Jejak Karya

Jejak Karya

Thursday, October 21, 2010

Lelah vs Lillah


Detik waktu terus berjalan Berhias gelap dan terang Suka dan duka, tangis dan tawa Tergores bagai lukisan (Rapuh – Opick)

Idealnya dan memang seharusnya demikian, bahwa setiap aktivitas kita hendaknya berlandaskan pada niat untuk mendapatkan ridho-Nya, menempatkan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya di atas segala, karena hanya dengan cinta itu yang dapat mengalahkan godaan dunia yang meraja. Cinta itu adalah cinta hakiki yang membuat manusia melihat dari sudut pandang yang berbeda, menjadikan hidupnya lebih bermakna dan lebih indah.

“Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu dinilai sebagai hijrah kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya” (H.R Bukhari dan Muslim)

Tapi, tak bisa dipungkiri! Dalam perjalanan hidup ini, hati kita kerapkali terisi oleh cinta selain-Nya, mudah sekali terlena oleh indahnya dunia, terkadang melakukan segalanya bukan karena-Nya. Terkadang kita tersudutkan dalam ruang hati yang kelam, hati terbuai karena merasa senang jika dilihat dan dipuji orang, keikhlasan pun menghilang, kecewa dan lelah kerap mendera, padahal Allah tidak pernah menanyakan hasilnya. Dia hanya melihat kesungguhan dalam setiap proses perjuangan kita.

“Dan di antara manusia, ada yang berkata : ‘Kami beriman kepada Allah dan hari akhir’. Padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal nereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu dan mereka mendapat azab yang pedih karena mereka berdusta.” (Q.S. Al-Baqarah [2] : 8 – 10)

Seribu mimpi berjuta sepi
Hadir bagai teman sejati Di antara... lelahnya jiwa Dalam dosa dan air mata Kupersembahkan kepada-Mu Yang terindah dalam hidupku (Rapuh-Opick)

Kala perjuangan terasa berat, saat amanah makin bertambah, hadirlah rasa lelah menapaki jalan-Nya. Mulai mengeluh, merasa terbebani bahkan terpaksa untuk menjalankan tugas yang mulia. Astaghfirullah!!! Padahal tiada kesakitan, kelelahan serta kepayahan yang dirasakan oleh seorang hamba melainkan Allah mengampuni dosanya.
“Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik” (Q.S. Ali ‘Imran [3] : 14)

Dunia memang kerap menyuguhkan kedahsyatan tipuannya. Jangan sampai kita terlena! Jangan sampai amalan baik kita tertutup oleh maksiat yang tak kita sadari. Sedihnya, saat nurani yang bersih menjadi terkotori oleh nafsu duniawi, saat ibadah hanya rutinitas belaka, saat fisik dan pikiran disibukkan oleh dunia, saat wajah menampakkan kebahagiaan yang semu.

Coba tanyakan pada hatimu! Bagaimanakah kabarnya? Sedang bahagiakah? Menangis? Damai? Atau Merana?

Meski ku rapuh dalam langkah Kadang tak setia kepada-Mu Namun cinta dalam jiwa Hanyalah pada-Mu (Rapuh – Opick)

Sombongnya kita! Sering bangga pada diri sendiri, padahal sungguh tiada satupun yang membuat kita lebih di hadapan-Nya selain ketaqwaan. Padahal kita menyadari bahwa tiap-tiap jiwa pasti akan mati, namun kita masih bergulat dengan kefanaan. Taqwa? Sudah cukup layakkah kita menyandang gelar itu???!!!

Naudzubillah, saat tiada getar ketika asma Allah disebut, saat tiada sesal ketika kebaikan terlewatkan begitu saja, saat tiada rasa dosa ketika mendzolimi diri dan saudara. Apakah hati kita sudah mati??? Oh, tidak!!!

Maafkanlah bila hati Tak sempurna mencintai-Mu Dalam dada, kuharap hanya diri-Mu yang bertahta (Rapuh – Opick)

Semoga jiwa kita masih memiliki cahaya cinta itu. Jangan biarkan cahaya itu padam. Maka terus kumpulkan cahaya itu hingga ia dapat menerangi jiwa, memberikan keindahan Islam yang sesungguhnya, hanya dengan kekuatan dari-Nya. Mari terus istiqomah di jalan perjuangan ini!

“Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung!” (Q.S. Ali ‘Imran [3] : 200)

Kini jelas tiap langkahku Illahi jadi tujuanku Apapun yang aku lakukan Islam selalu jadi pegangan Masa muda penuh karya untuk-Mu Tuhan Yang aku persembahkan sebagai insan beriman Mumpung muda kutak berhenti menapak cita Menuju negeri surga yang nun jauh di sana (Masa Muda – Edcoustic)
***
Ibarat melakukan pendakian, jalan menuju puncak memang tak slalu mudah. Akan ada batu cadas atau tebing curam yang mnghadang! Akan tetapi, setelah sampai di puncak akan tergantikan dengan hamparan awan yang luar biasa indahnya, bunga-bunga edelweis yang merona, hembusan bayu yang sejukkan jiwa, dan senyum mentari hangatkan hati! Allahu Akbar!!! ~LELAH VS LILLAH, teruslah berjuang, berani melangkah, dan jangan mudah menyerah!
***
Renungan pagi, beriring celoteh burung-burung kecil dan semilir lembut sang bayu...
Redzone, 211010_05:37
Aisya Avicenna

1 comment:

  1. Begitu juga dengan "pernikahan" yang akan kau targetkan tahun depan.
    Pernikahan ibarat memandang sebuah pegunungan, begitu indah ketika kita lihat dari kejauhan, tapi ketika kita mencoba mendekati dan mendaki, maka butuh kesabaran untuk menuju puncak.Persiapkan bekal itu dengan keridhoan dan kesetiaan bersama pasangan Anda nanti.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.


Salam,


Keisya Avicenna