Jejak Karya

Jejak Karya
Showing posts with label cinta. Show all posts
Showing posts with label cinta. Show all posts

Wednesday, May 11, 2011

Celoteh Aksara [39]: "SEJENAK RENUNGI SEBUAH JALINAN"

Wednesday, May 11, 2011 0 Comments



by Norma Keisya Avicenna on Wednesday, May 11, 2011 at 8:32am

Persahabatan adalah suatu rasa…

Aku rasa kamu dan kamu rasa aku…

Seorang sahabat kan kucurkan butiran air yg menjelma menjadi hujan menyiramkan kasih sayang dalam jalinan insan pengikutnya.

Bak gerimis yg ditumpahkan setetes demi setetes dari langit pada bumi yg telah lama mendambakannya

Kering…telah terkikis… sedikit demi sedikit…



Kuucap syukur & terima kasih wahai Sahabat…

Berkat kamu aku jadi tahu makna kehidupan ini

Kau beri ku kepercayaan dan kau hargai aku!

Kau warnai dengan cat keindahan…

walau kadang suatu noda tercipta pada kertas putih lambang PERSAHABATAN kita



Persahabatan tak kan kering oleh sengatan Sang Raja Siang…

Persahabatan adalah rona indah pelangi

sesaat setelah hujan dengan variasi warna & dipuja oleh jiwa yg dapat mengetahui maknanya.

Ketulusan seorang SAHABAT takkan terusik bayu yg menerbangkan payung pelindung diri…

Persahabatan penuh sejuta rasa pada sekian banyak kondisi

Persahabatan akan selalu penuh warna berbeda, bukan hampa tak berasa, tapi kelabu, merah, biru, kuning, & hijaunya kan mengiringi perjalanan waktu persahabatan itu…



Insannya kan dekap & peluk ruh insan lain

Ia akan membelai & menjabat hati serta tangan saat sahabatnya menderu, menangis oleh badai prahara

Hilangkan haru biru dukanya dengan tutur manis hingga ia dapat merasakan senyum tulus penyegar hati yg menghiasi bibirmu, hingga ia dapat tetap percaya & merasakan bahwa kita tetap membawa selimut persahabatan yg menghangatkan

Mencoba sunggingkan kembali senyum hatinya…



Sahabat takkan rela bila sahabatnya terhujam belati atau malah mungkin sahabatnya sendiri yg menancapkan belati itu…sehingga ia merelakannya

TERLUKA…itu pasti !Dan mengerang adalah wajar!

Tapi bila itu sampai terjadi, maka satu yg hanya mungkin kita lakukan

tetap mencintainya walau ia tak lagi ada di samping kita





SAHABAT, ku kan kucurkan keringat yg selalu tulus

Menyiramkan pada kuncup hingga berbunga kasih sayang

karena pengorbanan dalam jalinan ini adalah sesuatu yg membahagiakan bila tanpa dikotori harapan mendapat imbalan



Insan-insan persahabatan takkan terkoyak oleh JARAK pemisah dua jiwa

selama mereka tetap mengibarkan panji persahabatan sejati



SAHABAT…marahilah & tegurlah aku jikalau menurutmu salah, jangan sungkan ataupun ragu karena ku ingin

Allah SWT meridhoi kita semua

Ikatan yg tentunya semoga kan tetap terjaga sampai akhirnya nanti,

kita kembali dipertemukan di masa yg lebih kekal



Wallahu a’lam bishowab…



[Serakan Inspirasi Keisya Avicenna, file yang tersimpan lama sejak kelas 3 SMA. Ntah ini hasil tulisan siapa…(setelah sempat Nung edit)]

Celoteh Aksara [37]: “Surat Untuk Istriku: Sirami Bunga Kita Dengan Cinta” [Mas Bayu Gawtama]

Wednesday, May 11, 2011 0 Comments


by Norma Keisya Avicenna on Monday, May 9, 2011 at 12:12pm

“Surat Untuk Istriku: Sirami Bunga Kita Dengan Cinta”



Awal bulan depan, genap satu tahun pernikahan kita. Sementara bunga kecil di perutmu sudah mulai mendesak-desak ingin keluar, hmm, tak terasa sebentar lagi bunga itu akan keluar dan menghiasi harum rumah kecil ini. Dik, sungguh aku sudah tidak sabar untuk menciuminya sepuasku hingga tak satupun orang lain kuberikan kesempatan mencium dan memeluknya sebelum aku, ayahnya, bosan menciumnya.



Satu tahun empat bulan yang lalu, aku masih ingat saat datang ke rumahmu untuk berkenalan dengan keluargamu. Takkan pernah hilang dalam ingatanku, betapa kedatanganku yang ditemani beberapa sahabat untuk berkenalan malah berubah menjadi sebuah prosesi yang aku sendiri tidak siap melakukannya, yah, aku melamarmu dik.



Padahal, baru satu minggu sebelum itulah kita berkenalan di rumah salah seorang sahabatmu. Waktu itu, aku tak berani menatap wajahmu meski ingin sekali aku beranikan diri untuk mengangkat wajahku dan segera menatapmu. Tapi, entah magnet apa yang membuatku terus tertunduk. Kenakalanku selama ini ternyata tidak berarti apa-apa dihadapanmu, kurasakan sebuah gunung besar bertengger tepat di atas kepalaku dan membuatku terus tertunduk.



Dik, aku juga masih ingat dua hari setelah pernikahan kita, kamu masih tidak mau membuka jilbab didepanku meski aku sudah sah sebagai suamimu. Tidurpun, kita masih berpisah, kamu diatas kasur empuk yang aku belikan beberapa hari sebelum pernikahan, sementara aku harus kedinginan tidur dilantai beralaskan selimut.



Hmm, aku masih sering tersenyum sendirian kala mengingat kata-kataku untuk merayumu agar mau membuka jilbab. "Abang cuma ingin tahu, istri abang nih ada telinganya nggak sih". Kata-kata lembutku pada malam ketiga itu langsung disambar dengan pelototan mata indahmu. "Teruslah dik, mata melotot adik takkan pernah membuat abang takut atau menyerah, malaaah, adik makin terlihat cantik, makin jelas indahnya mata adik".



Setelah kata-kata itu meluncur dari mulut jahilku, bertubi-tubi pukulan sayang mendarat di tubuh dan kepalaku karena adik menganggap aku meledekmu. Tapi waktu itu, aku justru merasakan kehangatan pada setiap sentuhan tanganmu yang mengalir bak air di pegunungan. Karena aku yakin, dibalik pukulan-pukulan kecil itu, deras kurasakan cintamu seiring hujan yang turun sejak selepas maghrib.



Indah bunga seroja di taman mungkin takkan pernah bisa mengungkapkan eloknya cinta kita, cinta yang didasari atas kecintaan kepada Allah. Allah-lah yang menciptakan hati, jiwa dan ragamu begitu rupa sehingga aku mencintaimu. Aku pun berharap, atas dasar cinta Allah pulalah adik mencintaiku. Karena hanya dengan cinta karena Allah, cinta ini akan terus berbunga dan mewangi selamanya.



Cinta hakiki adalah cinta kepada zat yang menciptakan cinta itu sendiri, begitu seorang bijak berkata. Cinta tidak dirasa tanpa pengorbanan, kasih sayang bukan sekedar untaian kata-kata indah, dan kerinduan yang terus takkan pernah terwujud jika hanya sebatas pemanis bibir, tambah sang bijak.



Langit akan selamanya cerah, bila kita suburkan cinta ini. Mentari takkan pernah bosan bersinar selama kasih antara kita tetap terpatri dan rembulan pun tetap tersenyum, selama kita isi hari-hari dengan segala keceriaan yang jujur.



Tak terasa, malam semakin larut dik. Baru saja kudengar dentang jam berbunyi duabelas kali. Sementara tangan ini masih asik dengan pena dan secarik kertas putih. Kan kutulis semua rasa bathinku malam ini, semua keindahan, kehangatan, dan hidup dibawah naungan cinta bersamamu karena Allah. Tapi, maafkan aku dik, karena aku juga akan mengkhabarimu hal yang tidak pernah kuceritakan kepadamu sebelumnya.



Kau sandarkan kepalamu di dadaku, lelap sudah malam menghantarmu tidur. Tapi, ah, bunga kecil kita ternyata belum tidur dik, sesekali kurasakan sentuhan kakinya dari dalam perutmu. Rupanya bunga kecil itu sudah mengenaliku sebagai ayahnya, kurasakan berkali-kali diberbagai kesempatan berdampingan denganmu, tangan-tangan kecilnya berupaya menggapai dan menyentuhku seakan memintaku untuk segera menggendongnya.



Malam ini, ada tangis dihatiku yang tidak mungkin aku curahkan padamu. Karena aku tahu, kaupun sudah cukup sering menahan tangismu agar tidak terlihat olehku. Jadi, mana mungkin aku menambahinya dengan air mataku yang mulai menggenang di bibir kelopak mataku ini.



Sebagai suami, aku merasa belum mampu membahagiakanmu dik. Nafkah yang kuberikan kepadamu setiap bulan, tidak pernah cukup bahkan untuk dua minggu pun. Sehingga untuk keperluan dua minggu berikutnya, aku harus meminjamnya dari teman-temanku tanpa sepengetahuanmu dan aku hanya membisikimu, "rizqumminallaah".



Setahun kita menikah, tak sehelaipun pakaian kubelikan untukmu. Bahkan aku sering menangis, saat mengajakmu pergi, adik harus bingung mencari-cari sandal yang layak dipakai. Tak pernah aku mengajakmu untuk berjalan-jalan, karena aku selalu disibukkan dengan segala urusanku, tak peduli hari libur. Aku selalu berharap adik tampil cantik dan segar sepanjang hari, tapi tak pernah kubelikan adik alat-alat kecantikan. Dan yang terakhir, aku tak kuasa mengingatnya dik, meski berat kita harus melalui saat-saat kita makan dengan makanan seadanya, bahkan tidak jarang kita berpuasa. Waktu itu adik bilang, "Biarlah bang, adik lebih rela makan sedikit dan seadanya daripada kita harus berhutang, karena hidup tidak akan tenteram dan selalu merasa dikejar-kejar".



Sebentar lagi, bunga kecil itu akan hadir dik. Akankah aku, ayahnya, membiarkannya tumbuh dengan apa adanya seperti yang aku lakukan terhadapmu dik. Bersyukurlah ia karena mempunyai ibu yang sholehah dan selalu menjaga kedekatannya dengan Allah. Karena, walau gizi yang diberikannya kelak tidak sebanyak kebanyakan anak-anak lainnya, tetapi ibunya akan mengalirkan gizi takwa dihatinya, mengenalkan Allah sebagai Rabb-nya, Muhammad sebagai tauladannya dan mengajarkan Al Qur'an sebagai petunjuk jalannya kelak. Ibunya akan mengajarkan kebenaran kepadanya sehingga mampu membedakan mana hak dan mana bathil,



Dik, jika ia lahir nanti, sirami hatinya dengan dzikir, suburkan jiwanya dengan lantunan ayat-ayat suci Al Qur'an, hangatkan tubuhnya dengan keteguhan menjalankan dinnya, baguskan pula hatinya dengan mengajarkannya bagaimana mencintai Allah dan Rasul-Nya, ajarkan juga ia berbuat baik kepada orangtua dan orang lain, bimbinglah ia dengan ilmu yang kau punya, sehingga dengan ilmu itu ia tidak menjadi orang yang tertindas. Jadikan jujur sebagai pengharum mulutnya serta kata-kata yang benar, baik, lembut dan mulia sebagai penghias bibirnya. Sematkan kesabaran dalam setiap langkahnya, taburi pula benih-benih cinta di dadanya agar ia mampu mengukir cinta dan kasih sayang dalam setiap perilakunya, dan yang terakhir kenakan takwa sebagai pakaiannya setiap hari.



Jika demikian, insya Allah harapan dan do'a kita untuk tetap bersama sampai di surga kelak akan lebih mudah kita gapai. Aku berharap, engkau membaca surat yang kuselipkan di bawah bantalmu malam ini. Dan jika kau telah membacanya esok pagi, jangan katakan apapun kecuali ciuman hangat di tanganku. Karena dengan begitu, aku tahu kau telah membacanya.

(Bayu Gawtama, 22 November 2001)

***

Hidup pada dasarnya seperti menata perjalanan

Selangkah demi selangkah

Merangkak…berjalan…kemudian berlari…

Tak jarang suatu saat harus dihadapkan pada rasa lelah…letih…

Harus dihadapkan dengan keras dan beratnya jalan yang dilalui



Hidup adalah sebuah perjalanan

Yang akan terus mengembara tanpa henti

Pengembaraan untuk selalu mencari kemenangan

Pengembaraan untuk selalu menjadi pemenang!!!

Pengembaraan itu akan terus berlanjut…



Sampai Sang Penguasa waktu memutuskan untuk menghentikan langkah demi langkah kehidupan



Maka…bagi siapa yang tiada sanggup…

Untuk mengawali lalu mengakhiri perjalanan ini

Mereka akan hancur lenyap

Bagai besi rapuh karena tetesan air…

Seperti kayu yang menjadi abu karena bara…



(by: ASKA, a long time ago…)



***

[Keisya Avicenna, Renungan 6 Mei 2011. Dua pekan lalu aku berhasil merampungkan membaca buku beliau yang “11 AMANAH LELAKI”. Kereeen dah…Dan ba’da Maghrib tadi dengan latar air mata langit yang makin menderas di luar sana, saat membaca tulisan ini pun membuat gerimis di hatiku juga semakin menderas. Hikshikshiks…Terima kasih, Mas Bayu Gawtama. Tulisan-tulisan Mas sarat dengan makna kehidupan…^^v. Benar-benar belajar bersungguh-sungguh dan bersungguh-sungguh belajar dari tulisan ini. Semangat merangkai karya dan membangun istana harapan dalam untaian kisah penuh makna, ya Nung…*TEPAT dan TERBAIK!]

Celoteh Aksara [36]: "22 JAM BERSAMAMU"

Wednesday, May 11, 2011 0 Comments


by Norma Keisya Avicenna on Sunday, May 8, 2011 at 5:27pm
Guratan jingga rona senja menjadi saksi perpisahan raga qt berdua...
Bersama senandung cinta yg kan slalu aku dendangkan untukmu, untuk cita kita..
Untuk impian2 kita

Kuizinkan ular besi ini kembali membawamu
Merengkuh segala indah yg ingin kau raih.
Kurelakan malam mjd penghias bunga2 harapan yg kan terus bersemi dlm hati smp pagi menjelang kembali...

Perpisahan ini hanya sementara, sejatinya kurasakan jiwaku melekat pada jiwamu.
Hatiku tlah berpadu dlm hatimu...
Selamanya kita dekat
Sampai nanti pun kita kan slalu berpeluk erat!

Sematkan slalu semangat dlm lubuk hatimu yg terdalam.
Hingga nanti impianmu kan jadi nyata...
Kan kulihat kau slalu tersenyum bahagia
Bersama cerita2 kita yg tak kan pernah usai mengisahkan cinta yg sederhana!

Doaku slalu ada untukmu.
Harapku slalu dalam hatimu.
Mimpiku tlah bersemayam dlm jiwamu!
Aku titip perjuangan dan impian2ku dlm setiap detak nadi, hela nafas, dan deguban jantung dlm dirimu...

Cintaku, sampai jumpa lg dlm pertemuan jiwa kita yg lebih baik!

~Di dalam kereta senja utama yg kan membawa belahan jiwaku yg lain...17.30 WIB! Jiwaku kini tengah menikmati episode baru yg kan "membuatku lebih"~

Celoteh Aksara [35]: “Indahnya Kebersamaan Penuh Cinta di GANESHA”

Wednesday, May 11, 2011 0 Comments


by Norma Keisya Avicenna on Saturday, May 7, 2011 at 8:02am

Masih di bagian malam yang terlalu dini untuk kusebut pagi.



Melihat kalender, sudah hari ke-7 di bulan Mei. Ah, betapa perguliran sang waktu begitu cepat. Sangat cepat…Tak terasa tiga hari lagi UASBN untuk murid-murid kelas 6 SD. Tak terasa pula sudah hampir 10 bulan aku membersamai mereka belajar. Akhir-akhir ini interaksi kita pun semakin dekat dan akrab. Banyak moment yang menjadikanku lebih bijak dan dewasa. Dari mereka aku belajar apa itu sabar, apa itu kasih sayang, bagaimana menjadi seorang guru yang tidak hanya sekedar “digugu lan ditiru”, bagaimana berinteraksi dengan berbagai karakter yang melekat pada kepribadian mereka, bagaimana mentransfer ilmu dan menciptakan suasana belajar yang tetap “having fun”, dan banyak pengalaman spiritual lain yang berhasil Nung dapatkan. Intinya, banyak yang bisa Nung pelajari dari salah satu profesi yang Nung tekuni saat ini. Nung benar-benar sangat bersyukur.



Dan salah satu cara untuk mensyukurinya adalah “konsisten” pada amanah sebagai pendidik. Tujuan kita mendidik adalah agar anak-anak tumbuh menjadi manusia yang cerdas, berilmu pengetahuan, dan berakhlak mulia. Ukuran keberhasilan mendidik adalah terjadinya perubahan perilaku anak dari tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa, dan tidak terbiasa menjadi terbiasa, sesuai dengan apa yang kita inginkan bersama. Artinya, tugas pengajar/guru dianggap “selesai” setelah terjadi perubahan perilaku pada anak kearah yang lebih baik. Lalu, apakah dengan menyusun skets mengajar, mengisi buku penghubung, mengisi daftar hadir dan menuntaskan materi dapat menjadi ukuran bahwa pengajar yang bersangkutan telah menjalankan tugas? Jawabannya belum! Jika ukuran keterlaksanaan tugas sebagai pengajar hanya diukur dari aspek administrasi semata, berarti baru sebagian tugas yang selesai, yaitu tugas administratif, sedangkan tugas sebagai edukator, belum. Ingat, jika terjadi kesalahan dalam administrasi, kita dapat menghapus dan mengganti dengan yang baru, namun jika terjadi kesalahan dalam mendidik, kita tidak mampu menghapusnya, itu artinya kita bermimpi mengembalikan umur ke kondisi semula. (salah satu alinea yang Nung tuliskan dalam naskah “Guru, Lentera yang Membebaskan”. Alhamdulillah, tulisan itu lolos seleksi. Bismillah, pengajar sekaligus penulis…^^)



Ya Rabb, izinkan Nungma memaknai lebih dalam lagi…



***

Banyak kejadian unik sebelum Nung memutuskan untuk menjadi pengajar di Ganesha Operation Solo. Panjang kisahnya! Tapi, pilihan untuk mengajar SD yang masih membuat Nung paling terkesan sampai sekarang. Mungkin akan Nungma ceritakan di bagian tersendiri. Hehe…sedikit bocoran aja, dulu setelah istikharah untuk memantabkan pilihan mengambil SD ataukah SMP/ SMA, ngrasa aja Allah SWT menggaungkan kata-kata “SEMANGAT DAHSYAT” dalam hati dan pikiran Nung. Dua kata itu yang selalu muncul seiring dengan deguban jantung, helaan nafas, dan detak sang nadi. Hm, SD! Semangat Dahsyat! ^^v.



Hihi…ah, ketawa sendiri kalau flash back hal-hal seru bersama murid-murid. Awal-awal masuk dalam 1-2 pekan banyak yang kemudian bertanya dengan polosnya (kapan, siapa yang tanya pernah Nung tulis di catatan harian. Xixi…), “Bu NM, keturunan Arab ya? Apa India?”; “Ibu masih saudaranya Bu FB, ya?”; “Rumah Bu NM di Pasar Kliwon ya?”; “Wajah Bu NM kok mirip istrinya Aa’ Gym?”….hyaaaaa…..bikin menungnung dah! (apalagi pertanyaan terakhir). Mirip orang Arab? Gubraaak. Gak ya dik. Ibu tu Jawa asli. Pas cerita kejadian ini ke orang-orang rumah, endingnya cuma ngikik semua. Nung jadi ingat salah satu pengalaman waktu SMA dulu. Tepatnya waktu ikut PELATIHAN JURNALISTIK bersama BASSIC. BASSIC itu majalah sekolah. Nah, salah satu tantangannya kita praktek wawancara. Waktu itu, Nung dapat tugas interview bareng Gestin ke sebuah toko yang menjual produk-produk muslim. Pas lagi asyik wawancara sama yang jaga toko, ada seorang pembeli (bapak-bapak) yang kemudian menanyai aktivitas kami dan sempat bilang: “Wajah Mbak kok mirip orang Arab ya???” hagzhagzhagz…Kalau inget kejadian itu bikin Nung n Gestin ngikik terus…



Hm, ternyata Mas Dhody dan Mbak Thicko pun pernah mengalami hal yang sama. Kalau Mas Dhody dulu pas didatangi customernya, dia tanya, “Mas pasti rumahnya Pasar Kliwon, ya?” hahaha… ah, Nung jadi inget, waktu pulang ngajar malam dari GO Veteran. Waktu itu dijemput Mas Dhody, dia mau nraktir Nung sate kambing di daerah sebelum Beteng lah. Nah, pas lewat daerah Pasar Kliwon dia bilang, “Daerah perumahan kita nih!”. Asli, sepanjang jalan sampai rumah makan, kita berdua ngikik terus…wkwkwk…



Ohya, banyak panggilan yang Nung dapatkan dari murid-murid tersayang. “Bu NaMa”. Kebetulan singkatan nama Nungma: NM. Kalau di GO ciri khasnya memang seperti itu. Setiap pengajar punya kode. “Bu Doraemon” terutama dari adik-adik 6 SDR 31 n beberapa murid yang lain. Karena mereka banyak yang tahu kalau Nung cinta banget ma robot kucing dari abad 21 itu. Mereka bisa lihat dari gantungan HP, map plastik yang selalu Nung bawa saat mengajar, tempat pensil, bros, dll. Hehe…tyuz “Bu Twin”. Panggilan ini biasanya dari adik-adik 6 UNR 22. Karena mereka tahu kalau gurunya itu kembar. Hehe. Ada lagi nih, panggilan dari adik-adik 6 SDR 1 dan 6 SDR 3: “Bu Arab Jawa dan Bu Tung Srung”. Aneh-aneh aja. Tung Srung karena pas awal mengajar dulu Nung pernah menyampaikan break “tung…tung…srung”. Break yang pernah Nung dapatkan juga waktu ikut pelatihan “training for trainer” pas zaman mahasiswa dulu. Ada juga yang manggil “Bu Kiepop” Hadeh..., gara-garanya pas Nung ditanya “tahu Super Junior, Bu?” Nung njawabnya tahu ‘n paling suka lagunya yang Miracle. Hihi. Ini tuh gara-gara dulu ada adik kost yang tiap hari pasti nyetel lagu-lagunya Su-Ju karena dia terobsesi masuk jurusan Sastra Korea UI. Hihi… Ada lagi yang dari awal sampai sekarang manggilnya tu “Bu Kurma” (anak-anak genk Bratan nih!). Kata mereka sih, “kurma kan manis, bu!”. Huahaha…gubrak! ^^v



Ah, betapa serunya. Gak terasa sebentar lagi harus berpisah dengan mereka. Ada kenangan di WATT, EINSTEIN, FARADAY, PASTEUR, ALVA, GALILEO, DALTON, NEWTON, DARWIN, MENDEL, PASCAL, OHM, UNY, UPI, UNAND,…



Terakhir mengajar di kelas DALTON yang malam, kelas yang terkenal dengan murid-muridnya yang kompak punya hobi sama: nyanyi. Break 20an menit, karena malam itu kita hanya membahas tryout SUKSES, jadi lebih cepat selesai. Mereka request, waktu yang tersisa digunakan untuk latihan buat acara hari Sabtu (nanti sore). Mereka mau mengisi hiburan waktu acara doa bersama. Seru banget deh! Dengan gaya dan aksi mereka, lagu Senyum dan Semangat-nya SM*SH jadi terasa berbeda. Hadeh dik, gara-gara aksi kalian Bu NM jadi hafal tu lagu nih…^^v. Pokoknya SUKSES buat performa nanti sore yha! (hihi…geng Nurlela) : )



“….Senyumanku tak akan pernah luntur lagi, singing all day long

Semangatku tak akan pernah patah lagi, dancing all night long…”



***

Hm, ngomong-ngomong soal PERPISAHAN lagi nih…



Perpisahan itu akan selalu ada, karena kita pernah berjumpa, bersama, dalam canda tawa dan bahagia. Setiap tetes airmata yang tertumpah di hari ini, akan menjadi saksi atas jalinan PERSAHABATAN yang selama ini kita simpul seerat-eratnya.



Tak ada kata yang pantas terucap hanya derai bening yang selalu bertaburan. Mengucap selamat jalan, silakan lanjutkan perjuanganmu ke arah yang lain, di tempat yang baru, yang akan menjadi jarak pertemuan kita.



Hari ini, jiwa dan naluri kita kembali terluka atas perpisahan raga. Namun percayalah hati kita akan selalu terikat. Jalinan persahabatan dan kekeluargaannya akan semakin erat. Semakin jauh ragamu melangkah, semakin hatimu mendekat.



Tidak usah terlalu bersedih, berbahagialah! Karena kau akan menemukan suasana yang baru, bukan di sini lagi, tapi di sana. Di suatu tempat yang akan menjadi medan juangmu dalam mewujudkan impian di masa depan.



Cukuplah setiap kenangan yang telah kita tanam, akan menjadi kenangan yang tumbuh subur. Menyemaikan benih-benih cita, cinta, dan cerita diantara kita. Karena kita tak harus di sini, kita tak harus selalu bersama, kita harus melanjutkan langkah ini, mungkin ke tempat yang lain, yang siap untuk kita tapaki.



Perkuat langkahmu, adik-adikku! Yakinkan diri dan hatimu, hari esok pasti lebih cerah, hari esok adalah harapan yang harus diraih. Pandang senyumannya yang lebar, tatap wajahnya yang ceria, hari esok adalah bahagia.



Segala rindu yang akan muncul, segala nafas yang akan berhembus, segala harapan yang akan kita raih, segala langkah yang akan kita ayunkan, yakinlah disana ada sukses. Di sana ada keberkahan, dan di sana pasti ada cinta…



Biarkan aliran airmata ini jatuh sesukanya, biarkan dia mengalir, mengucap kata seindah-indahnya. Biarkan dia, karena airmata tak berarti sedih, airmata tak berarti duka, airmata juga lambang bahagianya hati. Biarkan dia menemani kita di hari ini. Biarkan…Karena dia memang hadir untuk ini, menjadi saksi INDAHNYA PERTEMUAN KITA!!! Indahnya kebersamaan penuh cinta di Ganesha…



Adik-adikku, anak-anakku, murid-muridku…selamat melanjutkan langkahmu, selamat berjumpa lagi di tangga kesuksesan, dalam senyum yang lebih indah…menyongsong masa depan yang cerah!!!



SEMANGAT DAHSYAT, semuanya…!!!



[Keisya Avicenna, 7 Mei 2011…teruntuk mutiara-mutiara hatiku, yang darinya aku belajar menjadi “guru”! 02:02 WIB]

Celoteh Aksara [32]: “KARENA SOLO ‘mungkin’ (bukan) TERMINAL AKHIRKU_Catatan FLP Pelangi #15”

Wednesday, May 11, 2011 0 Comments

by Norma Keisya Avicenna on Wednesday, May 4, 2011 at 8:53am

Ahad, 1 Mei 2011

Hari Ahad yang luar biasa, hari pertama di bulan Mei. Ada sesuatu yang dahsyat bergemuruh dalam hati. Setiap detik semoga menjadi nafas perbaikan diri. Amin. Pagi yang berseri, indah… saatnya riyadhoh ke boulevard UNS sekaligus kuliner pagi. Paling seneng kalau ketemu adik-adik tingkat. Saling sapa, tanya kabar, tanya kesibukan sekarang. Seru banget lah! Dan Ahad pagi itu Nung banyak bertemu dengan adik-adik Biologi angkatan 2008. Ah, jadi terkenang masa-masa jadi Koordinator Sie Acara BIOSPHER 2008. Hehe. BIOSPHER terakhirku yang sangat berkesan. Kangen kalian semua…Apis melifera-ku!



Siang ini kembali ada pertemuan dengan keluarga Pelangi setelah sepekan kita absen. Akhirnya, kerinduan kita akan tertunaikan siang-sore ini. Jam 12.30 Nung dijemput Diah Cmut kemudian kita menuju markas di SMP Muhammadiyah 7. Ayu’ dah di lokasi. Akhirnya, gabung deh berbasket ria dulu. Hehe. Kalau dah basket gini, Nung jadi inget pas jaman SMA kelas 1 dulu. Basket merupakan salah satu olahraga favorit. Tiap hari Ahad SUPERTWIN sama Mas Dhody pluz beberapa temen pasti lari pagi lanjut basket bareng-bareng di lapangan basket SMA 1 Wonogiri. Kebetulan pas kelas 1 SMA, Nung tu ngefans banget sama permainan basketnya MVP Lovers “5566”. Hihi, film Mandarin banget. Paling suka tembang “Wo Nan Kuo”. Nyanyi dulu ah…(mbatin!). basket oh basket. Dan pada episode siang itu Nung hanya berhasil masukin sekali ke keranjang. Dah jarang latihan sih, Cheng Fong mengundurkan diri sebagai pelatihnya Nung soale. Uwuh…wkwkwk.



Kelar berbasket ria, diskusi unyu dulu dengan 3’unyu tentang pembagian honorarium majalah Embun. Di tengah unyu-unyunya, Mbak Eka datang. Tyuz karena beliau mau sholat dulu, beliau kita tinggal deh. Hehe. “Laper ni, mbak!”. Akhirnya, kita bertiga jalan mau ke warung soto dekat bangjo dr.Oen. waladalah, kok tutup sih. Hm, akhirnya kita memutuskan untuk jalan menuju area jajanan di kawasan RS dr. Oen. Nah, ada kejadian konyol saat kita bertiga menyaksikan pethunya dengan Mio Merahnya. Haha. Ekspresinya itu lho…medungdung!



Pas sampai depan warung-warung, ealah gak ada yang sreg di hati. Akhirnya kita bertiga pun memutuskan untuk putar haluan lagi. Balik ke markas. Pas mau masuk gerbang, Nung sempat berujar ke Diah Cmut:

“Mut, bukannya di sini ada kantin, ya?”, tanya Nung dengan muka polosnya.

“Oh, iyo yo. Dung-dung i ngapa kita gak cari makan di kantin aja,” ujar Diah Cmut menyadari kedungdungannya. Haha (asli, marahi ngikik).



Usulan itupun kita sampaikan ke Ayu’. Dan Ayu’ cuma pasang tampang senyum ter-innocent! Nah, pas kita ke kantin ternyata harapan tak seindah kenyataan. Heuheuheu…bayangan soto atau mie goreng hanya membuat kita klomat-klamet aja. Hihi…(gak ding!). Akhirnya, setelah kita bertiga menggelar sidang pleno, istimewa, dan paripurna terputuskanlah sebuah tempat yang akan menyelamatkan kita dari penyakit Kwashiorkor alias busung lapar (eh, salah ding. Ini kan nama penyakit kekurangan protein). Rocket Chicken yang berlokasi sebelum perempatan Panggung. Uhuy, cekidot! Ninggalin pethunya yang asyik berbasket ria. Biarin aja dah…seorang bocah hiperaktip kan jangan sampai terhambat aktivitas bermainnya. “pinjem helm yo…!”. ^^v



Sampai di lokasi, kita bertiga pun segera dudang-duding pesen makanan. Agak kecewa juga sih selera Nung ‘n Ayu (paket 3) kagak ada. Tapi tak apalah, yang penting kebutuhan logistic terpenuhi sebelum kita belajar. Hehe…Logika tanpa logistik bagai TPS, tanpa permen sunduk. Hihi…Makan siang yang berlangsung sangat unyu. Ah, kelak Nung pasti sangat merindukan keunyuan kalian. Hehe…Seru!!!



40’an menit lah kita bercengkerama di Rocket Chicken. Balik ke markas sudah ada Mas Tyo dan mas-mas yang Nung belum kenal lagi main basket. Apa ni mas-mas yang dari FLP Yaman yha? Maybe! (tadi siang Mas Aris El Durra juga sempat ngabarin). Kemudian kita digiring pethunya untuk masuk kelas. Bertempat di kelas 8C. Ruang Multimedia yang biasa kita pakai masih disterilkan karena akan digunakan untuk workshop. Acara dibuka oleh pethunya. Hadir siang itu ada Bunda Eny. Selamat ya Bunda atas cerpen “Kucing Hitam”-nya yang dimuat di Harian Joglosemar hari ini. Kemudian ada Mbak Eka yang duduk sebangku dengan Bunda Eny, Mbak Ummi (siang ini beliau duduk sebangku dengan Nungma. Sabar ya. Nung! Hahaha…Nung ketularan ‘penyakit akut’-nya. Wkwkwk), Mbak Nury (mbakku yang satu ini selalu tersenyum manis untukku, hihi…), Diah Cmut yang duduk sebangku dengan Ayu’. Ah, dasar duo unyu! Ada Mas Dwi yang duduk di depan mereka berdua. Mas Ruri datang agak terlambat. Ohya, ada yang belum kesebut. Siapa ya? Hihi. Tu orang dimana yha? Hoe, ndelik di mana kau? Ooo…ternyata Mas Tyo duduk di belakang bangku Mbak Nury, masih dengan ekspresi ngeneznya. Haha. Oya, mas-mas yang tadi memang benar dari FLP Yaman. Beliau mengenalkan diri dan sedikit bercerita tentang FLP Yaman. Dapat wacana baru dah! Hm, salut buat Mbak Anik. Rela berhujan-hujan ria untuk datang ke Pelangi.



Siang ini pak guru Pahmi Casopah menyampaikan materi tentang “ANATOMI BUKU”. Materi yang lengkap diupload duong, Mas Dwi/ Mbak Nury! Nung nulisnya konvensional ogh kemarin. Ocre!!!



Hujan pun turun dengan sangat lebatnya. Dereees puuul dah. Banyak kejadian konyol bin seru yang terjadi di dalam kelas TK Pelangi. Namanya juga anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan. Ada aja tingkah polahnya!



Pending sholat Ashar, berhujan-hujan ria menuju masjid. Hihi…benar-benar merasakan indahnya kebersamaan dan kekeluargaan FLP Pelangi. Serunya, pertemuan kali ini logistiknya banyak banget. Terima kasih, Bunda Eny! ^^v. Setelah materi selesai, ada rapat mengenai rencana rihlah keluarga Pelangi ke Pacitan Insya Allah tanggal 21 Mei nanti. Rapat dipimpin oleh sang PJ, Mas Tyo. Hahaha…Jam 17.00, Nung pun harus undur diri sama Mbak Eka karena kita berdua mau mudik ke Wonogiri. Rapat masih terus dilanjutkan. Piye hasile???



Yang gak datang hari ini: Mbak Amrih, Mbak Santi, Mbak Fitri, Mas Aris El Durra, Mbak Fu'ah, Erny...



***

Hm, kenapa judul sama isi gak nyambung ea? Ntahlah, pengin aja bikin judul kayak gitu ‘n isinya tentang aktivitas Nung di Pelangi. Nung benar-benar ngrasa menemukan keluarga baru di kota Solo ini tatkala bergabung di FLP Solo Raya khususnya di Pelangi. Mungkin air mata pertama yang akan keluar, tatkala muncul sebuah moment: “ketika aku harus meninggalkan keluarga Pelangiku karena aku harus pindah keluar kota”. Hiks, membayangkan aja dah mo bikin nangis bombay! Ada pertemuan pasti ada perpisahan. Itu sunatullah! Ntahlah, rasa-rasanya Nung benar-benar harus menyiapkan mentalitas itu dari sekarang! Bukan apa-apa, ada satu keinginan Nung aja, Nung gak selamanya akan tinggal di kota Solo ini. Ada sebuah kota impian yang kelak akan Nung ukir kisah luar biasa di kota itu! Yah, Nung mah cuma bisa ngerencanain, hasil akhirnya Nung pasrah dah sama Allah SWT. Tapi satu pinta Nung, jikalau nanti Solo memang benar-benar bukan ‘terminal akhir’ bagi Nung, jangan pernah hapus nama “Keisya Avicenna” di register perasaan kalian ya, Keluarga Pelangiku! (ah, dah gak kuat nulis lagi. Lemes.Lg flu. Hikshiks…T_T. hohoho. Ayu’, Cmut…ndegan yuk! Lho???).



***

LUKISAN DIRIKU



Kakiku untuk melangkah tak akan terhenti

Sebelum lukisan diriku lengkap

Dalam bentuk garis dan titik yang tertuang

di atas hamparan alam semesta

dimana ku dilahirkan





Aku hanya bisa menatap lukisan yang telah tergores dan digoreskan untukku

Semua ini…

Aku tidak pernah ingin dan juga tak pernah meminta

Inilah lukisanku

Inilah diriku



Jika kau pertanyakan aku mengapa, darimana dan kenapa tidak, maka pertanyakanlah pada yang menciptakanku...

***

PERPISAHAN SENJA



Dalam keremangan hatinya,

Ia menangkap suara yang memanggil-manggil namanya

Seiring dengan perpisahan senja yang meranum

Lalu mengganti jubahnya dengan kain malam



Tak terasa buliran kristal bening membasahi pipi

Dalam tatapan matanya yang sembab, ia berkata :

“Aku tak bisa memiliki air mataku sendiri. Bahkan aku tak punya nyali untuk menatap bayanganku di cermin”



Seketika terdengar suara yang pernah ia temui dalam ruang khayalnya :

“Setiap nafas berhembus, kita tahu hal berbeda. Setiap satu kedipan mata, kita kenal cerita lain. Tatkala hembusan udara terhirup, kita coba pahami kata hati. Tatkala satu langkah berjalan, kita temukan ilmu baru, kita tahu tujuan hidup. Ketika rindu bertanya padaku tentang hari ini, jawabku : ‘jiwaku takkan lelah menghitung lembaran yang tlah terlewati, hati takkan risau, jua tak ingin berkeluh’…



Seketika ia pun tersadar…

“Sekalipun ini perih, segala takdir-Mu pasti baik untukku…”



***

[Keisya Avicenna, 4 Mei 2011. “Saat simfoni cinta-Nya bersenandung mewah dalam lubuk hatiku…Sederhana saja!”]

Celoteh Aksara [31]: “WeKa..WeKa..WeKa..Wisata Kata, Wisata Keluarga, dan Wisata Kuliner” ^^v

Wednesday, May 11, 2011 0 Comments


by Norma Keisya Avicenna on Sunday, May 1, 2011 at 11:17am

Sabtu, 30 April 2011



Wisata Kata di SOLOPOS

Ahay, lihat schedule hari ini bakalan seru nih! Kunjungan ke SOLOPOS bersama MATA PENA, MAdrasah kaTA PEngukir MAkna. Yuhuy, bertemu keluarga FLP Pelangi dan FLP UNS. Ikuti reportasenya, ya... Cekidot!



Pagi ini kita janjian di SOLOPOS jam 08.00 tet. Dan semalam pun Nung –sebagai sie humas Pelangi- dah berkoar-koar untuk ngingetin supaya pada kumpul di Solopos jam 08.00! Tapi apa yang terjadi saudara-saudara sebangsa dan setanah air? Nung baru tiba di tempat jam 08.30 an lah. Hihi. Lha kan Nung nebeng Mbak Santi euy! Maaph maaph…*)pasangtampangnyengir. Pas di jalan aja ketemu anak-anak FLP UNS. Wkwkwk…



Sampai SOLOPOS kita disambut sang rektor universitas kata “MATA PENA”, Kang Nassirun Purwokartun. Kemudian kita dibawa ke ruang rapat di lantai dua. Ohoy, ternyata di ruangan itu dah ada Mas Cowie, Mbak Asri, Diah Cmut, Ayu’, Mbak Nury, Mbak Umi Kultum, ‘n Mbak Amrih. Baguuus!!! ^^v. Disambut dengan sangat hangat, meriah dan gegap gempita oleh keluarga besar SOLOPOS, yang pagi itu diprologi oleh Mbak Niken. Kemudian Kang Nass menyampaikan sambutannya lalu kita diajak oleh tuan rumah untuk mengenal SOLOPOS lebih dekat. Selain mbak Niken juga ada Pak Syifaul, dan Pak Udin.



Dan sesi diskusi pun berlangsung seru. Kita jadi tahu banyak hal tentang dunia jurnalistik dan seluk beluk SOLOPOS. Nah, bagi teman-teman yang ingin mengirimkan karya/ tulisan bisa dalam bentuk opini/gagasan, kemudian Mimbar Mahasiswa (yang terbit tiap Selasa), Esai, Cerpen/ Hikayat, Resensi Buku (ahad), Jagad Jawa, dan Kolom Bahasa Kita.



Setelah sesi diskusi selesai, kita diajak mbak Niken berkeliling kantor. Mulai dari ruang sekretaris redaksi, ruangan para redaktur dan reporter, dll…sampai akhirnya ke ruangan percetakan. Hihi, sambil mendengarkan penjelasan tak lupa untuk mengabadikan setiap moment. Hehe. Dan ending yang paling Nung suka, foto-foto bareng! Narsis di depan gedung Griya Solopos dan di depan tulisan SOLOPOS. Cihuy….



Wisata Keluarga di Balekambang

Masih ada agenda lagi setelah dari Solopos. Pelangi mau ada rapat evaluasi Majalah Embun dan FLP UNS mau membahas program MATA PENA di Taman Balekambang. Nung masih setia nebeng Mbak Santi. Kita mubeng-mubeng beli camilan dulu. Laper juga euy… kita kumpul di sebelah barat “danau”. Hihi. Meja sebelah kanan, anak-anak FLP Pelangi sebelah kiri anak-anak FLP UNS. Ah, perbandingan yang sangat mencolok. Antara TK dan mahasiswa. wkwkwk… (adik-adik di UNS mohon maklum dengan tingkah polah kami ya! Masih dalam masa pertumbuhan soalnya)



Pethunya Pelangi akhirnya bangkit juga dari semedinya. Dia datang bareng Mas Alib Isa. Pertemuan yang mengharu biru dengan Mas Tyo. Halah…Triangle Love, kata anak-anak! Hehe. Sambil ngemil, kita mendengarkan prakata dari pak rektor. Salah satunya pembahasan mengenai agenda tanggal 28 Mei 2011. Akan ada obrolan lagi bersama para penulis muda, Erny, Mbak Santi, Rani, Esthi, dan Ditya. Hoho. Pasti seru deh!

Pending sholat Dhuhur dulu, Pelangi lanjut rapat EMBUN dan FLP UNS lanjut rapat MATA PENA. Pelangi ngumpul di bawah po’on. Sambil menikmati nuansa sejuk Balekambang, kita pun melakukan evaluasi terkait majalah Embun. Ah, banyak kejadian konyol yang terjadi. Salah satu aktornya Mas Tyo dan aktrisnya Mbak Ummi. Bikin ngikik guling-guling dah…pokokmen rapate gayeng bgt, susah mengungkapkan dengan kata-kata.



Wisata Kuliner di ES KOBAR

Setelah sesi pemotretan yang dilakukan oleh Mas Tyo, Ayu’, dan Diah Cmut, selanjutnya ROmbongan MAkaN graTIS deh! Menuju daerah Kota Barat dan akhirnya kita makan-makan di ES KOBAR. Mantabz bener. Ada 7 makhluk dalam ROMANTIS itu, Kang Sofa, Mas Alib, Mas Tyo, Mbak Santi, Nungma, Diah Cmut, dan Ayu’. Hihi, bagi yang pulang duluan maap-maap kate ya! Upin-Ipin-Apin makannya ayam goreng. Jiaaan, kompak tenan! Terima kasih Mas Alib buat traktirannya. Lain kali lagi yha…

Happy ending deh…^^v. WkWkWk…



[Keisya Avicenna]

Thursday, July 01, 2010

TEPAT dan TERBAIK (poem_version)

Thursday, July 01, 2010 0 Comments



Waktu yang selalu TEPAT melaju…
Mengajak diri lakukan aktivitas TERBAIK

Kudengar sendiri hela nafas TEPAT satu-satu
Dalam deguban TERBAIK kerja si jantung

Jiwa yang terbalut rapuh, TEPAT di dasar hati
Mencoba mengerti apa artinya cinta TERBAIK

Aku kutip semua serpihan-serpihan rindu dengan TEPAT
Berserakan di singgasana TERBAIK para perindu

Mimpi indah TEPAT beriringan terus semalam
Melewati hari-hari dan malam-malam hanya dengan harapan TERBAIK

Jiwaku melanglang buana menari-nari, TEPAT seirama simfoni alam
Membumbung tinggi, menembus sunyi, bermuara pada dekapan TERBAIK sang malam….

Ketika menebar senyum dan matanya tertuju TEPAT di hati
Sebuah bayangan kerinduan : kau yang nun entah dimana, di tempat TERBAIK pastinya…

Saat bayangan itu TEPAT terpantul di cermin kehidupan
Saat itulah suatu masa TERBAIK yang tlah Dia siapkan…

Teriring cahaya TEPAT benderang, tampak sebuah sinaran nan suci
Menuju kembara TERBAIK kerinduan hakiki

Tujuan yang TEPAT, indah tanpa tepi
Labuhkan diri didetik akhir perjalanan TERBAIK ini….

Desahkan nafas kerinduan, TEPAT hentikan jeritan jiwa
Di puncak TERBAIK, berteman keheningan

Isyarat itu TEPAT terbaca sebagai petunjuk arah
Menghentikan laju ini pada dermaga TERBAIK, saat pemberhentian tiba

Berenang dengan TEPAT separuh nafas, dalam samudera rindu yang berpeluh
Ungkapkan rasa, menitipkannya bersama hujan dalam tetesan TERBAIK

Saat kepak sayapku TEPAT lengkap, sempurna….
Cinta-Nya lah yang menjadi penawar TERBAIK sayap yang dulunya terluka

Suara lembut itu TEPAT menggema di lorong hatiku…
Menerjemahkan dengan TERBAIK rindu yang mulai terkikis oleh waktu…

Saat sang waktu tertatih berjalan, rinduku menyelinap TEPAT di palung hati
Tangan ini pun menggenggam erat pena dan menulis surat cinta TERBAIK untuknya….

Mata, hati dan jiwa meniti baris demi baris kata merangkainya dengan TEPAT
Berteman kesunyian TERBAIK yang tak pernah ia kenal sebelumnya…

Bagi jiwa yang selalu TEPAT merindu, membuka selaksa kenangan yang pernah tercipta dahulu…
Terdengar alunan simfoni TERBAIK laksana nyanyian surga

Saat cinta-Nya TEPAT ‘berbicara’…
Dalam rukuk dan sujud tanda pengabdian TERBAIK sang hamba…

[Keisya Avicenna : TEPAT dan TERBAIK, dua kata “SUPER INSPIRATIF” yang sangat saya cintai akhir-akhir ini, dua kata yang mengajarkan kepada diri ini bahwa “MENCINTAI ITU MENGINSPIRASI”…(mbak Thicko, ini MEGA PROYEK kita selanjutnya!!! OK???hehe…)….WE ARE SUPERTWIN!!! ^^v. Bahagianya di ISTANA KYDEN, 20 Juni 2010…21:00 WIB]

Friday, June 11, 2010

CINTA UNTUK BUNDA DI HARI NAN ISTIMEWA…

Friday, June 11, 2010 0 Comments



Kubuka album biru penuh debu dan usang…
Kupandangi semua gambar diri, kecil bersih belum ternoda…
Fikirkupun melayang…dahulu penuh kasih….
Teringat semua cerita orang, tentang riwayatku…
Kata mereka diriku slalu dimanja…
Kata mereka diriku slalu ditimang…
Nada-nada yang indah, slalu terurai darinya
Tangisan nakal dari bibirku, takkan jadi deritanya…
Tangan halus dan suci, tlah mengangkat tubuh ini
Jiwa raga dan seluruh hidup rela dia berikan…
Kata mereka diriku slalu dimanja…
Kata mereka diriku slalu ditimang…
Oh BUNDA, ada dan tiada dirimu kau slalu ada di dalam hatiku….

(BUNDA_Melly Goeslow)

Bila saya mencintai Ibu, itu semata-mata karena dari rahimnya yang suci saya terlahir. Alasan itu sudah cukup bagi saya untuk mencintainya sepenuh jiwa. Jika kemudian cinta saya berkembang dan terus bermekaran, itu karena Ibu selalu menitipkan kasihnya pada saya tanpa pernah ada keinginan untuk mengambilnya kembali. Sungguh saya merasa mendapat kemuliaan tak terkira berkesempatan menjaga cinta itu agar terus bersemi di bilik hati.

Ibu memang teramat istimewa bagi saya. Beliau adalah matahari yang tak pernah lelah menghangatkan bumi. Beliau juga bulan yang selalu setia memantulkan cahaya cinta sang matahari dalam pekatnya malam. Bahkan Ibu adalah angin pembawa kesejukan bagi nurani saya. Dan Ibu, adalah sosok wanita yang selalu saya kagumi sepenuh hati karena ketegaran dan ketulusan cintanya.

PUISI NUNGMA UNTUKMU, BUNDA…

Bunda…
Seorang wanita yang sangat berarti dalam hidup putrinya
Senyum kita adalah kebahagiaan Bunda
Dan tangis kita adalah kesedihan Bunda
Di waktu kecil, Bunda tunjukkan padaku
Bagaimana berjalan tanpa tangan Bunda…
Kini, setelah beranjak dewasa, Bunda ajarkan padaku
BERMIMPI SELUAS LANGIT!!!
Dan selalu tabah mengarungi BAHTERA KEHIDUPAN!!!


Bunda…karena engkaulah sempurna kebahagiaanku….
Setiap kali aku putus asa…
Senyum Bunda yang slalu menawarkan asa untukku…
Di waktu malam, desah nafas Bundalah yang slalu menghangatkanku
Senyum Bunda yang slalu menyambut wajah tidurku…

Aku bangga menjadi puteri Bunda….
Bagian dari diri Bunda…
Surga ada di bawah telapak kakimu!!

Tidak ada yang pernah menandingi cinta dan pengorbanan ibu, kasih sayang ibu. Tulus, tak bersyarat. Kasih ibu, sepanjang badan. Sayang ibu, sepanjang jalan. Cinta ibu, sepanjang hayat. Sekarang adalah tugas kita sebagai anaknya, untuk selalu membahagiakan ibu. Semoga kita bisa membahagiakan Ibu, meski tak mungkin mampu membalas semua kasih ibu.

Rabbigh firlii wa liwaaalidayya warhamhumma kamaa rabbayaanii shaghiiraa
[ya ALLAH ampuni saya, kedua orang tua saya dan kasihanilah mereka dengan penuh kasih sayangMU, sebagaimana mereka mendidik dan memelihara kami diwaktu kecil] …
amin ya RABB, irhamnaa ya ALLAH dan jadikan kami anak-anak yang mampu membalas sulaman cinta orang tua kami ya ALLAH…

Bila kuingat masa kecilku, ku slalu menyusahkanmu
Bila kuingat masa kanakku, ku slalu mengecewakanmu
Banyak sekali pengorbananmu yang kau berikan padaku
Tanpa letih dan tanpa pamrih
Kau berikan semua itu
Engkaulah yang kukasihi
Engkaulah yang kurindu
Kuharap slalu doamu
Dari dirimu ya IBU…
Tanpa doamu takkan kuraih
Tanpa doamu takkan kucapai
Segala cita yang kuinginkan
Dari dirimu ya IBU…

(Ingatlah Ibu_Shoutul Haq)

Senja makin merapat pada pekat. Gelap awan meninggalkan kesepian yang teramat mendalam. Membawa masuk semilir angin dingin. Tak seperti biasanya, mata ini enggan terpejam. Sekelebat…sesosok bayangan muncul perlahan. Mengajak hati untuk merindu. Menorehkan indah akan segala kenangan. Sosok wanita lembut dengan guratan-guratan wajah tegar, yang mungkin kini tengah sendiri, menanti di samudra rindu. Ingin rasanya detik ini jua menghamburkan badan pada pangkuannya dan berbisik…”I Love U IBU…”

Dik Nung sayaaaaaaannnngggg banget sama Ibu…I Love you coz Allah!!!
Selamat ulang tahun Ibu....
Semoga tambah segalanya yang baik...
Semoga panjang umur dan sehat selalu...


IBUKU,INSPIRASIKU!!!

[Zona Inspirasi Supertwin, 11 Juni 2010...00:11 WIB]