Jejak Karya

Jejak Karya

Tuesday, April 19, 2011

Catatan Aisya [19] : Idealitas itu Motivasi


Siapapun kalau diungkit kesalahan masa lalunya, pasti terpojok! Sebab masa silam adalah bagian dari sejarah dirinya yang tidak bisa diubah. Begitu juga denganku, aku tidak akan suka jika masa laluku yang dinilai dan diungkit-ungkit. Sebab harapanku terbentang mulai hari ini hingga ke depan untuk menjadi lebih baik dan terus lebih baik!


~Give me some sunshine.. Give me some rain.. Give me another chance.. I wanna grow up once again!!!~

Saya menulis status di atas bukan tanpa alasan. Saya awali dengan pertanyaan, "Merasa kesal nggak sih kalau masa lalu yang sudah kita kubur dalam-dalam tiba-tiba diungkit-ungkit lagi? Malah dibeberkan ke banyak orang?" Hmm, jujur kalau saya akan merasa sedikit kesal sih. Tapi perlu diingat, jangan sampai kesalnya kebablasan dan malah jadi ngamuk-ngamuk dan melakukan tindakan anarkhis. Hehe... Kayak apa aja! Kesal sih boleh, tapi cobalah untuk bersabar dan mengambil sisi positif dari diungkitnya kembali masa lalu itu.

Ada nasihat dari Ustadz Rahmat Abdullah yang sangat bagus yakni :
- Dua hal yang harus selalu kita ingat adalah kebaikan orang lain terhadap kita dan keburukan kita terhadap orang lain.
- Dua hal yang tidak perlu kita ingat adalah kebaikan kita terhadap orang lain dan keburukan orang lain terhadap kita.

Jadi, kalau keburukan kita diungkit-ungkit orang lain jadikan saja sebagai sarana pemacu kita untuk memperbanyak istighfar dan memperbaiki diri. Teruslah berbuat baik bagi orang lain dan tidak perlulah kita mengungkit-ungkit kebaikan kita tersebut.

Masih dari status di atas, "Sebab harapanku terbentang mulai hari ini hingga ke depan untuk menjadi lebih baik dan terus lebih baik".
Untuk menjadi pribadi yang lebih baik saya menjadikan sepuluh profil pribadi muslim di bawah ini sebagai motivasi. Memang sih, kesepuluh kriteria ini jika terintegrasi secara utuh akan mencetak pribadi muslim yang ideal. Mungkinkah kondisi ideal terwujud? Tak mudah memang, tapi tak ada salahnya untuk diwujudkan. Bahkan kondisi ideal ini bisa kita jadikan motivasi. Tidak ada yang tidak mungkin jika kita berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menginternalisasikan sepuluh kriteria di bawah ini dan tentunya jika Allah berkehendak. Kesepuluh kriteria muslim ideal yang digambarkan secara rinci dalam beberapa blog inspiratif yang saya baca
, antara lain:

1. Salimul Aqidah (Good Faith)
Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan- ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam’ (QS 6:162).
Karena memiliki aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam da’wahnya kepada para sahabat di Makkah, Rasulullah Saw mengutamakan pembinaan aqidah, iman atau tauhid.
Beberapa contoh dari penerapan Salimul Aqidah, yaitu:

* Tidak mengkafirkan seorang muslim;
* Tidak mengedepankan makhluq atas Khaliq;
* Mengingkari orang-orang yang memperolok-olokkan ayat-ayat Allah swt dan tidak bergabung dalam majlis mereka;
* Mengesakan Allah swt dalam Rububiah dan Uluhiah;
* Tidak menyekutukan Allah swt, dalam Asma-Nya, sifat-Nya dan Af’al-Nya;
* Tidak meminta berkah dengan mengusap-usap kuburan;
* Mempelajari berbagai aliran yang membahas Asma’ dan Sifat dan mengikuti madzhab salaf;
* Mengetahui batasan-batasan wala’ dan bara’;
* Berteman dengan orang-orang shalih dan meneladaninya;
* Meyakini terhapusnya dosa dengan taubat Nashuha;
* Memprediksikan datangnya kematian kapan saja;
* Meyakini bahwa masa depan ada di tangan Islam;
* Berusaha meraih rasa manisnya iman;
* Berusaha meraih rasa manisnya ibadah;
* Merasakan adanya para malaikat mulia yang mencatat amalnya;
* Merasakan adanya istighfar para malaikat dan do’a mereka.

2. Shahihul Ibadah (Right Devotion)
Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasul Saw yang penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan: ’shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.’ Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.
Beberapa aplikasi dalam kehidupan sehari-hari dari shahihul ibadah, yaitu:

* Khusyu’ dalam shalat;
* Qiyamul-Lail minimal satu kali dalam sepekan;
* Bersedekah;
* Berpuasa sunnat minimal dua hari dalam satu bulan;
* Menjaga organ tubuh (dari dosa);
* Haji jika mampu;
* Khusyu’ saat membaca Al Qur’an;
* Sekali Khatam Al Qur’an setiap dua bulan;
* Banyak dzikir kepada Allah swt sembari menghafalkan bacaan ringan;
* Banyak berdo’a dengan memperhatikan syarat dan adabnya;
* Banyak bertaubat;
* Selalu memperbaharui niat dan meluruskannya;
* Memerintahkan yang Ma’ruf;
* Mencegah yang Munkar;
* Ziarah kubur untuk mengambil ‘Ibrah;
* Merutinkan shalat sunnah Rawatib;
* Senantiasa bertafakkur;
* Beri’tikaf satu malam pada setiap bulannya;

3. Matinul Khuluq (Strong Character)
Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setkal muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah Saw diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah di dalam Al- Qur’an, Allah berfirman yang artinya: ‘Dan sesungguhnya kamu benar- benar memiliki akhlak yang agung’ (QS 68:4).
Aplikasi dari matinul khuluq yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

* Tidak ‘inad (membangkang);
* Tidak banyak mengobrol;
* Sedikit bercanda;
* Tidak berbisik tentang sesuatu yang bathil;
* Tidak hiqd (menyimpan kemarahan);
* Tidak hasad;
* Memiliki rasa malu untuk berbuat kesalahan;
* Menjalin hubungan baik dengan tetangga;
* Tawadhu’ tanpa merendahkan diri;
* Berani;
* Halus;
* Menjenguk orang sakit;
* Komitmen dengan adab meminta idzin;
* Berterimakasih kepada orang yang berbuat baik;
* Merendahkan suara;
* Menyambung persaudaraan (Shilatur-Rahim);
* Komitmen dengan adab mendengar;
* Komitmen dengan adab berbicara;
* Memuliakan tamu;
* Mengumbar senyum di depan orang lain;
* Menjawab salam

4. Qowiyyul Jismi (Physical Power)
Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk- bentuk perjuangan lainnya.
Kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi, dan jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk yang penting, maka Rasulullah Saw bersabda yang artinya: ‘Mu’min yang kuat lebih aku cintai daripada mu’min yang lemah’ (HR. Muslim).
Aplikasi dari matinul khuluq yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
1) Mengikuti petunjuk kesehatan dalam makanan dan minuman, seperti:

* Membersihkan peralatan makan dan minum;
* Menjauhi makanan yang diawetkan dan mengkonsumsi minuman alami;
* Mengatur waktu-waktu makan;
* Mampu menyediakan makanan;
* Tidak berlebihan dalam mengkonsumsi yang berlemak;
* Tidak berlebihan dalam mengkonsumsi garam;
* Tidak berlebihan dalam mengkomsumsi gula;
* Selektif dalam memilih produk makanan

2) Mengikuti petunjuk kesehatan tentang tidur dan bangun tidur, seperti:

* Tidur 6 – 8 jam dan bangun sebelum fajar;
* Berlatih 10 – 15 menit setiap hari;
* Berjalan 2 – 3 jam setiap pekan;
* Mengobati diri sendiri;
* Tidak mempergunakan obat tanpa meminta petunjuk

5. Mutsaqqoful Fikri (Thinking Brilliantly)
Intelek dalam berpikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan Al-Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia antuk berpikir, misalnya firman Allah yang artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan judi. Katakanlah: ‘pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.’ Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ‘Yang lebih dari keperluan.’ Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir (QS 2:219).
Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktivitas berpikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Bisa kita bayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatka pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu.
Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang sebagaimana firman-Nya yang artinya: Katakanlah:samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (QS 39:9).
Aplikasi dari mutsaqqoful fikri yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

* Hafal juz 28 dan 29 dengan baik;
* Membaca tafsir Al Qur’an juz 28 dan 29;
* Mengaitkan antara Al Qur’an dengan realita;
* Mengahafalkan seluruh hadits dari Arba’in An Nawaiah;
* Menghafal 50 Riyadhush-Shalihin;
* Mengkaji marhalah Madaniah dan menguasai karakteristiknya;
* Mengenal sirah 20 syuhada dari kalangan sahabat ;
* Mengetahui hukum Zakat;
* Mengetahui fiqih Haji;
* Membaca tujuh jam setiap pekan di luar spesialisasinya;
* Mengetahui sisi-sisi Syumuliyatul Islam;
* Mengetahui problematika kaum muslimin nasional dan internasional;
* Mengetahui apa kerugian dunia akibat kemunduran kaum muslimin;
* Mengetahui urgensi Khilafah dan kesatuan kaum muslimin;
* Mengetahui arus pemikiran Islam kontemporer;
* Menghadiri orientasi dan seminar-seminar kita;
* Mengetahui dan mengulas tiga risalah ;
* Mengetahui dan mengulas risalah Aqaid;
* Memahami amal jama’I dan taat;
* Membantah suara-suara miring yang dilontarkan kepada kita;
* Mengetahui bagaimana proses berdirinya negara Israil:
* Mengetahui informasi baru dari problematika kontemporer;
* Memiliki kemampuan mengulas apa yang ia baca;
* Menyebar luaskan apa saja yang diterbitkan oleh koran dan terbitan-terbitan kita;
* Berpartisipasi dalam melontarkan dan memecahkan masalah

6. Mujahadatun Linafsihi (Continence)
Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatun linafsihi) merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Oleh karena itu hawa nafsu yang ada pada setkal diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Tidak beragmana seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam) (HR. Hakim).
Aplikasi dari mujahadatun linafsihi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

* Memerangi dorongan-dorongan nafsu;
* Tidak berlebihan dalam mengkonsumsi yang mubah;
* Selalu menyertakan niat jihad;
* Menjadikan dirinya bersama orang-orang baik;
* Memakan apa yang disuguhkan dengan penuh keridhaan;
* Menyumbangkan sebagian hartanya untuk amal Islami;
* Sabar atas bencana;
* Menyesuaikan perbuatan dengan ucapannya;
* Menerima dan memikul beban-beban da’wah.

7. Harishun ‘ala Waqtihi (Good time management)
Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt banyak bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya. Allah Swt memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama setiap, Yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: ‘Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu.’
Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk memanaj waktunya dengan baik, sehingga waktu dapat berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi Saw adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.
Aplikasi dari harishun ala waqtihi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

* Memperhatikan adab Islam dalam berkunjung dan mempersingkat pemenuhan hajatnya;
* Memelihara janji umum dan khusus;
* Mengisi waktunya dengan hal-hal yang berfaedah dan bermanfaat.

8. Munazhzhamun fi Syu’unihi (Well Organized)
Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya. Dengan kata lain, suatu udusán dikerjakan secara profesional, sehingga apapun yang dikerjakannya, profesionalisme selalu mendapat perhatian darinya. Bersungguh-sungguh, bersemangat dan berkorban, adanya kontinyuitas dan berbasih ilmu pengetahuan merupakan diantara yang mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan tugas-tugasnya.
Aplikasi dari munzhzhamun fi syuunihi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

* Shalat sebagai penata waktunya;
* Teratur di dalam rumah dan kerjanya;
* Merapikan ide-ide dan pikiran-pikirannya;
* Disiplin dalam bekerja;
* Memberitahukan gurunya problematika yang muncul

9. Qodirun ‘alal Kasbi (Independent)

Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri (qodirun alal kasbi) merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena itu pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya raya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah, dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Qur’an maupun hadits dan hal itu memilik keutamaan yang sangat tinggi.
Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik, agar dengan keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah Swt, karena rizki yang telah Allah sediakan harus diambil dan mengambilnya memerlukan skill atau ketrampilan.
Aplikasi dari qodirun alal kasbi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

* Bekerja dan berpenghasilan;
* Tidak berambisi menjadi pegawai negeri;
* Mengutamakan spesialisasi langka yang penting dan dinamis;
* Berusaha memiliki spesialisasi;
* Ekonomis dalam nafkah ;
* Mengutamakan produk umat Islam;
* Tidak membelanjakan harta kepada non muslim;
* Bersemangat untuk memperbaiki kualitas produk dengan harga sesuai

10. Naafi’un Lighoirihi (Giving Contribution)
Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar. Maka jangan sampai seorang muslim adanya tidak menggenapkan dan tidak adanya tirák mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berpikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang muslim itu tidak bisa mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya.
Rasulullah saw bersabda yang artinya: sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Qudhy dari Jabir).
Aplikasi dari nafi’un lighoirihi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:1) Komitmen dengan adab Islam di dalam rumah;

* Melaksanakan hak-hak pasangannya (suami atau istri);
* Membantu istrinya;
* Melaksanakan hak-ahak anak;
* Memberi hadiah kepada tetangga;
* Memberikan pelayanan umum karena Allah swt;
* Memberikan sesuatu dari yang dimiliki;
* Mendekati orang lain;
* Mendorong orang lain berbuat baik;
* Membantu yang membutuhkan;
* Membantu yang kesulitan;
* Membantu yang terkena musibah;
* Menolong yang terzhalimi;
* Berusaha memenuhi hajat orang lain
* Bersemangat menda’wahi istrinya, anak-anaknya, dan kerabatnya;
* Memberi makan orang lain;
* Mendo’akan yang bersin.

Demikian secara umum profil seorang muslim yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits, sesuatu yang perlu kita standarisasikan pada diri kita masing-masing.


Jakarta, 190411_16:23
Aisya Avicenna
writer@www.aisyaavicenna.com

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.


Salam,


Keisya Avicenna