Jejak Karya

Jejak Karya

Wednesday, December 22, 2010

Lukisan Cinta untuk Bunda

Dua puluh tiga tahun silam...
Lunglai
Tubuhnya lemah terkulai
Sisa butiran keringat masih tampak berkilau di dahinya
Perjuangan hidup mati menggadaikan nyawa baru saja berakhir
Semburat pucat di wajah pun perlahan lenyap
Senyumnya mengembang
Bibirnya melafadzkan hamdalah
Tak lama, dua sosok mungil itu ada di hadapan
Dipeluknya bergantian dengan segenap kehangatan kasih sayang
Padahal dirinya masih tampak letih
Matanya berbinar-binar bahagia
Tak henti-henti menyapa buah hati tercinta
Kembar
Luar biasa bahagia rasanya
Tetes air bening pun mengalir dari sudut mata
Air mata bahagia
Bagai melepas kerinduan yang teramat dalam
Pipi yang masih kemerah-merahan itu dicium
Dua kepala mungil dibelai dengan manja
Bayi kembar itu sedikit menggeliat
Subhanallah, betapa indahnya ciptaan-Mu, ya Rabb..
Lirih hatinya berkata saat menatap sang buah hati
Dua pasang mata itu memang belum bisa melihat dengan sempurna
Namun batin kedua bayi merah itu meyakini
Mereka berada di tangan seseorang yang sangat mencintai
Aura cinta memancar dari kedalaman jiwa
Menyelimuti sang buah hati yang baru saja menyapa dunia
Dengan lengkingan tangis memecah sunyi
Indah… bahkan teramat indah!
Bunda tak pernah kenal lelah menjaga dan menyayangi
Bunda jua yang mengajarkan makna kasih sayang dan cinta sejati
Bunda bagaikan pelabuhan cinta
Senyum kesabarannya selalu menjadi penawar resah, gundah bahkan amarah
Cinta Bunda memang cinta yang sangat indah
Kini...
Dua puluh tiga tahun pun berlalu setelah bayi kembar itu menyapa dunia
Jemari itu tak lagi lentik
Kulitnya pun kunjung keriput
Namun tak pernah cinta luruh dari dirinya
Disemainya doa hanya untuk Ananda tercinta
Selalu di setiap waktu
Terima kasih Ananda haturkan tuk Bunda tercinta
Sungguh tiada mampu Ananda membalas segala jasa
Mungkin hanya ini kuasa Ananda tuk lukiskan cinta
Melalui rangkaian kata yang terpahat menjadi karya

Aisya Avicenna

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.


Salam,


Keisya Avicenna