungma tuh paling “low-bat” kalau disuruh bikin dialog. Bikin cerpen aja belum ada satupun yang sampai tamat (masih nggantung di tali jemuran semuaaa)…mohon dimaklumi, yah! Tapi Nung akan belajar dengan sungguh-sungguh! Ya, sungguh-sungguh!!! Kita semua sedang berproses. Dari tidak bisa menjadi bisa. Dan bagi yang sudah bisa semoga bisa sampai ke level “ahli”. ‘n Nung diajarin pluz dibagi ilmunya yak...

Nung yakin, hasil kerja keras kita hari ini pasti akan menuai “hal terindah” suatu saat ini.

SEMANGAAAAATTTT!!!

MENULIS ITU INDAH… MENULIS ITU IBADAH!!! ^^v

“Menulis adalah menjadikan setiap aksara bermetamorfosa sebagai dzarrah kebaikan”

[Keisya Avicenna]

Thursday, June 30, 2011

[DAYERI GRENDUL_BUKAN DAYERI BIASA]: “NOSTALGI(L)A ROMANTIK”

Thursday, June 30, 2011 0 Comments

by Norma Keisya Avicenna on Thursday, June 30, 2011 at 11:03am
Your changes have been saved.

Der dayeri...

Saat mentari mulai beringsut untuk beredar menjalankan tugasnya hari ini. Ia pun kembali berharap para makhluk hidup yang berdomisili di bumi pada khususnya dan di alam semesta ini pada umumnya tak lupa untuk menghargai kinerjanya dan tentu saja mensyukuri karena masih bisa bertemu pagi.

Dan kisah ini pun bermula…

Hari setelah Ahad, bulan Juni hari ke-27 (setting ‘n latar waktunya ujug-ujug siangan mpe sore aja yua…)

Singkat cerita, ada telp di no.XL gue (hm, ijinkan dalam note ini penulis menggunakan kata ganti orang pertama “gue”. Hehe. Minta izin dulu, yak!). Dengan mata masih kriyap-kriyip (coz pas jadwal bobo siang gue nih!), gue jawab si penelpun gelap itu (karena di HP XL gue yang muncul number duang!). Ealah, ternyata terdengar sayup-sayup suara ponakan gue yang chubby kayak bakpao ituh (Ayu’). Doi mengabarkan kalau Diah Cmut lagi di depan SMP 7 ‘n mau ketemu Mbak Amrih. Gue disuruh mbales SMS-nya si Cmut. Siang ini kita bertiga memang ada rencana buat arisan. Ngik! Ngumpul-ngumpul lah ‘n mau ke rumah kreatipnya Mas Alib Isa ‘n si kartun Nunu. Bergegas cuci muka ‘n cari N5310 gue. Yupz, ada 2 messages. Satunya dari Cmut. Iyaa, honey…”jemput gue yuaaa”. Detik berikutnya gue dah nangkring dengan sukses di MIO itemnya yang dah sembuh dari masuk angin. So, dah gak nge-rudal gitu. Ngeeeeeng…

Sampailah kite berdua di rumah Ayu’. Langsung ke markasnya. Si doi lagi lihat pelem 3 IDIOTS. Hmm… langsung deh kita bertiga pada heboh dengan aktivitas masing-masing. Cemut ‘n Ayu’ pada sibuk baca sambil selonjoran. Gue pinjem si kokomnya Ayu’ buat ngerjain tugas pra diklat. Hihi. Tadi gue bawa tas yang isinya buku KODING Ganesha Operation. Hihihi…milihin materi (yang tadi gue dapet dari internet) yang bisa gue masukin di “Pengembangan Materi”. Sambil ngobrol-ngobrol tentunya. Tapi gak ngegosip lho. Sumpeh deh! Insya Allah, pembahasan kita full manfaat dah… Kedamaian itu sedikit terusik saat sekjend FLP Solo Raya (Mas El) telpun (yang sebenere mau ditelp si Cmut tapi malah dipateni. Wkwkwk). Nanya macem-macem ‘n ada pembahasan sedikit tentang FLP. Haha… Mas, dua pasien rawat jalan elo lagi sama gue nih!!!

Adzan Ashar berkumandang, kita bertiga sholat jama’ah, then bersiap ngabuburit asyik ke STUDIO VECTO VERSUS! Uhuy…Abububu… Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang tapi Alhamdulillah gak pake acara nyasar. Eh, sempet kebablasen dikit lah, tapi yunohu ups, salah…yunomesowellah! Nyampai juga di depan studio yang tutupan. Sekilas tadi gue sempat menangkap sosok Mas Alib sedang di warung. Gue tebak pasti beli teh botol (hah, tamune GR bgt!). Ternyata bener to? Gak pake nunggu lama, Mas Alib datang dengan menjinjing 4 biji teh botol.

Masuk dah kita ke rumah kreatifnya yang bisa dibilang jauh lebih rapi dari kondisi saat kunjungan perdana. Bar dipiketi yo, Mas? Hm, apa yang terjadi berikutnya? Heboh banget dah! Habis ni huruf jikalau harus dituliskan…yang jelas aktivitas kite-kite mulai dari baca komik sampai berinisiatif inventaris buku-buku bakal calon anggota Rumah Baca Pelangi. Teh botol jatah gue pun disruput sama Ayu’…wkwkwk

Saat senja menjelang, gak dinyana-nyana Mr. Remphong datang! Setelah usai membahas hubungan kekerabatan antara SMASH dan SO NICE, akhir-akhir ini tu makhluk demen SMS ke orang-orang yang bunyinya: “Rajin shalat. Sayang mama. Pengertian sama akuh.” Hah, dung-dung stadium lanjut usia dah… Alhasil, kedatangan satu makhluk ini semakin membuat suasana semakin “uwuh”. Tercetus pula nama “trio legging”. Hah, paraaaaaaaaaah!!! Mas Alib dan Nunu pun tenggelam dalam dunianya masing-masing tapi masih dalam dunia yang sama bukan “lain dunia” atau “dunia lain”. Hiiiiiyy…

Adzan Maghrib pun berkumandang, Alhamdulillah…saatnya buka puasa (gue ‘ngembat’ satu aqua gelas di studio.hihi). Saatnya berpisah…

Ending: Ayu’ tersesat gara-gara Kang Sofa; gue makan tim-tam saat mbonceng Cemut ‘n kita berdua hampir nyasar ; )

********

Hari setelah Senin, Juni hari ke-28

Hari ini keren banget deh buat gue. Dari pagi uthuk-uthuk gue dah menyibukkan diri di atas meja lipat (bukan gue dudukin, tapi dipake buat nulis. Yaiyalah…). Meja lipat dengan cover Naruto dah penuh dengan piranti buat nulis ‘n beberapa lembar kertas. Doralepito juga dah nyala. Gue letakin di deket meja. Yupz, target hari ini finishing tugas pra diklat! Huaah, buanyak banget dan harus gue tulis ala konvensional. Alias pake jari-jemari. Dua materi bisa selesai dalam waktu kurang lebih satu jam. Ada 10 materi lagi yang harus gue selesein hari ini. Akhirnya gue bikin coret-coretan di kertas. Time scheduling:

07.00 – 08.00: Materi 4-5

08.00 – 09.00: Materi 6-7

09.00 – 09.30: Pending rehat dan sholat

09.30 – 10.30: Materi 8-9

10.30 – 11. 30: Materi 10-11

11.30 – 12.00: Rehat makan siang dan sholat

12.00 – 13.00: Materi 12-13

13.00 – 13.30: Checking akhir semua tugas!

Huaah, Alhamdulillah dengan time scheduling seperti ituh gue bisa lebih semangat dan DISIPLIN untuk FOKUS nylesein. Akhirnya, selesai juga deh tu tugas yang banyaknye segambreng…lega bukan buatan! Sesuai rencana, ba’da Ashar gue ngumpulin tu tugas ke kantor Ganesha Operation. Eh, malah ketemu sahabat SMA yang dulu sempat di GO Tangerang ‘n sekarang lagi ngurus mutasi mau pindah ke GO Solo Raya.

***

Sore ini gue gak jadi ngendon di rumah Ayu’ karena tu anak mendadak dangdut eh mendadak meriang belerang ops meriang belina gituh. Padahal rencana gue, ntar biz Maghrib mau minta doi buat nemenin gue njagong ke Graha Sabha Buana. Ada dua rekan pengajar GO yang walimatul urs malam ini (kakak beradik, jadi dibarengke…*hm, dapat inspirasi). Yaaah, ponakaaaan… kalo gak sama elu, Tante Cenung njagong sama siapaaah? Kan Om Cenung masih “disamarkan”. Ngik!

Singkat cerita, gue akhirnya ditemenin adik kost yang paling seneng diajak ke walimahan. Alhamdulillah, deh… bener-bener banyak inspirasi malam inih…^^v (nyengirandmesammesempluzbanyakdoa).

Hari ini gue tutup dengan menuliskan puisi “KUTEMUKAN TULUS” (yang tadi senja sempet gue upload di note pesbuk), gue salin di buku harian gue… Hari yang bikin gue banyak tersenyum. Terima kasih, buat semua tokoh yang dah berperan!

********

Hari setelah Selasa, Juni hari ke-29

Gue mereka-reka rencana hari ini. Mulai sibuk nata buku, ‘n kembali dirapiin berdasarkan kategori. Ada 4 kardus yang sudah ada labelnya di bagian tutupe. Sengaja koleksi buku itu gue taruh di kardus, buat jaga-jaga kalo harus pindahan dalam waktu yang gak gue duga. “MOTIVASI dan INSPIRASI”; “NIKAH dan PARENTING”; “DAKWAH/ ISLAMI”; “NOVEL/ BUKU FIKSI”. Masih ada satu kardus lagi dink buat naruh majalah-majalah ‘n bacaan yang tidak masuk dalam 4 kategori itu. Hm, di rak kayu gue taruh buku-buku yang harus dibaca dalam waktu dekat ‘n sebaris buku catatan harian gue sejak SMA. Sapa yang mau nambah koleksi buku gue??? Dengan senang hati pasti gue terima ‘n gue doain moga kelak masuk surga. Aamiin…

Setelah kelar ngerjain kerjaan rumah tangga kayak nyapu, nyuci, sakwadyabalane, gue pun meluncur ke warnet terdekat. Ngenet paketan dua jam! Sempet dapat SMS dari sahabat gue yang menanyakan agenda reuni SMA ntar sore. Sipp, ba’da Dhuhur gue agendakan buat mudik. Ntar sore ngumpul-ngumpul BAJAJ COMMUNITY! Lucu ya, nama julukan kelas gue. Secaraaa, icon kelas gue namanya Ali Badjuri. What??? Yupz, tu orang mirip banget dengan pemeran utama sinetron Bajaj Badjuri. Ckikik…

Tepat pukul 13.00, dengan tas hitam backpacker yang selalu nemenin gue mbolang akhirnya gue siap juga buat mudik. Berbekal Doralepito, 2 buku bacaan (salah satunya “Diary Dodol ABG Ngocol”-nya Fahdin Ardhain milik Ayu’), mushaf tercinta gue, camilan, dompet, buku catatan harian, buku “Creative Writhink”, dll). Dah mirip kayak kura-kura ninja deh…pating mbendayut. Hihi. Naik angkun 03 (angkot kuning no.03 yang biasa lewat belakang UNS), turun di Timlo Solo, langsung dapat bis Aneka Jaya. Mantabz dah… Gue celingukan cari tempat duduk yang kosong. Lumayan padat penumpang sich. Pyuuh…dapat juga. Bangku no.3 dari belakang, sebelah gue dah ada mbak-mbak yang lagi asyik nelpun. Setelah pewe, gue keluarin buku DDABGN. Mulai menikmati lembar demi lembar, melahap tiap aksara yang membuat gue sesekali harus ngikik (ketawanya miniii banget). Asli, ketawa gue ngirit. Nih buku bikin senewen, ngefek bikin gue senyam-senyum sendiri saat mbaca. Hihi…

Sedikit terusik dengan penumpang yang naik-turun, pluz kondektur yang nagih uang transport (ini mah bukan nagih, dah jadi kewajiban doi lah!). Tapi satu peristiwa paling dodol pas gue asyik baca tu buku, tiba-tiba “mak nyuk”. Kepala gue ditangkap sebuah tangan. Gue ndongak 45 derajat. Ada mbokdhe-mbokdhe yang berhasil mendaratkan tangannya ke kepala gue. Detik berikutnya, tu mbokdhe nyengir sambil bilang: “Nyuwun ngapunten, nggih Bu…” Hah, mbokdheeeeeeeeee…gue belom jadi emak-emak yuaaa!!! “Tak kiro kursi…”, kata-kata lanjutan yang sempet nyasar di telinga gue. Hah, apaaah?

Kembali cuek dengan kondisi sekitar, ngikik lagi deh… Sesekali sempat juga merekam beberapa peristiwa yang terjadi di dalam bus itu. Sekarang gue mau cerita tentang pengamen yua. Pasca gue duduk, ada dua pengamen yang masuk dengan kostum item-item ‘n terkesan bulux-lah. Lagunya pun tak bisa gue mengerti. Hihi… ada kejadian di mana penumpang di kursi sebelah kanan gue menjatuhkan beberapa receh dan dia gak mau ngambil receh yang berjatuhan itu. Akhirnya, tu bapak nyuruh pengamen itu “menjumputinya” sendiri. Ah, tragis!

Pengamen berikutnya, sosok pemuda berkaos ungu. Cukup rapi dan suaranya bagus, nyanyi lagu nostalgia (“Sepanjang kita masih terus bersama…”). Setiap kali dikasih recehan sama para penumpang, kata “terima kasih” selalu meluncur dari bibirnya. Pengamen ketiga, seorang bocah kecil yang dulu gue pertama kali liat si doi masih ingusan. Dan biasane doi ngamen bareng “keluarganya” (ada ibuknya, kakak-kakaknya, ‘n adik bayinya). Tapi gue lihat siang ini, si doi dah beranjak ABG. Ada ekor kecil di rambutnya. Tapi gak mirip Dhaca Suli. Gaul gitu loh! Tu bocah bagiin amplop yang sudah ditulisi. Kelar mbagiin, doi nyanyi. Dulu suara yang gue denger masih khas anak-anak, sekarang dah lebih meremaja. Nge-bass gituh! Duh, bener-bener miris hati gue. Apa dia gak sekolah yha? Dari kecil mpe ABG jadi pengamen terus???

Gak terasa, sampai deh di Agraria Wonogiri. DDABGN-nya gue masukin tas. Menikmati senandung yang dibawakan sekelompok pengamen yang biasa mangkal di Agraria. Pas gue ngasih recehan, tu pengamen bilang: “Makasih, mbak cantik. Semoga sukses!” (Aamiiin. Hah, dodol banget dah! Pengin nimpuk!!!). Banyak pedagang asongan yang hilir mudik, ada yang menjajakan koran, bakpia 2000-an, buah strawberry, minuman dingin, dll. Gue sempat disapa sama mas-mas yang jualan strawberry. Kok gue bisa kenal? Yaiyalah, dulu tu mas-mas sempet berprofesi jadi loper koran langganan gue. Ngik!

Sampai di “Mawar”, Babe dah nongkrong di atas Vega Merah-nya Mas Dhody Dodoy Cobain, menyambut gue dengan senyuman khasnya. Tengkyu, Be! Ba’da Ashar siap-siap reunian 3 IPA 4 sore ini. Dijemput temen sebangku gue dulu, Nova. Pas sampai di deket lapangan basket SMA, kok belum pada ngumpul yua? Yadah, gue nostagila dulu sama Nova. Mengenang romansa putih abu-abu! Akhirnya, 8 orang yang ngumpul. Dita “Putri Duta Wisata Wonogiri 2010” yang sekarang masih nglanjutin S2 di UNDIP; Vian (ketua rombongan makan gratis sore ini. Ni orang yang bakal nraktir kita-kita, merayakan lulusannya dari IPB); Ali Badjuri (kok elo kurusan sih, bro?); Sinta dan Wawan (bukan Sinta dan Jojo. Hehe. Pasangan “inbreeding” kelas kita); ada bu bidan Fitri; Nova (bu guru Matematika yang dulu selalu panas dingin pas pelajaran Matematika. Hehe); ‘n Nungma duonk! ^^v

Makan-makan di warung bakso Pak Manto deket Lapangan Pringgodani. Seru banget deh!!! Crita banyak hal, termasuk siapa aja temen-temen sekelas yang dah pada nikah. Ngabsen satu persatu. Denik, Siti, Puji, Pipit, Lilis, dan Ima. Siapakah urutan ke-7??? Wallahu’alam… Ngumpul-ngumpul gini jadi bikin gue inget hal-hal seru pas SMA. Gue dulu dapat amanah jadi bendahara kelas. Gue yang biasanya terkenal kalem dan ramah (hahaha), mendadak berubah “sangar dan bengis” saat nagih uang iuran kelas ‘n bayaran buku atau LKS. Tuntutan peran, guys! Wkwkwk.

Ada cerita seru lagi antara gue, Nova, Sinta dan Fitri. Kita berempat kan bangkune depan-belakang. Waktu pelajaran Matematika dengan guru yang cukup terkenal “killer” (tapi gak juga kok!), gue selalu nebak siapa di antara kita ber-4 yang nanti bakal dapat “spidol ajaib” buat maju ngerjain soal di depan kelas. Hahaha, dan ntah dapat pangsit eh wangsit dari mana, tebakan gue selalu bener. Kalau gue nebak yang bakal maju Nova, tu anak langsung panas-dingin. Gembrobyoz! Hihihi. Bikin ngikikgulingguling, dah! Nova ma Dita seolah berkebalikan dengan fakta sekarang. Nova yang demen banget Bahasa Inggris dan Biologi dan selalu gembrobyoz saat pelajaran Matematika malah ketrima kuliah di jurusan Pendidikan Matematika. Sedangkan sahabat gue, Dita yang getol banget sama angka-angka sampai muka imutnya dah kayak rumus Phytagoras malah ketrima di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) yang otomatis ada beberapa mata kuliah yang ada hubungane sama Biologi, padahal ni anak agak ilfil sama Biologi. Sampai-sampai pas awal semester dulu Dita sempat pingsan di kampus gara-gara syok ‘n melabeli fakultasnya dengan sebutan “Fakultas Kehilangan Mathematic” (FKM). Aya-aya’ wae!

Ada satu moment lagi yang gak bakal gue lupain sepanjang hayat masih di kandung badan. Waktu itu pengumuman kelulusan, semua anak 3 IPA 4 dah duduk manis di kelas. Ibu Wali Kelas gue cantik banget. Beliau demen banget bilang “apa itu” pas lagi ngajar. Dan kita-kita iseng gitu ngetung. ‘n kadang dicocokin berapa jumlahnya pas jam pelajarannya dah usai. Hahaha. Konyol banget dah! Ibu Wali Kelas gue itu pun mulai mengalirkan kalimat-kalimat motivasinya dan kegembiraan yang meluap-luap karena angkatan ini lulus 100%. Pluz dapat bonus juga, dari semua kelas 3 ada 4 siswa yang mendapatkan nilai sempurna alias 10 untuk mata pelajaran Bahasa Inggris. Dan salah satunya adalah siswa kelas 3 IPA 4. Hm, siapakah? Aku langsung bilang ke Nova, “Pasti elu, Nov! Elu kan jago Inggris ‘n demen cicitcuit pake bahasa bule ituh”. Si doi cuma nyengir ‘n sempet nyangkal karna ngrasa dulu jawabane ada yang salah. Sampai akhirnya, Ibu Wali Kelas bilang, “Selamat ya, Norma. Nilai Bahasa Inggrismu dapat 10!”. Diiringi tepukan riuh temen-temen satu kelas. Huaaaaaaaaaa…gue gak mimpi kan??? Plaaak! Gubraaakz… (nyengir deh…Alhamdulillah!). Dan masih banyak lagi romansa putih abu-abu yang lain…^^v

Ending [NO]stalgia [R]o[MA]ntic sore ini adalah foto-foto bertema: “PENINGKATAN” di depan lapangan Pringgodani. Banyak anak-anak dan para orang tua di wilayah itu. Kita ber-8 cuek-cuek ajah poto-poto. Seru banget dech!!!

“Pertemuan kita kali ini...bukan sekadar kawan lama tak jumpa. Tapi kita bertemu ada satu makna…kita punya satu perjuangan…”

Miz u all… Sampai ketemu lagi di reunian selanjutnya semoga lebih banyak yang bisa ikut, dah bawa suami/istri dan anak masing-masing. Aamiin…

Sahabat adalah bagai teman berlekat satu sisi, menemani mimpi saat bulan tersenyum meraih paruh burung pungguk, merindukan kesepian lari dari bayangan malam…

Sobatku, aku slalu ingin melihat kalian tersenyum…

Janganlah air mata membasuh keindahan yang telah terlukis di layar jiwa

Marilah melangkah untuk harapan sahabat kita yang lain,

Berada untuk menemani saat kerapuhannya.

Dekatkanlah hatimu dalam kegundahan sobat-sobat kita

Hapuskanlah segala kehitaman

Tiupkanlah lirih kata-kata tersirat penghibur luka

Bantulah ia berharap sebagai akhir dari ucapmu…

[Keisya Avicenna, kubiarkan aksara ini mengabadikan kisah terbaik dalam perjalanan hidupku…kisah seru tiga hari 27-29 Juni 2011]

NB:

  • DAYERI GRENDUL tuh masih satu marga sama DIARY DODOL. Sama-sama satu marga per-jenang-an. Ocre??? (meksodikit). Bikin GeeeRrrr mpe kepala guNDUL. ^^v
  • Suer, jenang grendul tu spesies jenang yang paling gue suka!!!

(jujur, capek pek bahasa gue-elo. yadah, gue-elo-END!!!)

Wednesday, June 29, 2011

KUTEMUKAN TULUS...

Wednesday, June 29, 2011 0 Comments
by Norma Keisya Avicenna on Tuesday, June 28, 2011 at 5:29pm

"Sebab keyakinan pada-Nya menumbuhkan rasa cinta dan kesetiaan..."

Kembali ku merajut impian
Mereka-reka dengan sesuatu yg sempurna
Aku tahu, kau hampir menemukan kebahagiaan itu
Meski akhirnya aku pun tahu, kau menelan kesedihan hatimu dalam-dalam...
Karna kadang kala kebahagiaan tak berumur panjang.

Saat bola merah raksasa itu sudah condong
Bumi pun mulai temaram
Ada semburat merah membekas di langit barat
Serasa ingin menghidupkan kenangan manis yg dulu pernah singgah
Walaupun akhirnya aku pun tahu kau harus terjebak dalam pusaran kesedihan
Dan (mungkin) juga kau pun tahu, aku tersenyum tapi hatiku menangis...

Sungguh, doa itu didengar Tuhan...
Tapi Dia berhak mengabulkan dalam berbagai bentuk
Bisa dalam bentuk yg kita minta
Bisa ditunda...
Atau diganti yg lebih tepat dan terbaik buat kita

Kembali kutemukan tulus dalam tatapan matamu...
Bersamaan dengan getar hatiku yang meneriakkan kerinduan

Setulus jiwaku masih setia mengurai makna
Pada pijakan bait-bait cinta menuju pangkuan ridho-Nya!

Tetaplah tersenyum...

Monday, June 27, 2011

JINGGA DI BATAS CAKRAWALA

Monday, June 27, 2011 0 Comments
:blush:

by Norma Keisya Avicenna on Friday, June 24, 2011 at 4:57pm

Senja kembali mendatangiku dengan sapaan penuh cinta. Sapaan terbaik yg baru kali ini jiwaku mampu merasakan kehangatannya. Sapuan terindah yg bertiup bersama angin senja. Saat jingga kembali merona di batas cakrawala. Mengiringi kepak camar yg berarak kembali ke sarangnya. Dalam sayup-sayup ruang rindu yg bersenandung syahdu di dalam kalbu. Meluruhkan segala gundah yg mendera jiwa. Kembali kucoba mengeja aksara demi aksara, mereka-reka sebuah nama. Tapi rangkaian aksaraku itu kembali dibutakan karna aku tak kuasa memilih serta memilah konsonan dan vokal mana yg harus kurangkai. Semuanya masih tampak samar. Seiring sinaran mentari yg merayap dan membias di ufuk barat. Hari ini aku kembali belajar bahwa langit memang menyimpan misteri, seperti halnya hidup. Maka, bersama keremangan senja, aku biarkan nama itu diejakan oleh Yang Maha Kuasa hingga kelak tiba masanya, masa yg TEPAT dan TERBAIK...nama itu kan mengendap, menetap, dan terukir jelas serta terngiang indah dalam istikharah cintaku. Bersinergi dalam kemaslahatan, berpadu asa dalam janji...

[Keisya Avicenna, 24 Juni 2011@Istana KYDEN. Note ke-445]

SUNYI YANG KUMILIKI...SENDIRI

Monday, June 27, 2011 0 Comments
by Norma Keisya Avicenna on Thursday, June 23, 2011 at 6:36pm

1. RUANG RENUNG
"Jika kamu ternyata tak kuasa memiliki hatinya, bersabarlah! Bahkan jika kamu pun tak sanggup mengukir namamu di hatinya, tenanglah! Istighfari semua kesalahan! Segala yg menurutmu baik belum tentu baik pula menurut-Nya. Biarlah Sang Pemilik Hati menentukan sendiri hatimu harus dimiliki siapa dan dialah yg nanti berhak menjaga hatimu, jangan sampai tergores bahkan tersayat luka. Maka tersenyumlah! Dan biarkan hatimu tetap bersih..."


2. "MENGAPA HARUS HITAM?" tanya CINTA
"Cinta selalu mendatangkan hal terbaik dalam hidup. Jikalau warnanya harus berubah menjadi hitam, tak mengapa. Karena sesungguhnya ia terwarnai begitu bukan tanpa makna. Jikalau harus hitam, pasti ada yang harus diperjuangkan. Bagaimana cara hitam agar menjadi putih? Itu yg pernah cinta tanyakan. Semua bermula dari jiwa. Jika kau percaya bahwa setiap yg kotor -jika kau mengartikan hitam itu kotor- itu berproses dalam belajar, begitu pula dengan hati-hati kita. Bukan dalam sekejap mata bisa berubah menjadi putih. Tapi semua itu butuh PROSES dan tentu saja, PROSES MENSYARATKAN WAKTU...
Maka hatiku, hatimu, hati kita... BERHATI-HATILAH!"

[Keisya Avicenna, ditulis dalam ruangan bersuhu 16 derajat Celcius di ruang ITB GO Bhayangkara ^^. Kubiarkan semuanya "mengalir"...]

Thursday, June 23, 2011

FILOGENIK: ANTARA AKU, SM*SH, dan SOSIS SO NICE ^^v

Thursday, June 23, 2011 0 Comments
Rabu, 22 Juni 2011
Pagi yang lebih istimewa karena cuaca tidak sedingin biasanya. Kemarin-kemarin bener-bener mati-matian menjaga mata agar tetep melek pasca Subuh. Pyuuuh… Biasanya aku langsung nyalaian doralepito atau ngambil salah satu koleksi buku di rak. Yang penting beraktivitas biar otak penuh oksigen jadinya gak ngantuk lagi. Hehe. Pagi ini aku menuntaskan 2 buku yang kemarin sempat beli di Bazar Gramedia sama Ayu’-ponakanku tercinta-. Aku merampungkan membaca “Catatan Pernikahan”-nya Mbak Helvy Tiana Rosa disambung dengan buku pengalaman “24 jam Sebelum Menikah” yang ditulis oleh para penulis seperti Kang Taufan E. Prast (ketua FLP Jakarta sekarang. Hehe…); Alm. Mbak Nurul F.Huda, Mas Koko Nata (FLP Depok), dll. Whatz? Hihi…dua buku tentang pengalaman pernikahan semua. Gakpapa ,belajar dari pengalaman orang lain semoga semakin menguatkan azzam dan memperkaya diri. Karena menikah itu tidak sekadar ingin, ya to? Eitz, sudah ah kok jadi mbahas itu? (mendadak merah padam eh merah marun…eh merah bata…eh merah merona maksudnya) ^^v

Sesuai kesepakatan kemarin, pagi ini jam 9 Diah Cmut akan menjemputku dan kita akan mbolang bersama. Pas dia datang, kita rapat dulu, mbahas jalur yang harus kita lalui untuk sampai di studio Vecto Versus-nya Mas Alib Isa. Nggelar peta Solo di jok motor. Asli, Nung jadi inget waktu mbolang Semarang-Demak bareng Sulis. Nggelar peta sampai 3x di pinggir jalan raya sampai diliatin orang-orang. Huaaa, jadi kangen mbolang nih! Kangen mbolang di Jakarta juga, saat berbekal peta Jakarta dan peta jalur busway. Ckikik. Jangan ditanya berapa kali nyasar dah…Tapi itulah serunya!

Aha, akhirnya ketemu juga jalurnya dan kita berdua pun berangkat. Di tengah-tengah perjalanan mulai terdengar suara-suara aneh, kata Diah Cmut MIO itemnya itu dah ngluarin suara aneh ‘n sayup-sayup terdengar sejak keberangkatannya tadi. Wah, mungkin dia lagi masuk angin, jadi perutnya kembung ‘n sering buang angin. Merudal gitu istilah kedokterannya. Hihi. Pas di depan Muwardi malah bikin pengendara motor di belakang kita hebring sendiri yang mengira kalau ban sepeda motornya “mbledhug”. (-mesem-)

Ohya, sempat kita menangkap kardus bawaan orang yang ada tulisannya “SM*SH”. Ah, kita jadi tertular virus remphongnya ketua Pelangi nih. Akhir-akhir ini doi semakin sibuk aja ngurus kekerabatan antara SM*SH dan SO NICE. Seperti SMS-nya pagi ini (hm, lihat juga status-statusnya yang menunjukkan ketidakwarasannya): “Setengah tahun sudah pelangi berada. Saatnya karya mulai menunjukkan warnanya. Mari merefleksikannya dengan semakin mempertajam sosis so nice.eh.nganu. maksudnya semangat untuk terus berkarya!”. Gila kan? (gak sah dijawab, tak perlu bertanya lagi kepada rumput yang bergoyang karena tu rumput sudah doi makan. Itu dah cukup jadi bukti…)

Setelah melalui perjalanan yang cukup berliku, mendaki gunung-melewati lembah sungai mengalir indah ke samudra, bersama teman berpetualang….kok malah ber-Hatori-ria? Akhirnya dari arah Slamet Riyadhi, melewati Jalan Bhayangkara, dan sampailah di Jalan Veteran. Kita sempat tanya tukang becak. Dari beliau kita dapat info dimana posisi Toko Buku Arofah. Cmut pun mengabari Mas Alib untuk memperjelas jalan ke lokasi, kalau gak ntar malah kesasar. Hihi. Setelah belok kanan-kiri-kanan-kiri. Alhamdulillah, akhirnya bangunan toko itu kelihatan. Markir motor dulu dan akhirnya ketemu juga dengan Mas Alib Isa. Kita disuruh masuk ke studionya. Hm, unik deh, nyempil diantara bangunan toko buku Arofah. ALIB DESIGN. Ngik! Mana tulisan VECTO VERSUS-nya? Kita berdua pun masuk istana kreatif mereka, tempat yang kadang jadi markas orang-orang remphong meronda (baca: Mas Tyo, Kang Sofa, Mas Aslam mungkin?hehe). Langsung deh, mengamati keadaan ruangan. Ada bungkus permen berserakan (haha), ada meja baru warna “kuning”, paling asyik waktu liat deretan beberapa buku yang dipajang. ‘n liat beberapa hasil kreativitas Mas Alib. Bagus banget! Nung dulu sempat memimpikan menjadi seorang design grafis yang canggih gitu. Tapi sampai sekarang karena mungkin gak fokus, bisa Corel cuma setengah-setengah, bisa Photoshop juga setengah-setengah, bisa Flash juga cuma seperempat. Hihihi, apalagi sekarang temen-temen mereka semakin menjamur saja.

Tujuan kita sih ngambil formulir NIBIRU yang dibikin Mas Tyo. Rencana Nung sih juga pengin ngambil PIN. Tapi ternyata pinnya dibawa Mas Tyo. Huaaa….dasar!!! hm, asyik…dapat teh botol gratis. Seger euy! Eh, ada si kartun “Nunu”. Hihi. Ooo…orangnya itu tho? Setelah sekian hari berinteraksi di dunia maya, akhirnya ketemu juga di dunia nyata. Bener-bener kayak kartun!!! Oops, alamaaak… keceplosan…^^

Adegan selanjutnya, kita diselundupkan Mas Alib ke Toko Buku Arofah. Bagaimana ceritanya? Kita masuk melalui sebuah pintu yang menjadi pembatas sekaligus penghubung antara ruangan di toko buku dengan ruang kerjanya Mas Alib. Hihi. Pas mau masuk lewat pintu itu Nung jadi berimajinasi sedang make “pintu kemana sajanya” Kaizenemon. Kalau punya Doraemon kan warnanya pink, kalau punya Kaizenemon lebih unik donk. Ada tulisan “TARIK” dan “DORONG” nya. Masuk deh aku sambil ngikik karena imajinasi itu. Dan sampailah kita pada dimensi penuh buku. Ah, jadi mbayangke kalau kelak punya rumah sendiri dan penuh dengan buku. Uhuyy…betapa seru dan bahagianya…^^v. mulai lagi deh!

Sekitar setengah jam, aku dan Cmut muter-muter di situ. Nyomot buku, dibaca bagian cover belakangnya, tyuz dibalikin lagi ke tempat semula. Ada buku yang sebenarnya bikin aku jatuh cinta. Tapi berhubung gak bawa duit jadi ngilernya ditahan dulu eh kepenginnya ditunda dulu. Ntar pas pameran (Muslim Fair) moga-moga tu buku ada ‘n dijual dengan harga yang lebih murah. Aamiin. Jam 11 an, kita keluar lagi melewati “pintu ajaib” itu dan mendapati dua onggok eh dua butir ups salah lagi, dua orang makhluk ajaib itu tengah asyik di depan computer.

Singkat cerita, sudah ada sebuah komik 1001 malam yang bikin Nung ngakak guling-guling sampai nangis-nangis. Hihi. Asli, lucu banget!!! Akhirnya, Nung merelakan ketawanya bersambung biar tu buku dibawa mbolang ke Bandung dulu sama Diah Cmut. Hm, aku gak nanggung lho, Mut kalau kamu nanti ketawa-tawa di kereta sampai berglundung-glundung ria dari satu gerbong ke gerbong yang lain. Setelah dipuas-puasin di studio itu, kita pun berpamitan (kok gak dibawain oleh-oleh sih? Buat temen pulang. ^^). Ni tamune malah ugal-ugalan. Yadah Mas Alib, ‘n si kartun Nunu kapan-kapan tak oleh-olehi permen cecak berikut cecaknya yea. Kan lucu tuh… daripada nyasar, kita pun dikawal Mas Isa sampai daerah tanggul. Terima kasih ya, Mas! Adegan selanjutnya ponakanku tercinta telpun. Huaaa…dia mewek karena aku lupa ngajak dia ke studionya Mas Alib. Sorrydorrymorrystrobery, ya ponakan! Kapan-kapan kita ngrampok bersama lagi deh…Cup cup cup, Ajinomoto! ^^

Dan MIO hitam Diah Cmut masih mengeluarkan rudal-rudal ringannya…endingnya, sampai kost ada brownies kukus Amanda dah nangkring di depan kamarku. Wow, surprise!!! Hm, tu browniez dari seorang sahabat MITI-M (anak Surabaya) yang dulu pernah nginep di kost ‘n hari ini kebetulan ada keperluan dengan birokrasi UNS pluz menyempatkan mampir. Huaaa…tapi gak bisa ketemu aku! Jazakumullahu khairan katsiran ya ukh…tahu aja kalau Nung demen banget ma kue brownies. Adegan selanjutnya disensor saja ya, gak tega liat kalian pada “ngecez”. Sumpah, brownies-nya enak banget! Hihihi…

***
Siang ini Nung kembali mengajar di Ganesha Operation, tepatnya di GO Mawar yang sebelumya diagendakan di unit baru di GO Bhayangkara. Pindah tempat, tapi gakpapa malah lebih dekat… Uhuyy, ngajar kelas 4 SD yang baru aja naik ke kelas 5. Ada 6 siswa kala itu. Sip, benar-benar menikmati “Pekan Liburan Cerdas” di GO. Materi hari ini Matematika dan IPS. Gak butuh waktu lama untuk Nung mengenal mereka, hafal namanya, mencoba mengawasi tingkah lakunya, dan mengetahui sejauh mana kemampuan mereka menguasai mapel yang diajarkan. Setengah jam pertama mengerjakan, setengah jam selanjutnya kita koreksi dan bahas bersama kemudian pending istirahat selama 15’. Suasana kelas belum terlalu cair, maklum baru tahap awal.

Sesi kedua saat pelajaran IPS dan mereka telah menyelesaikan pengerjaan soalnya, sebelum masuk pembahasan aku kasih “BREAK” dulu. Mulai dari tebak-tebakan garing kayak: “Truk apa yang bisa terbang?” (hayo, jawabannya apa coba?); permainan andalanku yang bikin aku dapat julukan “Bu Tung Srung” sama anak-anak 6 SDR1 dulu (yupz, permainan jari untuk mengasah konsentrasi “Tung-Tung Srung”), “sambung kata”, sampai akhirnya “tebak gaya” (berhubung masih pengenalan break, biasanya salah satu murid bergaya dan gurunya ngasih “clue” teman-teman yang lain menebak tapi berhubung baru awalan akhirnya aku deh yang bergaya.ckikikik…”kue srabi”, “batik Solo”, “belanja di SGM”, “kantong ajaib Doraemon”, “Harry Potter”, “wayang”, haha…ngikikgulingguling deh…). Setelah cukup fresh ‘n puas mainnya, kita kembali fokus di materi. Kelas rame lagi saat aku ngasih “THE KING” yang lucu-lucu bagi mereka. Benar-benar kelas yang hidup! Dan semoga mereka bisa mencerna materi hari ini dengan baik.

Lucu lagi saat ada yang manggil aku “Bu Norman”, ah seperti mengulang lagi kenangan masa lalu. Hihi, aduh dik…gak pake N yha! Ntar malah joget India “chaiyya chaiyya” bisa berabe ntar…(ketawaaa maning!). Hm, kok belum bel tanda usai ya? Padahal jam di kelas dah menunjukkan kelas harus diakhiri. Yadah, sebelum pulang akhirnya aku kasih tebakan biar mereka mikir. Hihi…tebakan yang bikin remphong semua…

NM: “Tahu iklannya SM*SH yang sosis so nice kan?”
(semua menjawab serempak: “Tahuuu…”

NM: “Nah, menurut kalian SM*SH itu beneran suka sosis so nice gak sih? Ayo, satu per satu njawab ‘n ngasih alasannya!” (sumpah, aku pengin ngikikglundungglundung. Siapa lagi yang patut disalahkan kalau bukan si sosis!!!)

Kamila, Agi, Laura, dan Ajeng kompak dengan jawaban dan alasan yang hampir sama: “Gak suka, Bu. Karena itu cuma akting dan iklan, jadi pura-pura aja. Kan makannya juga cuma ujungnya doang. Sapa tahu abiz itu muntah-muntah atau gak diabizin” (jawaban dari mereka yang bisa aku simpulkan. Bagus-bagus…cerdas!hihi)

Kalau jawab Dyva lebih keren lagi: “SM*SH suka so nice, bu! Alasannya: kan mereka juga suka nyanyi sosis…wowowo..sosis…” (ngik! Itu kan lagunya Sule…hadeuh…)

Kalau jawabannya Yuda: “Suka, Bu! Kan elo-gue-end!!!” (sambil niru gaya Sule). Hadeuh…lucu-lucu banget deh! Yah, kesimpulannya antara SM*SH, SOSIS SO NICE , bahkan SULE mempunyai hubungan kekerabatan yang sangat dekat. Menurut ilmu Biologi yang pernah Nung pelajari genotip dan lingkungan bisa mempengaruhi fenotip…(lho? Maksudnya? Pokonya gitu deh, kalau gak percaya berarti elo-gue-END!) : )

Dan kelas pun berakhir. Keluar GO mereka masih senyam-senyum sendiri, menyapa Nung dengan panggilan yang benar, say “good bye”, tersenyum, dan semoga apa yang terjadi di kelas tadi punya tempat tersendiri di hati-hati mereka. Heuheuheu…senja yang sangat indah!

Seiring ingatanku melayang pada tulisan Mbak Helvy Tiana Rosa dalam bukunya di bagian “CINTA SEJATI ITU, ANAKKU”:
“Jika kau mencintai seseorang, kau akan menaruhnya di tempat paling nyaman di hatimu, hingga setiap kali menatap matamu, ia temukan dirinya berpijar di sana. Kau tak akan pernah lelah belajar mengenali diri dan jiwanya hingga ke sumsum tulang. Hidupmu penuh gairah, tak abai sekejap pun atas keberadaannya. Maka sampailah kau pada keputusan itu: kau akan setia pada tiap nafas, getar, gerak saat bersamanya hingga nyawa berpamitan untuk selamanya pada jasadmu. Bahkan kau masih berharap semua tak akan pernah tamat. Kau mendambakan hari di mana kau dan dia kelak dibangkitkan kembali sebagai pasangan, yang terus bergandengan tangan melintasi jalan-jalan asmara di taman surga-Nya…Itulah CINTA SEJATI, anakku…”

Dan perjalanan pulang senja ini aku kembali memaknai rangkaian aksara itu. Ya Rabb…terima kasih untuk hari ini…hari di mana aku belajar kembali mengurai makna sebuah cinta sejati…(dengan berbagai versi).

[Keisya Avicenna, 23 Juni 2011. Aksara-aksara ini belajar mendokumentasikan hidupku dan belajar mengambil hikmah dalam hari-hariku. Teruslah BERMETAMORFOSA, aksaraku!]

Prolog: mengintip pesan Allah

Thursday, June 23, 2011 0 Comments
by Niko Amroe on Sunday, May 15, 2011 at 6:25pm

Perjalanan yg tak bisa kulupakan dalam episode hidup kali ini. Betapa tidak, semua berjalan tanpa bisa terfikir logika dan perhitungan matematis. Ya itulah namanya takdir. Ditengah riuknya ibukota yang padat akan manusia dan kendaraan, kucoba mencicil satu per satu untaian narasi yang coba kubuat dan ternyata telah ada yang membuatnya. Terkesan lucu, tapi tidak pantas kumenyebutnya lucu, bagaimana tidak? Lauhul mahfuz tlah mendokumentasikannya,sebuah narasi makhluk Allah dari episode demi episode. Namun, ada beberapa lembar yang bisa menjadi catatan khusus dari Sang Khalik. Catatan itu berjudul, takdir sughro. Ada peluang-peluang yg diberikan Allah dalam bentuk ihtiar,doa dan tawakal. Bagaimana Allah menilai perilaku hambaNya dalam menghadapi ujian demi ujian. Kaidahnya adalah "innalillahi wa inna illaihi raaji'uun".

Sejauh mana sang hamba ini bisa memaknai tidak hanya dalam kajian aksara, namun terbukti dalam aksi nyata dari jejak demi jejak kisah hidup yang dialaminya. Perjalanan demi perjalanan, memiliki benang merah yang sarat akan 'nilai Illahiyah'. "Dan nikmat Tuhan manakah yg kamu dustakan?" Begitu Allah berfirman yg tlah mengisyaratkan sebuah pesan kepada hambaNya. Namun, sekali lagi memang makhluk yg bernama manusia ini tak seperti malaikat. Ia diberi nafsu, yg karnanya pula manusia bisa keluar dari koridor janjinya kepada Allah saat di 'langit'. Nafsu ini bisa membelenggu&menutup sang komandan bernama 'hati' untuk menerima nilai Illahiyah dalam hidupnya. Benang merah itu terdapat pada hikmah dari setiap jejak langkah. Karna tapak tilas ini menjadi rumus&pedoman bagi jejak langkah berikutnya. Sekali lagi, konsep ini hanya bisa dihayati jikalau anda bisa memahami makna "innalillahi wa inna illaihi raaji'uun",yg singkatnya berarti manusia harus senantiasa melibatkan Allah dalam setiap urusannya,karna sesungguhnya semua milik Allah dan kembali lagi kpd Allah. Setiap peran yang dimainkan saat ini, sesungguhnya sarat akan petunjuk bagi peran-peran kita di medan laga berikutnya."Allah tidak akan membebani hambaNya diuar kemampuannya", demikian Allah berpesan kembali kepada manusia. Jangan patah arang,hai kawan yg mengalami ujian hidup berat. Yuk qt berhusnuzon bahwa, kita dianggap kuat sama Allah. Sebuah prestasi kan?Apa hubunganya dengan peran dalm panggung kehidupan? Setiap peran yang dimainkan, akan mendapat ujian dari Allah, kuat atau tidak? Masih beriman atau tidak? Putus asa atau tidak?Dalam setiap kelokannya, sarat akan hikmah,hikmah itu menjadi kunci bagi peran-peran kita selanjutnya. Coba renungkan kawan? Benar kan? Pada akhir prolog ini, terkhusus bagi aktivis,khusus lagi ADK,khusus lagi ABG(aktivis baru ghiroh)...jangan patah arang dengan ujian-ujian yang menghadang. Hadapi dengan kesabaran, dan libatkan Allah dalam setiap urusan. Masih yakin dengan Firman "Intanshurullaha wa yanshuruh" kan? Allah punya cara sendiri dalam mencintai hambaNya. Dan Allah punya banyak rahasia di balik ujian-ujian hidup ini. Salam dahsyat!...Karna kita adalah makhluk dahsyat#Niko Amroe, dalam preview "Sketsa untuk Para Pembela"