Jejak Karya

Jejak Karya

Tuesday, March 22, 2016

Surat CINTA untuk Kekasih Tercinta Pilihan-Nya

Tuesday, March 22, 2016 0 Comments

Semarang, 12 Februari 2016

Teruntuk Macis, suamiku tercinta
di istana cinta kita, DNA.

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Apa kabarmu hari ini, suamiku tersayang? Semoga senantiasa dalam payung kasih dan rahmat-Nya. Bersama surat cinta ini, izinkan istrimu mensejajarkan huruf demi huruf yang akan merangkaikan kalimat yang sarat rindu untukmu. Rangkaian kalimat yang semoga menjelma kehangatan yang akan selalu memelukmu dan menciptakan kebahagiaan tak terkira dalam hatimu. Semoga…
Suamiku yang darimu aku semakin memahami makna cinta, bagiku, tidak ada Hari Valentine atau Hari Kasih Sayang yang khusus dirayakan setiap 14 Februari karena setiap hari adalah waktu yang tak akan pernah aku sia-siakan untuk mengungkapkan rasa sayangku padamu. I love you, Cinta…
Suamiku, sejenak aku ingin mengajakmu memutar waktu, saat kalender sampai di tanggal 10-11-12, 10 November tahun 2012 silam. Bagiku, hari itu menjadi hari pahlawan yang bersejarah. Kau bagaikan pahlawan yang menyelamatkanku dari jerat masa-masa kesepian, masa-masa penantian sang pendamping hidup. Hari itu, kau mengucapkan ikrar janji suci untuk menjadikan diri ini pengantin dunia-akhiratmu.
Belahan hatiku, aku sangat ingat tatapan pertamamu yang benar-benar memaku jiwaku, hingga mulai detik itu kita mengokohkan sebuah visi surgawi : “Mewujudkan pernikahan sebagai penyempurna agama yang bukan sekadar untuk mencari bahagia, tapi menuai keberkahan di dunia dan akhirat, bersama menuju surga-Nya.”
Kekasih halalku, setelah kita menikah, kau amanahkan semua urusan keuangan rumah tangga kita padaku. Aku jadi manajer dalam keluarga kecil kita. Kau tetap izinkan aku bekerja meskipun dari rumah. Ya, rumahku adalah kantorku! Kau sangat mendukungku menjalankan profesiku sebagai seorang penulis dan guru menulis untuk anak-anak di DNA Writing Club, juga jualan buku-buku secara online. Dengan demikian, aku pun tetap bisa berpenghasilan dan uang yang aku dapatkan sebagian bisa aku tabung. Terima kasih, suamiku tercinta. Karena ridhomu adalah surga dunia dan akhiratku.
[*]
Suamiku tersayang, hingga detik ini aku semakin bersyukur karena Tuhan mengizinkanku memiliki seorang pendamping hidup yang begitu sabar, pengertian, dan penuh kasih sayang. Kau benar-benar menjadi sosok pelengkap hidupku, Sayang. Kau sangat pintar memasak dan cekatan dalam membantuku menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Betapa beruntungnya aku menjadi istrimu.
Suamiku, tahun ini sudah tahun ketiga kita membina rumah tangga. Tapi, Tuhan belum mengizinkan “amanah-Nya” hadir di tengah-tengah keluarga kecil kita. Semoga kau tetap jadi sahabat perjuanganku, ya Sayang. Sahabat yang akan selalu ada dalam sukaku maupun dukaku Tetap sabar ya, Sayang. Kita akan terus berjuang bersama, teriring doa yang senantiasa melangit untuk-Nya. Semoga buah cinta kita segera Tuhan titipkan di rahimku, dan kelak tangis dan celotehnya akan semakin memberi warna dalam kehidupan rumah tangga kita. Aamiin.
Kekasihku tercinta, bagiku ini adalah episode perjalanan hati, saat diri merasa tidak ada satupun yang luput dari perhitungan-Nya. Semuanya sudah diatur dengan sangat rapi dan luar biasa! Sayang, tidak perlu ada rasa khawatir yang berlebih atau kegalauan yang menghebat. Marilah kita jalani semuanya dengan senantiasa menjaga kebersihan niat, berjuang penuh semangat, selanjutnya kita serahkan segala kepasrahan diri kepada Sang Kreator Agung. Perjalanan hati akan mengajarkan hal-hal terindah dalam hidup seperti halnya senyuman sang mentari yang selalu rela berbagi. Bukankah seharusnya seperti itu, Sayang?
[*]
Biarkan degup jantung kita TEPAT berpadu karena-Nya
Sebagai tanda tambatan TERBAIK, akhir dari segala pengembaraan atas nama cinta…
Macis, suamiku tersayang, ingatkah kau dengan penggalan puisi itu? Puisi 19 bait yang aku beri judul TEPAT dan TERBAIK. Puisi yang aku jadikan kado terindahku untukmu di hari pernikahan kita.
Pangeran kunci surgaku, bersamamu adalah sekumpulan kisah penuh warna untuk melukis makna. Bersamamu adalah hari-hari memintal kesabaran dengan benang-benang keikhlasan untuk banyak hal istimewa yang sudah Dia janjikan. Ah, aku jadi ingin menulis sebait puisi lagi untukmu…
Cinta, telah berbilang waktu
Hariku berlalu bersamamu
Dan diri ini tak pernah lelah berharap…
Agar engkau tak pernah jemu
‘tuk bantu aku menjadi sebaik-baik perhiasan duniamu
Cinta, engkaulah yang ‘kan mengantarkanku ke taman akhlak yang mulia
Taman istimewa, taman surga…
      
Sekian ungkapan cinta dan sayangku yang aku wakilkan lewat rerentet aksara-aksara ini. Maafkan aku jika sampai detik ini aku belum bisa menjadi istri yang baik dan shalihah untukmu. Tapi, aku akan terus berusaha memperbaiki diri setiap waktu.

Salam rindu dari seseorang
yang teramat mencintaimu,
Dik Norma

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.





Monday, March 21, 2016

Tips Merawat Celana Bola Si Buah Hati

Monday, March 21, 2016 0 Comments

Mom, jika Anda memiliki anak laki-laki, tentu saja kegiatan seperti bermain bola tidak dapat lepas dari kesehariannya. Olahraga bola yang dilakukan sejak dini sebenarnya bisa membantu perkembangan fisik sosial dan pertumbuhan fisiknya. Anda sebagai seorang orang tua tentu harus memberikan support atau dukungan untuk buah hati. Namun, salah satu kendala yang sering dikeluhkan oleh para ibu ialah merawat celana bola miliknya. Celana bola merupakan salah satu perlengkapanberolahraga  yang tergolong penting.


Anak laki-laki tentu tidak pernah memperhatikan kebersihan celananya ketika mereka sedang asyik melakukan kegiatan ini. Celana sepak bola memang didesain secara khusus agar bisa menyerap keringat dan lebih cepat mengering. Namun, celana ini akan sulit dibersihkan ketika terkena noda lumpur maupun keringat. Jangan biarkan hal tersebut menjadi penghalang untuk si kecil untuk melakukan hobynya ini.

Berikut tips untuk merawat celana bola sang buah hati, antara lain:

  • Bila noda yang berada di celana ini cukup banyak dan juga pekat, Anda dapat merendamnya ke dalam air yang sudah di campur dengan cuka. Perbandingannya 1:4. Rendam selama kurang lebih setengah jam,
  • Agar lebih optimal, Anda dapat menggunakan sabun yang berfungsi secara khusus untuk menghilangkan noda yang membandel,
  • Selain menggunakan cuka, Anda juga bisa mencuci celana tersebut dengan menggunakan air hangat serta memberi tambahan bubuk baking soda. Ini digunakan agar mikroorganisme yang menempel di celana akan hilang,
  • Bila celana tidak langsung Anda cuci, Anda dapat menggantungnya, hindari melipat celana karena melipat pakaian akan membuat lembab dan bakteri mudah berkembang biak.

Pakaian bola seharusnya tidak hanya memiliki 1, terlebih jika anak Anda sering sekali melakukan olahraga ini. Usahakan untuk memiliki 3 hingga 4 celana. Tujuannya ialah agar anak Anda dapat bergonta-ganti celana. Hindari menggunakan celana sepak bola yang sama dalam jangka waktu yang berdekatan, hal ini dapat menimbulkan bau yang kurang sedap bahkan bisa menimbulkan kerusakan pada celana. Ketika pencucian, walaupun Anda menggunakan cara yang manual, usahakan untuk mencucinya hingga bersih.



Saat mencuci celana bola anak Anda, agar dapat menjaga serat dari celana, usahakan untuk mempergunakan tangan ketika memerasnya. Peras pakaian hingga air yang berada di dalam pakaian berkurang. Untuk melakukan penjemuran sebaiknya lakukan di bawah sinar matahari. Tujuan utamanya ialah agar dapat membunuh bakteri yang mungkin saja masih berada di celana tersebut, namun jangan lupa untuk mengangkat ketika sudah kering. hindari menjemur terlalu lama di bawah paparan sinar matahari. Bila sudah kering Anda tidak perlu menyetrika celana sepak bola anak Anda, Anda hanya perlu melipatnya serta meletakkannya di lemari kering. Hindari menyetrika celana karena dapat membuatnya menjadi sangat molor serta kurang nyaman ketika digunakan. Celana sepak bola akan terlihat jelek bila Anda menyetrikanya.


Baca juga artikel lainnya tentang perawatan baju olahraga terbaik di anekajersey bola.


Tuesday, March 15, 2016

[Resensi Buku] : DALAM DEKAPAN UKHUWAN (Salim A Fillah)

Tuesday, March 15, 2016 0 Comments

MENGASAH CAKRAWALA RASA DALAM DEKAPAN UKHUWAH
*Norma Keisya Avicenna

Judul Buku          : Dalam Dekapan Ukhuwah
Penulis                 : Salim A. Fillah
Penerbit               : Pro-U Media, Yogyakarta
Tahun Terbit        : 2010
Jumlah Halaman  : 472
ISBN                   : 979-1273-66-9

Alangkah syahdu menjadi kepompong; berkarya dalam diam, bertahan dalam kesempitan. Tetapi bila tiba waktu untuk jadi kupu-kupu, tak ada pilihan selain terbang menari; melantun kebaikan di antara bunga, menebar keindahan pada dunia. Dan angin pun memeluknya, dalam sejuk dan wangi surga.

Kalimat pembuka yang manis dan sarat makna. Rangkaian kalimat yang menyiratkan sebuah perjalanan hidup manusia, sebuah metamorfosis kehidupan.

Ustadz Salim mengawali bahasan dalam buku Dalam Dekapan Ukhuwah ini dengan prolog ‘Dua Telaga’. Prolog yang menggambarkan dua kisah sarat hikmah. Telaga pertama adalah air telaga yang wanginya semerbak melebihi wangi kasturi. Telaga yang rasanya lebih lembut dari susu, lebih manis dari madu, dan lebih sejuk dari salju. Di telaga itu, ada seorang lelaki yang kerap memberi minum mereka yang kehausan. Wajahnya selalu berseri dan selalu menanti kedatangan umatnya. Telaga dengan segala keistimewaannya itu adalah Al-Kautsar dan lelaki itu adalah Muhammad, namanya terpuji di langit dan bumi. Telaga yang kedua berkisah tentang Narcissus yang selalu bercermin di telaga untuk mengagumi pesona dirinya, mengagumi bayangannya. Narcissus menggambarkan sosok jiwa manusia yang hanya takjub pada dirinya sendiri.

Kisah dua telaga ini, mengajak pembaca untuk berhijrah dari kecintaan pada diri sendiri menjadi cinta sesama yang melahirkan peradaban cinta. Awal untuk memulainya adalah IMAN. Iman yang akan menjadi ukuran kualitas hubungan kita dengan sesama.

Ukhuwah disebut juga persaudaraan. Persaudaraan ini tidak dibangun atas dasar darah, nasab, dan keluarga, tetapi atas dasar keimanan dan ketaqwaan kepada Allah.

Dalam buku ini, Ustadz Salim memilah bahasan besar tentang ukhuwah menjadi beberapa bab dengan judul-judul yang sangat menggugah, yang menjelma menjadi bata demi bata yang akan menyusun menara cahaya. Dalam setiap bab itu masih dibagi lagi menjadi beberapa judul tulisan.

‘Ambil Cintamu di Langit, Tebarkan di Bumi’ menjadi judul di bab pertama. Bab ini menjelaskan tentang ukhuwah, kedudukan ukhuwah dalam Islam, serta pentingnya bekerja dan beramal karena keduanya adalah bentuk kesyukuran terindah.

Bab selanjutnya adalah Tanah Gersang’. Salah satu judul yang menarik dalam bab ini yaitu ‘Segalanya adalah Cermin’ (halaman 83). Kita akan belajar dari kisah Mu’awiyah dan ‘Uqail ibn Abi Thalib. Darinya kita belajar setiap saudara adalah tempat kita bercermin untuk melihat bayang-bayang kita. 

Bab berikutnya adalah  ‘Sebening Prasangka’. Prasangka adalah batu bata cahaya dalam membangun menara ukhuwah. Salah satu nikmat terbesar dalam dekapan ukhuwah adalah keberanian untuk menerima penilaian atau kritikan dari orang lain sebagai masukan yang sangat berharga. Itu sikap agung yang telah diambil oleh Az-Zubair (penjaga setia Sang Nabi), Thalhah, ‘Ali, Sa’d ibn Abi Waqqash, ‘Abdurrahman ibn ‘Auf, dan juga ‘Utsman ibn ‘Affan (halaman 215).

Bahasan selanjutnya, Selembut Nurani’. Kita bicara tentang ruh-ruh yang diakrabkan iman, bicara tentang cinta, tentang jiwa yang mendamba naungan Allah SWT dalam mencintai sesamanya.

‘Sehangat Semangat’, menjadi judul bab selanjutnya. Semangat menjadi modal untuk terus bergerak menuju kebaikan dan ber-fastabiqul khoirot. Seperti upaya-upaya ‘Umar untuk mengungguli Abu Bakar yang terus berlangsung dalam setiap kesempatan. Cinta di antara mereka telah saling menyengat dalam bentuk gelora untuk mempersembahkan yang terbaik bagi Allah dan Rasul-Nya.

Selanjutnya, kita akan semakin memahami indahnya persaudaraan yang Senikmat Berbagi’.  Berbagi bagaikan cinta yang dapat menawarkan luka.

Batu bata lain dalam menara cahaya ukhuwah ini adalah ikrar. Kita membangun menara ukhuwah dalam ‘Sekokoh Janji’.  Membangun rasa saling percaya adalah puncak tertinggi kualitas hubungan.

Bagian epilog, kita diberikan jamuan sebuah kondisi yang Gelap, Tapi Hangat’. Kita harus terus saling bercermin tanpa lelah hingga bisa saling memahami dan mencintai saudara kita.

Buku ini membuat kita lebih banyak merenung, lebih banyak menangis, dan gelisah karena kita belum bisa menjadi saudara yang terbaik, belum bisa memahami urgensi ukhuwah yang sebenarnya. Ustadz Salim mengemas semuanya dengan bahasa yang akrab dan indah. Kombinasi kisah-kisah para sahabat, ditambah pula dengan penelitian dari buku-buku seperti ‘Winning With People’ (John C. Maxwell), ‘Every Word Has Power’ (Yvonne Oswald) dan sebagainya, semakin memperkaya bahasan dalam buku ini. Selain itu, hampir di setiap pergantian judul baru, juga diselingi puisi yang mampu membuat diri ini menutup buku sejenak lalu berpikir dan merenung.

Saya sangat kesulitan dalam mencari letak kekurangan buku ini. Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliya berkata, “Temukan tujuh puluh dalih untuk menganggap benar perilaku saudara yang tampak keliru di matamu. Dan jika setelah tujuh puluh alasan terasa tak masuk akal juga, maka katakan pada dirimu: ’Saudaraku ini punya ‘udzur yang tak kutahu.’” Memang, ‘tak ada karya yang tak retak’. Ada satu hal yang menjadi kekurangan. Ustadz Salim dan buku Dalam Dekapan Ukhuwah ini telah membuat pembacanya tidak tenang; setiap kali pembaca membuka halaman pertama, akan muncul rasa penasaran untuk segera membaca halaman-halaman berikutnya hingga akhir.

Buku yang dapat mengasah ‘cakrawala rasa’ ini, sangat saya rekomendasikan untuk dibaca dan dikoleksi bagi siapapun yang berharap dan menginginkan kebaikan ukhuwah dalam cinta-Nya. Buku ini juga sangat layak dibaca oleh para pejuang dakwah, para remaja dan para orang tua yang ingin selalu menggelorakan semangat untuk berlomba-lomba menyemai hikmah, memelihara ukhuwah, memetik barokah, menjadi pribadi yang merindu dan dirindu Jannah.

*Resensi ini mendapatkan JUARA 1 dalam Lomba Resensi yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Nuruh Huda UNS







Monday, February 22, 2016

#1thGandjelRel : BLOGGERLICIOUS

Monday, February 22, 2016 9 Comments

Sugeng Ambal Warsa, Gandjel Rel!

Satu tahun mengudara eh bersliweran di dunia maya dan berkontribusi di dunia nyata tentu saja sudah banyak suka duka yang dilalui bersama para anggotanya. Ibarat kata sosok bayi yang baru berusia 1 tahun, lagi lucu-lucunya, super nggemesin, dan tentu saja semangat belajar yang tinggi dalam menikmati proses untuk menghadapi tantangan di masa depan *tsaaah.

Blogger Gandjel Rel digawangi oleh sosok-sosok perempuan tangguh yang super sibuk namun masih meluangkan waktunya untuk memikirkan ‘masa depan’ para perempuan lainnya -yang tinggal di Semarang. Para perempuan Semarang yang hobi nulis namun baperan mulu (kayak saya. *wkwkwk), yang hobi nge-review produk/endorser pemburu produk gretongan tapi kadang bingungan (kayak saya lagi. *hihihi), yang hobi ngeksis lewat karya tapi punya cita-cita biar lebih eksis lagi khususnya di dunia maya (kayak saya lagi. *xixixi).
5 blogger perempuan kece di belakang Gandjel Rel
[ki-ka : Mbak Dewie Rieka-Mbak Uniek-Mbak Lestari-Mbak Rahmi-Mbak Wuri dan si imut Arkan]
Siapakah para perempuan tangguh yang ada di belakang Gandjel Rel itu? Yupz, terpampang nyata di foto. Cantik-cantik, kan? Salut buat mereka berlima! Terima kasih karena gagasan n ide briliant-nya untuk membuat komunitas blogger perempuan Semarang, yang kemudian diberi nama Blogger Gandjel Rel. Bagus dan unik ya namanya? Saya sendiri baru ngeh apa itu Gandjel Rel dan bisa icip-icip waktu arisan PKK. Maklum karena saya bukan orang asli Semarang, baru 3 tahunan ini tinggal di Semarang.

Penampakan Roti Gandjel Rel (Sumber : Wikipedia)
Penasaran kan, apa itu Gandjel Rel? Yuk, cap… cus…
Gandjel Rel itu roti khas Semarang dan menjadi salah satu oleh-oleh khas Semarang. Gandjel diambil dari bahasa Jawa yang berarti pengganjal. Nama lain roti Gandjel Rel adalah roti gambang karena bentuknya memang mirip ‘Gambang’, salah satu jenis alat gamelan. Roti ini berbentuk kotak dan berwarna coklat. Bagian atasnya bertabur wijen dengan cita rasa yang khas. Tekstur rotinya ulet dan padat dipadu dengan aroma coklat dan kayu manis yang bisa bikin lidah bergoyang. Roti yang sangat mengenyangkan. Hmm, jadi pengin makan roti Gandjel Rel, nih! Roti ini juga selalu jadi rebutan masyarakat Kota Semarang saat perayaan Dugderan saat ada pembagian roti di tengah tradisi menjelang Ramadhan. Ribuan warga bahkan rela berdesak-desakan untuk mendapatkan roti tersebut karena dipercaya mampu memperkuat diri ketika nanti menjalankan ibadah puasa.

Filosofi ‘Gandjel Rel’ keren, kan? Roti yang menjadi ciri khas Semarang dan sangat bergizi tinggi. Karena ‘nama adalah doa’ semoga demikian halnya dengan Blogger Gandjel Rel, para anggotanya mampu membuang semua yang ‘mengganjal’ di hati lewat untaian kata-kata yang penuh makna, sesuai tagline-nya : “nge-blog ben rak ngganjel”. Selain itu, juga mampu berkontribusi di dunia nyata lewat event-event yang diselenggarakan dan diikuti di Kota Semarang.

Banyak event sangat berkesan yang saya ikuti bersama Komunitas Blogger Gandjel Rel, diantaranya saat kunjungan ke Penerbit Bentang Pustaka dan Stilleto Book, tanggal 7 Januari 2016 silam. Seruuuuu! Banyak dapat ilmu baru dan pengalaman super keren, serasa jalan-jalan ke Jogja bareng keluarga.
Seru-seruan di Penerbit Bentang Pustaka, Jogja

Selain itu, tanggal 13 Februari 2016 silam berkesempatan pula ikut Gathering Komunitas Blogger Semarang yang diselenggarakan oleh Blue Bird Semarang. Event-event gathering seperti ini menjadikan para anggotanya semakin akrab. Jempol, dah!


Ikutan gathering blogger Semarang di kantor Bluebird Semarang
Meskipun saya masih tergolong blogger yang cukup moody, nggak sekonsisten dulu bisa one day one posting (tahun 2010), tapi 2016 ini mulai pasang iket kepala untuk lebih serius lagi ngeblog dengan template yang lebih baru, kembaran sama My SUPERTWIN meskipun sampai sekarang juga masih tahap renovasi. Hmm, 2016 harus lebih produktif ngeblog n nyoba ikutan lomba-lomba blog. Salah satu resolusi 2016 ini saya namakan proyek BLOGGERLICIOUS, gimana caranya biar saya bisa membangun kembali habit ngeblog yang 'lezat dan nagih' ala Keisya Avicenna. hehe. 

Bagi saya, ngeblog itu bisa mendatangkan banyak manfaat. Saya sendiri sudah merasakan beberapa manfaatnya:
  • ·       Blog bisa jadi ‘personal branding’, bisa juga ‘profil online’ kita. Dulu, saya pernah dapat undangan untuk jadi pembicara seminar muslimah di Padang, karena ada salah seorang mahasiswi di Universitas Andalas Padang yang ‘nyasar’ ke blog saya. Akhirnya, terbang deh ke Padang naik pesawat gretongan… #berkahngeblog
  • ·        Blog bisa jadi ‘market online’ produk-produk kita.
  • ·        Blog bisa jadi sarana untuk menjadi penulis yang baik. Blog itu dapat mengasah keterampilan kita menulis. Saya jadi tahu kualitas tulisan saya sejak pertama kali ngeblog (tahun 2008) sampai sekarang. Harapannya, dengan begitu, bisa terus semangat belajar untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas tulisan kita.
  • ·       Nge-blog juga bisa membangun jaringan, bisa pertemanan juga bisa jaringan bisnis. “The richest people in the world build networks. Everyone else looks for work,” kata Pak Robert Kiyosaki.
  • ·    Dengan punya blog, bisa ikutan lomba-lomba blog ‘n Give Away, juga nongki-nongki chanci kalau komunitas blogger pada ngumpul-ngumpul ‘n kopdaran. Asyik, apa asyiiik bangeeet, tuh?!

Harapan saya untuk Blogger Gandjel Rel, semoga semakin eksis, semakin bergelimang prestasi, para anggotanya bisa semakin produktif berkarya, makin kompak dan solid. Blogger Gandjel Rel  juga makin banyak dapat undangan-undangan keren yang bisa mengikutsertakan para anggotanya. Hihihi. Sukses buat Gandjel Rel! Semoga ke depannya semakin memberikan warna-warna yang indah untuk turut andil dalam memajukan Kota Semarang. Aamiin...

Happy blogging! Chayooo, GRes!!!


::Keisya Avicenna




Friday, February 19, 2016

[Review Film Ketika Mas Gagah Pergi] : MALAIKAT UNTUK ‘DIK MANIS’ ITU BERNAMA ‘MAS GAGAH’

Friday, February 19, 2016 1 Comments
  • Judul Film  : Ketika Mas Gagah Pergi
  • Sutradara : Firman Syah
  • Produser : Helvy Tiana Rosa
  • Penulis Naskah : Helvy Tiana Rosa
  • Produksi : IndoBroadcast Production, ACT
  • Genre : Drama Religi 
  • Pemain: Hamas Syahid Izzudin, Aquino Umar, Masaji Wijayanto, Izzah Ajrina, Wulan Guritno, Mathias Muchus, Nungki Kusumastuti, Miller Khan, Epy Kusnandar, Ali Syakieb, Shireen Sungkar, Joshua Suherman, Irfan Hakim, Virzha Idol, Fendy Chow, dll.


Ini film kita! Kita yang modalin, kita yang buat, dunia yang nonton!
Inilah jargon penuh semangat dari para pejuang KMGP (Ketika Mas Gagah Pergi).  Alhamdulillah, setelah penantian yang cukup panjang selama kurang lebih 12 tahun, KMGP The Movie yang diadaptasi dari cerita karya Helvy Tiana Rosa, pendiri Forum Lingkar Pena, inipun bisa tayang dalam bentuk layar lebar mulai 21 Januari 2016.

Lihat dulu trailer-nya, nih!




Sinopsis Cerita
Bagian pembuka film Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP) ini penonton sudah dimanjakan dengan pemandangan wilayah Indonesia Timur yang begitu memesona. Adegan pertama dimulai ketika Gagah (Hamas Syahid Izzudin) naik sepeda motor menuju suatu tebing lalu mengambil beberapa gambar (memotret), sampai akhirnya dia terpeleset dan terjatuh. Selanjutnya, alur melompat saat ada narasi dari Gita (Aquino Umar) tentang kehidupan keluarganya dan ditampilkan flashback saat Gagah dan Gita kecil.

Mas Gagah adalah segalanya bagi Gita. Mas Gagah selalu ada untuknya. Mas Gagah dan Gita pun tumbuh dewasa. Mas Gagah kuliah di jurusan Teknik Sipil dan Gita SMA. Kesedihan menghinggapi mereka saat sang Papa (Dwiki Dharmawan) meninggal dunia. Setelah Papa meninggal, Mas Gagah yang menggantikan peran Papa sebagai kepala keluarga dan tulang punggung keluarga. Mas Gagah mampu mengisi ruang kosong di hati adiknya yang tomboy itu. Selain tampan, ia juga cerdas, gaul, dan sangat penyayang. Mas Gagah tak pernah keberatan memenuhi kemauan adiknya. Semuanya berjalan sangat menyenangkan. Keakraban yang selalu dirindukan terjalin antara kakak beradik itu.

Konflik mulai muncul saat Mas Gagah harus pergi ke Ternate karena tugas kuliah. Sepulangnya dari Ternate, Mas Gagah berubah, drastis! Begitu menurut Gita dan juga Mama (Wilan Guritno). Mas Gagah lebih suka mengenakan baju koko dan berjenggot. Ia pun membatasi dirinya dari hal-hal yang berbau duniawi. Mas Gagah lebih suka mengaji daripada nge-mal dan nonton konser musik. Ia pun memutuskan untuk tidak jadi model lagi.

Mas Gagah pun memberanikan diri untuk menjelaskan semua perubahannya itu pada Mama dan Gita. Bagi Gagah, dirinya berhijrah mengikuti ajaran Islam untuk hidup yang lebih baik sesuai tuntunan Al-Qur’an dan Hadits. Tapi, bagi Gita yang ABG gaul, perubahan pada kakaknya itu ‘sangat lebay dan enggak banget’. Hubungan keduanya pun membeku. Tidak ada lagi keceriaan dan keakraban antara Gagah dan Gita. Perang dingin berkecamuk di rumah itu. Apalagi Mas Gagah yang dulu sering berkelakar memanggilnya “Gito”, sekarang ganti dengan panggilan “Dik Manis” yang terdengar sangat aneh di telinga Gita.

Gagah pun terus bersemangat dalam menjalankan ajaran Islam.
“Islam itu indah… Islam itu cinta…”

Mas Gagah kerap menasihati Gita untuk menjalankan perintah-perintah agama. Gita sebal. Menurutnya, abangnya itu terlalu fanatik dan norak. Ia hanya mau sosok kakaknya kembali seperti dulu. Tak hanya memusuhi Mas Gagah, Gita pun benci dengan sosok Kyai Ghufron -yang menurut Gagah beliaulah yang telah memberikan banyak pelajaran berharga saat di Ternate. Gagah tak pantang menyerah untuk mengajak Gita dan Mama untuk lebih mengenal Islam.

Puncak kekesalan Gita ia lampiaskan dengan menolak untuk diantar jemput Mas Gagah lagi. Saat naik bis umum, Gita kerap dipertemukan dengan sosok laki-laki berkemeja kotak-kotak yang suka berceramah. Aneh! Bagi Gita, sosok laki-laki itu sangat aneh. Berceramah kok di bis, tidak mau dibayar pula.

Laki-laki ganteng yang sering memakai kemeja kotak-kotak itu bernama Yudi (Masaji). Cara dakwahnya ditentang oleh abahnya (Mathias Muchus). Tapi, Yudi berusaha membela diri, kalau berdakwah itu bisa dimana saja. Dakwah Yudi yang anti mainstream itu awalnya membuat Gita jengah karena Yudi mengingatkan Gita dengan sosok abangnya yang kini berubah.

Gita seringkali bertemu sosok Yudi di bis umum dan tempat-tempat umum lainnya, termasuk di area pemukiman penduduk yang terkena musibah. Sosok Yudi selalu menjadi orang yang paling dulu dalam membantu mereka yang sedang membutuhkan. Sampai akhirnya, Gita ditolong oleh Yudi saat handphone-nya mau dicopet. Beberapa hari setelah kejadian itu, Gita berjumpa lagi dengan Yudi saat ia sedang berceramah di bus umum yang ia naiki. Mereka pun berkenalan dengan singkat dan cepat. “Fisabilillah”, nama itu yang terdengar di telinga Gita. Hingga akhirnya, Gita memanggil Yudi dengan sebutan “Mas Fisabilillah”.

Mas Gagah pun mendirikan sebuah rumah singgah di perkampungan kumuh yang ia beri nama “Rumah Cinta” bersama para preman insaf. Lalu, bagaimana kisah selanjutnya? Ada banyak kejutan yang ada di film berdurasi 96 menit ini.

Keunggulan film KMGP :
  • Ruh novelnya masih sangat terasa. Meskipun ada beberapa hal yang berbeda seperti setting tempat (di novel Madura, di film Ternate). Namun, hal ini justru menunjukkan kepiawaian sang penulis skenario, Mas Fredy Aryanto.
  • Akting para pemainnya yang sangat natural. Saya sangat suka dengan adegan Gita yang diperankan Aquino Umar, sosoknya sesuai angan saya tentang adik yang tomboy, gaul, dan asyik. Akting Yudi dan Gagah juga tak kalah keren. Itu semua juga tak bisa lepas dari didikan dan gemblengan dari Mas Otig Pakis yang memang sudah malang melintang di dunia seni peran. Akting para pemain pendukung pun juga tak kalah keren. Wulan Guritno sebagai Ibu Mas Gagah dan Mathias Muchus sebagai Ayah Yudi, berperan sangat gemilang. Trio “preman insyaf” Bang Urip (Epy Kusnandar), Maxi (Abdur Arsyad) dan Kang Asep Codet (Muhammad Bagya) menambah kesegaran film ini. Tokoh Tika (Meta Rizki Nurmala) sahabat ‘nongki-nongki chanci’ nya Gita yang sangat gaul juga mencuri perhatian penonton. Hahaha, saya sampai nyengir mencoba memahami bahasa-bahasa alay-nya seperti sya-bi, leh uga, dll. Ada 30 bintang terkenal yang turut meramaikan film ini antara lain: Shireen Sungkar, Ali Syakieb, Mentari De Marelle, Joshua Suherman, Virzha Idol, Miller Khan, Arbani Yasiz, Elovii, Rendy Martin, Nungki Kusumastuti, dan masih banyak lagi.

  • Teknik sinematografi yang cukup matang, benar-benar mampu memanjakan mata para penontonnya. Setting Ternate ditampilkan dengan sangat indah meskipun hanya sekilas.
  • Soundtrack film/musik yang digarap Dwiki Dharmawan  benar-benar mampu membawa penonton hanyut dalam setiap adegan. Lagu yang menjadikan film ini lebih kece diantaranya “Rabbana” dibawakan dengan sangat indah oleh Indah Nevertari juga lagu "Ketika Mas Gagah Pergi" yang dibawakan oleh Olivia Wardhani.




  • Dalam KMGP disinggung sedikit tentang persoalan kemanusiaan di Palestina. Saat dibawa ke rumah-rumah produksi, mereka ingin menghapus ‘bagian’ tersebut dalam film, namun Bunda Helvy berjuang untuk mempertahankannya. 12 tahun mempertahankan hal ini, ternyata nama pemeran utama film KMGP adalah Hamas Syahid Izzuddin, sebuah nama yang akan selalu mengingatkan kita pada Palestina. Masya Allah...
  • KMGP mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan dan kekeluargaan yang dikemas dengan beragam fenomena kekinian. KMGP merupakan film yang menggugah kesadaran kita tentang arti hijrah, perubahan ke arah yang lebih baik, dan bagaimana kita harus menyikapi dan menghargai sebuah perbedaan. Seperti kata Tika pada Gita saat mereka ‘nongki-nongki chanci’ : “Berbeda itu kece.” Atau seperti yang disampaikan Gagah saat Tika mengkonfirmasi perubahan yang terjadi pada diri Mas Gagah : “Jika kita tidak menyetujui suatu kebaikan yang mungkin belum bisa kita pahami, kita bisa coba untuk menghargainya."
  • Film ini dibuat dari dana patungan (crowdfunding) para pembacanya dan lebih dari 50% keuntungan bersih film ini disalurkan untuk dana kemanusiaan. Dan juga tercatat 12 Komunitas resmi mendukung film ini yaitu: Masyarakat Relawan Indonesia (MRI), Komunitas Sukses Mulia (KSM), Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI), Rumah Kepemimpinan (RK), Forum Lingkar Pena (FLP), Hijaber Moms Community (HMC), Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT), One Day One Juz (ODOJ), Smart Club (SC), Tangan Di Atas (TDA), Sahabat Mas Gagah (SMG) dan Matasinema.
Tapi, memang tak ada karya yang tak retak. Saya tetap menjumpai beberapa kelemahan dalam film ini :
  •  Ada beberapa alur cerita yang cukup aneh buat saya. Lompatannya terasa begitu cepat sehingga terkesan kurang jelas dan membingungkan. Terutama saat adegan Mas Gagah yang pergi ke Ternate lalu adegan saat pulang yang terkesan sangat cepat.
  • Kesalahan kecil juga terekam mata saya, seperti jenggot Mas Gagah cukup aneh dan kurang konsisten. Hehe. Ada juga adegan saat Yudi yang tidak menanyakan nama gereja saat ia menolong seorang ibu korban kebakaran, Yudi akan menyusul sang suami ibu itu, tapi kan belum disebutkan gerejanya apa namanya dan dimana letaknya, Yudi langsung lari saja.
Film ini tetap keren. Kesalahan-kesalahan kecil itu tertutupi dengan teriakan takbir dalam hati saya. Allah Maha Besar! Rasanya, setelah selesai menonton film itu, saya ingin menghambur ke pelukan Bunda Helvy. Akhirnya, atas izin Allah, KMGP bisa difilmkan. Saya kembali terisak saat di akhir film, saya melihat melihat foto tiga “Mas Gagah” in memoriam : Chaerul Umam, Didi Petet dan Ferasta “Pepeng” Soebardi.

Selama 12 tahun memperjuangkan film KMGP, Bunda Helvy kehilangan 3 ‘abang’ yang sangat mendukungnya itu. Sejak 2004, sutradara terkemuka Chaerul Umam berkata bahwa kalau KMGP difilmkan, ia harus menjadi sutradaranya karena ia sangat suka kisah yang menurutnya bisa membangun karakter pemuda Indonesia tersebut. Tahun 2013 beliau meninggal dalam keadaan menjadi sutradara film KMGP. Enam bulan sebelum wafat, dalam keadaan sehat, beliau berwasiat pada Helvy, bila beliau meninggal, orang yang tepat menyutradarai film KMGP adalah Firman Syah. Pepeng sejak tahun 2004 ingin membuat kuis televisi “Mencari Mas Gagah” dimana para pemuda muslim diadu wawasan, akhlak, bacaan Al Qur’an, dan prestasinya. Pemenangnya akan menjadi pemeran utama KMGP. Sayang, tahun 2005 Pepeng sakit hingga lumpuh dan kemudian wafat. Didi Petet terlibat dalam casting pemain. Ia penasaran karena saat casting tak berhasil menemukan orang yang cocok memerankan Mas Gagah. Ia berharap bisa bertemu dengan Mas Gagah, namun sayang, tak sempat karena beliau wafat.

Film produksi IndoBroadcast bekerjasama dengan Aksi Cepat Tanggap ini telah ditunggu selama lebih dari 20 tahun oleh para pembacanya yang turut “patungan” untuk kehadiran film ini. Bunda Helvy berkomitmen menyumbangkan 50% keuntungan film untuk dana kemanusiaan dan apabila tercapai 1 juta penonton, akan ditambah lagi 1 Milyar untuk pendidikan anak-anak di Indonesia Timur dan 1 Milyar lagi untuk pendidikan anak-anak Palestina.

Ayo, segera tonton filmnya! Kalau ada agenda nonton bareng di kotamu, segera ajak sahabat dan semua keluargamu!

Baca bukunya! Tonton filmnya!


Sssst, ini ada trailer KMGP The Movie #2