Jejak Karya

Jejak Karya

Thursday, September 10, 2020

MBOLANG RIANG SEPUTAR TEMBALANG

Thursday, September 10, 2020 0 Comments

 

Tak terasa ya, sudah hampir setengah tahun kita banyak beraktivitas di rumah saja. Pandemi Corona ini membuat ruang gerak kita untuk beraktivitas di luar menjadi sangat terbatas. Aku pun demikian. Jika tidak ada hal penting, benar-benar penting, yang membuatku harus keluar rumah, aku lebih memilih di rumah saja. Ya, salah satu alasan terbesarku karena Dzaky (3,5 tahun) bakal nginthilin kemana pun aku pergi. Jadi dengan alasan demi menjaga kesehatan, mencegah penyebaran virus Corona, juga karena menjalankan imbauan Pemerintah untuk selalu menerapkan protokol kesehatan, maka di rumah saja adalah pilihan terbaik.

 

“Umma, kapan kita jalan-jalan ke Cimory?”

“Umma, kapan kita lihat kuda?”

“Ayo, Umma, ke Giyi (Wonogiri,-red). Dek Ah sudah kangen Titi Ya.”

 

Beberapa pertanyaan dan pernyataan itu sering terlontar dari mulut mungil Dzaky. Mungkin dia sudah merasakan kenapa kami sekeluarga jarang pergi bersama-sama setiap akhir pekan, seperti sebelum pandemi. Dulu setiap bulan, kami selalu mengegendakan untuk mbolang bersama atau wisata keluarga.

 

Sebelum pandemi, kalau aku merasa kangen Wonogiri, homesick, kangen masakan ibu, aku akan bilang suami. Jika suami tidak ada pekerjaan di hari Sabtu-Ahad, biasanya Jumat sore kami meluncur dari Semarang menuju Wonogiri. Tapi untuk saat ini, semua itu belum memungkinkan. Kasus positif Corona, di Semarang khususnya, masih terus naik. Bahkan kemarin sempat baca  berita, kalau Semarang menjadi kota dengan kasus positif tertinggi di Indonesia. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un.

 

Meskipun masih masa pandemi, beberapa tempat wisata Semarang sudah buka. Kebanyakan dengan alasan karena setiap orang itu butuh refreshing untuk meningkatkan imunitas tubuh. Namun yang terpenting, harus disiplin mematuhi protokol kesehatan, seperti memakai masker, kalau bisa lengkap dengan pakai face shield, selalu cuci tangan dengan sabun, selalu membawa hand sanitizer, jika harus bepergian pastikan tubuh harus benar-benar dalam kondisi sehat.

 

Ingin rasanya, kami kabulkan permintaan Dzaky untuk sekadar piknik tipis-tipis ke Cimory, namun kami urungkan niat itu karena masih teramat riskan. Apalagi di usia yang sekarang, fase Dzaky sedang kepo-keponya terhadap banyak hal, pegang sesuatu yang dia ingin tahu lebih, terus tanpa sadar pegang hidung dan mulutnya. Aaargh… situasi belum aman!

 

Refreshing di sekitar UNDIP Tembalang

Akhirnya, sebagai alternatif wisata murah meriah, pekan kemarin aku mengajak Dzaky berwisata ke kampus abinya, Universitas Diponegoro (UNDIP). Hehe. Awalnya atas ajakan Mbak Desi untuk berolahraga sore di waduk UNDIP Tembalang. Aku iya-in saja karena lokasinya cukup dekat.

 

Aku sempat menyiapkan kangkung dan wortel karena rencananya setelah dari Waduk UNDIP, kami akan mampir ke Taman Rusia yang lokasinya dekat dengan Laboratorium Terpadu UNDIP. Dzaky sangat excited karena dia suka sekali kegiatan memberikan makan hewan-hewan. Setelah salat Asar, kami pun berangkat.

 

Aku pun baru tahu lho, kalau di UNDIP Tembalang ada jembatan merah, terus ada waduk juga. Hehe. Waduk ini ternyata mulai dibangun sejak tahun 2013 dan diberi nama Waduk Pendidikan Diponegoro. Pembangunan waduk ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan lingkungan, serta pengendali banjir di kawasan kampus UNDIP Tembalang. Waduk ini juga bisa jadi tempat belajar bagi mahasiswa jurusan Teknik Sipil, Teknik Lingkungan, Biologi, Kimia, maupun Perikanan dan Kelautan. Selain itu, waduk ini juga difungsikan sebagai pembangkit listrik dan tempat rekreasi.


Dzaky di pinggir Waduk UNDIP


Saat kami di sana, ternyata ada banyak kegiatan yang dilakukan para pengunjung di sekitar Waduk UNDIP. Ada yang memancing, ada yang jogging, ada yang main skateboard, ada yang main sepatu roda, ada yang bersepeda, dan ada yang hanya duduk-duduk santuy sambil ngemil dan menikmati pemandangan. Kunjungan singkat ke waduk UNDIP ini cukup membuat pikiran lebih fresh dan hati lebih bahagia. Alhamdulillah.

 

Lokasi selanjutnya, kami menuju Taman Rusa. Sesampai di lokasi, ada 2 keluarga (bapak, ibu, dan anak-anak mereka) sedang asik dengan rusa. Dulu pas terakhir ke sini, rusanya baru segelintir, belum sebanyak sekarang. Aku pun seketika merasa so amazing. Hehe.

“Umma, minta kangkungnya,” pinta Dzaky.

 

Dzaky pun menjulurkan tangannya dan rusa-rusa itu saling berebut untuk menikmati kangkung yang diberikan Dzaky. Ada seorang anak yang dari tadi memandang Dzaky dengan tatapan mupeng (muka pengen, -red). Hehe. Aku bisikkan ke telinga Dzaky, “Boleh ya, berbagi kangkung ke kakak itu. Kakak itu ingin memberi makan rusa kayak Dzaky. Tapi, dia nggak bawa kangkung.” Alhamdulillah, Dzaky mengiyakan. Dzaky mau berbagi kangkung. Mata anak laki-laki itu berbinar-binar tatkala beberapa tangkai kangkung berpindah ke tangan mungilnya. Dia pun semakin asik memberi makan rusa bersama Dzaky. Ibunya turut mengucapkan terima kasih kepada kami.

 

Masya Allah, banyak yang bisa kami pelajari dan lakukan saat mengunjungi Taman Rusa. Kami tidak perlu repot-repot datang ke kebun binatang apabila ingin melihat rusa.  Taman Rusa ini terletak di belakang Laboratorium Terpadu, dekat dengan Pojok Tanaman Langka, tak jauh dari Fakultas Peternakan.

 

Taman ini bisa menjadi media rekreasi dan edukasi bagi keluarga. Bagiku, kegiatan sore itu sekaligus bisa mengasah fitrah keimanan dan fitrah belajarnya Dzaky. Aku pun memancing dialog dengan Dzaky.

 

UmmaMa: “Siapa pencipta rusa, Dzak?”

Dzaky: “Allah.”

UmmaMa: “Masya Allah, ya. Indah sekali salah satu hewan ciptaan Allah ini.”

 

Terus aku jelaskan tentang rusa. Rusa itu berkaki empat dan memiliki tanduk di kepalanya. Kadang orang menyebut rusa dengan nama sambar atau menjangan. Rusa termasuk dalam keluarga mamalia (hewan yang berkembang biak dengan beranak) dan termasuk jenis hewan herbivora (pemakan dedaunan). Ya, aku jelaskan sebatas yang aku tahu dan Dzaky sangat senang menyimak penjelasanku.

 

Dzaky: “Kok rusa juga suka wortel, Ma? Kayak kelinci.”

UmmaMa: “Iya, rusa juga suka wortel, selain suka kangkung karena rusa pemakan tumbuhan. Tuh lahap sekali, kan makan wortelnya.”

 

Dzaky


Menurut informasi, rusa yang ditangkarkan di Taman Rusa UNDIP ini merupakan rusa asli Indonesia berjenis langka yakni rusa timor. Nama latinnya Cervus timorensis, yang kini ditetapkan menjadi fauna identitas Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Keberadaan taman rusa ini juga sangat bermanfaat sebagai sarana penelitian civitas akademika, selain sebagai upaya melindungi populasi rusa langka di Indonesia. Taman rusa ini berada di bawah pengelolaan Fakultas Peternakan dan Pertanian UNDIP. Taman rusa ini juga menjadi bukti bahwa UNDIP adalah kampus yang ramah lingkungan dan peduli dengan keberlangsungan hidup satwa langka di Indonesia. Wow, masya Allah, ya!




 

Dulu, di taman rusa ini ada petugas yang menyediakan pakan, lho. Tapi, kemarin pas nggak ada. Insya Allah, pakan kami aman kok, Pak. Nah, yang perlu diperhatikan pengunjung saat memberi pakan rusa adalah jangan sampai memberikan pakan yang masih dibungkus plastik, ya, misal seplastik-plastiknya disodorin ke rusa. Selain itu, juga jangan memberikan pakan yang masih terikat tali rafia. Kasihan kan rusanya kalau nggak sengaja makan plastik atau keloloden tali rafia.

 

Setelah kangkung dan wortel yang kami bawa habis, aku, Dzaky, Mbak Desi, dan Mbak Riza asik berfoto-foto di dekat patung sapi. Ada 3 patung sapi yang cukup ikonik di situ. Ada tulisan berisi informasi yang menyebutkan kalau patung sapi itu dulunya ada di Pleburan terus dipindah ke Tembalang. Hijrah ceritanya. Hehehe.

 

Waaah… alhamdulillah, seru sekali, wisata sore kami yang gratis dan ekonomis ala UmmaMa dan Dzaky kali ini. Semoga pandemi ini segera berakhir, ya, setidaknya kasus positif akibat virus Corona semakin menurun, bahkan Allah hilangkan virus ini dari muka bumi. Aamiin ya Rabb. Karena bagi Allah, tidak ada yang mustahil. Kun! Fayakuun! Jadi! Maka, terjadilah!

 

Yuk, tak henti langitkan doa, semoga pandemi ini sirna dan kita bisa berwisata, menjelajah keindahan bumi Allah ini bersama keluarga dengan hati bahagia!




 

 

 

 

22 Fakta Keren Sekaligus Berita Miris tentang Harimau Sumatra

Thursday, September 10, 2020 0 Comments






  1. Klasifikasi ilmiah Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae):
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Carnivora
Famili: Felidae
Genus: Panthera
Spesies: Panthera tigris
Upaspesies: Panthera tigris sumatrae
Nama trinomial: Panthera tigris sumatrae

Harimau Sumatra merupakan subspesies harimau asli (endemik) Pulau Sumatra, Indonesia.

Harimau Sumatra mempunyai warna paling gelap di antara semua subspesies harimau lainnya, pola hitamnya berukuran lebar dan jaraknya rapat kadang kala dempet. Belang harimau Sumatra lebih tipis daripada subspesies harimau lain. Subspesies ini juga punya lebih banyak janggut serta surai dibandingkan subspesies lain, terutama harimau jantan. Terdapat selaput di sela-sela jarinya yang menjadikan mereka mampu berenang. Harimau Sumatra umumnya beraktivitas di malam hari.

  1. Harimau Sumatra bukan jenis satwa yang biasa tinggal berkelompok melainkan jenis satwa soliter, yaitu satwa yang sebagian besar waktunya hidup menyendiri, kecuali selama musim kawin atau memelihara anak.


Ciri fisik:
Panjang Harimau Sumatra jantan dapat mencapai 2,2-2,8 meter, sedangkan betina 2,15-2,3 meter. Tinggi diukur dari kaki ke tengkuk rata-rata adalah 75 cm, tetapi ada juga yang mencapai antara 80-95 cm, dan berat 130-255 kg. Hewan ini mempunyai bulu sepanjang 8-11 mm, surai pada Harimau Sumatra jantan berukuran 11-13 cm. Bulu di dagu, pipi, dan belakang kepala lebih pendek. Panjang ekor sekitar 65-95 cm.

Makanan:
Harimau Sumatra termasuk jenis karnivora yang biasanya memangsa : Rusa Sambar (Cervus unicolor), Kijang (Muntiacus muntjak), Kancil (Tragulus sp.), dan Babi hutan  (Sus sp.). Kerbau liar (Bubalus bubalis), Tapir (Tapirus indicus), Kera (Macaca), Landak (Hystrix brachyura), Trenggiling (Manis javanica), jenis-jenis Reptilia seperti kura-kura, ular, dan biawak, serta berbagai jenis burung, ikan, dan kodok dan jenis-jenis satwa liar lainnya. Hewan peliharaan atau ternak yang juga terkadang menjadi mangsa harimau, diantaranya adalah Kerbau, kambing, domba, sapi, anjing, dan ayam.

Reproduksi:
Harimau Sumatra dapat berkembang biak kapan saja. Masa kehamilan sekitar 103 hari. Biasanya harimau betina melahirkan 2 atau 3 ekor anak harimau sekaligus, dan paling banyak 6 ekor. Mata anak harimau baru terbuka pada hari kesepuluh. Anak harimau hanya minum air susu induknya selama 8 minggu pertama. Sehabis itu mereka dapat mencoba makanan padat, namun mereka masih menyusu selama 5 atau 6 bulan. Anak harimau pertama kali meninggalkan sarang pada umur 2 minggu, dan belajar berburu pada umur 6 bulan. Mereka dapat berburu sendirian pada umur 18 bulan, dan pada umur 2 tahun anak harimau dapat berdiri sendiri.


Harimau Sumatra merupakan salah satu satwa yang terancam punah. Populasinya diprediksi tak sampai 400 ekor pun berstatus kritis atau critically endagered.

Maraknya pemburuan satwa, penggundulan hutan hingga perluasan perkebunan sawit diduga membuat habitat Harimau Sumatra kian terancam.

Kehilangan habitat dan perburuan liar adalah dua ancaman terbesar yang dihadapi oleh Harimau Sumatra yang hampir punah. Perluasan perkebunan kelapa sawit adalah pendorong utama di balik hilangnya hampir 20 persen di habitat Harimau Sumatra antara tahun 2000 dan 2012.

Harimau Sumatra berburu di malam hari dan cenderung menghasilkan sekitar satu pembunuhan besar seminggu.

Kecepatan berlari Harimau Sumatra dapat mencapai hampir 40 mil per jam.

Harimau Sumatra merupakan predator penting yang dapat menjaga keseimbangan mata rantai makanan (food chains) dalam hutan  pulau Sumatra, berkurangnya jumlah Harimau Sumatra  berdampak populasi babi hutan  tak terkendali dan dapat menjadi hama bagi masyarakat di sekitar hutan.

Terdapat 9 subspesies harimau yang tiga diantaranya telah dinyatakan punah. Kesembilan subspisies harimau tersebut adalah:
Harimau Indochina (Panthera tigris corbetti) terdapat di Malaysia, Kamboja, China, Laos, Myanmar, Thailand, dan Vietnam.
Harimau Bengal (Panthera tigris tigris) Bangladesh, Bhutan, China, India, dan Nepal.
Harimau Cina Selatan (Panthera tigris amoyensis) China.
Harimau Siberia (Panthera tigris altaica) dikenal juga sebagai Amur, Ussuri, Harimau Timur Laut China, atau harimau Manchuria. Terdapat di China, Korea Utara, dan Asia Tengah di Rusia.
Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) terdapat hanya di pulau Sumatra, Indonesia.
Harimau Malaya (Panthera tigris jacksoni) terdapat di semenanjung Malaysia.
Harimau Caspian (Panthera tigris virgata) telah punah sekitar tahun 1950an. Harimau Caspian ini terdapat di Afganistan, Iran, Mongolia, Turki, dan Rusia.
Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) telah punah sekitar tahun 1972. Harimau Jawa terdapat di pulau Jawa, Indonesia.
Harimau Bali (Panthera tigris balica) yang telah punah sekitar tahun 1937. Harimau Bali terdapat di pulau Bali, Indonesia.

Berdasarkan berita yang dilansir dari suara.com, bahwa pada 18 Mei 2020 ditemukan Harimau Sumatera yang mati terjerat di kawasan konsesi PT Arara Abadi di Desa Minas Barat, Kabupaten Siak, Provinsi Riau.

Harimau Sumatra yang ditemuan itu diprediksi berumur 1,5 tahun dengan jenis kelamin jantan.

Tim evakuasi harus dan tim medis (dokter Danang dan seorang paramedia yang bernama Aswar), harus menempuh dua jam perjalanan untuk tiba di lokasi penemuan bangkai Harimau Sumatra tersebut. Harimau itu ditemukan dalam kondisi mengenaskan karena terjerat sebuah sling tali besi.

Menurut tim evakuasi, bisa jadi kejadian ini adalah ulah oknum pemburu harimau atau oknum yang tidak bertanggung jawab, karena di TKP juga ditemukan bangkai babi dalam kondisi terikat sebagai umpan.

Diprediksi Harimau Sumatera tersebut sudah terjerat lebih dari dua atau tiga hari. Bangkai harimau itu dibawa ke Kantor Balai Besar Konsevasi Sumber Daya Alam (BBKSD) Riau untuk dilakukan tindakan neukropsi.  Neukropsi adalah kegiatan bedah bangkai yang dilakukan untuk menelusuri adanya gangguan atau kelainan pada anatomi tubuh secara keseluruhan.

Berita mengenai ditemukannya Harimau Sumatra yang tewas dalam kondisi mengenaskan itu, menambah deret panjang PR pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk lebih serius menegakkan peraturan mengenai perburuan satwa langka juga sosialisasi mengenai perlindungan satwa langka.

Harimau Sumatera menjadi satu-satunya spesies harimau tersisa yang dimiliki Indonesia, setelah kepunahan harimau Jawa dan harimau Bali. Ancaman perburuan liar serta rusak dan berkurangnya hutan sebagai habitat harimau membuat kelestarian satwa kharismatik ini semakin terancam.

Hari Harimau Sedunia atau Global Tiger Day (GTD), diperingati setiap 29 Juli layak dijadikan momentum untuk memperjuangkan penyelamatan harimau Sumatera. Mari bersama-sama menyerukan bahwa saatnya harimau mendapatkan perlindungan lebih layak. Saatnya masyarakat lebih mengerti pentingnya harimau, dan saatnya para pihak berkomitmen melindungi harimau dan memberikan sanksi hukum yang maksimal bagi pemburu harimau. Saatnya pula semua pihak memberikan waktu dan ruang untuk harimau tetap hidup. Mari bersama lindungi dan selamatkan Harimau Sumatra!

Referensi dan Sumber Berita:

Monday, July 27, 2020

REMAJA DAN GAWAINYA

Monday, July 27, 2020 0 Comments



Kami mendapatkan amanah dititipi dua orang keponakan perempuan (23 dan 25 tahun), yang ikut tinggal di rumah sejak Maret lalu. Anak-anaknya kakak iparku. Satu hal terpenting adalah kami harus jadi om dan tante yang mampu memberikan keteladanan yang baik bagi mereka.

Salah satu tantangan era sekarang adalah remaja yang sangat addicted dengan gawai. Seolah gawai takkan bisa lepas dari kehidupan mereka. Gawai khususnya smartphone ibarat dua sisi mata pisau. Jika tidak bisa dimanfaatkan dengan baik dapat menjadi suatu hal yang melenakan sekaligus membahayakan. Saat di rumah kami berusaha menekankan beberapa hal, seperti: salat wajib di awal waktu, bangun di sepertiga malam untuk tahajud, bangun sebelum Subuh atau minimal saat azan Subuh, membaca Al Quran setelah salat Magrib, dan baca al Matsurat pagi-petang.

Faktanya, mereka suka tidur larut malam lalu sering bangun kesiangan.  Paginya gedubrakan karena harus berangkat sebelum jam 7 sedangkan masih ada tugas yang belum selesai seperti ngeprint dokumen, dll. Mereka suka nggak kenal waktu kalau sudah scrolling media sosial, atau youtube-an. Selain itu, muncul sedikit rasa khawatir, takut mereka kebablasan mengingat pergaulan anak zaman sekarang.

Aku sering ngobrol dengan suami membahas kedua ponakan itu dan menyiapkan langkah strategis sebagai solusi terbaik ala kami. Yang jelas kami berusaha untuk memposisikan diri kami sebagai orangtua mereka sekaligus sahabat. Akhirnya, suami mengajukan keduanya untuk mengikuti program mentoring dari sekolahan tempat mereka bekerja, yang kedua kami mencoba menyiapkan ‘proyek’ untuk mengasah passion dan keterampilan masing-masing, selanjutnya ada beberapa hal yang kami diskusikan dengan mereka terkait ibadah harian. Kami juga selalu memberi contoh bagaimana memanajemen waktu dengan baik. Kapan harus menyelesaikan tugas rumah, kapan harus menyelesaikan amanah-amanah yang lain.

Ponakan yang satu diberi kesibukan untuk mengoptimalkan passion-nya memasak. Kita belikan peralatan dan menyiapkan modal untuknya hingga lahirlah brand Ratu Pawon. Dia menerima pesanan ayam ungkep, ayam  goreng kremes, kremesan dan ayam bakar. Alhamdulillah proyek ini berjalan sebelum puasa Ramadan dan saat Ramadan pesanan laris manis. Alhamdulillah, masih berlanjut hingga saat ini. Dia pun mampu memanfaatkan gawainya untuk membuat promosi, ngiklan di sosial media, dan belajar tentang food photography. Dia suka memotret hasil masakannya.

Lalu ponakan satunya, karena dia lulusan psikologi dan skill marketingnya bagus, dia dapat tugas jadi admin instagram salah satu olshop-nya @supertwinshop. Dia melakukan ini dengan jadwal posting yang sudah diatur dengan baik oleh kembaran saya, owner @supertwinshop. Dengan begitu mereka tetap produktif, bahkan bisa menghasilkan uang.

Dalam  hal ibadah harian, kami  pun berdiskusi dan membuat kesepakatan, sebisa mungkin saat di rumah dapat mengerjakan salat berjamaah, terus aku bangunkan mereka tiap jam 3 pagi untuk salat Tahajud, dan berusaha untuk tidak tidur lagi tapi melakukan aktivitas produktif sambil menunggu Subuh, lalu mempersiapkan diri untuk bekerja. Alhamdulillah, memang terasa berat pada awalnya, namun lama-kelamaan mereka berdua mulai terbiasa. Bahkan sekarang mereka pun semangat menghafal ayat-ayat Al Quran.

Tak lelah diri ini untuk selalu menekankan bahwa sosial media itu bisa jadi ladang pahala, tapi juga sebaliknya, bisa jadi ladang dosa/maksiat, tergantung bagaimana kita memanfaatkannya. Aku pun memberi contoh ketika sosial media pribadiku bisa mendatangkan rezeki berupa uang dengan membangun personal branding yang baik, juga sarana menyeru kebaikan (berdakwah) dengan cara paling sederhana sekalipun.



Tuesday, July 21, 2020

ANTI BORING SAAT PEMBELAJARAN DARING

Tuesday, July 21, 2020 0 Comments



DRAMA SCHOOL FROM HOME

School from Home alias SFH memang ada-ada saja dramanya. Mulai drama menyebalkan, melelahkan, sampai menggemaskan. Semalam, aku mengalaminya.
Di tugas Zi, ada pertanyaan:
"Apa yang akan kamu lakukan saat menemukan barang yang bukan milikmu?"
Kebanyakan anak-anak mungkin akan menjawab, "mengembalikan pada pemiliknya."
Tahu jawaban Zi apa?
"Biarkan saja siapa tahu pemiliknya datang."
Krik ... krik ....
Iya sih bener. Tapi kan ....
Saat diberi saran, dia berpendapat,
"Di soal nggak ada keterangan kita kenal orangnya, lho. Hayo gimana balikinnya? Kalau kita nggak kenal, ya mending dibiarkan. Siapa tahu orangnya nyadar barangnya ilang, terus langsung balik lagi."
Perdebatan pun berlangsung alot, hingga akhirnya aku akali dengan memberinya beberapa skenario. Jadi jawabannya nggak cuma satu karena dia tetap kekeuh dengan pendapat "biarkan saja siapa tahu pemiliknya datang."
Akhirnya dia menjawab,
1. Biarkan saja siapa tahu pemiliknya datang.
2. Dikembalikan ke pemiliknya bila tahu.
3. Diberikan kepada guru bila di sekolah.
MaasyaAllah 

***
Zia dan jawaban cerdas plus kritis anak zaman now

Gemeeees Masya Allah sama Zia, anaknya Mimi. Dulu ketemu pas masih bayi 5 hari sekarang sudah tumbuh jadi anak salihah cantik dan super cerdas. Siang ini sebelum posting tulisan di blog, aku sempat membaca postingan Mimi (Fissilmi Hamida) itu di FB. Hihi. Itu baru salah satu cuplikan drama pembelajaran di rumah. Masih buanyak drama lainnya saat pembelajaran daring yang pastinya seru abiz untuk dibahas.
***
Selalu ada hikmah di balik setiap musibah. Pandemi Covid-19 memaksa kita untuk tetap tinggal di rumah. Pada situasi sekarang ini telah terjadi perubahan mendasar salah satunya dalam dunia pendidikan. Aktivitas orang tua dan anak menjadi satu di rumah. Sementara itu, pembelajaran yang biasanya dijalani dengan bertatap muka kini melalui daring. Orang tua yang biasanya berangkat kerja ke kantor sebagian juga menjalani kebijakan WFH (Work from Home).
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim, memutuskan, seluruh proses pembelajaran anak usia sekolah dilakukan melalui pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau daring selama masa darurat Covid-19. Awalnya, banyak bersliweran di jagad sosmed, bagaimana gagapnya para pendidik, stresnya orangtua yang mendampingi anak-anaknya belajar di rumah, dan tentunya bagaimana siswa kebingungan menghadapi tumpukan tugas yang aneh-aneh dari para pendidik yang sedang gagap. Semuanya serba kompleks karena memang semua lini dituntut untuk segera beradaptasi.
Memang tidak semua anak dapat menjalani secara konsisten pembelajaran daring karena berbagai keterbatasan. Misalnya, ketiadaan fasilitas gawai (ponsel, laptop, dan tablet), rendahnya pemahaman tentang media digital, terbatasnya kemampuan membeli pulsa, dan keterbatasan sinyal. Namun, hampir sebagian besar siswa telah merasakan pembelajaran daring (dalam jaringan). Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang dilakukan tanpa melakukan tatap muka, tapi melalui platform yang telah tersedia.
Literasi Digital
Sebelum era pembelajaran jarak jauh menggunakan sistem daring, banyak orang tua yang memiliki kekhawatiran ketika anaknya memegang gawai. Kekhawatiran tersebut antara lain: anak akan kacanduan gawai, main game online sampai lupa diri, bahkan berpotensi melihat konten dewasa (pornografi) dan konten yang mengandung kekerasan. Kekhawatiran itu semakin menjadi karena nyatanya memang ada anak-anak yang terjerumus dalam penyalahgunaan gawai dan teknologi informasi tersebut, mereka lepas kontrol atau bisa jadi karena tidak ada pengawasan dari orang dewasa di sekitarnya.
dulu dan sekarang. hehe

Saat ini, anak-anak memanfaatkan gawai dan akses internet untuk proses pembelajaran. Anak-anak mulai belajar bagaimana memanfaatkan media sosial untuk tatap muka daring dengan guru sekaligus bersua secara virtual dengan teman-temannya. Anak-anak juga mengasah keterampilan TIK (teknologi informasi dan komunikasi)-nya mulai dari mengetik tugas dengan Microsoft Word, membuat paparan dengan Power Point, membuat gambar atau poster, membuat video pendek, dan keterampilan teknologi informasi lainnya.
Anak-anak juga belajar menggunakan surat elektronik, mengunduh materi, memasukkan lampiran ke dalam surat elektronik, dan memasukkan tugas ke dalam aplikasi tertentu. Mereka juga belajar mencari informasi melalui dunia maya  untuk menunjang pembelajaran.
Menurut Ibu Rita Pranawati, Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), pembelajaran dengan teknologi informasi pada era Covid-19 ini merupakan proses literasi digital yang tidak disadari banyak anak-anak kita. Selama ini proses literasi digital berlangsung lambat dan parsial. Namun, hari-hari ini anak-anak mengalami pembelajaran yang luar biasa untuk memahami apa itu gawai, bagaimana pemanfaatan gawai dan teknologi informasi secara baik. Anak-anak juga belajar bagaimana memanfaatkan media sosial dan aplikasi-aplikasi lain untuk mendukung pembelajaran jarak jauh yang mereka jalani. Sebuah proses literasi digital yang sangat luar biasa positif bagi anak-anak.
Masya Allah, keren sekali, ya. Jika kita mampu memetik hikmah positif karena pandemi Corona yang mengharuskan sekolah dari rumah. Demikian juga dengan kegiatan di DNA saya off kan sejak pertengahan Maret dan pembelajaran pun kami laksanakan secara daring. Banyak sekali perbedaan yang kami rasakan. Ya, anak-anak tentu saja kangen tatap muka, belajar langsung di kelas DNA, bisa bebas membaca buku dan meminjam buku di perpustakaan. Tapi untuk saat ini, sabar adalah kata kunci utama dan terus berdoa semoga semua bisa kembali normal seperti sedia kala. Aamiin.
Peran Orang tua dan Guru dalam Pembelajaran Daring
Guru memiliki fungsi yang penting agar anak dapat mengatur dan mengelola diri dalam memanfaatkan gawai dan koneksi internet. Guru memberikan tugas-tugas agar anak-anak dapat mengelola diri, memanfaatkan gawai dan internet untuk mendukung pembelajaran jarak jauh. Guru juga bertugas mengontrol aktivitas pembelajaran daring sekaligus memberikan masukan agar siswa terus memanfaatkan gawai, aplikasi, dan koneksi internet untuk mengembangkan pengetahuan.
Saat ini dengan sistem pembelajaran daring membuat guru yang gagap teknologi “terpaksa” harus belajar dan beradaptasi dengan banyak hal baru. Guru belajar untuk keluar dari zona nyaman dan harus berusaha menjadi guru kreatif  dengan memanfaatkan kemajuan teknologi.
Orang tua pun memiliki tanggung jawab untuk mendampingi, memberikan masukan, dan mengawasi anak-anak dalam memanfaatkan penggunaan gawai pada era pembelajaran daring ini. Orang tua perlu membuka komunikasi yang produktif dan membangun keterbukaan agar anak dapat menyeimbangkan belajar daring dan refreshing. 
Hal itu mengingat anak mengakses internet di rumah dan tidak jarang pula di tengah-tengah belajar atau sesudah belajar anak-anak berselancar di dunia maya, bermain game, atau mengakses media sosial lainnya. Orang tua perlu mendorong anak-anak agar dapat bertanggung jawab terhadap pemanfaatan gawai untuk hal-hal yang produktif. Kemampuan mengatur diri itu akan menjadi kecerdasan emosi anak untuk menghadapi era industri 4.0.

Selain itu, orang tua juga harus dapat memenuhi kebutuhan anak dengan menyiapkan camilan bergizi, makanan dan minuman sehat untuk menunjang aktivitas belajar anak-anak di rumah. Karena biasanya anak-anak jadi gampang lapar. Hehe.
EPILOG
Prinsip pembelajaran daring harus selalu diselaraskan dengan 4 pilar pendidikan yang disusun oleh UNESCO, yaitu Learning to Know (belajar untuk mengetahui), Learning to Do (belajar untuk melakukan sesuatu), Learning to Be (belajar untuk menjadi sesuatu), dan Learning to Live Together (belajar untuk hidup bersama), maka saat ini adalah kesempatan paling tepat untuk mengatur ulang arah dunia pendidikan kita yang selama sudah tersesat jauh dari tujuan. Pada prinsipnya, belajar atau sekolah itu tidak hanya terbatas pada sekat-sekat ruang kelas saja.
Dunia pendidikan harus kembali mengajarkan cara belajar (Learning How to Learn), bukan Learning What to Learn (belajar tentang sesuatu). Dengan adanya internet peserta didik dapat belajar untuk tahu, belajar untuk melakukan, belajar untuk menjadi sesuatu, dan belajar untuk hidup bersama dengan pendekatan yang sangat berbeda di masa pra internet di mana guru menjadi satu-satunya sumber belajar. Para pendidik cukup memfasilitasi bagaimana peserta didik dapat mencari tahu sumber belajar yang dapat dipercaya, bukan hoax, dan bukan sekedar opini seseorang yang kredibilitasnya masih diragukan.
Semoga dimudahkan semuanya menjalani lika-liku pembelajaran di era Covid sekarang ini. Semoga Allah senantiasa mudahkan,yang terpenting jangan pernah lupakan adab-adab dalam belajar dan bermajelis ilmu. Semoga hari-hari kita senantiasa dalam payung keberkahan. Aaamiin.