Jejak Karya

Jejak Karya

Thursday, September 24, 2020

KEGIATAN LITERASI UNTUK MENUMBUHKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA ANAK

Thursday, September 24, 2020 0 Comments

 


Salah satu langkah yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas sumber daya manusia di suatu negara dapat dilakukan dengan mengukur kualitas literasi masyarakat negara tersebut. Negara-negara maju menggunakan pengukuran literasi sebagai batu pijakan bagi proses perbaikan di bidang pendidikan dan pembangunan sumber daya manusia.

Budaya literasi membutuhkan beberapa kompetisi dasar seperti Creativity (kreativitas), Communication (komunikasi), Collaboration (kolaborasi), dan Critical Thinking (berpikir kritis), juga bermodalkan HOTS (High Order Thinking Skill). Konsep HOT Skills meliputi konsep mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Perkembangan konsep ini didasarkan pada sifat anak-anak yang cenderung mempunyai daya ingat dan daya pikir yang kuat. Jika diterapkan dalam mendidik anak, konsep HOT Skills dipercaya mampu menumbuhkan keterampilan berpikir kritis.

Kegiatan literasi selama ini identik dengan aktivitas membaca dan menulis. Namun, Deklarasi Praha pada tahun 2003 menyebutkan bahwa literasi juga mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam  masyarakat. Menurut UNESCO, literasi juga bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya.

Deklarasi UNESCO itu juga menyebutkan bahwa literasi informasi terkait pula dengan kemampuan untuk mengidentifikasi, menentukan, menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan terorganisasi, menggunakan dan mengomunikasikan informasi untuk mengatasi berbagai persoalan. Kemampuan-kemampuan itu perlu dimiliki oleh setiap individu dan itu bagian dari hak dasar manusia menyangkut pembelajaran sepanjang hayat.

Ada enam jenis literasi yang perlu kita ketahui termasuk kegiatan yang dapat dilakukan oleh anak-anak untuk mengasah kemampuan berpikir kritis mereka yaitu :

1.    Literasi Baca dan Tulis

Literasi baca dan tulis adalah pengetahuan dan kecakapan untuk membaca, menulis, mencari, menelusuri, mengolah, dan memahami informasi untuk menganalisis, menanggapi, dan menggunakan teks tertulis untuk mencapai tujuan, mengembangkan pemahaman dan potensi, serta untuk berpartisipasi di lingkungan sosial. Kegiatan literasi ini yang nantinya akan lebih banyak saya bahas karena setiap hari menjadi aktivitas yang saya tekuni bersama DNA Writing Club.

 

Contoh kegiatan literasi baca dan tulis:

Belajar menulis cerita

Menulis adalah cara terbaik bagi anak-anak untuk mempelajari hal-hal baru dan mengingatnya. Anak-anak yang belajar menulis cerita sejak dini akan mampu belajar dengan mudah, efektif, berpikir secara sistematis, dan lebih percaya diri. 

 

Menurut Ary Nilandari, menulis dapat membantu anak mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Ya, benar sekali. Anak-anak yang terbiasa menulis sejak dini, akan terbiasa membaca kehidupan  di sekelilingnya secara kritis.

 

Dua anak yang melakukan perjalanan dan kunjungan ke suatu tempat yang sama, ketika diminta untuk menuliskan hasil pengamatan dan observasinya di tempat tersebut, akan menghasilkan dua buah tulisan yang berbeda. Dari sini, mereka belajar tentang perspektif atau sudut pandang.

 

Menulis adalah salah satu cara memberikan tanggapan dengan perspektif atau sudut pandang masing-masing. Anak-anak belajar bahwa lingkungan di sekitar mereka begitu kompleks dengan beragam sudut pandang.

 

Read aloud (membacakan buku secara nyaring/suara lantang)

Orang tua dapat memilihkan buku sesuai usia anak, seperti picture book,

cerpen atau dongeng, lalu menyampaikan isi buku/teks, kata demi kata

dengan intonasi yang menarik dan penuh ekspresi.

 

Membaca buku cerita secara mandiri.

Membaca bukanlah sekadar meningkatkan keterampilan berbahasa. Membaca adalah sebuah proses pembaruan pikiran, di mana seseorang akan menerima suatu hal yang dapat membantu terbentuknya sel otak baru dalam setiap penyerapan informasi. Membaca banyak sekali manfaatnya bagi anak-anak.

 

Sebagai orang dewasa yang ada di sekitar anak-anak, tugas kita adalah to educate (mendidik), to empower (menguatkan), dan to enrich (memperkaya cara pandang) anak-anak.

 

Tujuan literasi tidak dapat tercapai tanpa adanya peranan orang tua di rumah. Hal-hal yang dapat dilakukan orangtua untuk menunjang pembiasaan menulis dan membaca seorang anak adalah membacakan buku dan membuat perpustakaan di rumah.

 

Rasa cinta anak terhadap buku bukan timbul secara mandiri, tapi karena distimulasi oleh orang-orang yang ada disekilingnya. Orangtua yang gemar membaca akan diikuti oleh anak-anaknya, karena pada dasarnya anak mengamati dan mencontoh apa yang dilakukan oleh orangtuanya.

 

Memulai dari diri sendiri merupakan langkah awal untuk menanamkan kebiasaan membaca pada anak. Orangtua juga dapat membuat sebuah perpustakaan yang dapat dijangkau oleh anak. Letakkan buku di tempat-tempat yang mudah dijangkau oleh anak-anak.

 

 

2.     Literasi Numerasi

Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk bisa memperoleh, menginterpretasikan, menggunakan, dan mengomunikasikan berbagai macam angka dan symbol matematika untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari; bisa menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dsb.) untuk mengambil keputusan.

Kegiatan literasi numerasi yang dapat dilakukan dengan anak, antara lain:

Praktik berbelanja di pasar, belajar menghitung benda tertentu, belajar membaca tabel juga grafik, dan masih banyak kegiatan lain yang bisa disesuaikan dengan usia dan tahap tumbuh kembang anak.

 

  1. Literasi Sains

Literasi sains adalah pengetahuan dan kecakapan ilmiah untuk mampu mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan berdasarkan fakta, memahami karakteristik sains, membangun kesadaran bagaimana sains dan teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual dan budaya, serta meningkatkan kemauan untuk terlibat dan peduli dalam isu-isu yang terkait sains.


Alhamdulillah, di Semarang ada Komunitas Ilmuwan Cilik yang sering mengadakan kegiatan praktik sains untuk anak-anak mulai usia 5 tahun. Tentu saja, hal ini sangat bermanfaat untuk menumbuhkan kemampuan anak-anak dalam berpikir kritis. Selain itu, kegiatan sains bisa kok diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dengan peralatan sederhana yang ada di sekitar kita. Misalnya saja, ketika mengenalkan konsep mengapung-melayang-tenggelam dengan memanfaatkan benda-benda yang ada di dapur, mengenalkan pertumbuhan tanaman dengan menanam biji kacang hijau, dan banyak lagi.

 

  1.  Literasi Digital

Literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.


Anak-anak sekarang adalah anak generasi alfa yang akrab dengan dunia digital bahkan sejak sebelum mereka lahir. Karena itu, pengetahuan dan pemahaman tentang literasi digital ini patut dimasukkan dalam kurikulum pembelajaran mereka. Salah satu yang pernah menjadi proyek saya dan anak-anak DNA Writing Club adalah membuat konten positif di media sosial. Waktu itu, kami membuat proyek short movie di channel You Tube “DNA Writing Club”. Alhamdulillah, dari kegiatan ini anak-anak belajar untuk mengeksplorasi potensi mereka masing-masing, mengasah kemampuan berdiskusi untuk menyusun naskah skenario, belajar bekerja sama, dan banyak lagi.

 

  1. Literasi Finansial

Literasi finansial adalah pengetahuan dan kecakapan untuk mengaplikasikan pemahaman tentang konsep dan risiko, keterampilan, dan motivasi dan pemahaman agar dapat membuat keputusan yang efektif dalam konteks finansial. Tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan finansial, baik individu maupun sosial, dan dapat berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat. Anak-anak harus diajarkan bijak mengelola keuangan sejak  dini. Misalnya, orang tua memberikan pengarahan mengenai penggunaan dan pengaturan uang saku, mengajarkan budaya menabung, berhemat, dan banyak lagi.

 

  1. Literasi Budaya dan Kewargaan

Literasi budaya adalah pengetahuan dan kecakapan dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa. Sementara itu, literasi kewargaan adalah pengetahuan dan kecakapan dalam memahami hak dan kewajiban sebagai warga masyarakat.

Dalam literasi ini, anak-anak dapat didorong untuk mengenal keanekaragaman budaya di Indonesia, berlatih berpikir kritis dalam menyikapi perbedaan, menyelami makna “Bhinneka Tunggal Ika”, dan banyak kegiatan kreatif lainnya yang bisa dilakukan orang tua bersama anak di rumah.

 

Nah, seluruh elemen mempunyai peranan penting untuk meningkatkan budaya literasi. Membentuk masyarakat menjadi pribadi literat di segala jenjang merupakan tugas bersama dan saling terikat. Kegiatan ini tidak bisa dikerjakan secara parsial.

 

Pemerintah, masyarakat, guru, orang tua, pustakawan, penulis, penerbit dan segala pemangku kebijakan dan kepentingan mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan kualitas literasi masyarakat Indonesia. Sebagus apapun program pemerintah, jika tidak didukung oleh masyarakat yang di bawah tentu tidak akan menghasilkan.

 

Semakin tinggi kesadaran masyarakat untuk membangun budaya literasi, maka kemampuan berpikir kritis akan semakin terasah. Akhirnya, diharapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional dapat diwujudkan bersama.

 




 

Wednesday, September 23, 2020

RINDU HUSNUL KHATIMAH

Wednesday, September 23, 2020 0 Comments

 


Jika dalam hidup ini ada perpisahan, biarlah kematian yang menyambungnya. Tapi,  jika dalam kematian ada perpisahan, biarlah hidup ini memberi arti yang nyata.

(Aisya Avicenna)

 

Mencintai Kematian

Tuhan jamahlah hatiku
Yang kering dan hampa tanpa kasih
Atas kuasa-Mu ku terlahir
Dan hanya pada-Mu ku kembali
(Doa – Ungu)

 

Sahabat SUPERTWIN, masih ingatkah beragam musibah yang pernah melanda Indonesia? Tsunami di Aceh, Gempa Jogja, Likuifaksi di Palu-Donggala, meletusnya Gunung Merapi, dan beberapa bulan terakhir ini pandemi Covid-19 telah membuat kehidupan kita banyak yang berubah. Sampai sore ini, kasus kematian karena virus Corona sudah mendekati angka 10.000 jiwa. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Semoga semua berpulang dengan husnul khatimah. Aamiin.

Bencana yang menimpa kehidupan manusia di dunia ini, tak hanya menyebabkan kerugian yang besar, tapi juga rasa duka yang mendalam. Duka karena kematian dan kehilangan.

Manusia sangat akrab dengan kematian sebagaimana ia juga akrab dengan kehidupan. Mati dan hidup, dua hal yang senantiasa datang dan pergi, bergiliran. Kadang saya berhenti dan terhenyak, teringat pada orang-orang yang tidak akan lagi bisa saya jumpai di dunia ini karena telah berjumpa Sang Penggenggam Kehidupan dan Kematian. Salah satunya, orang terdekat yang selalu hangat di hati saya, Babe Kadri, ayah terkocak sedunia yang meninggal setahun silam. Semoga husnul khatimah. Al Fatihah untuk Babe…

[*]

 

Kematian memang begitu wajar,

 namun tidak pernah habis untuk direnungkan.

 

Detik waktu terus berjalan
Berhias gelap dan terang
Suka dan duka, tangis dan tawa
Tergores bagai lukisan
(Rapuh – Opick)

Saat membaca tulisan ini, kita tentu masih menghirup segarnya udara kehidupan. Berjuta kenikmatan dan gemerlapnya kehidupan dunia masih sangat akrab dengan kita. Akan tetapi, siapa bisa memastikan bahwa hidup kita masih bertahan lebih dari satu tahun, satu bulan, satu minggu, satu jam, atau sekedar satu kali desahan nafas? Kematian bisa datang kapan dan di mana saja. Kematian tidak pernah datang terlalu cepat atau terlalu lambat.

Tak seorang pun yang memungkiri akan datangnya kematian. Meskipun demikian, dalam praktik kehidupan, banyak dari kita yang tingkah lakunya menunjukkan ketidakyakinan akan datangnya kematian. Kita masih asyik bergulat dengan kemaksiatan, acuh dengan perintah dan larangan-Nya, dan tak pernah tersisa sedetik waktupun untuk merenung bahwa hidup di dunia hanya sementara.

 

Perbanyaklah mengingat sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu kematian!

(HR. Tirmidzi)

            Berbahagialah hamba-hamba Allah yang senantiasa bercermin dari kematian. Tak ubahnya seperti guru yang baik, kematian memberikan banyak pelajaran, membingkai hikmah hidup, bahkan menjadi rem cakram agar terhenti dari penyimpangan.

 

Jadikan Hidup Kita Berarti dengan Berprestasi!

Sahabat SUPERTWIN, idealnya dan memang seharusnya demikian, bahwa setiap aktivitas kita hendaknya berlandaskan pada niat untuk mendapatkan ridho-Nya, menempatkan cinta kepada Allah di atas segalanya, karena hanya dengan cinta itu yang dapat mengalahkan godaan dunia yang meraja. Cinta itu adalah cinta hakiki yang membuat manusia melihat dari sudut pandang yang berbeda, menjadikan hidupnya lebih bermakna dan lebih indah. Mencintai Allah, setulusnya, dengan sebenar-benar cinta adalah salah satu bekal kita menghadapi kematian.

            Tapi, tak bisa dipungkiri! Dalam perjalanan hidup ini, hati kita kerapkali terisi oleh cinta selain-Nya, mudah sekali terlena oleh indahnya dunia, terkadang melakukan sesuatu bukan karena-Nya. Ujung-ujungnya, tak sadar bahwa kematian semakin mendekat. Kita terlalu larut dalam buaian nafsu duniawi.

 

Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.

(Q.S. Ali ‘Imran [3] : 14) 

            Dunia memang kerap menyuguhkan kedahsyatan tipuannya. Jangan sampai kita terlena! Jangan sampai amalan baik kita tertutup oleh maksiat yang tak kita sadari. Sedihnya, saat nurani yang bersih menjadi terkotori oleh nafsu duniawi, saat ibadah hanya rutinitas belaka, saat fisik dan pikiran disibukkan oleh dunia, saat wajah menampakkan kebahagiaan yang semu.

Faghfirli, Ya Rabbi… Ampunilah hamba-Mu ini.

 

Dan di antara manusia, ada yang berkata : ‘Kami beriman kepada Allah dan hari akhir’. Padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu dan mereka mendapat azab yang pedih karena mereka berdusta.

 (Q.S. Al-Baqarah [2] : 8 – 10)

 

Sahabat SUPERTWIN, coba tanyakan pada hatimu! Bagaimanakah kabarnya? Sedang bahagiakah? Menangis? Damai? Galau? Atau Merana?

 

Meski ku rapuh dalam langkah
Kadang tak setia kepada-Mu
Namun cinta dalam jiwa
Hanyalah pada-Mu
(Rapuh – Opick)

 

Waspada! Izrail Senantiasa Bersiaga

Sombongnya kita! Sering bangga pada diri sendiri, padahal sungguh tiada satupun yang membuat kita lebih di hadapan-Nya selain ketaqwaan. Padahal kita menyadari bahwa tiap-tiap jiwa pasti akan mati, namun kita masih bergulat dengan kefanaan. Taqwa? Sudah cukup layakkah kita menyandang gelar itu?!

Naudzubillah, saat tiada getar ketika asma Allah disebut, saat tiada sesal ketika kebaikan terlewatkan begitu saja, saat tiada rasa dosa ketika mendzolimi diri dan saudara yang lainnya. Raga kita memang belum mati (untuk saat ini), tapi apakah itu pertanda hati kita yang sudah mati?!

 

Maafkanlah bila hati
Tak sempurna mencintai-Mu
Dalam dada, kuharap hanya diri-Mu yang bertahta
(Rapuh – Opick)

Mumpung Allah Swt masih memberi kita kesempatan untuk hidup, mari persiapkan bekal terbaik. "Berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa." (QS Al-Baqarah [2]: 197). Semoga jiwa kita masih memiliki cahaya cinta itu. Cinta pada Sang Penggenggam kehidupan dan kematian kita. Semoga, pada saatnya nanti kita meninggalkan dunia yang penuh goda ini, husnul khotimah pantas menjadi predikat kematian kita! Aamiin.

 

Oh Tuhan mohon ampun
Atas dosa dan dosa… sempatkanlah…
Aku bertobat hidup di jalan-Mu 
Tuk penuhi kewajibanku
Sebelum tutup usia kembali pada-Mu
(Akhirnya – Gigi)

Mendamba Kematian Husnul Khatimah

Ia sudah menyelesaikan studinya di pondok Tahfizhul Qur’an. Di satu tangannya, ia membawa Kitabullah. Sementara di tangannya yang lain, ia membawa kotak amal. Sejak lama ia memang sudah memendam cita-cita Islam, cita-cita saudaranya kaum muslim. Ia tidak membeli kotak amal itu untuk dimakannya sendiri. Ia membelinya agar ia sendiri bisa menginfakkan sebagian hartanya fi sabilillah.  Agar ketika makan, ia bisa mengingat saudara-saudaranya kaum muslim di berbagai belahan dunia dan memikirkan cara menolong mereka dari kesengsaraan akibat rasa lapar dan sakit. Agar Allah berkenan menjadikan benda itu sebagai saksi baginya di hari kiamat nanti.

Namun, keluarnya ia kali ini dari pondok yang penuh berkah ini untuk memasrahkan dirinya disambut oleh Yang Memberi Segala Karunia. Ia dipilih oleh Allah untuk berpulang ke hadirat-Nya.

Tiba-tiba sebuah mobil yang dikendarai oleh sopir ceroboh menghantam tubuh yang suci itu sehingga tubuhnya terpental di atas tanah. Mushaf Al-Qur’an di tangan kanannya terjatuh sementara kotak amal di tangan kirinya berhamburan isinya. Akan tetapi, jantungnya masih berdetak, tanda ia masih hidup.

Ia segera dibawa ke Rumah Sakit dalam kondisi kritis. Saat itu hari Ahad. Pada hari Jum’at, nyawanya berpulang ke rahmatullah. Semoga Allah memberikan rahmat-Nya kepada muslimah penghafal Al-Qur’an itu. Ia tidak sedang membawa majalah porno. Ia juga tidak sedang keluar dari diskotik atau tempat yang penuh dengan wanita yang membuka auratnya. Ia baru saja keluar dari taman Al Qur’an. Tidurlah dengan tenang dan tenteram wahai, Saudariku…

Subhanallah, belajar dari kisah di atas... betapa Allah benar-benar men-setting bahwa kematian itu luar biasa dahsyatnya. Waktunya dirahasiakan dan kisah yang mengiringinya pun hanya Allah yang Maha Tahu. Ya, Allah lah pemegang kuasa  yang menentukan akhir kehidupan kita. Kita hanya bisa berdoa dan berharap semoga Allah berbelas kasih kepada kita, sudi mengampuni dosa-dosa kita, dan menutup kehidupan kita dengan husnul khotimah untuk kemudian di akhirat nanti menikmati kehidupan syurga yang abadi… Aamiin…

[*]

Sahabat SUPERTWIN, alangkah indahnya dunia ini tatkala setiap orang menyadari hakikat kabar kematian yang tersembunyi. Hal terpenting bukanlah tentang kapan dan dengan cara apa kita menutup lembaran kehidupan kita di dunia. Tapi bagaimana akhir kisah yang kita akhiri dalam lembaran-lembaran itu. Hal terpenting adalah tak ada penyesalan ketika kita meninggalkan dunia ini.

Kematian kita menjadi sebuah kabar duka bagi setiap orang yang sempat maupun yang tidak sempat mengenal kita sehingga rangkaian doa pun mengalir laksana mata air dan pada saatnya di Yaumul Akhir nanti, kita bisa bertemu Allah SWT dalam wajah penuh ketaqwaan. Sungguh, jiwa ini merindu kematian husnul khatimah.

Akhirnya, tuntunan dari Rasulullah Saw. ini benar-benar menjadi rumus pamungkas bagi kita dalam menjalani kehidupan:

Bekerjalah untuk DUNIAMU seolah-olah kamu akan hidup SELAMANYA dan bekerjalah untuk AKHIRATMU seolah-olah kamu akan mati ESOK HARI.




Monday, September 21, 2020

BELAJAR TOLERANSI DARI NOVEL ANAK KEO & NOAKI

Monday, September 21, 2020 0 Comments

 


“Bu Norma, novel ini aku bangeeet!” seru Khansa, kelas 6 SD.

“Aku ingin punya sahabat seperti Formasi 8!” kata Inas, kelas 5 SD.

 

Begitulah celoteh anak-anak di DNA Writing Club saat aku sodori novel seri Keo & Noaki. Tidak hanya meminjam lalu membaca satu demi satu novelnya, mereka pun memutuskan untuk mengoleksi. Tentu saja setelah minta izin orang tua masing-masing, bahkan ada yang membeli dari hasil uang tabungan mereka sendiri.


Inilah novel anak yang paling laris dipinjam di Perpustakaan DNA. Novel karya penulis favoritku, Kak Ary Nilandari. Ada 6 judul novel seri Keo & Noaki versi buku cetak. Lalu, Kak Ary menambahkan ada seri 6.5, yang bisa dibaca di wattpad. Sampai detik ini pun para diehard fans Keo & Noaki masih menanti-nanti seri berikutnya. Mungkin yang para tokohnya sudah menginjak usia SMP lalu SMA, dan seterusnya. Ayo, Kak Ary, seri Keo & Noaki dilanjutin, dong! Hehehe.


Ada satu momen istimewa saat DNA diminta Kak Ary Nilandari untuk menerbitkan judul ke-5 dan ke-6 (Seri ke-5 dan 6 beralih menjadi “Keo & Noaki”), setelah sebelumnya judul 1-4 (awalnya Go, Keo! No, Noaki!/GKNN) diterbitkan oleh Penerbit Kiddo. Wow! Terima kasih ya, Kak Ary atas kepercayaannya dan terbukti kalau Keo & Noaki sangat best seller.

 



Merayakan Perbedaan dalam Jalinan Persahabatan

Seri Keo & Noaki adalah novel anak yang mengisahkan persahabatan antar delapan anak yang berusia antara sepuluh hingga dua belas tahun (kelas 4-6 SD). Mereka memiliki latar belakang yang sangat beragam.


Tokoh utamanya bernama Keo dan Noaki. Mereka adalah anak lelaki dan perempuan berusia 11 tahun yang memiliki wajah kembar, tapi tidak ada hubungan darah. Persahabatan mereka terbentuk setelah melalui rangkaian peristiwa dan terus diuji dengan konflik-konflik yang tidak mudah. Sudut pandang anak-anak dan cara penyelesaian masalah ala mereka membuat seri ini dekat dengan pembacanya.


Menurut Kak Ary Nilandari, gagasan dan idealisme yang diangkat dalam seri ini mencakup: nilai-nilai persahabatan, pengakuan akan proses pertumbuhan alami anak, konflik realistik, multikulturalisme, penanaman karakter unggul, suara anak, pendidikan sekolah yang ramah anak, cinta lingkungan, reading campaign, dan pengakuan pentingnya akses internet dan gadget disertai kesadaran akan bahayanya juga. 


Terus, visi dan misi dari Kak Ary di balik seri Keo & Noaki terangkum dalam satu kalimat: “merayakan perbedaan dalam persahabatan”, alasannya…

1. Karena persahabatan tidak bisa dibeli dengan uang.

2. Sahabat harus dicari dan dipertahankan, meskipun harus berkorban untuk itu.

3. Dalam persahabatan, perbedaan diakui, diterima, dan dihargai.

4. Sahabat saling menerima ada adanya.

5. Persahabatan kerap diuji. Kadar kesejatiannya terlihat setelah melalui aneka konflik dan bertahan.

 

Di seri pertama, visi dan misi ini mulai tampak saat pengenalan tokoh. Delapan orang tokoh dengan segala latar belakang mereka masing-masing. Novel ini sangat unik. Seri ganjil dari sudut pandang khas anak laki-laki, yaitu Keo. Seri genap dari sudut pandang khas anak perempuan, yaitu Noaki. Nah, pada novel pertama mengisahkan kepindahan Keo dari Jakarta ke Bandung karena ibunya berpindah tempat kerja. Sebenarnya Keo tidak suka, tapi ibu memberi masa percobaan kepada Keo selama satu bulan. Jika setelah satu bulan Keo merasa tidak betah di Bandung, maka mereka akan kembali ke Jakarta.



Keo harus beradaptasi dengan banyak hal, termasuk dengan sekolah barunya. Di sekolah itu, Keo bertemu dengan sekelompok anak berjumlah 7 orang. Anak-anak itu sangat unik dengan suku, ras, dan agama yang berbeda-beda.

Saat menceritakan behind the scene Seri Keo & Noaki, Kak Ary menyebutkan untuk mewujudkan visi dan misi dari karya ini, Kak Ary menciptakan tokoh yang multietnis dan multiagama. Hal ini akan memberikan banyak pengalaman keren bagi para pembaca cilik tentang hakikat semboyan Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Delapan tokoh dan seri Keo & Noaki ini (Keo, Noaki, Wamena, Timika, Ajeng, Lady, Sebastian, dan Toby) berasal dari suku bangsa: Jawa, Sunda, Tionghoa, Minang, Papua, Manado, Bali, bahkan ada yang berdarah Prancis. Mereka lalu menamakan diri mereka Formasi 8.


Lalu, dengan tokoh yang memiliki agama dan kepercayaan yang berbeda-beda, apa yang ingin Kak Ary sampaikan? Simak, yuk!

  • Indonesia terdiri atas ratusan etnis; kaya tradisi budaya, agama, dan bahasa. Keberagaman itu harus diapresiasi dan diperkenalkan kepada anak-anak.
  • Anak-anak sejatinya memiliki toleransi tinggi. Orang dewasalah yang seringnya menanamkan ketakutan dan kecurigaan terhadap perbedaan, Hal ini tidak sehat bagi perkembangan sosial-emosional anak.
  • Keburukan perilaku berasal dari pribadi manusianya, bukan dari latar etnis dan agamanya.
  • Dalam keberagaman, justru anak menyadari jati diri dan keunikannya. Rasa percaya diri pun tumbuh karena itu.

 

            Wah, makin penasaran, kan, gimana alur ceritanya?

 

Banyak adegan dalam novel yang dikemas dengan asik dan tanpa menggurui, mengajarkan kepada anak-anak tentang indahnya sikap toleransi. Bagaimana tokoh-tokoh saling menghargai perbedaan, bagaimana mereka berjuang untuk menjaga persahabatan, konflik-konflik yang muncul dalam novel seri ini juga memperkaya sudut pandang pembaca.

Ini salah satu cuplikan dari seri ke-3, halaman 65:

“Untuk PKn, Keo sekelompok dengan Langit dan Mazaki, membuat tabel perbedaan di antara mereka. Ciri fisik, suku bangsa, agama, adat istiadat, bahasa, dan tata krama sehari-hari. Menarik dan menyenangkan sekali. Mengenal Langit dan Mazaki lebih jauh. Keo justru lebih sadar dengan ciri fisik, kesundaan, keislaman, dan cara hidup keluarganya.”

Wah, keren sekali, ya! Aku sendiri setelah membaca ke-7 seri ini merasa: novel ini harus jadi bacaan wajib anak-anak Indonesia, nih! Karena segala unsur intrinsik dan ekstrinsik sangat kaya sekali dan dekat dengan dunia anak-anak, terutama anak-anak pre-teen (praremaja). Serial Keo & Noaki memang dipersembahkan untuk pembaca kategori pre-teen (praremaja) yang sedang mengalami beraneka macam “gejolak” akibat dari hormon pertumbuhan.

Anak-anak dapat dikenalkan dengan indahnya nilai-nilai toleransi salah satunya lewat bacaan, tentu saja pilih bacaan yang mendidik. Aku rekomendasikan seri novel Keo & Noaki ini. Cakep abiz!



Oh ya, coba baca dulu seri #1, pasti anak-anak (bahkan orang tua) bakalan nagih untuk baca seri-seri berikutnya. Seri ganjil favoritku yaitu seri #5 yang berjudul “Panggil Aku, SPARK!” yang secara garis besar banyak bercerita urusan anak cocok. Seperti apa saja yang dirasakan Keo, rasa cemburu, “persaingan” antara Nata dan Keo untuk merebut perhatian Noaki, ketakutan Keo tentang mimpi basah, dan banyak lagi. Ada satu bagian yang aku suka, saat Kak Ary menyebut mimpi basah sebagai “emisi malam”. Istilah ini terdengar lebih ilmiah dan membahas tentang hal ini bukanlah hal yang tabu. Mimpi basah menjadi episode sangat penting bagi anak cowok, jadi memang sudah seharusnya bagian ini dimunculkan.



Demikian juga di seri genap favoritku, yaitu seri #6 yang berjudul “Layang-Layang Hati”. Pada seri ini menggunakan sudut pandang Noaki. Ada bagian yang menggambarkan salah satu tokoh mengalami menstruasi. Ah, aku benar-benar akui, racikan cerita yang dijalin Kak Ary sungguh luar biasa. Benar-benar layak konsumsi untuk anak-anak pre-teen. Setting yang detail, dialog cerdas dan mengalir, terus tokoh-tokoh yang berkarakter, konflik yang membuat emosi campur aduk, benar-benar semuanya dikemas dengan sangat keren tanpa menggurui.

 

Pentingnya Menanamkan Nilai Tolerasi Sejak Dini

Nah, dari novel anak seri Keo & Noaki, para pembaca dapat  belajar bahwa perbedaan itu indah, perbedaan itu bahkan akan “memperkaya”, akan membuat banyak hal menjadi lebih bernilai dan penuh makna. Karena itu, sikap tolerasi perlu ditanamkan sejak dini, tidak hanya dikenalkan namun juga melalui pembiasaan-pembiasaan dari hal-hal yang sederhana.

Misalnya, saat anak bermain dengan teman atau saudara. Anak akan belajar tentang nilai-nilai sosial, adab berinteraksi dengan orang lain, belajar kasih sayang, dan makna sebuah kebersamaan. Anak juga belajar saat berbagi dan berganti dengan teman atau saudaranya, belajar menghargai pendapat teman atau saudara yang berbeda saat bermain, dan lain sebagainya.

Dengan menanamkan sikap toleransi sejak dini, manfaat yang akan didapat, diantaranya:

  1. Anak-anak akan belajar beradaptasi dengan lingkungannya yang beragam (heterogen).
  2. Anak akan lebih santai menghadapi perbedaan yang ada di sekitarnya.
  3. Anak akan belajar menjadi pribadi yang tangguh dan percaya diri.
  4. Anak akan belajar memegang teguh prinsip dan tidak mudah terpengaruh pada hal yang tidak baik.
  5. Mencegah timbulnya kasus “bullying” pada anak.
  6. Anak memiliki kecerdasan sosial dan dapat menempatkan diri dengan baik.
  7. Anak akan lebih berani bereksplorasi.

 

Nah, kemampuan bertoleransi sangat berkaitan dengan kecerdasan kognitif dan kecerdasan sosial anak, tidak hanya di usia kanak-kanak, tetapi juga saat mereka dewasa kelak. Lalu, bagaimana cara membiasakan anak-anak untuk bertoleransi?

  • Sebagai orang tua, berikan teladan dan contoh terbaik untuk anak. Misalnya: bersikap baik kepada tetangga yang berbeda agama dan suku.
  • Ajak anak lebih sering bersosialisasi. Misalnya: ajak anak mengunjungi taman bermain di dekat rumah, menemani ibu berbelanja ke pasar, silaturahim ke rumah tetangga, dan banyak lagi.
  • Kenalkan anak dengan keanekaragaman budaya. Misalnya: jelaskan kepada anak, setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas masing-masing yang istimewa dan unik. Mungkin bisa mengambil contoh dari keluarga besar, ada yang dari suku Jawa, suku Sunda, dan lainnya.

 

Terakhir… kalau Kepo dengan novel seri Keo & Noaki, bisa baca sinopsis dan blurb-nya di sini.

Kabar buruknya, seri 1-4 sudah tidak dicetak lagi oleh Penerbit Kiddo, stok di Kak Ary sudah benar-benar terbatas. Mungkin seri 5-6 yang masih bisa didapatkan.