Jejak Karya

Jejak Karya

Thursday, November 28, 2013

Pakai Rok, Siapa Takut?!

Thursday, November 28, 2013 0 Comments



Saat sedang asyik membaca sebuah pamflet yang terpasang di depan ruang kuliahku, seorang muslimah berjilbab lebar berjalan mendekatiku. Beliau menyapaku. Kami pun bersalaman, berjabat tangan, kemudian cium pipi kanan dan kiri. Akrab. Muslimah itu koordinator akhwat (korwat) Syi’ar Kegiatan Islam (SKI) Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Sebut saja namanya Mbak Titi. Sepucuk kertas berwarna pink ia sodorkan padaku. “UNDANGAN SPECIAL”, tulisan berhuruf kapital semua sempat terbaca sekilas olehku.“Wajib hadir ya, Dek!” ujarnya.“Insya Allah, Mbak,” jawabku. Mbak Titi pun pamit karena akan ada kuliah lagi.
            Mbak Titi, salah satu sosok muslimah yang sangat menginspirasiku untuk menjadi ‘muslimah yang sesungguhnya’. Beliau berjilbab rapi. Anggun sekali. Beliau juga aktif di organisasi dakwah. Prestasinya pun gemilang. Ingin rasanya mengikuti jejak langkah beliau. Beliau benar-benar menginspirasiku, Masih teringat saat menjadi mahasiswi baru, itulah masa-masa awal aku mengenakan jilbab. Jilbabku memang belum terlalu lebar, tapi sudah menutupi dada. Aku pun sudah tidak risih memakai kaos kaki. Hmm, tapi aku masih memakai celana waktu itu. Maklum, sebelum berjilbab, aku termasuk muslimah yang sedikit  tomboy. Hehe…

            Alhamdulillah, seiring berjalannya waktu dan seringnya bergaul dengan muslimah-muslimah berjilbab syar’i, penampilanku pun mulai berubah. Aku masih ingat betul tentang sebuah kejadian yang membuatku malu, tapi menjadikanku tersadar. Waktu itu Departemen Kemuslimahan SKI FMIPA UNS menggelar seminar kemuslimahan di sebuah daerah. Aku ditunjuk sebagai moderator. Ustadzah menyampaikan materi tentang busana syar’i muslimah. Pada sesi tanya jawab, ada seorang peserta yang bertanya kepada ustadzah, “Ustadzah, apakah celana termasuk pakaian syar’i untuk muslimah?”. Waduh, jleb banget ini pertanyaannya, mengingat waktu itu aku mengenakan celana saat memoderatori acara. Malu. Ustadzah pun memberi jawaban yang sangat bagus, “Celana itu sering dipakai laki-laki atau perempuan? Celana itu pakaian laki-laki kan? Pakaian muslimah yang syar’i kan salah satu syaratnya tidak boleh menyerupai laki-laki. Bisa disimpulkan sendiri ya jawabannya. Dan lagi sekarang ada juga celana rok yang dirancang khusus untuk muslimah, sehingga tidak ada alasan lagi untuk tidak berpakaian syar’i”.

            Bagai tersambar petir di siang bolong. Jawaban ustadzah benar-benar membuatku tersinggung. Hehe.. Maksudnya, tersinggung dalam hal positif. Sejak saat itu, aku bertekad memakai rok terus. Aku ingin menyempurnakan pakaian muslimah yang aku kenakan. Aku tetap memakai celana sebagai ‘dalaman’ rok, sehingga aktivitasku pun tetap menyenangkan. Pakai rok tuh nggak ribet lho!
            Oh ya, lanjut kisahku sebelumnya. Aku buka ”UNDANGAN SPECIAL” berwarna pink yang diberikan Mbak Titi tadi. Wah, dua pekan lagi akan diadakan Dauroh Muslimah selama dua hari, menginap di kaki Gunung Lawu. Di undangan itu, kami ditugaskan untuk menghafal QS. Al-Hujurat ayat 11-13 beserta artinya. Subhanallah… ^_^. Selain itu, di undangan juga terlampir daftar perlengkapan yang harus kami bawa, mulai dari air mineral 1,5 liter, mantel ponco, sampai tali. Hmm, bakal seru nih acaranya. Sebagai muslimah, aku sangat suka berpetualang. Banyak yang bilang, mobilitasku tinggi. Hehe, karena suka mbolang. Sampai-sampai salah satu ustadz di kampus –yang juga pembina salah satu organisasi di kampus- bilang, “Etika itu tidak bisa diam.” Mungkin karena aku banyak kegiatan dan aktif di beberapa organisasi kampus. 
            Aku mempersiapkan kegiatan Dauroh itu dengan sebaik-baiknya. Meskipun tertatih-tatih, akhirnya aku bisa menghafalkan QS Al-Hujurat ayat 11-13 beserta artinya yang ditugaskan panitia. Beberapa perlengkapan pun aku siapkan.
            Hari yang ditunggu pun tiba. Acara Dauroh ini dilaksanakan pada hari Sabtu dan Ahad. Sabtu pagi sekitar jam 06:00, aku mendatangi seorang panitia (muslimah) yang berslayer biru di lengannya di sebuah tempat yang sudah disebutkan dalam undangan. Aku ucapkan salam, kami berjabat tangan serta cium pipi kanan dan kiri seperti kebiasaan kami kala bertemu. Aku cukup mengenal panitia Dauroh yang membebat lengannya dengan slayer biru ini. Beliau kakak tingkatku, stafnya Mbak Titi di Departemen Kemuslimahan SKI FMIPA UNS. Mbak Sonya namanya. Akan tetapi, sikapnya hari itu sungguh berbeda, karena beliau sebagai panitia dan dituntut untuk bersikap tegas serta menjaga jarak dengan peserta, termasuk aku.
            Setelah saling sapa dengan suasana yang cukup serius, Mba Sonya menagih tugas hafalanku. Aku pun menyetorkan hafalan  QS. Al-Hujurat ayat 11-13 lengkap dengan artinya. Alhamdulillah, lolos! Mbak Sonya pun memberiku petunjuk apa yang harus lakukan selanjutnya. Ternyata aku harus naik bus menuju tempat acara. Tanpa didampingi panitia. Wow, seru nih! Mengunjungi tempat baru untuk pertama kalinya. Semoga nggak nyasar.
            Aku mengikuti petunjuk dari Mbak Sonya tadi. Hmm, jadi serasa berpetualang ke suatu tempat asing dengan hanya berbekal peta buta. Seru!!! Alhamdulillah, sampailah aku di lokasi. Ternyata di lokasi sudah ada beberapa peserta yang sebagian besar aku kenal. Mereka muslimah-muslimah (akhwat-akhwat) yang aktif di organisasi kampusku juga. Hari pertama itu kami mendapatkan beberapa materi dan tausiyah dari beberapa pembicara. Malam itu kami menginap di sebuah villa. Karena berada di kaki gunung, suasananya begitu dingin. Subhanallah…
            Keesokan harinya, kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Kegiatan hari ini diawali dengan olah raga bersama. Alhamdulillah, olah raga ini cukup menghangatkan tubuh. Setelah sarapan, kami mulai melakukan tracking atau penjelajahan per kelompok. Kami harus mengunjungi 6 (enam) pos panitia. Di setiap pos, kami akan mendapat tugas dan akan diberi petunjuk jalan selanjutnya jika kami bisa menjalankan tugas di tiap pos dengan baik. Jarak antar pos cukup jauh, kami hanya dipandu petunjuk dari panitia dan tanda berupa tali rafia berwarna merah yang diikatkan pada ranting-ranting di sepanjang jalan yang kami lewati.
            Jalur tracking cukup berliku, kami harus melewati sungai kecil, ladang, dan bukit yang berlokasi di kaki Gunung Lawu. Tiap kelompok harus membuat yel-yel. Yel-yel tersebut mampu membangkitkan semangat dan menambah kekompakan kami selama perjalanan. Salah satu hal yang paling berkesan adalah saat melaksanakan shalat Dhuha di pinggir sungai. Subhanallah, sejuknyaInilah pengalaman pertamaku shalat Dhuha di atas batu besar dengan backsound gemericik aliran sungai. Benar-benar asyik!
Matahari mulai tersenyum terik, tapi semangat kami terus menanjak naik. Apalagi medan yang kami tempuh juga sangat menantang. Bisa dibilang, menjelajah hutan. Tak ada yang mengeluh, meskipun kami semua berjilbab lebar dan mengenakan rok semua. Tak menjadi halangan bagi kami untuk melakukan penjelajahan. Salah satu medan yang harus kami tempuh adalah sebuah bukit yang cukup terjal sebelum mencapai pos terakhir di puncak bukit. Tanpa mengenakan tali pengaman layaknya pendaki profesional, kami harus merambat naik ke puncak bukit. Berbahaya memang, apalagi kami sambil menggendong tas di punggung. Sangat menantang! Kami sempat panik waktu ada sebuah tas dari salah seorang peserta yang tiba-tiba lepas dan meluncur jatuh. Alhamdulillah, untungnya tidak mencelakai peserta lain.
Kami ‘merambat’ di bukit itu pelan-pelan. Kami jadikan dahan-dahan, akar pohon serta bebatuan sebagai pegangan atau tempat berpijak. Bayangkan saja, waktu itu kami semua mengenakan rok dan kami harus menaiki bukit tanpa menggunakan alat bantu. Amal jama’i atau saling kerja sama sangat diperlukan dalam menaklukkan tantangan tersebut. Kerja tim menjadi faktor kesuksesan bagi misi kami untuk sampai ke puncak bukit.
Meski jilbab kami kotor karena menyapu tanah dan rok kami koyak karena harus bergesekan dengan akar pohon atau bebatuan saat menaiki terjalnya bukit, akhirnya kami berhasil sampai ke puncak. Subhanallah, saat di puncak kami disuguhkan pemandangan indah yang membuat kami tak henti memuji ciptaan-Nya. Benar-benar kami takjub melihat kumpulan awan yang berbaris rapi, hijaunya rimbun pepohonan, deretan rumah-rumah penduduk yang tampak begitu kecil, dan tentunya udara pegunungan yang luar biasa segar.
Dalam petualangan ini aku bisa mengambil pelajaran bahwa muslimah berjilbab, dengan memakai rok sekalipun, tetap bisa melakukan aktivitas di tempat yang penuh tantangan. Oleh karena itu tidak ada lagi alasan yang  menghalangi kita untuk memakai jilbab atau hijab dengan syar’i. Setiap tantangan dalam berhijab, insyaAllah akan mampu kita hadapi asalkan kita benar-benar komitmen dalam menjalankan perintah-Nya yang satu ini.

Wednesday, November 27, 2013

Catatan Haya Aliya Zaki

Wednesday, November 27, 2013 0 Comments

Selasa, 19 November 2013

#SundaySharing with Ani Berta, Meraih Pundi-Pundi dari Blog dan Media Sosial

Ani Berta


Sebenarnya, kalau kita jeli dan mau memanfaatkan peluang, blog dan media sosial bukan hanya bisa jadi tempat curhat atau fun, lho. Salah satu rekan blogger yang sudah meraih pundi-pundi (yang tidak sedikit) dari blog dan media sosial adalah Ani Berta. Maka, ketika beliau woro-woro ingin sharing tips dan trik seputar hal ini di blognya, saya pun tak menyia-nyiakan kesempatan berguru. *pasang ikat kepala*

Hari Minggu (17/11) bertempat di Aldevco Octagon Building lantai 4, Jakarta Selatan, saya dan teman-teman blogger berkumpul. Saat saya tiba, Ani tampak sedang mengobrol bareng soul mate-nya, Fransisca Asri.
Acara yang difasilitasi Detikcom ini dimulai pukul 11.30 pagi. Acara dibuka oleh Asri dan dilanjutkan oleh pembicara pertama, Ardhi Suryadhi, editor Detikcom. Jadi, hari Minggu itu ada dua pembicara rupanya. Asyiiikkk! Saya bisa tambah ilmu sekalian cuci mata dari mas tjakep yang sudah bertahun-tahun malang-melintang jadi wartawan ini bhihihi.
Ardhi Suryadhi
Ardhi sharing santai tentang cara merangkai kalimat yang soft selling. Berikut tips dari Ardhi yang saya rangkum:

1. Jangan memakai kalimat dari press release. Selain tidak kreatif (hayooo …), kalimat di press release biasanya juga terkesan bombastis-fantastis-dramatis.

2. Pakai bahasa sehari-hari kita. Contoh, Ardhi lebih suka menggunakan kata antijerawat  daripada beautify. Kesannya lebih merakyat dan catchy.

3. Tulis kritik secara halus. Alangkah baiknya jika sekalian memberikan solusi.
Contoh:
- Kelemahan dari provider A adalah sulit sinyal di daerah pemukiman (kritik).
- Mungkin bisa dipertimbangkan untuk memberdayakan rumah-rumah yang tinggi, dengan memasang BTS misalnya, agar sinyal bisa lebih baik (solusi).

4. Saat sedang menulis review brand A, sebaiknya tidak membanding-bandingkan brand A dengan brand B, apalagi kalau brand A lebih buruk.

5. Permainan bahasa sangat penting. Jika kita memang belum pernah memakai produk tersebut, pakailah kalimat pasif. Andai terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan di belakang hari (pembaca komplain), kita bisa mengatakan kalau keterangan yang kita tulis adalah informasi dari perusahaan semata.
Contoh:
- Ketahanan baterai laptop ini diklaim sampai 10 jam (belum pernah memakai/keterangan dari perusahaan).
- Ketahanan baterai laptop ini sampai 10 jam (pernah memakai).

Sesi berikutnya, giliran Ani. Kalau Ardhi bergaya santai, Ani beda lagi. Materi dikemas berupa poin-poin yang sistematis dan mudah dimengerti. Sebagai awal, Ani memperlihatkan pundi-pundi yang pernah dia raih saat bekerja sama dengan Idblognetwork. Aaakkk … mupeng! Satu tulisan dibayar 7 digit, Bok! Ani juga pernah dibiayai provider ternama untuk meliput acara di berbagai kota. Jalan-jalan dibayarin? Siapa yang enggak mau! Nah, Teman-Teman pengin tahu caranya? Yuuukkk.

Presentasi Ani Berta

Blog
Berikut adalah blog yang dianggap memenuhi syarat untuk mendapatkan job on blogging:


Teman-Teman yang postingan blognya masih sedikit, jangan lemes dulu. Ayo menulis dan terus menulis. Konsisten meng-update blog. Tak ada ide? Jangan khawatir, menurut Ani, hal-hal sederhana di sekitar kita bisa jadi konten yang menarik, kok. Oiya, no konten pornografi, termasuk iklan-iklan di side bar seperti memperbesar anu, memperpanjang inu, dst.  *pengsan* Rajin-rajin blogwalking dan meninggalkan komentar. Selain menambah teman, nama kita juga jadi lebih mudah terdeteksi di mesin pencari.  Bergabunglah dengan komunitas. Aneka ilmu didapat, bukan cuma dari jalur sekolah. Personal branding juga perlu. Catet!
Cukup banyak job on blogging yang bisa kita lirik, yakni reviewproduk/jasa (yang sudah ada atau baru diluncurkan, penyelenggara giveaway sebuah brand, kampanye untuk elektabilitas tokoh, ghost writer, dan banner affiliation.
Untuk review produk/jasa itu sendiri, kita harus mulai menulis dari mana? 


Sebenarnya, apa keuntungan berpromosi di blog? Berpromosi di blog tentu beda dengan pasang iklan biasa. Di blog, kita menceritakan self experience. Ada keterikatan emosional dengan pembaca. Ada interaksi menyenangkan yang terbangun di sana. Link tulisan di blog pun dapat disebarkan di berbagai media sosial. Praktis, kan? *alis naik turun*
Nah, pastinya job on blogging tidak akan ujug-ujug kita dapat. Usaha meeen usahaaa. Aktiflah di komunitas-komunitas blogger. Sempatkan kopdar dan menghadiri acara launching produk/jasa. Tulis reportasenya, lalu mention akun brand. Share postingan kita di berbagai media sosial. Jangan lupa, huntingsitus-situs (lokal maupun internasional) yang menghubungkan blogger dan advertiser seperti Idblognetwork, SITTI, Pay Per Post, Paid Review, Buy Blog Reviews, dll.

Time out! Sesi makan siang juga salah satu sesi yang ditunggu-tunggu. Ya iyalah, mana konsen kalau perut keroncongan. *alesyan*


Isi nasi kotak yang harus diberantas
Twitter
Bagi Teman-Teman yang memiliki akun Twitter, Twitter-nya jangan dianggurin aja. Manfaatkan buat cari duwiiid duwiiid duwiiid *ngedangdut*. Berikut persyaratannya:


Percaya, deh, energi negatif itu menular. Demikian juga energi positif. So, mendingan update status kece daripada status galau, nyinyir, dan nyindir. Sesekali bikin kultwit (tweet sesuai bahasa personal, tidak kaku) bermanfaat. Adakan kuis atau diskusi untuk memancing banyak reply. Sediakan hadiah kecil sebagai complimentuntuk followers kita. Nah, enggak susah-susah banget, kan?
Ini dia kiat agar Twitter kita dilirik brand.


Berikut tips dari Ani yang saya suka banget. Kalau hadir ke acara gathering atau launching produk/jasa, jangan ragu jangan malu untuk live tweet (walaupun tidak ada kompetisi live tweet), lalu mention tuan rumah acara atau brand. Kalau memang ada kompetisi live tweet, anggap saja sebagai latihan. Konsisten, bukan plek berharap menang. Setelah acara, jangan langsung unfollow brand, yaaa. Hayo, siapa yang suka begini? Xixixi. Jalin terus komunikasi yang baik.

Horeee! Usaha pun berbuah hasil. Akhirnya, ada advertiser yang menawarkan job kepada kita. Eits, senang, sih, boleeeh. Tapi, tetap ada hal-hal yang harus diperhatikan. Apakah advertiser atau agensi tersebut bisa dipercaya? Buat MoU antara dua belah pihak, dengan segala ketentuan hak dan kewajiban. Pastikan masing-masing pihak paham. Perhatikan juga kode etik.
Nah, berkaitan dengan kode etik ini, saya tergelitik untuk melontarkan pertanyaan, Adakah jeda setelah kita menulis review brandA, baru kemudian boleh menulis brand B? Di mana kedua brand adalah produk kompetitor. Secara, imej kita sudah cukup lekat dengan brand A. Tahu-tahu kita pakai brandB. Bagaimana reaksi pembaca blog kita nanti?

Serius amat ngeliatin saya. Hahaha!
Ani menjawab bahwa biasanya tidak ada aturan tertulis untuk hal tersebut. Namun, ada beberapa cara untuk menyiasatinya. Yang pertama, timbun postingan brand A dengan postingan lain yang orisinal. Tujuannya agar pembaca lupa. Tetap perhatikan bahwa perbandingan konten orisinal dan iklan di blog adalah 70:30. Jadi, isi blog bukan iklan semua. Yang kedua, coba beternak blog. Kita bisa menulis review brand B di blog yang lain.
Pertanyaan saya ini juga mendapat sambutan dari Karel Anderson. Oiya, dari tadi saya belum nyebut ada Karel, yaaa? Yak, di mana ada Karel, di situlah kehebohan tercipta. Caranya menjawab sukses bikin peserta #SundaySharing ngakak ngikik ngukuk. Enggak percaya? Lihat aja bukti otentik di bawah ini.

Atit uyut berjamaah

Ini beberapa petuah Karel yang saya rangkum:

1. Sekali lagi, pandai-pandailah mempermainkan bahasa. Kalau di sebuah postingan kita sudah menulis memakai providerA, misalnya, di postingan lain kita bisa mengakali dengan membuat postingan yang mengarah ke link saja (tidak terang-terangan menyatakan memakai). Misal, Lima Tips Hemat Ala Karel. Tips 1-4 bikin aja tips suka-suka. Begitu masuk tips ke-5, masukkan provider B secara soft (bikin link hidup). Bikin keterangan 1-2 kalimat aja.
2. Jangan membuat judul postingan yang bikin ilfil atau menulis nama produk di judul postingan (untuk reviewsoft selling). Soalnya, belum apa-apa pembaca sudah pasti bisa menebak isi seluruh postingan kita.
Contoh: Provider A Memang yang Paling Canggih di Kelasnya!
Cape deeeh. Oiya, kalau ada yang membaca postingan saya sebelum ini, kebetulan itu adalah artikel hard selling. Tergantung advertiser-nya, menginginkan review soft selling atau hard selling. Lanjuuuttt.

Karel Anderson
3. Jadilah blogger yang unik dan berkarakter. Apa bidang yang paling kita kuasai? Food? Travel? Atau, photography? Hayuk! Gado-gado? Enggak masyalah. Belum tentu seleb blog melulu yang dapat job. Hanya, kebetulan, seleb blog inilah yang kelihatan di permukaan. Ada juga blogger-blogger yang bukan seleb blog yang dicari advertiser.
4. Jangan jadi blogger minder! Bahaya, nih. Minder ini terbagi 2:
- Minder karena merasa tidak bisa menulis dengan baik. Kalau minder terus, kapan ngeblognya? Pan, katanya blogger?
- Minder ketika advertiseratau agensi menanyakan harga (rate card) kita. Akhirnya, kita kasih harga yang rendaaah banget. Kita harus bisa mematok harga sendiri, tapi tetap yang rasional, ya. Jangan setahun cuma menulis 1 postingan, begitu dapat tawaran minta bayaran 5 juta per postingan hahaha! Asiiin. 
Ani menambahkan, blogger pemula sebaiknya memang tidak mematok harga terlalu tinggi. Jadikan tawaran awal sebagai batu loncatan. Untuk ke depannya, insya Allah kita akan mendapatkan tawaran lagi dengan harga yang lebih tinggi. Semuanya bertahap dan butuh proses.


Kembali ke Twitter. Jangan bingung mencari bahan untuk buzzing Twitter. Bahan buzzing Twitter bisa dari brief advertiser, press release (tapi jangan sontek mentah-mentah), kronologis liputan acara, paparan narasumber, testimoni pengguna, dll.

Beberapa poin penting yang tidak boleh terlupa adalah, jangan bolak-balik mengganti nama akun atau blog agar advertiser (yang belum atau sudah kenal) tidak kesulitan mencari kita. Sesekali tulis review jujur, tapi diplomatis, tanpa bayaran. 

Acara #SundaySharing diakhiri dengan games gokil ala Karel. Doi juga enggak mau ketinggalan menyumbangkan hadiah ngawur, yakni ... 2 kg mangga untuk masing-masing pemenang! Aku juga maooo!

Hadiah ngawur dari Karel
Foto bersama
Nah, seorang Ani Berta sudah berinisiatif memberikan kail kepada kita. Apakah kita sendiri sudah siap memancing ikan” atau tidak? Ah, siapa takuuut! Yuk, mancing rame-rame! [] Haya Aliya Zaki
 Sebagian foto diculik dari Facebook BLOGDETIK.

Monday, November 25, 2013

[NO]stalgia [R]o[MA]ntic : “Jejak Cantik di Kota Batik”

Monday, November 25, 2013 0 Comments



Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Hari Ahad full semangat!
Ba’da Subuh, kembali ngecek semua perkap yang harus dibawa (eh, emangnya mau kemane lu, Nung?) hihi. Hari ini mendapatkan undangan untuk mengisi acara di Pekalongan. Tepatnya, ada training jurnalistik yang diadakan oleh LPM Al-Mizan, STAIN Pekalongan. Dari TOR yang dikasih panitia, aku musti ngemeng-ngemeng soal cerpen, motivasi kepenulisan, dll. Slide ppt sudah ready sejak jauh-jauh hari. So, aku rasa persiapan dah OK! Camilan di tas juga dah siap. Apalagi kemarin sempat nemu permen Kino dengan gambar kartun kesayanganku, Doraemon. Hakdies!
Jam 05.00 Mas Sis mengantarkanku ke Stasiun Poncol. Perjalanan pagi yang istimewa. Mas Sis melepas kepergianku sampai depan pintu batas pengantar. Suami tercinta nggak bisa ikutan karena ada agenda di Gunung Pati. Ya sudah deh, mbolang sendiri. Yang penting dah ngantongin restu dan do’a dari suami. Alhamdulillah,segera menuju gerbong 5 (gerbong paling buntut). Cari kursi 2A. Nyaman juga ya, KA. Kaligung Mas. Ini pengalaman pertama ke Pekalongan dengan kereta. Uhuy… Jam 05:55, ular besi yang kunaiki pun berangkat. Bismillahi majreha wa mursaha…
“Kulayangkan pandangku melalui kaca jendela. Dari tempatku bersandar, seiring lantun kereta. Membawaku menikmati tempat-tempat yang indah…”(konser sama Padi dulu)
Seru banget pas lihat laut. Hihi. Berasa pengin njebur. Kalau sesuai jadwal sih, jam 7.30 udah sampai. Tapi, di daerah Weleri ada perbaikan rel. Jadinya, jalan kereta agak lambat dan sering berhenti. Enjoy aja lah!
Ada seorang ibu yang ngajak ngobrol. Beliau bilang, “tak kira mbak masih SMA, lho! Ternyata sudah nikah!” Hah, benar-benar muka gue nih muka imut-imut. Mbatin : “Ibu orang kesekian lhoh, yang bilang kayak gitu…” *krukupankresek
Jam 08.00 sampai juga di Stasiun Pekalongan. Adik-adik dari STAIN sudah menanti di pintu keluar. Saatnya menuju lokasi. Lumayan jauh juga ternyata. Kita sempat beli sate kambing di alun-alun kota. Nyummy banget rasanya!
Sekitar jam 09.30, aku mulai beraksi. Senang rasanya berbagi inspirasi dan motivasi berdasarkan pengalaman pribadi. Beberapa materi yang aku sampaikan berasal dari ilmu-ilmu keren Casofa Fachmy saat menjadi guruku menulis di Pelangi. Thanks, Bro!
Hampir 2 jam aksiku, adik-adik menerima tantangan keren dariku dan kita akhiri foto bersama, sebuah akhir yang super seru.
Lagi-lagi, aku harus melukis rona bahagia di hati. Melihat keceriaan mereka dan antusiasme mereka yang luar biasa.
Pas moment itu ada kesempatan narsis dikit dengan karya terbaru. Ya, Beauty Jannaty bisa jadi salah satu bukti. Inilah salah satu hasil dari si pejuang mimpi. Karya itu lahir dengan semangat membara bahwa mimpi besar itu harus diperjuangkan agar bisa menjejak nyata hingga bermanfaat bagi sesama. Kata Casofa Fachmy, “Kita harus melegenda!”



Untuk apa melegenda? Perlukah itu? Tidak. Kita tidak perlu. Tapi generasi setelah kita yang memerlukannya. Mereka butuh inspirasi, dan inspirasi, selalu lebih mengena dan mereka percayai jika datang dari generasi sebelum mereka. Dengan begitu, kita bukan hanya berbagi inspirasi, tapi kita juga menuai pahala, yang tak kenal henti.
Jika kita tak melegenda, tentu mereka tak tahu kalau kita ada. Jika kita tak berkarya, tentu mereka tak bisa mengambil kita sebagai inspirasinya.
Jika Imam Bukhari melegenda lewat Shahih-nya. Jika Ibnu Jarir melegenda lewat Tafsir-nya. Jika Ibnu Khaldun melegenda lewat Muqaddimah-nya. Jika Sayyid Quthb melegenda lewat Zhilal-nya. Jika Hasan Al-Banna melegenda lewat Majmu’ah Rasail-nya. Lalu, kamu melegenda lewat karya apa?
Sama seperti saya. Kita-kita sama-sama belum punya. Tapi di sini, kita belajar dari pertanyaan itu. Tapi dari sini, adalah terminal keberangkatan atas sebuah penyadaran: suatu saat, kita harus bisa seperti mereka.
[motivasi dari Casofa saat event Idealogi di Solo]



Acara selesai, di ruang transit masih ada agenda foto-foto dengan panitia (Hadeuh, ternyata pada narsis juga! Eh, ada seorang panitia yang wajahnya mirip banget sama Asmirandah, tapi berjilbab lho! Suer…xixi)
Bareng-bareng, beberapa panitia mengantarkanku ke stasiun. Mampir sholat dulu di sebuah masjid. Mereka sebenarnya pengin ngajak aku ke masjid agung. Tapi, mengingat waktu, aku lebih memilih langsung ke stasiun. Dan ternyata feeling-ku benar. Terjadi kemacetan yang cukup panjang dan lama karena ada kecelakaan di jalan Imam Bonjol.
Lima belas menit sebelum waktu keberangkatan, akhirnya sampai juga. Berpisah dengan adik-adik yang luar biasa dan aku pasti akan merindukan kalian semua. Terus semangat berkarya, ya! Agar semesta semakin merasai manfaatnya!
Perjalanan pulang yang tak kalah keren.
Sampai di Poncol sekitar jam 16.00. Bergegas jalan ke pintu keluar sebelah barat. Celingukan, kok sosok yang dicari nggak ada, ya? Langsung deh jalan ke area parkiran. Saat ribet cari hape di tas, tiba-tiba ada tangan kekar yang melingkar di pundakku, dari arah belakang. Hampir saja menangkis dan pasang kuda-kuda. Tapi setelah tahu siapa pelakunya, langsung deh tersenyum dan menatapnya penuh cinta. Hihi. “Mas Siiiiis, ngagetin ajaaa!” Sosok itu kebanjiran cubitan dan terus menggamit tanganku, mesra. Hihi… *berasa dah lamaaa banget nggak jumpa. Padahal baru pisah beberapa jam saja.
Selanjutnya, menikmati perjalanan pulang. Sempat mampir ndegan dan makan siomay sepiring berdua. Sesekali bercerita kegiatan hari ini.
Akhirnya, sampai rumah juga. Sosok pangeran itu sempat memijit kakiku dan menyiapkan air hangat untukku. Perhatian banget, sih! Alhamdulillah… Setelah segar, saatnya makan malam. Hmm, gulai kepala ikan siap disantap.

Bonus Cinta di Hari Ini
Malam harinya, kami silaturahim ke rumah Bunda Darosy. Meeting persiapan launching buku baru dan mimpi-mimpi kami ke depan. Banyak karakter Bunda Darosy yang “gueee banget!”. Banyak karakter Ayah Edy (suami Bunda) yang “Mas Sis banget!” hihi. Jadi, kalau lagi ngobrol dan diskusi tuh kami berempat bisa klop banget!
Jadi ingat, di proposal nikahnya Mas Sis tertulis,
“…untuk itulah sebenarnya saya selama bertahun-tahun belajar tentang business development, property, investasi, keuangan, system development, networking, dan bisnis-bisnis pemberdayaan. Ujungnya adalah 3 menara ini. Proyek ‘MERCUSUAR SURGA 3 MENARA’ adalah proyek yang terintegrasi dan saling berkaitan. Semuanya, akan berdiri dengan kokoh, jika ketiganya ada. Ibarat sebuah kursi, 3 Menara + 1 Mercusuar, adalah kaki-kakinya. Sebuah kursi tidak akan berdiri kokoh, jika ke-4 kakinya tidak kokoh pula. Pertanyaannya, 1 MERCUSUAR itu apa? Yang satu ini, khusus ISTRI SAYA NANTI yang tahu. CALON ISTRI, mohon maaf, belum boleh tahu.”
Hihi… ya, saat ini adalah masa-masa merealisasikan ‘proposal cinta’ itu. Semoga kita bisa saling melengkapi dan melipatgandakan setiap potensi, saling bersinergi dan berkontribusi untuk mempersiapkan bekal menjemput kehidupan abadi.
Malam yang indah dan perjalanan pulang yang romantis

[Keisya Avicenna, 24 November 2013]