Jejak Karya

Jejak Karya

Thursday, March 31, 2011

HISTERIA SEPANJANG SLAMET RIYADHI

Thursday, March 31, 2011 0 Comments
Rabu, 30 Maret 2011
Ah, tak terasa sang waktu bergulir begitu cepat. Hampir sampai di penghujung bulan Maret. Jadi ingat dengan tema Maret yang tertulis di lembaran targetan tiap bulan dan di Buku DNA-ku (Dream ‘N Action!):
MARET: Semangat [M]enja[A]di p[RE]diktor [T]erbaik, ‘tuk [M]erangkai k[A]rya, [RE]alisasikan impian, [T]otalitas ber-A.M.A.N.A.H!!!

Tak terasa sudah 3 bulan setelah hari itu. Aku hanya bisa tersenyum…dan merasakan betapa scenario Allah SWT sangat indah. Sebaik-baik rencana kita, jauh lebih baik rencana Allah untuk kita. Aku yakin, ini hanya bagian dari kebahagiaan yang Dia tunda untukku. Hingga nantinya waktulah yang akan menuntunku sampai pada suatu masa yang TEPAT dan TERBAIK. Semangat merangkai karya! Semangat tuk wujudkan impian tahun 2011!^^

Melihat agenda yang tertera di kertas jadwal pengajar Ganesha Operation, siang ini aku dapat jadwal piket jam 14.00. Jam 13.00 aku sudah siap berangkat. Seperti biasa tas EXPORT hitam backpackerku selalu menemani kemanapun aku beraktivitas. Salah satunya mengajar. Mungkin aku yang agak berbeda dengan pengajar yang lain. Hihi…kebanyakan mereka memakai tas yang “feminim” bangetlah. Gaya ibu-ibu atau ala wanita karier, pokoknya yang girly banget. Tapi meski aku punya dua tas model kayak gitu tapi aku lebih suka pake tas punggung. Pokoknya yang sporty! Dan itu “Nungma banget”. Coz dari dulu kata ibu tuh, SUPERTWIN selalu identik dengan bawaan yang “mbrengkut”. Hihi…pakai tas GD kan bisa bawa banyak, termasuk buku bacaan. Benda yang wajib ada di dalam tas, selain Al Qur’an, air putih, buku DNA, dan payung. Serasa punya kantong ajaib DORAEMON-lah.

Kulangkahkan kakiku di Jalan Surya Utama, daerah belakang kampus UNS. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara seorang muslimah yang menghentikan sepeda motor Shogun birunya di sampingku.
“Assalamu’alaikum. Mau kemana Ukh?”, tanyanya. O…ternyata Aulia, sahabatku saat beramanah di Studi Ilmiah Mahasiswa (SIM) dulu.
“Wa’alaikumsalam.Wr.Wb. eh, Aul! Mau ke Sekarpace,” jawabku sambil tersenyum.
“Ayo, Ukh tak anter sekalian. Aku juga mau beli bensin,” kata Aul, kemudian aku pun “nebeng” dia sampai Sekarpace. Hihi…Alhamdulillah. Jazakillah khoir ya Ukhti…^^v

Naik ATMO dari Sekarpace sambil ndengerin nasyid yang menghentakkan semangat! Di luar sana hujan, Cinta! Benar-benar menikmati denting melodi air mata langit yang perlahan kemudian menderas, menghujam bumi. Damai banget rasanya! Turun di depan kantor pemadam kebakaran. Aku urungkan niat untuk membuka payung. Ah, aku ingin berjalan di bawah rintik gerimis. So nice moment!!!

Alhamdulillah, sampai juga di GO. Menyapa Bu RL, Bu DI, dan Bu NA. Tumben sampai jam 14.30 belum ada siswa yang datang minta jam tambahan pelajaran atau sekedar nanya PR. Yadah, aku memanfaatkan “free time” itu dengan mencoret-coret note kecilku. Judul yang tertera “HARAPAN dan IMPIANKU UNTUK FLP SOLO RAYA”. Aku pun tenggelam dalam semangat “MARET”-ku. Terpending sejenak karena ada dik Mega (siswi kelas 6) yang minta dikoreksi jawaban UKK Matematikanya. Sip…aktivitasku itu sempat terganggu karena aksi Sherina (siswi kelas 5) yang menggelitiki aku dari belakang. Jiaan…Sherina itu sering banget ngasih aku coklat. Hehe. Mbak Bella datang. Kita sempat ngobrol-ngobrol, tapi hanya sebentar. “Mbak Bella, aku pengin sharing banyak banget ma kamu! Kapan?”

Jam 15.30 bel masuk berbunyi. Hari ini aku mengajar di kelas 6UNR1. Kelasnya Agatha dkk di EINSTEIN. Seru banget euy. Kita membahas soal-soal UASBN Matematika dan Bahasa Indonesia. Di sela-sela pembahasan, aku kasih “break permainan”. Wizzz, pokoknya gayeng banget suasana KBM sore itu. Pasca mengajar jam 17.45, ada 2 orang siswa kelas 4 yang menodong PR ketika aku keluar dari EINSTEIN. “Bu NM, ajarin PR Bahasa Jawa dong!”. Hadeeeh… mendingan bahasa Arab atau bahasa Inggris dah daripada bahasa Jawa. Xixixi….akhirnya aku bawa mereka ke kelas NEWTON.

“Berapa soal dik PR-nya?”, tanyaku. Yang satu njawab, “60 soal ni, Bu!”. Gubrak! Yang satunya, “LKS, Romawi I-III, Bu!”. Gubrak lagi!. Hihi…yadah aku pun menikmati proses membantu mereka mengerjakan PR. Mengandalkan daya ingatku tentang bahasa Jawa. Ada bagian nulis Jawa juga, kalau yang materi ini mah aku masih ingat, tapi kalau sudah pewayangan atau istilah-istilah yang njawani banget, banyak yang lupa euy. Akhirnya, aku SMS Babe tanya 3 soal yang aku gak ngerti ‘n lupa apa jawabannya. Hihi…Babe pun membalas dengan sangat eksprezz! Tengkyu Babeku chayang! ^^v

Setelah sholat dan selesai membantu para siswa mengerjakan PR, aku pun melangkahkan kaki ‘tuk pulang. Menuju Jalan Slamet Riyadhi. Ah, sebenarnya tadi pengin banget ngajak Mbak Bella makan malam di warung nasi uduk kota barat. Tapi pas istirahat ngajar, aku gak ketemu beliau ‘n pas selesai ngajar kayaknya beliau pulang duluan. Yadah, akhirnya aku beli nasi uduk sendiri. Dibungkus! Gak enak kalau makan sendirian gak ada teman ngobrol. Berpayung ria di bawah rintik hujan. Menikmati gemerlap lampu dari kendaraan yang berlalu lalang.
Menanti angkot 01 di “tempat biasa”. Di tempat itu pula, aku sering mencuri dengar obrolan para tukang becak. Tak jarang mereka menawarkan jasa becaknya kepadaku. Tapi dengan halus selalu aku mengatakan, “Mau ke daerah kampus UNS kok, Pak. Jadi naik angkot saja!”. Ah, kapan-kapan mbecak sampai kampus seru kali ya? Hehehe…dijamin langsung pijet tukang becaknya! Hadeh…

Dari arah barat, muncul dua buah angkot 01. Sempat terjadi kemacetan kecil. Aku sempat bingung juga harus naik yang mana. Angkot yang 1 gak ada penumpangnya, sedangkan satunya ada. Angkot yang tidak ada penumpangnya mempersilahkan aku untuk naik angkot di belakangnya. Aku pun membawa ragaku memasuki angkot yang gelap itu. Tumben lampunya gak dinyalain. Biasanya angkot-angkot yang lain selalu menyala lampunya. Berkeliling mengedarkan pandangan. Ada seorang lelaki paruh baya yang duduk di sebelah pak sopir. Ada seorang ibu yang duduk satu ‘ruangan’ denganku. Aku sempat menangkap percakapan antara sang bapak dengan pak sopir.

“Sampun kagungan putro pinten, Mas?”, Tanya bapak itu.
“Setunggal, Pak……”, jawab pak sopir. Kalimat selanjutnya aku tidak bisa mendengar dengan jelas. Kalah dengan deru kendaraan yang memenuhi hiruk pikuknya jalan Slamet Riyadhi petang itu. Pokoknya ada bagian ketawa, kalau anak Pelangi mengistilahkan, ketawa gaya diare…”Mehehehehe…”.

Bapak itu turun di daerah warung makan Adem Ayem, masih dekat dengan SGM. Sebelum turun, Bapak itu menepuk pundak pak sopir sambil berkata, “ngati-ati olehe nyambut gawe!”. Kemudian menyapa ibu yang tadi duduk pas di belakang pak sopir. Aku masih sibuk dengan pikiranku dan perasaanku. Aku seperti menangkap aura-aura tidak beres tengah terjadi. Perasaanku mendadak berkabut. Astaghfirullahal’adzim, semoga ini hanya perasaanku saja!

Angkot 01 itu pun kembali melaju. Jantungku berdetak diambang batas normal. Angkot itu melaju cukup kencang. Hampir saja menabrak becak yang mau menyeberang. Polisi yang lagi kongkow-kongkow di pos aja aku bisa melihat ekspresi kagetnya. Alhamdulillah, kecelakaan itu bisa dihindari. Ibu itu minta pak sopir menghentikan angkotnya di Ngarsopuro. Wah, tinggal aku sendiri nih! Aku kembali menata hati dan perasaanku. “Tidak apa-apa, Nung. Semuanya akan baik-baik saja. Ingat, KAMU PUNYA ALLAH!!! Ada Dia yang selalu menjaga dan melindungimu.”

Pak Sopir itu menyalakan rokoknya, dan bertanya kepadaku “Mbak’e turun mana?” aku jawab singkat, “Pedaringan, Pak!”. “Nunggu bentar, ya Mbak!”
Aku masih berusaha menenangkan diri dan berusaha jangan sampai pikiran-pikiran negatif menghantuiku. Tapi jujur, aku menangkap suatu hal yang janggal dari gelagat Pak Sopir. Satu pertanyaan dan pernyataan yang berkecamuk dalam pikiranku, “Kayaknya ni sopir abis mabuk. Benarkah?”. Aku sempat melihat ada orang nyebrang, tak kira mau naik angkot. Tapi ternyata tidak. Hadeh…Ibu yang turun tadi aku lihat juga masih berdiri di bawah tulisan Ngarsopuro, sesekali sambil menatap angkot dan menatap ke arahku. Aku merasa seolah ibu itu “mengisyaratkan” sesuatu kepadaku tapi tak terucap, hanya tampak dari gesture tubuh dan roman mukanya. Ah, mungkin hanya perasaanku saja!

Sampai akhirnya, angkot itu kembali melaju. Kencang dan semakin kencang. Benar-benar memacu adrenalin. Meliuk-liuk, zig-zag. Aku benar-benar syok dan kalang-kabut. Wah, nek di video pasti gayeng tenan! Tapi mana sempat? Yang berkecamuk di otakku malah pikiran-pikiran gak jelas. Akankah terjadi kecelakaan hebat karena ulah sopir yang ugal-ugalan itu? Atau mungkin ini hari terakhirku? Hadeh…bibir ini basah oleh lantunan dzikir dan istighfar! Adegan paling tak terlupa pas ni angkot hampir aja nabrak mobil ‘n aku teriaaaak. Ya, aku teriak. Cukup kencang mungkin. Masak itu angkot hampir aja sampai di jalur rel kereta api. Alhamdulillah, untung itu sopir sigap. Kalau gak, aku dah gak bisa membayangkan apa yang akan terjadi. Posisiku tidak lagi duduk, sudah setengah berdiri. Sampai akhirnya di belokan Gladhag, aku berteriak ke sopir itu, “Udah, Mas…Udah…BERHENTI!!! Saya turun Gladhag. Dah, STOP…STOP…!!!” sempat takut juga, kalau-kalau sopir itu gak mau menghentikan laju mesin angkotnya. Tapi akhirnya, angkot berhenti dan aku turun dengan sedikit meloncat, karena angkot itu belum berhenti 100%. Pyuuuuuhhh…leganya! Keringat dingin masih membasahi dahiku. Hujan syukur menderas dalam hatiku. Ya Rabb, aku masih hidup! Aku masih terbayang-bayang dengan kejadian “ugal-ugalan” tadi.

Ada angkot 01 lain yang lewat. Aku menyetopnya kemudian naik. Ada seorang ibu yang kemudian mencecarku dengan beberapa pertanyaan.
“Mbak tadi naik angkot itu ya?”, sambil menunjuk angkot yang kunaiki tadi yang sekarang melaju di depan angkot kedua yang kunaiki.
“Iya, Bu. Kayaknya sopirnya habis mabuk. Tadi hampir aja nabrak becak dan mobil, Bu!”, jawabku, masih mencoba menenangkan diri. Obrolan berlanjut masih seputar sopir yang ugal-ugalan tadi.

Waktu lewat Jalan Urip Sumohardjo, tepatnya pas depan warung tenda BEBEK BAKAR PRESTO, aku jadi kangen dengan lelaki kedua yang sangat mencintaiku, Mas Dhody. Biasanya sepulang ngajar dari GO dia selalu menjemputku dengan Vega Merah kesayangannya. Tapi sekarang aku harus benar-benar mandiri dan survive kalau harus pulang agak malam. Kangen dinner bareng di tempat itu. Kangen sama bebek bakarnya juga.
Alhamdulillah, dengan selamat dan sehat wal’afiat akhirnya aku sampai juga di Zona Inspirasiku. Rehat sejenak, kemudian menyantap wedang ronde dan nasi uduk. Masih terbayang kejadian yang bikin aku histeria sepanjang Slamet Riyadhi. Sekarang harus lebih waspada dan hati-hati kalau mau naik angkot. Perhatikan sopirnya, penumpangnya, dll. Ya Rabbi, terima kasih atas penjagaan dan perlindungan-Mu pada diri ini. Terima kasih, Ya Rabb…

Aku jadi ingat SMS Motivasi yang tadi pagi aku kirimkan ke beberapa orang sahabatku,
“Berpikir jernih, hal yang seharusnya kita lakukan ketika dihadapkan pada sesuatu. Berpikir jernih akan membuat kita mengambil sikap yang lebih bijak. Bukan karena emosi, bukan karena arti, bukan karena pengalaman. Tapi layaknya mendengar dengan hati nurani, melihat apa yang terjadi. Karena ada yang mengatakan, bahwa orang bijak bukanlah orang yang mengambil pandangan dari ilmu pengetahuan yang sudah didapat atau pengalaman yang sudah dilalui. Tapi kemampuan untuk menggunakan bashirah (suara hati).”

[Keisya Avicenna, 31 Maret 2011…”MENULIS UNTUK MENDOKUMENTASIKAN HIDUP”. Tatkala kemewahan pagi masih menyapaku di penghujung Maret. Nasihat seorang kakak: “JIKA KAMU PUNYA ALLAH SWT, MAKA KAMU PUNYA SEGALANYA!”. Maka dengan tegas aku katakan, “CUKUP BAGIKU ALLAH SWT!”]

Hari-Hari Penantian

Thursday, March 31, 2011 0 Comments
by Tazkiah an Nafs on Wednesday, March 30, 2011 at 3:56pm

Bagi seorang gadis, ada masa penantian yang acapkali menimbulkan suasana rawan, menanti jodoh. Padahal jodoh, maut dan rezeki adalah wewenang Allah semata. Tak ada sedikitpun hak manusia untuk mengklaim wewenang tersebut. Tapi, watak manusia terkadang lupa dengan janji Allah. Apalagi bila lingkungan sekitarnya terus menerus memburu’nya untuk menikah, sementara jodoh yang dinantikan tak kunjung tiba. Dalam keadaan demikian, kerap muncul bermacam efek yang dapat membahayakan dirinya.



Seorang wanita akan dianggap dewasa bila ia telah mengalami menstruasi. Islam mencatat masa ini sebagai masa awal mukallafnya seorang wanita. Yang perlu diketahui, wanita sekarang menjadi akil baligh jauh lebih cepat dibanding masa dahulu. Dua puluh tahun yang lampau, wanita paling cepat mengalami menstruasi pada usia 15 tahun. Namun pada masa ini, tak jarang wanita mulai mens pada usia 11 tahun. Akibatnya, kedewasaan wanita terhadap masalah-masalah perkawinan akan meningkat secara cepat.



Keresahan mulai melanda tatkala usia sudah merangkak naik, tapi calon suami tak kunjung datang. Tanpa disadari, ada perilaku-perilaku yang mestinya tak layak dilakukan oleh seseorang yang sudah dianggap sebagai teladan dilingkungannya. Ada muslimah-muslimah yang menjadi sangat sensitif terhadap acara-acara walimah ataupun wacana-wacana seputar jodoh dan pernikahan. Ada juga yang bersikap seolah tak ingin segera menikah dengan berbagai alasan seperti karir, studi maupun ingin terlebih dulu membahagiakan orang tua. Padahal, hal itu cuma sebagai pelampiasan perasaan lelah menanti jodoh.



Sebaliknya, ada juga muslimah yang cenderung bersikap over acting. Terlebih bila sedang menghadiri acara-acara yang juga dihadiri lawan jenisnya. Ia akan melakukan berbagai hal agar “terlihat”, berkomentar hal-hal yang nggak perlu yang gunanya cuma untuk menarik perhatian, atau aktif berselidik jika mendengar ada laki-laki (ikhwan) yang siap menikah. Seperti halnya wanita dimata laki-laki, kajian dengan tema “ikhwan” pun menjadi satu wacana favorit yang tak kunjung usai dibicarakan dalam komunitas muslimah.



Data yang terlihat dibeberapa biro jodoh juga menambah daftar panjang fenomena yang menggambarkan betapa kaum Hawwa sangat dihantui masalah-masalah rawan yang membuat kita berpikir panjang dan harus segera dicarikan jalan keluarnya.



Tentang hal diatas, Al qur’an dengan apik mengisahkan ketidakberdayaan seorang wanita menghadapi masa penantian. “Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali …” (QS. An Nahl:92).



Pernikahan memang bukan fardhu. Tidak ada dosa atas seseorang yang tidak menikah selama ia memang tidak menentang sunnah Rasul ini. Jadi, sekarang atau nanti kita menikah, bukanlah problem utama. Yang terpenting adalah bagaimana mengisi masa-masa penantian ini dengan hal-hal yang positif ataupun aktifitas yang berkenaan dengan persiapan pra nikah.



Persiapan berawal dari hati. Kebersihan hati akan membuat seseorang tenang dalam melangkah. Istilah “perawan tua” tidak akan menggetarkan perjalanannya dan membuat dia berpaling dari jalan dakwah. Kalaupun tak berjodoh di dunia, bukankah Allah akan menggantikannya di akhirat kelak sesuai dengan tingkatan amalnya?



Kebersihan hati juga akan sangat menentukan sikap qona’ah (ikhlas menerima dan merasa cukup) terhadap pemberian Allah. Sehingga ia dengan senang hati menerima, jika sekiranya Allah memberinya jodoh seseorang yang secara fisik (selain agama) tidak sesuai harapannya, agar tidak kaget melihat standar kebahagiaan yang diluar bayangannya.



Orang tua dan keluarga juga perlu dikondisikan, agar mereka tidak menyalahkan Islam. Banyak orang tua yang beranggapan bahwa jilbab adalah yang selama ini menjadi penghalang anaknya tidak mendapatkan pasangan.



Selain itu, bersabar dan berdo’a nampaknya merupakan kunci mutlak untuk menstabilkan moral (akhlaq). Dengan kesabaran, ada pintu-pintu yang terbuka yang barangkali tak terlihat ketika kita sedang sempit dada. Dengan do’a, ada jalinan mesra dengan Sang Pemilik. Mungkin tidak saat itu juga do’a-do’a kita akan segera dikabulkan, tetapi bukankah do’a adalah ibadah? Jadi, semakin banyak do’a terucap, semakin banyak pula ibadah dilakukan.



Buat para muslimah yang baru saja menikmati keindahan meneguk bahtera rumah tangga, tampaknya ada sikap yang harus dilakukan untuk menjaga perasaan muslimah yang belum menikah. Istri-istri baru itu, biasanya senang “mengompori”. Sebenarnya sikap ini sah-sah saja, agar tampak bukti bahwa menikah tanpa pacaran, menikah dalam rangka dakwah adalah “pengorbanan” yang menyejukkan. Tapi jika hanya sekedar memanasi tanpa solusi, sebaiknya sikap seperti itu ditahan. Apalagi jika si muslimah itu tidak siap dengan cerita-cerita seputar nikah itu, bisa jadi akan memedihkan perasaannya.



Namun demikian, lain halnya dengan muslimah-muslimah yang ‘bandel’, yang dengan berbagai alasan kerap menolak untuk menikah meski seharusnya sudah siap. Baik tuntutan dakwah maupun tuntutan lainnya.



Menikah adalah ibadah. Tapi, ia bukan satu-satunya ibadah. Masih banyak alternatif ibadah yang bisa dilakukan. Alangkah naifnya bila kita malah banyak membuang waktu untuk memikirkan masalah pernikahan yang tak kunjung juga teralami. Masih banyak pekerjaan dan hal lain yang membutuhkan penyaluran potensi kita. Mumpung masih gadis, optimalkanlah potensi diri. Karena kelak, jika kesibukan menjadi istri dan ibu menghampiri kita, waktu untuk menuntut ilmu, menghapal ayat Qur’an dan hadits, bahkan untuk bertemu Allah di sepertiga malam, tentu saja akan berkurang. Nah, kenapa tidak kita optimalkan sejak sekarang?



“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar” (QS 3:142)

***



sumber : Eramuslim.com

Wednesday, March 30, 2011

Sendiri Menyepi

Wednesday, March 30, 2011 0 Comments

Sendiri menyepi..
Tenggelam dalam renungan
Ada apa aku seakan kujauh dari ketenangan
perlahan kucari, mengapa diriku hampa…
mungkin ada salah, mungkin ku tersesat,
mungkin dan mungkin lagi…
Oh Tuhan aku merasa
sendiri menyepi
ingin ku menangis, menyesali diri, mengapa terjadi
sampai kapan ku begini
resah tak bertepi
kembalikan aku pada cahayaMu yang sempat menyala
benderang di hidupku..
Perlahan kucari, mengapa diriku hampa
mungkin ada salah mungkin ku tersesat,
mungkin dan mungkin lagi
Oh Tuhan aku merasa..
sendiri menyepi…
Ingin ku menangis, menyesali diri, mengapa terjadi
sampai kapan ku begini
resah tak bertepi
kembalikan aku pada cahayaMu yang sempat menyala
Oh Tuhan aku merasaaaaaaaa……
seeeeendiri….aku merasa sendiri..
sampai kapan begini
resah tiada bertepi…Ooohh..
Kuingin cahya-Mu
benderang di hidupku..

****
Mau pulang, tapi sudah jam segini. Pasti macet! Akhirnya bertahan dulu di kantor dan saatnya menulis sambil mendengar nasyid "Sendiri Menyepi"-nya Edcoustic.. Mengungkapkan isi hati saja deh...

Hari ini kembali dalam lautan tafakkur
Batinku menyepi sendiri di sini
Dalam kegelisahan hati yang menyeruak
Di tengah keresahan jiwa yang tiba-tiba datang menyerang
Mencoba mengais hikmah di antara secercah harapan
Sembari meluruskan niat, ku lakukan semua ini semata karena-Nya
Semoga bisa menyelam dan tenggelam dalam lautan cinta milik-Nya…
Kulelah menggumamkan sejuta tanya
Karena jawaban yang tak kunjung jua kutemui
Tapi janji itu akan tetap terus terpatri
Meski halangan dan rintangan menghadang…
Walau pertahanan ini hampir goyah…
Aku ingin tetap meneruskan perjuangan ini…
Untaian dzikir terus mengalir…
Lantunan doa terus mengalun…
Kupasrahkan semuanya pada-Mu
Kau yang berhak menilai dan menentukan…
Bimbing dan kuatkan aku ya Rabb
Kumohon……


Tuhan....Tak ada tempat mengadu yang terbaik selain diri-Mu....
Besar harapanku untuk terus bertahan di jalan ini
Kutahu jalan-Mu tak serta merta lurus membentang,
Penuh duri dan belukar sana sini.
Tapi, yakinkan aku bahwa Engkau slalu ada untuk menjaga dan menolongku.
Kuakui hanya firman-Mu yang slalu bisa membawa ketenangan dihati...
 


Aku termenung. Puisi di atas menggambarkan betapa rapuhnya diriku. Semoga kerapuhan ini tidak berlangsung lama. Karena aku ingin segera bangkit dari lamunan panjangku...
 
"Wahai orang-orang yang beriman! Maukah kamu aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?"{yaitu} kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui. Niscaya Allah mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan ke tempat-tempat tinggal yang baik di dalam surga 'Adn. Itulah kemenangan yang agung.
Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai {yaitu} pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin". (QS. As-Saff: 10-13).

"Kalian adalah UMAT yang TERBAIK yang diLAHIRkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah" (QS. Al-Imran:110)

Yang sedang tenggelam dalam renungan,

Aisya Avicenna

Aksi Kedua yang Luar Biasa

Wednesday, March 30, 2011 0 Comments

Ahad, 27 Maret 2011 selepas dari agenda pertemuan rutin anggota Pramuda angkatan 15 FLP Jakarta di Masjid ARH dan makan siang, Aisya meluncur dengan menggunakan kendaraan beroda tiga khas Jakarta alias bajaj BBG menuju Monas. Rencana awal, Aisya makan siangnya di bajaj saja untuk menghemat waktu, tapi ternyata setelah dipikir-pikir, di bajaj kan goyang-goyang.. kalau keselek ya berbahaya! Hihi...


Setelah bernegosiasi dengan sopir bajaj, akhirnya disepakati ongkosnya. Di dalam bajaj sempat mencicipi MADU SUNNAH HPA yang tadi dibawakan Mbak Pika FLP. Hmm, biar jadi dopping! Begitu pikir Aisya. Sesampainya di Monas, ada beberapa andong yang sudah dihias pita. Cantiknya... (Andongnya lho, bukan kudanya!). Aisya masuk ke monas. Hmm, sepertinya salah turun nih. Mungkin panggung utamanya ada di dekat patung kuda.


Akhirnya Aisya menuju ke sana. Ehem, Glek... Sepanjang perjalanan ke sana Aisya cuma bisa menunduk dan berucap kata "Sabar... Sabar... Sabar.. " berulang kali. Pasalnya, kanan kirinya tuh banyak pemandangan yang bikin ngiri. Tapi insya Allah ngirinya tuh iri yang memotivasi. Di sebelah kanan depan ada pasangan suami istri yang kompak dengan kaos putih-kuning-hitam sedang bergandengan tangan mesra. Glek.. Trus, di sebelah kiri ada seorang istri yang sedang memotret suami dan anaknya. Hmm, Aisya hanya tersenyum (pengin!). Aisya melanjutkan perjalanan sambil nasyidan.. Penantian...


Penantian adalah satu ujian
tetapkanlah ku selalu dalam harapan
kerana keimanan tak hanya diucapkan
adalah ketabahan menghadapi cubaan

sabarkanlah ku menanti pasangan hati
tulus kan kusambut sepenuh jiwa ini
di dalam asa diri menjemput berkah-Mu
tibalah izin-Mu atas harapan ini



Rabbi, teguhkanlah ku di penantian ini
berikanlah cahaya terang-Mu selalu
Rabbi, segala upaya hamba-Mu ini
hanyalah bersandar semata kepada-Mu

Rabbi, redhailah penantianku ini
hadirkanlah ketenteraman di dalam hati
Rabbi, hanya pada-Mu-lah doaku ini
duhai tempat mengadu segala resah diri


Akhirnya Aisya sampai di panggung utama. Alhamdulillah, baru dimulai. Acara diawali dengan penampilan dari Izzatul Islam. Menghentak!!! Berhubung mantan vokalis STREAM, Aisya juga turut bernasyidan ria.

Paling suka waktu Izzis membawakan Jejak!

menapaki langkah-langkah berduri
menyusuri rawa, lembah dan hutan
berjalan diantara tebing jurang
smua dilalui demi perjuangan

letih tubuh di dalam perjalanan
saat hujan dan badai merasuki badan
namun jiwa harus terus bertahan
karna perjalanan masih panjang

kami adalah tentara Allah, siap melangkah menuju ke medan juang
walau tertatih kaki ini berjalan
jiwa perindu syahid tak akan tergoyahkan

wahai tentara Allah bertahanlah,,
jangan menangis walau jasadmu terluka
sebelum engkau bergelar syuhada
tetaplah bertahan dan bersiap siagalah

* Puisinya...

gunung tinggi menjulang
samudra luas membentang
adalah lahan peneguhan

hutan rimba
padang gersang
jadi ajang pembuktian

hujan badai
terik panas kerontang
pasti kan hiasi perjalanan
saat langkah tlah diayunkan
pantang surut ke belakang hingga sampai ke tujuan
bertahanlah dan bersiap siagalah



Wah... keren pokoknya!

Setelah penampilan Izzis, Aisya merapat ke barisan akhwat di depan panggung. Acara dilanjutkan dengan prakata dari MC. Kami diajari beberapa yel-yel. Setelah itu tasmi' Qur'an oleh seorang ikhwan yang hafizh! Mantap... Baru setelah itu ada orasi dari beberapa tokoh. Sebut saja ada Pak Hidayat Nur Wahid, Pak Anis Matta, Ibu Yoyoh Yusroh dan beberapa tokoh lintas agama.

Alhamdulillah, akhirnya bisa satu forum dengan Wakil Ketua DPR RI, Pak Anis Matta, Lc, memberikan orasinya di acara Aksi Munashoroh untuk Timur Tengah tersebut. Dihadapan ratusan ribu massa aksi, beliau menyampaikan, "Yang mendukung revolusi itu anak-anak muda, bukan cuma karena usianya tapi muda dari perasaan yang slalu berjiwa muda," ujarnya.

Setelah orasi dari para tokoh (Aisya sempat merekam semuanya, insya Allah akan diupload kemudian hari... belum sempat ditulis orasinya), sempat ada penampilan dari Ar Ruhul Jadid. Setelah itu pelepasan merpati dan kita jalan dari Monas menuju bundaran HI, terus kembali ke Monas lagi. Subhanallah, selama dari Monas sampai ke Monas lagi cuacanya mendung. Sempat gerimis sebentar. Hmm, serasa malaikat turut serta dalam aksi kali ini. Saat aksi ini Aisya hanya sendiri. Sebenarnya kawan-kawan "lingkaran cintanya" juga ada yang datang, tapi tidak bertemu karena mereka datang terlambat (sebelumnya mereka ada agenda ke walimahan dulu). Karena ada agenda lain, akhirnya mereka juga tidak turut turun ke jalan.

Oh ya, aksi tersebut digelar sebagai bentuk kepedulian dan rasa prihatin yang mendalam atas nasib masyarakat sipil yang menjadi korban krisis politik dan konflik bersenjata, yang berkecamuk di sejumlah negara di Timur Tengah, seperti di Yaman, Bahrain, Libya, juga di Palestina.

Aksi ini juga dimaksudkan untuk meminta pemerintah Indonesia mendesak Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengeluarkan resolusi untuk mengakhiri krisis politik dan konflik bersenjata tersebut guna menghindari jatuhnya korban rakyat sipil yang lebih banyak lagi.

Aksi ini bisa juga sebagai tekanan untuk DPR khususnya komisi I yang membidangi pertahanan dan luar negeri agar memberikan tekanan kepada pemerintah Indonesia untuk mendesak PBB mengeluarkan resolusi itu.

Eh iya, Aisya sempat bertemu dengan murabiyah pertamanya di Jakarta. Hmm, mbaknya itu begitu istimewa. Mbaknya itu pula yang dulu pernah membantunya saat Aisya mencoba mengukir sejarah baru dalam hidupnya, meski pada akhirnya kisah itu harus berhenti di tengah jalan dan Aisya berjanji pada dirinya sendiri tak akan lagi meneruskan kisah itu. Ia akan merangkai kisah lain yang lebih indah. Semoga dalam waktu dekat ini.

Alhamdulillah, perjalanan aksi yang cukup panjang itu akhirnya bisa dilewati Aisya dengan penuh semangat karena sepanjang perjalanan ia bersama dengan para ikhwah yang luar biasa meskipun tidak ia kenal. Ada seorang ibu muda yang menggendong anaknya, suami istri yang bergandeng mesra (lagi-lagi bikin ngiri), adik-adik kecil, dll. Mereka semua sangat bersemangat! Aisya nggak mau kalah dong...

Pukul 17.00, Aisya pulang.... Hmm, benar-benar aksi kedua yang luar biasa!!!

Aisya Avicenna

Insan Istimewa

Wednesday, March 30, 2011 0 Comments
Kebetulan di kantor lagi dengerin "Permata Yang Dicari"-nya DeHearty

Hadirnya tanpa kusedari
Menggamit kasih cinta bersemi
Hadir cinta insan padaku ini
Anugerah kurniaan Ilahi
Lembut tutur bicaranya
Menarik hatiku untuk mendekatinya
Kesopanannya memikat di hati
Mendamaikan jiwaku yang resah ini
Ya Allah


Jika dia benar untukku
Dekatkanlah hatinya dengan hatiku
Jika dia bukan milikku
Damaikanlah hatiku
Dengan ketentuan-Mu
Dialah permata yang dicari
Selama ini baru kutemui
Tapi ku pasti rencana Ilahi
Apakah dia kan kumiliki
Tidak sekali dinodai nafsu
Akan kubatasi dengan syari’at-Mu
Jika dirinya bukan untukku
Redha hatiku dengan ketentuan-Mu
Ya Allah
Engkaulah tempat kubergantung harapanku
Kuharap diriku senantiasa di bawah rahmad-Mu.


Mencintai dan dicintai adalah fitroh manusia, hal itu ada sejak sebelum kita dilahirkan di dunia. Insya Allah, para ukhtifillah, moga kita termasuk hamba-hamba Allah SWT yang nantinya kalo sudah tiba masanya kita dipertemukan dengan hamba Allah SWT yang terbaik untuk menjadi pendamping hidup, bersama-sama membangun keluarga sakinah mawadah dan warohmah. Senantiasa diberikan kemudahan dalam mendapat keturunan keturunan yang sholeh-sholehah yang dapat menyejukkan hati kedua orang tua. Allahumma amin.



Ukhtifillah semoga kita juga tetap diberikan keistiqomahan untuk menjaga diri dari perbuatan yang mendatangkan murka-Nya. Insya Allah dengan kesabaran menjaga iffah kita dan dengan kegigihan kita untuk mempetahankan izzah kita Insya Allah akan diberi balasan yang setimpal dari Nya, yaitu pendamping yang bisa membawa kebahagiaan di dunia maupun di akhirat, Allahumma amin.

Karena semua itu sudah ada waktunya sendiri-sendiri, so sambil menunggu waktu yang sudah ditentukan kapan datangnya, marilah kita semua mempersiapkan diri untuk mencari bekal, mencari ilmu untuk persediaan perjuangan kita, agar nantinya kita tidak kehabisan bekal.

Pernikahan itu bagaikan kapal, kapal yang akan berlayar di samudera yang sangat luas. Ketika kapal akan diterjang gelombang, angin yang besar dan bencana, kita sudah mempersiapkan bekal dan tehnik, bagaimana kita menghadapinya agar tetap berlayar dengan baik, selamat sampai ditujuan. Pernikahan juga seperti itu, jangan sam
pai kita tidak mempersiapkan dengan baik. Menikah mudah dan sulit, mudah jika kita mempersiapkan sedari dulu, sulit jika kita tidak tahu ilmu di dalam pernikahan tersebut, alias tidak punya bekal sama sekali. Dan semoga kita termasuk orang yang dimudahkan oleh Allah Swt, Allahumma amin……

[Serakan Inspirasi]

by : Keisya Avicenna (my supertwin)