Jejak Karya

Jejak Karya

Wednesday, December 22, 2010

Lukisan Cinta untuk Bunda

Wednesday, December 22, 2010 0 Comments
Dua puluh tiga tahun silam...
Lunglai
Tubuhnya lemah terkulai
Sisa butiran keringat masih tampak berkilau di dahinya
Perjuangan hidup mati menggadaikan nyawa baru saja berakhir
Semburat pucat di wajah pun perlahan lenyap
Senyumnya mengembang
Bibirnya melafadzkan hamdalah
Tak lama, dua sosok mungil itu ada di hadapan
Dipeluknya bergantian dengan segenap kehangatan kasih sayang
Padahal dirinya masih tampak letih
Matanya berbinar-binar bahagia
Tak henti-henti menyapa buah hati tercinta
Kembar
Luar biasa bahagia rasanya
Tetes air bening pun mengalir dari sudut mata
Air mata bahagia
Bagai melepas kerinduan yang teramat dalam
Pipi yang masih kemerah-merahan itu dicium
Dua kepala mungil dibelai dengan manja
Bayi kembar itu sedikit menggeliat
Subhanallah, betapa indahnya ciptaan-Mu, ya Rabb..
Lirih hatinya berkata saat menatap sang buah hati
Dua pasang mata itu memang belum bisa melihat dengan sempurna
Namun batin kedua bayi merah itu meyakini
Mereka berada di tangan seseorang yang sangat mencintai
Aura cinta memancar dari kedalaman jiwa
Menyelimuti sang buah hati yang baru saja menyapa dunia
Dengan lengkingan tangis memecah sunyi
Indah… bahkan teramat indah!
Bunda tak pernah kenal lelah menjaga dan menyayangi
Bunda jua yang mengajarkan makna kasih sayang dan cinta sejati
Bunda bagaikan pelabuhan cinta
Senyum kesabarannya selalu menjadi penawar resah, gundah bahkan amarah
Cinta Bunda memang cinta yang sangat indah
Kini...
Dua puluh tiga tahun pun berlalu setelah bayi kembar itu menyapa dunia
Jemari itu tak lagi lentik
Kulitnya pun kunjung keriput
Namun tak pernah cinta luruh dari dirinya
Disemainya doa hanya untuk Ananda tercinta
Selalu di setiap waktu
Terima kasih Ananda haturkan tuk Bunda tercinta
Sungguh tiada mampu Ananda membalas segala jasa
Mungkin hanya ini kuasa Ananda tuk lukiskan cinta
Melalui rangkaian kata yang terpahat menjadi karya

Aisya Avicenna

Tuesday, December 21, 2010

Sesal yang (Semoga) Berguna

Tuesday, December 21, 2010 0 Comments
Pekerjaan sudah selesai, mau pulang tapi kalau jam segini nanggung! Bisa nggak dapat Maghrib. Akhirnya mendengarkan nasyid dan menulis... Salah satu nasyid favorit yang didengar adalah nasyid berikut ini...

Sering kumerasa bertakwa pada-Mu
Tapi itu hanya perasaan saja
Sering ku berdosa pada-Mu Illahi
Tapi sering ku mengingkarinya
Seringku mengingat cinta-Mu Illahi, tapi sering ku menjauhinya
Seringku terlena dengan dunia ini..
Hingga menjadi hamba yang merugi..
Hari demi hari terus kulalui
Dalam keadaan sepinya hati ini
Ku mengharap cinta Illahi
Dapat bersemi di hati
Hari ini kuingin berubah
Ke arah yang lebih baik lagi…
Ku akan mengabdi pada Illahi
Agar cinta-Mu terus di hati..
(Sesal – Heru Herdiana)

***

Senja pergi, gelap datang menjelma malam
Di keheningan dengan jeritan doa
Mengerang penyesalan mencurahkan hati kepada-Nya
Meminta ampunan ketika malam telah lengang
Di relung kesunyian bersama penyesalan di dasar jiwa yang pasrah
Penuh keharuan yang menyesak dada
Menanti keabadian ampunan-Nya di ruang penyesalan
Yang memuat segala keindahan harapan yang telah melalaikan
Hati terlena dalam buaian nafsu yang membelenggu
Dalam kenangan yang membekas
Di malam ini kuletakkan tangan di atas penyesalan
Yang telah lama terpendam di jiwa
Melingkupi relung hati
Yang tenggelam di dasar kalbu yang sunyi
Malam penyesalan
Untuk kusingkapkan segala dosa
Menyerahkan jiwa ragaku
Sambil mengulurkan kedua tangan
Mengharap berada dalam genggaman-Mu
Karena hanya dalam kuasa-Mu
Aku menuju keheningan yang abadi

Menjelang Maghrib @ My Office
Aisya Avicenna

KABARKAN PADAKU TENTANG...

Tuesday, December 21, 2010 0 Comments
by Norma Keisya Avicenna on Saturday, December 18, 2010 at 6:53am

Kabarkan padaku tentang PAGI...

Tatkala cericit burung kembali membuka hari.

Saat sang mentari menggelar cahaya keemasannya tuk sapa dunia.

Menghangatkan jiwa bersama pendar pesonanya.

Bagai lingkaran hidup baru penuh janji.

Hembuskan energi positif dalam diri.



Kabarkan padaku tentang SIANG...

Kala sang mentari bersinar garang.

Suara-suara optimisme membahana memecah langit.

Menapak jejak baru,menggenggam harapan..

Menuntaskan semua kewajiban,dalam beramanah,bekerja dan berkarya..

Untuk mencari ridhoNya.

Karna ini adalah bentuk kesyukuran yg terindah..



Kabarkan padaku tentang SENJA...

Saat kolaborasi warna yg memesona itu merekah..begitu indah.

Membawa perasaanku menyusun sendiri petualangannya.

Hadirkan kenangan yg sedang mencoba sembuhkan lukanya sendiri..

Tatkala hari telah letih,ia menitipkan kerinduanku pada senja.

Dan penantianku belum usai..



Kabarkan padaku tentang MALAM...

Saat sang mentari mulai berkemas, dengan rembulan ia berganti tugas.

Membawa puing-puing mimpi berpeluk sepi.

Dalam temaram cahaya,kita berjaga..

Untuk sesuatu yg hampir tak ada.

Mimpiku slalu berlayar menembus cakrawala yg kian melebar..

"Jadilah mimpi ketika aku terlelap.."



Kabarkan padaku tentang RINDU...

Menunggu sang waktu datang menepati janjinya.

Ketika takdirNya berbicara denganku dalam bahasa surga..

Menyejuk damai di hati dalam taman kesederhanaan.

Inilah rinduku yg belum tuntas..



Ya Rabbi,Engkau telah mengajarkan banyak hal melalui tangan-tangan alam..



"Karna yg ternilai surga bukanlah harta,tahta,maupun rupa..

Tetapi rasa dalam dada untuk CINTA-Nya..yg akan tercatat rapi dalam buku harian Raqib dan membuat parasnya berseri menatap diri di saat kelembutan,kasih dan sayang Allah SWT menjelma dalam buaian CINTA..."



[Keisya Avicenna,...Alhamdulillah,raga mulai bersahabat..dan untaian kata ini adalah terapi untuk mengalahkan rasa sakit itu..biarlah aksara2 itu mensejajarkan diri,bermetamorfosa,hingga terciptalah untaian kata yg 'semoga' penuh makna..@Zona Keisya Avicenna]

MENATA AKSARA WARNAI DUNIA [FLP Pelangi Solo Raya_1]

Tuesday, December 21, 2010 0 Comments



“Rangkaian tulisan bisa menjadi jembatan harapan, kehendak dan inspirasi tiada henti. Berjuta cerita telah dengan sukses diabadikan dengan indahnya tulisan. Beribu tokoh terlahir dengan kepiawaiannya bercerita melalui tulisan. Pesan dan cita-cita mengalir setiap saat dengan sekian banyak tulisan yang dibaca manusia di seantero dunia. Hm, indah dan dahsyatnya sebuah tulisan!!”


Aksara…huruf…alphabet…

Setiap saat kita pasti menjumpainya, baik yang kita baca maupun yang kita tuliskan. Berawal dari spirit untuk “MENATA AKSARA WARNAI DUNIA” (jargon ini terinspirasi dari tulisan kepala sukunya…klik aja di : http://writhink.wordpress.com/
dengan judul asli MENATA AKSARA UNTUK DUNIA.hehe…nyomot ya kepsuk…), bertemulah beberapa insan yang ingin serius dan komitmen untuk belajar dan berkontribusi lewat tulisan. Mereka menamakan komunitas mereka FLP Pelangi. Karena FLP Solo Raya pasca PELAT PULPEN tanggal 6-7 November 2010 telah membagi ‘anak buahnya’ menjadi beberapa ranting, yaitu : FLP UNS, FLP UMS, FLP STAIN, FLP pelajar, dan untuk kalangan umum (bagi yang sudah tidak berstatus mahasiswa lagi, sudah bekerja, bahkan ada juga yang sudah berkeluarga) pun punya ranting sendiri dan lahirlah FLP Pelangi. Hihi kayak nama TK aja….(pengin kembali ke masa kanak-kanak dulu euy…penuh warna dan keceriaan)

Siang itu, hari Ahad tanggal 19 Desember 2010 bertempat di masjid Nurul Huda UNS, FLP Pelangi pun berkumpul untuk menata barisan warna-warna mereka. Hehe. Diawali dengan prakata dan pembukaan dari Mas Aries Adenata (selaku ketua FLP Solo Raya), dibantu asisten-nya (hehe) Mas Aris El Durra, beliau menyampaikan selayang pandang ke-FLP-an, tujuan kita bertemu siang ini, dan akhirnya memandu FLP Pelangi untuk membuat susunan pengurus. Ada dik Erny Ratna juga (angkatan 6) selaku fasilitator-nya FLP Pelangi.

Dan inilah Susunan Pengurus FLP Pelangi :
Ketua : Kang Casofa Fachmy
Sekretaris : Mbak Fitriani
Bendahara : Mbak Masyfu’ah
Divisi Karya : Mas Ruri, Mbak Anik, dan Mbak Nury
Divisi Humas : Nungma, Pak Wiwid (seorang TNI nih!!^^v), Mbak Artanti
Divisi Kaderisasi : Mas Dwi, Mas Heri, dan Bunda Eny
Subhanallah, seru lah!!!


Akhirnya setelah terbentuk kepengurusan, Mas Aries Adenata mempersilahkan sang kepala suku Pelangi, Kang Sofa, untuk melanjutkan agenda meeting siang itu. Penulis buku Muslim Inspiratif; Muslimah Mewangilah Ke Surga; Muslim Padat Karya; dan Be PeDe, Plis!! ini menyampaikan banyak hal terutama tentang visi, misi, harapan yang akan kita usung bersama. Beliau ingin kita harus benar-benar serius untuk menghasilkan buku. Bukan saatnya motivasi menulis lagi dan hal-hal lain yang bisa kita pelajari sendiri sambil jalan…(awas, nabrak!^^). Yups, sepakat, pakdhe!! ^^v. Pola pikir kita pun juga sudah bukan mahasiswa lagi, kita lebih kompleks, lebih dewasa…(hehe….), ya ibarat warna-warni pelangi deh. Colourfull!!! Intinya, kita siap untuk memulai dari yang ‘berat-berat’ dulu, salah satunya kita fokus untuk “MENULIS BUKU”. Dan lahirlah impian 2011 FLP Pelangi : dalam satu tahun kita akan berusaha untuk menulis 2 buku…6 bulan pertama buku nonfiksi, 6 bulan berikutnya buku fiksi. Siiip dah…Sebagai konsekuensinya pertemuan kita harus rutin, kontinyu, dan komitmen yang sungguh-sungguh dari semuanya. Akhirnya, dibuatlah kesepakatan bersama. FLP Pelangi akan mengadakan pertemuan satu pekan sekali. Dan Alhamdulillah, kita juga sudah punya markas. Markas FLP Pelangi di rumahnya Mbak Masyfu’ah di Perum Puncak Solo. Wow, seru banget nih!!! Mari, menata aksara warnai dunia…..

Semoga kita semua senantiasa istiqomah untuk menghasilkan karya-karya yang bermanfaat pluz mencerahkan, dan semoga kita tidak termasuk orang-orang yang berguguran di jalan pena. Amin. ^^v

“Sebab CINTA adalah gelombang makna yang menggores langit hati, maka jadilah PELANGI. Goresannya kuat, warnanya terang, paduannya rumit, tapi semua nyata. Indah…”
[Anis Matta]

“Pada hakikatnya, warna dasar hidup kita adalah putih seperti fitrah manusia yang tanpa dosa. Menjadi berwarna akibat dispersi. PELANGI, dengan tujuh warnyanya yang memesona, bersiaplah ada berbagai macam warna kehidupan yang akan kita jalani. Bukan selalu kesenangan, bukan juga selalu kesedihan. Akan ada banyak warna yang menghiasi pelangi jiwa kita. Ketujuh warna pelangi akan menggetarkan semua bagian dari alam dengan energi yang tidak pernah berhenti…Kita boleh jadi merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu…tapi pada dasarnya kita satu warna : PUTIH”
[Keisya Avicenna]


MENITI JEJAK DI PERMUKAAN PELANGI
*Keisya Avicenna

Merah menunggu…
Ketika Jingga menghampirinya
Kuning juga menanti…
dan Hijau pun mendekati
Biru ikut bergabung
Bersama Nila bertambah seru
Lalu datang juga sosok Ungu
Mencoba ikut berpadu….

Orang lain berkata,
“Mereka akan bersatu?
Jangan bercanda!
Merah terlalu merah
Jingga dan kuning tak cocok bersama
Hijau dan biru akan merusak saja
Nila hanya kaburkan semuanya
Dan yang ungu?
Wah, tak mungkin bisa!

Tapi mereka tetap bersama
Tak peduli kata siapa
Suka dirasa bersama
Duka dibagi rata
Seperti layaknya saudara

Dipenuhi canda tawa,
Si merah lalu belajar menjadi jingga
Jingga belajar mengerti kuning
Kuning mencoba pahami hijau
Hijau melipur hati biru, nila, dan ungu
Merangkum mereka semua
Saling merengkuh penuh cinta…
Penuh cinta…

Masing-masing melepas egonya
Menerima dengan hati terbuka
Mencintai sesamanya
Merasakan bagiannya

Kutitipkan puisi rindu dalam kombinasi warnanya yang berpadu
Merah Jingga Kuning Hijau Biru Nila dan Ungu

Lihat mereka di ujung langit sana
Berpegang teguh bersama
Saat hujan badai mereda

Siapa yang menyangka
Tujuh warna berbeda
Berubah menjadi bentuk penuh cinta
Menuturkan keindahan secara dalam
Arti sebuah kebersamaan
Kekeluargaan
Saling memiliki
dan cinta yang melipur hati….

Perpaduan warna nan rupawan
Membuat hidup kita semakin menawan

Kemarin…
Hari ini…
Esok pagi…
Melingkar di atas senja atau
Berpendar indah dalam sanubari kita….
Selamanya….
Semoga pelangi itu tetap ada !!!


(special untuk keluarga FLP Pelangi dan FLP Solo Raya)

***
Pertemuan kedua FLP Pelangi :
Hari Ahad, 2 Januari 2011 jam 10.00 WIB, bertempat di Markas Pelangi.
Ingat-ingat…thiiing!!!

Info tergress :
Hadirilah Launching dan Bedah Novel NIBIRU karya Tasaro GK di GRAMEDIA Solo jalan slamet riyadhi jam 15.30. Bersama Kang Tasaro ‘n ada Mbak Imazahra Fatimah (penulis buku Long Distance Love), pak Bambang Trim, dkk… Penasaran dengan bahasa Kedhalu dan menjawab pertanyaan :”Apa pughabamu???” ^^. Hoho…cekidot!!!! Ayo, serbuuuuu…

By : Keisya Avicenna_*)Humas Pelangi
Email/FB/YM : keisya_avicenna@yahoo.com
Gubug Inspirasi : www.nungma.blogspot.com

BOLA-BOLA DRAGON BALL dan GETHUK CINTA ala KEISYA..^^v

Tuesday, December 21, 2010 0 Comments
by Norma Keisya Avicenna on Friday, December 17, 2010 at 10:37am

Aksi dapur Keisya menjelang siang ini..

Sejenak keluar dr "ruang kerja",sedari td sibuk mengutak-atik 26 aksara..menuliskannya dng sebuah bolpoin yg hampir tamat krn isiny dah limit..menulis di dlm sebuah buku khusus "menulis"..pluz buku untk menctat agenda2 kepenulisan (FLP dkk),trmasuk kliping2 mini ku..yg q ambil dr ctatan2ny kang casofa fachmy,pak bambang trim,mbk helvy,mbk asma,mbk afra,dll..hm,kok malah nyritain buku sih..

Kmbli k dapur Keisya,niatnya mw bikin camilan..akhirnya gethuk yg td pagi beli sama babe waktu riyadhoh pagi keliling kompleks yg jd sasaran dh. Gethuk ny mbokdhe warni emang mantab surantabz. Kyk guling..

Akhirnya..keisya pun braksi..tu gethuk dibentuk kyk bola2ny dragon ball..hi2x..berinspirasi ala Dragon Ball..saat lagu KCB muter,langsung inget bakso cintany Azzam..bikin dh "gethuk cinta".hehe..

Dan jadilah!! Gethuk yg semula "pucat" sekarang lbh "semarak". Hoho..jadi rebutan ma babe n mas dhody nich!

Anak2 tetangga yg main juga ikutan niy..

Sipp..nanti sore bikin burjo yux!!

Skrg,kembali beraktivitas.

"Nikmati dengan segenap perasaan dan pikiran positif agar kita menjadi pribadi yg penuh mendapat pelajaran setelahnya.lihat dan rasakan bhwa kita memiliki skenario hdup yg lbh indah drpd untaian kisah dlm sbuah novel. Smg qt mjd pribadi penuh syukur.."

(cerita gethuk dan Keisya)

19_UNTUK SEBUAH PAGI...

Tuesday, December 21, 2010 0 Comments
by Norma Keisya Avicenna on Sunday, December 19, 2010 at 5:57am

Rinduku pada pagi tlah tertunaikan..
Ia masih menemuiku dlm hari yg tlah berganti..
Ya,detik ini aku bersamanya..
Berteman sang bagas yg mulai menampakkan bulatan keemasan..
Indah,buatku takjub dan tak jemu kupandangi selalu..
Lukisan Sang Maha tuntaskan rinduku..

Tgl 19..
Aksara-aksara itu kembali mensejajarkan diri..
Bermetamorfosa!!
Menegakkan diri dlm posisi terbaik..
Mensejajarkan diri dlm barisan terbaik..
Mempersatukan diri dlm untaian kata terbaik..

Allah SWT yg akan memilihkan aksara yg tepat..
Menempatkan ia dalam posisi yg tepat..
Merangkainya dlm masa yg tepat..

Bersama pagi,aku kembali..
Bertemu lg dgn tgl 19,cintaNya penuh..untukku, dihari ini..

[Keisya Avicenna]

ADA PENDAR YANG HADIR DALAM JIWANYA

Tuesday, December 21, 2010 0 Comments
by Norma Keisya Avicenna on Saturday, December 18, 2010 at 6:45pm
Waktu merayap bersama malam..
Dari tempat ku bersandar,q lihat redup cahaya rembulan..
Gambar2 lama kembali bermunculan di kepalaku..
Mengingat kembali kenangan masa itu..

Aku terlena dalam kata yg saling bertaut..
Di dalam rima yg sambut menyambut..

Mencoba memaknai hakikat mencintai kehilangan..
Karna jiwa ini pernah merasa memiliki..

Tapi semuanya menjanjikan pengalaman dan pelajaran tersendiri..
Disanalah terjadi investasi kemuliaan..
Jikalau jiwa ikhlas tuk terima smua kenyataan..

Ini adalah episode mendewasakan..
Tentang pertemuan,memiliki,kehilangan,dan mendapatkan..

Dalam gulita,pasti kan qt temukan secercah cahaya di ujungnya..

Monday, December 20, 2010

Backpackeran ke Walimahan

Monday, December 20, 2010 1 Comments
Ahad, 19 Desember 2010 sedari pagi sampai Maghrib saya dan enam saudari saya plus MR saya menghadiri sebuah acara yang kami namakan ‘rihlah ruhiyah’. Acaranya sangat seru. Bersama hampir 50-an lebih akhwat dan ikhwan, kami mengikuti acara ini. Semacam ESQ-lah! Hanya saja biayanya relatif murah. Tapi, kualitasnya tidak kalah! Insya Allah, saya sudah berazzam dalam diri saya, suatu saat saya akan mengemas ‘hasil’ dari acara ini lewat tulisan-tulisan saya. Ditunggu ya! Pada acara ini, kami juga diajak nasyidan. Salah satu nasyid yang paling saya sukai adalah “Jejak”-nya Izzatul Islam.

Menapaki langkah-langkah berduri
Menyusuri rawa, lembah dan hutan
Berjalan di antara tebing jurang
Smua dilalui demi perjuangan
Letih tubuh di dalam perjalanan
Saat hujan dan badai merasuki badan
Namun jiwa harus terus bertahan
Karna perjalanan masih panjang
Kami adalah tentara Allah, siap melangkah menuju ke medan juang
Walau tertatih kaki ini berjalan
Jiwa perindu syahid tak akan tergoyahkan
Wahai tentara Allah bertahanlah,,
Jangan menangis walau jasadmu terluka
Sebelum engkau bergelar syuhada
Tetaplah bertahan dan bersiap siagalah

Tulisan ini tidak akan menceritakan reportase acara itu, tapi pasca acara ini. Setelah sholat Maghrib di masjid, kami berdelapan meninggalkan tempat acara yang berlokasi di salah satu universitas swasta di Jakarta Timur. Awalnya, kami akan pulang dulu dan bersiap-siap untuk menghadiri walimahan seorang alumni STIS. Saya baru kenal dengan kedua mempelai saat mengikuti Dauroh Al-Qur’an yang diadakan alumni STIS. Tapi MR saya berujar, daripada kemalaman, lebih baik kami langsung berangkat ke lokasi yang letaknya memang lumayan jauh dari situ. Dua orang saudari, memutuskan untuk pulang saja karena ada agenda lain. Tinggal berenam. Awalnya, saya dan ukhti N mau pulang karena waktu itu kami mengenakan jilbab kaos dan tas punggung. Eh ya, ukhti P juga mengenakan jilbab kaos dan pakai kaos juga sih. Hanya saja dia pakai jaket dan tas 'cantik'. Ukhti Y dan W juga agak kurang PD dengan penampilan masing-masing. Mmm, pada salah kostum!


Bismillahirrahmanirrahim, akhirnya dengan niatan untuk silaturahim karena sudah lama tidak bertemu dengan kedua mempelai yang kini bertugas di BPS Maluku, kami berangkat juga ke Gedung BKKBN naik taksi. MR duduk di depan, sedang kami berlima duduk di belakang. Seru juga! Sepanjang perjalanan, kami berusaha ‘mengafirmasi diri’ sebagai aplikasi dari ‘rihlah ruhiyah’ yang seharian ini kami dapatkan. Intinya, harus senantiasa POSITIVE THINKING!


Dengan mengenakan tas punggung, jilbab kaos, dan sandal serupa sandal gunung (sering dibilang sih 'sepatu sendal'), akhirnya saya datang ke walimatul ‘ursy tersebut. Hihi, lucu juga sih! Backpackeran ke walimahan. Agar terkesan berbeda, jilbab kaos yang bertali itu, saya tarik talinya sehingga ada serutan di kedua ujungnya. Kesannya jadi berbeda. Kreatifitas memang muncul di saat yang kepepet. Untungnya saja sandal yang serupa sandal gunung itu berwarna krem, jadi ya tetap terlihat ‘cantik’ (sandalnya!). Sampai di gedung BKKBN, ada ide lagi. Tas punggung milik saya, ukhti N dan MR saya dititipkan ke mbak-mbak yang menunggu kado dan souvenir. Beres deh! MR saya juga pakai tas punggung, tapi 'kecil dan cantik' sih ^^v. Jadi, sebenarnya tidak perlu dititipkan. Setelah menitipkan tas, akhirnya kami bisa melenggang ke dalam lokasi walimatul ‘ursy. Hihi... Unforgetable moment!


Setelah mengucapkan selamat kepada kedua mempelai, kami menuju lokasi makan malam. Eh, bertemu dengan adik-adik STIS. Sebagian memang mengenali saya. Akhirnya kami bercengkerama, ada seorang dari mereka yang malah meminta saya mengoreksi tulisannya. Kebetulan dia lolos dalam sebuah kompetisi penulisan yang akan dibukukan, bersama saya juga! Pukul 20.30 kami akhirnya pulang naik taksi lagi. Kos kami dan rumah MR cukup berdekatan. Alhamdulillah, tidak ada yang mempermasalahkan penampilan kami. Hanya saja, awalnya kami memang sempat under estimate pada diri kami sendiri. Alhamdulillah, kami bisa mengatasinya dan melewati acara istimewa malam ini serta bisa membawa oleh-oleh inspirasi yang luar biasa. Selain itu, saat pulang, saya sempat mengambil mawar dan melati yang memang boleh diambil ^^v.


Mawar merah berduri itu akhirnya kini menghiasi REDZone dan saat memandangnya memberi kesan tersendiri bagi saya...


Backsong waktu nulis ini “Teman Sejati”-nya Brother yang juga kami nyanyikan waktu penutupan acara “rihlah ruhiyah” petang tadi.


Selama ini
Kumencari-cari
Teman yang sejati
Buat menemani
Perjuangan suci
Bersyukur kini
Pada-Mu Illahi
Teman yang dicari
Selama ini
Telah kutemui
Dengannya di sisi
Perjuangan ini
Senang diharungi
Bertambah murni
Kasih Illahi
Kepada-Mu Allah
Kupanjatkan doa
Agar berkekalan
Kasih sayang kita
Kepadamu teman
Ku pohon sokongan
Pengorbanan dan pengertian
Telah kuungkapkan
Segala-galanya...
Kepada-Mu Allah
Kupohon restu
Agar kita kekal bersatu
Kepadamu teman
Teruskan perjuangan
Pengorbanan dan kesetiaan
Telah kuungkapkan
Segala-galanya
Itulah tandanya
Kejujuran kita
(Brother - Teman Sejati)


REDZone, 20 Desember 2010
Aisya Avicenna


NB : Untuk saudari-saudariku, semoga ukhuwah kita di 'lingkaran cinta' ini semakin erat... Ana ukhibuki fillah...

Bye-Bye...

Monday, December 20, 2010 0 Comments
Pada tulisan kali ini, saya akan mencoba menceritakan sebuah coretan ‘sejarah’ yang terukir dalam hidup saya pada hari Sabtu, 18 Desember 2010. Pukul 16.30, kaki ini menapaki shelter busway Masjid Agung yang terletak di daerah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Saat itu saya habis mengikuti sebuah acara yang sangat luar biasa! Ah, mungkin sekarang belum saatnya untuk diceritakan. Kalau yang sudah baca novel “Nibiru”-nya Kang Tasaro GK, aktivitas saya seharian itu ibarat Dacca Suli yang tengah melatih ‘pughaba’-nya di Bhepomany. Hehe, yang belum baca “Nibiru”, segera baca aja deh! Saya juga belum selesai. Baru sampai bab 5. Karena memang butuh waktu yang ‘pas’ untuk membaca Nibiru. Selain karena pesan tersirat yang harus dicari. Novel ini juga dilengkapi dengan Bahasa Kedhalu yang sangat misterius, teka-teki yang mesti dipecahkan! Kok jadi promosi Nibiru? Lanjut dengan kisah sejarah di hari Sabtu kemarin.

Dari halte busway tersebut saya naik busway sampai shelter Dukuh Atas jurusan Pulo Gadung. Saya turun di shelter Matraman untuk transit dan selanjutnya naik busway jurusan PGC. Saat naik busway jurusan PGC inilah mungkin peristiwa itu terjadi, entah di haltenya atau di buswaynya. Sabtu itu saya memang sengaja mengenakan tas punggung karena bawa si T-ONE (nama laptop mini saya). Sepanjang perjalanan sejak berangkat dari kos tadi pagi, tas itu selalu saya gendong di depan. Agar aman, pikir saya. 


Saat berada di shelter Matraman, calon penumpang busway jurusan PGC memang membludak. Masuk ke buswaynya juga berdesak-desakan. Saya berdiri, tak dapat tempat duduk. Waktu itulah saya menyadari. Retsleting tas saya terbuka. Degh! Saya langsung merogoh ke dalam retsleting itu untuk memastikan sebuah barang yang tadi saya taruh di situ. Benar saja, barang itu tidak saya temukan.
Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji'uun. Allaahumma laa ya'tii bilhasanaati illaa anta wa laa yadzhabu bissayyi'aati illaa anta wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah.

Sesunggguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kami akan kembali kepada-Nya. Ya Allah tiada yang mendatangkan kebaikan-kebaikan selain-Mu, dan tiada yang menghilangkan kejahatan-kejahatan selain-Mu pula. Tiada daya upaya dan kekuatan selain dengan Allah.

Saya berusaha untuk tenang. Hmm, mungkin saya memasukkan barang itu ke retsleting yang lain. Sampai di shelter Gelanggang Remaja, saya turun. Sambil berjalan keluar shelter, saya geledah tas saya. Nihil. Blackberry itu sudah berpindah tangan.


Saya terkenang dengan kejadian sekitar empat tahun yang lalu. Saat itu saya baru semester dua di Jurusan Matematika FMIPA UNS. Entah tanggal berapa, pagi itu saya tiba di Solo setelah mudik. HP Nokia 2100 saya dicopet orang saat perjalanan Wonogiri-Solo. Sampai di kos, saya sholat Dhuha dan pasca itu saya menangis. Mengapa saya menangis? Ya, karena menurut saya (waktu itu), HP tersebut sangat berharga karena saya beli sendiri dari hasil saya mengajar privat. Saya sedih sekali waktu itu. Kalau diingat sekarang sih, saya malah tersenyum. 


Kali ini, apakah saya menangis karena Blackberry itu hilang? Ya, setelah sampai di kos, saya keluarkan semua barang di tas punggung saya tersebut. Hasilnya tetap nihil. Waktu Maghrib datang, setelah sholat Maghrib itulah saya menangis. Mengapa saya menangis? Apakah saya bersedih? Ya, saya menangis. Tapi saya menangis karena bahagia. Lhoh, mengapa saya malah bahagia? Ya, karena peristiwa tersebut menandakan bahwa Allah masih sangat sayang dengan saya. Allah masih ‘perhatian’ dengan saya. Saya sangat bersyukur akan hal ini. Karena saya yakin, setiap kejadian pasti ada hikmahnya dan setiap yang ada pada diri kita (khususnya yang sifatnya materi, itu hanyalah titipan dari Allah yang sewaktu-waktu dapat diambil-Nya kembali). 


Setelah itu, saya telepon Norma (my supertwin) dan menceritakannya. Dia memberi saya motivasi, hampir sama dengan self motivation yang saya lakukan pada diri saya sendiri. Pembahasan tentang Blackberry yang hilang hanya berlangsung beberapa menit, malahan obrolan berlanjut pada rencana pembuatan buku yang akan segera kami realisasikan tahun depan. Kami telepon-teleponan sambil ketawa-ketiwi dan saling menyemangati. Hmm, saling mentransfer energi positif-lah, begitu istilahnya!
Malam itu, saya meminta Norma menceritakan pada keluarga di rumah karena kebetulan dia pas lagi mudik. Mengapa saya tidak menceritakan sendiri? Pertama, saya tidak ingin ibuk dan Babe terlalu ‘kepikiran’. Kedua, kalau saya telepon ibuk/Babe dalam kondisi seperti itu, malahan saya akan menangis sedih!
Keesokan harinya ibuk SMS, “AW2, sdang pa mbk? Kt D’Nung kmarin HP mbk Tic diambil orang y?diiklaskan aja y (blm rjekinya)”. Langsung saya balas, “Wa’alaykumslm. Lagi di nikahan temen. Iya, mam, pasti banyak hikmahnya kok... Ibuk membalas lagi, “Iya, ambil hikmahnya aja ya!”. Aku balas lagi, “Insya Allah, diganti dengan yang lbh baik kok..”.


Alhamdulillah, keluarga memang sumber ‘kekuatan’ kita yang luar biasa. Menyikapi kejadian ini, saya mencoba merenung dan mengklasifikasi hikmah di balik kejadian ini ke dalam tiga hal.


1. Kejadian ini adalah UJIAN bagi saya.

- Daripada menyebutnya ‘musibah’, saya lebih suka menyebutnya dengan ‘ujian’. Ya, seperti saat kita sekolah dulu, ‘ujian’ adalah salah satu sarana kita untuk ‘naik kelas’. Ujian adalah sebuah tantangan yang harus kita taklukkan. Kalau kita berhasil melewatinya, maka kita akan menjadi pemenang!
“Tidak ada satu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”(Q.S. At-Taghabun : 11).


2. Kejadian ini adalah TEGURAN bagi saya.
Allah menegur saya karena bisa jadi saya sering lalai. Mungkin saat punya BB itu, ada beberapa hal yang telah saya lakukan yang membuat Allah ‘tidak suka’, misalnya saja :
- Lebih suka buka BB daripada buka Al-Qur’an
- Lebih suka BBM-an daripada menambah hafalan Qur’an
- Mungkin saja, tanpa saya sadari, ada rasa riya’ dalam diri karena memiliki BB itu
- Dulunya BB ini adalah hadiah dari tiga orang yang cukup berpengaruh dalam hidup saya di Jakarta. Bisa jadi, tanpa disadari, dulu saat pertama kali menerimanya, saya kurang bersyukur atau saya berterima kasih hanya secara lisan. Sedang batin berujar, “Kok cuma BB Gemini sih?” Bisa jadi seperti itu.
Itulah asumsi-asumsi sebagai bahan muhasabah saya, bisa jadi kenyataannya lebih banyak dari itu. Astaghfirullah... saatnya untuk berbenah!!!
Allahummarzuqnii nafsan muthma'innatan tu'munu biliqaa'ika wa tardhaa biqadhaa'ika
Ya Allah, berilah kami hati yang tenang, yang beriman akan saat perjumpaan dengan-Mu dan ridha menerima segala ketetapan-Mu

3. Kejadian ini adalah NIKMAT bagi saya
- Tanpa bermaksud memutuskan tali silaturahim (saya tidak pernah berpikir untuk itu!), saya pernah berdoa pada Allah karena beberapa waktu yang lalu saya sempat mendapat ‘gangguan’. Awalnya, saya memang akan ganti nomor HP saja. Tapi kemudian saya berpikir, kalau hanya gara-gara ‘gangguan’ itu saya sampai ganti nomor HP, berarti saya ‘kalah’! Akhirnya, saya memohon pada Allah agar diberi cara yang terbaik. Mungkin, cara inilah yang Allah berikan sebagai solusi. Allah mengirimkan seseorang yang tidak saya kenal dan mengambil BB itu tanpa sepengetahuan saya. Lebih tepatnya, BB sekaligus nomor M3 saya. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk tidak menggunakan nomor 085647122037 lagi. Semoga saja ‘gangguan’ itu tidak datang lagi. Aamiin...
- Selain itu, saya bisa menghemat uang lebih banyak. Saat memakai BB, saya harus mengeluarkan Rp 30.000,- per minggu untuk biaya aktivasi. Memang sih, dari segi pemanfaatan internet sangat membantu, tapi ternyata boros juga! Sekarang, mungkin saya akan bisa lebih berhemat. Bisa menabung lebih banyak! 
- Alhamdulillah, hanya BB saja yang diambil. Padahal pada tempat yang sama juga ada dompet yang berisi uang dan ATM. Di retsleting sebelahnya juga ada laptop mini saya yang selalu setia menemani saya menulis.
- Akan ada ‘kejutan’ yang luar biasa dari Allah pasca kejadian ini. Saya sangat yakin akan hal itu! 


Allahumma ajirnii fii mushiibatii wakhluf lii khairamminhaa
Ya Allah berilah kami pahala dalam musibahku ini dan berilah pengganti yang lebih baik (HR. Muslim)
Masih banyak sih sebenarnya point-point sebagai derivasi dari tiga klasifikasi di atas. Pada intinya saya sangat yakin bahwa di setiap kejadian pasti mengandung pelajaran. Kejadian itu sebagai ujian agar saya senantiasa pantang menyerah dalam menghadapi tantangan. Kejadian itu sebagai teguran agar saya sadar akan kesalahan dan segera bertaubat memohon ampunan. Kejadian itu sebagai nikmat sehingga saya harus bersyukur agar pahala-lah yang tercatat dan agar nikmat itu tambah berlipat-lipat.

REDZone, 20 Desember 2010
Aisya Avicenna

Thursday, December 16, 2010

PUJIAN

Thursday, December 16, 2010 0 Comments
“Direktorat Impor, selamat siang...”

Salah satu aktivitasku di kantor adalah menjawab telepon yang sebagian besar berasal dari pelaku usaha. Kebanyakan dari mereka menanyakan proses perizinan yang sedang mereka ajukan atau menanyakan kebijakan di bidang perdagangan yang tengah berlaku. Sebagai ‘civil servant’, inilah fungsi kehumasan dan pelayanan yang sekaligus memberiku dua kesempatan besar, yakni kesempatan untuk berinteraksi dengan para pelaku usaha (khususnya importir) dan kesempatan untuk mengharuskan diri menguasai regulasi bidang perdagangan (khususnya bidang impor) agar bisa menjawab setiap pertanyaan yang masuk.

Seperti kemarin siang, saat sedang asyik berkutat dengan data kepegawaian, telepon di ruang kerjaku berdering. Sebenarnya, yang mengangkat telepon bisa siapa saja yang berada di ruang itu. Tapi biasanya kami bergiliran mengangkatnya. Berhubung tak ada yang kunjung mengangkat, akhirnya aku berdiri dan berjalan ke tempat telepon yang berjarak satu meter dari tempat dudukku. Setelah menjawab pertanyaan dari seberang yang ternyata menanyakan tentang perpanjangan sebuah regulasi impor, eh gantian HP-ku yang berdering. Berawal 021...

Ternyata dari sebuah perusahaan obat yang cukup terkenal di negeri ini. Ya, kebetulan aku juga mendapat amanah dari pimpinan untuk menghandle beberapa perusahaan yang dokumennya belum lengkap saat mengajukan permohonan dalam sebuah regulasi.. Puluhan perusahaan aku kirimi email yang menyatakan dokumen apa yang masih kurang dan perlu dikirim softcopy-nya. Nah, di email itu, tak lupa aku mencantumkan nomor HP-ku sebagai contact person bagi perusahaan yang hendak bertanya atau konfirmasi. Beberapa perusahaan langsung merespon email tersebut dan ada beberapa yang meneleponku untuk konfirmasi. Termasuk perusahaan obat itu.

Beliau menanyakan apakah dokumen yang dikirim sudah sesuai dengan permintaan atau belum. Beliau juga minta penjelasan alur selanjutnya setelah dokumen itu dikirim. Aku mencoba menjelaskan kepada beliau. Tak kusangka, di akhir pembicaraan kami beliau berujar dengan kalimat yang penuh nada keramahan, bahwa baru pertama kalinya (selama beliau berinteraksi dengan instansi pemerintah), ada pemberitahuan secara rinci lewat email dan menyertakan nomor HP sebagai contact person-nya. Beliau sangat mengapresiasi kinerja ini.

Alhamdulillah... segala puji hanya tertuju pada-Nya! 


Menghadapi pujian, aku langsung teringat halaman 169 kitab Al Hikam yang aku baca tadi pagi. Pada halaman itu, Ibnu ‘Athaillah berujar :
“Ketika orang mukmin dipuji, ia malu kepada Allah karena ia dipuji dengan sifat yang tidak ia dapati pada dirinya.

Kemudian dilanjutkan ulasan singkat oleh Imam Sibawaih El-Hasany sebagai berikut:
Biarkanlah orang terpesona oleh warna pelangi kesadaranmu, asal engkau tetap melekat dengan langit-Nya. Setiap pujian yang datang kepadamu adalah sebab orang melihat warna-Nya tercermin padamu. Jadi, anggaplah itu sebagai cara mereka memuji-Nya melaluimu, bukan untukmu. Sebab, tidak ada pujian yang layak diberikan kepada selain-Nya. Atau perlakukanlah pujian orang kepadamu sebagai alat mengoreksi segala bentuk kelemahan, kekurangan, aib, cela, dan sifat burukmu. Dengan begitu, engkau akan senantiasa malu kepada-Nya sebab semua yang melekat kepadamu. Berharaplah pujian-Nya kepadamu, sebab hanya pujian-Nya yang bisa membuatmu tenteram. Jangan bersikap sok layak bila dosa atau kesalahanmu masih banyak!

Paginya baca, siangnya mengalami. Semoga aku bisa mengambil banyak hikmah dari sekelumit peristiwa ini. Jangan sampai pujian-pujian itu menanamkan benih riya dalam diri. Astaghfirullah, semoga terhindar! Jangan sampai mudah tersanjung, bisa tersandung lho. Ya, karena pujian sejatinya adalah ujian.
REDZone, 16 Desember 2010. 03:12
Aisya Avicenna